Professional Documents
Culture Documents
Hepatobilier Pemicu 2 Alfindra
Hepatobilier Pemicu 2 Alfindra
ALFINDRA SEPALAWANDIKA
HEPATIIS VIRUS
Virus
Hepatitis A
Hepatitis B
Family
picornaviridae
Genus
Hepatitis C
Hepatitis D
Hepatitis E
hepadnaviridae Flaviridae
Hepatovirus
Orthohepadna
virus
Deltavirus
Hepaititis Elike
Virion
27nm
icosahedral
35nm
spherical
30-32nm
icosahedral
Envelope
No
Yes(HbSAg)
Yes
Yes(HbSAg)
No
Genome
ssRNA
dsDNA
ssRNA
ssRNA
ssRNA
Genome
size
7.5kb
3.2kb
9.4kb
1.7kb
7.6kb
Stability
Acid sensitive
Acid
sensitive
Heat stabile
Transmissi
on
Fecal oral
Parenteral
Parenteral
Parenteral
Fecal oral
Prevalence High
High
Moderate
Low, regional
Regional
Fulminant
disease
Rare
Rare
Rare
Frequent
In pregnancy
Chronic
Never
Often
Often
Often
Never
Oncogenic
No
Yes
Yes
No
Hepacivirus
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Incubation period
10-50d (25-30)
50-180d (60-90)
15-160d (50)
Age distribution
15-29yr, babies
Adults
Seasonal incidence
Throughout the
year
Route of infection
Predominant:
parenteral
Occurrence of virus
Blood
Mo ~ years
Mo ~ years
Stool
Absent
Probably absent
Urine
Rare
Absent
Probably absent
Saliva, semen
Rare (salive)
Frequently present
Present (saliva)
Abrupt
Insidious
Insidious
Fever >38C
Common
< common
< common
duration of
aminotransferase elevation
1-3wks
1-6+ mo
1-6+ mo
IgM Levels
Elevated
N/slightly
N/slightly
complication
Uncommon, no
chronicity
Chronicity 5-10%
(95% in neonates)
Chronicity in 70-90%
Test
Acute
hepatitis
Chronic
hepatitis
Cirrhosis
Cholestasi
s
Malignanc
y&
infiltration
s
Bilirubin
N to
N to
N to
To
Aminotransf
erase
N to
N to
N to
Alkaline
phosphatas
e
N to
N#
N to
Albumin
N to
N to
N to
Y-globulin
PT
N to *
N to
N to*
N to
HEPATITIS A VIRUS
EPIDEMIOLOGI
Penyebaran: fecaloral
Biasanya mudah
menyebar pada area
padat & sanitasi
buruk
Sejak adanya vaksin
HAV (1995) insiden
menurun hingga 76%
Common source
outbreaks: dari
makanan / minuman
terkontaminasi, cth:
shellfish
HEPATITIS A - VIROLOGY
Replikasi terbatas pada hepar, namun virus
dapat ditemukan di: hepar, empedu, feses,
darah masa akhir inkubasi dan fase akut
preicteric
Virus pada feses, viremia, & infektivitas
biasanya menghilang dg cepat setelah ikterus
terlihat
HEPATITIS B VIRUS
HEPATITIS B (HBV)
Virologic Marker
Virologic Marker
Anti-HBs: bersifat antibodi protektif
Patogenesis
Hepatitis B
PENCEGAHAN HBV
HEPATITIS C VIRUS
HEPATITIS C (HCV)
DIAGNOSIS HCV
Tes darah
Biopsi hati
HEPATITIS D VIRUS
HEPATITIS D (HDV)
HDV adalah partikel
Berbungkus ganda yang
Dengan ME tampak mirip
HBV.
HEPATITIS D (HDV)
HDV juga disebut virus hepatitis
delta suatu virus RNA unik bersifat
detektif dalam replikasi,
menimbulkan infeksi hanya jika
terbungkus oleh HbsAg.
Oleh karena itu, meskipun secara
taksonomis berbeda dengan HBV,
tetapi HDV bergantung secara
mutlak pada koinfeksi HBV untuk
multiplikasinya.
HEPATITIS D (HDV)
Hepatitis delta muncul dalam 2 keadaan:
Koinfeksi akut setelah pajanan ke serum yang
mengandung HDV dan HBV Infeksi HBV
harus terjadi sebelum HBsAg tersedia untuk
perkembangan virion lengkap HDV. (Dapat
terjadi hepatitis fulminan)
Superinfeksi inokulum baru HDV pada
pembawa kronis HBV Dapat terjadi
akselerasi hepatitis, paling sering hepatitis
kronis yang lebih parah (4-7 minggu kemudian)
Hepatitis D
HEPATITIS E (HEV)
HEPATITIS E (HEV)
Virus hepatitis E (HEV) adalah infeksi yang
ditularkan secara enteris melalui air dan
terutama terjadi setelah masa bayi.
HEV dijumpai di negara-negara dunia ketiga.
Hepatitis E adalah infeksi akut tanpa keadaan
pembawa penyakit yang kronis (viremia
persisten).
Infeksi HEV pada perempuan hamil menyebabkan
angka kematian 20%.
Kasus di Amerika Serikat berkaitan dengan
perjalanan ke luar negeri.
Masa inkubasi rerata stelah pajanan adalah 6
minggu (rentang, 2 hingga 8 minggu).
HEPATITIS E (HEV)
HEV adalah virus RNA untai-tunggal yang tidak
berselubung dan paling baik ditandai sebagai
calicivirus.
Selama infeksi aktif, dapat ditemukan antigen
spesifik (Ag HEV) dalam sitoplasma hepatosit.
Belum ada pemeriksaan untuk HEV yang tersedia
secara komersial, tetapi laboratoriumlaboratorium riset telah ciptakan ELISA untuk
anti-HEV dengan menggunakan protein
rekombinan dari klona HEV.
Virus dapat ditemukan dalam tinja dengan
pemeriksaan ME, dan dalam serum dapat
dideteksi adanya anti-HEV dan RNA HEV.
Patologi
Ukuran dan warna hati tampak normal,
tetapi kadang-kadang sedikit edema,
membesar, dan berwarna seperti empedu.
Histologi : susunan hepatoseluler menjadi
kacau, cedera dan nekrosis sel hati, dan
peradangan perifer.
Nekrosis submasif/ masif dapat
mengakibatkan gagal hati yang berat dan
kematian.
KOMPLIKASI
SIROSIS
SIROSIS LAENNEC
SIROSIS POSTNEKROTIK
SIROSIS BILIARIS
HEPATOMA
SIROSIS
SIROSIS
DEFINISI
Suatu penyakit dimana sirkulasi
mikro, anatomi pembuluh darah
besar dan seluruh sistem arsitektur
hati mengalami perubahan menjadi
tidak teratur dan terjadi
penambahan jaringan ikat (fibrosis)
disekitar parenkim hati yang
mengalami regenerasi.
Sirosis Laennec
Disebut sirosis portal, alkoholik, dan sirosis gizi.
Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan
alkohol adalah akumulasi lemak secara gradual di
dalam sel-sel hati (infiltrasi).
Infiltrasi lemak juga ditemukan pada kwashiorkor
(def. protein yang berat), hipertiroidisme, dan
diabetes.
Akumulasi lemak mencerminkan adanya
sejumlah gangguan metabolik, termasuk
pembentukan trigliserida secara berlebihan
Pemakaiannya yang berkurang dalam
pembentukan lipoprotein
Penurunan oksidasi asam lemak
Pada kasus sirosis laennec yang kronis, lembaranlembaran jaringan ikat yang tebal terbentuk pada
pinggir-pinggir lobulus, membagi parenkim
menjadi nodula-nodula halus.
Nodula ini membesar akibat aktivitas regenerasi
sebagai usaha hati untuk mengganti sel-sel yang
rusak.
Hati dibungkus oleh kapsula fibrosa yang tebal
(sirosis nodular hati) lanjutnya hati akan menciut,
keras, dan hampir tidak memiliki parenkim
normal pada stadium akhir, dengan akibat
hipertensi portal dan gagal hati.
Sirosis Postnekrotik
Sirosis postnekrotik agaknya terjadi
menyusul nekrosis berbecak pada
jar. Hati, menimbulakan nodulanodula degeneratif besar dan kecil
yang dikelilingi dan dipisahkan oleh
jaringan parut, berselang- seling
dengan jar. Parenkim normal.
Sirosis Biliaris
Penyebab yang paling umum adalah obstruksi
biliaris post hepatik.
Stasis empedu menyebabkan penumpukan
empedu di dalam massa hati dengan akibat
kerusakan sel- sel hati.
Terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus.
Hati membesar, keras berghranula halus, dan
berwarna kehijauan.
Ikterus, pruritus, staetorea, dan malapsorbsi
selalu menjadi bagian awal dan primer.
Etiologi
1. Virus hepatitis (B,C,dan D)
2. Alkohol
3. Kelainan metabolic :
Hemakhomatosis (kelebihan beban besi)
Penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga)
Defisiensi Alphal-antitripsin
Glikonosis type-IV
Galaktosemia
Tirosinemia
4. Kolestasis
5. Sumbatan saluran vena hepatica
Sindroma Budd-Chiari
Payah jantung
6. Gangguan Imunitas (Hepatitis Lupoid)
7. Toksin dan obat-obatan (misalnya : metotetrexat, amiodaron,INH, dan lainlain
8. Operasi pintas usus pada obesitas
9. Kriptogenik
10. Malnutrisi
11. Indian Childhood Cirrhosis
GEJALA
Gangguan arsitektur hati yang mengakibatkan
kegagalan sirkulasi dan kegagalan perenkim hati
yang masing-masing memperlihatkan gejala
klinis berupa :
1. Kegagalan sirosis hati
edema
ikterus
koma
ginekomastia
kerusakan hati
asites
rambut pubis rontok
eritema palmaris
atropi testis
kelainan darah (anemia,hematom/mudah terjadi
perdarahan)
GEJALA
2. Hipertensi portal
varises oesophagus
splenomegali
caput medusa
asites
kelainan sel darah tepi (anemia,
leukopeni dan trombositopeni)
Patogenesis
Kematian
sel
Regeneras
i nodul
SIROSIS
Fibrosis
progresif
PENATALAKSANAAN
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan
interferon. Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi bagian
pasien dengan hepatitis C kronik yang belum pernah mendapatkan
pengobatan IFN seperti a) kombinasi IFN dengan ribavirin, b) terapi induksi
IFN, c) terapi dosis IFN tiap hari
A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x
seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan
(1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan
Untuk jangka waktu 24-48 minggu.
B) Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang
lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang
dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggu
dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.
C) Terapi dosis interferon setiap hari.
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari
sampai HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.
PENATALAKSANAAN
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis
hati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi
seperti:
1.
2.
3.
4.
Asites
Spontaneous bacterial peritonitis
Hepatorenal syndrome
Ensefalopathy hepatic
KOMPLIKASI
1. Perdarahan gastrointestinal
Hipertensi portal menimbulkan varises oesopagus,
dimana suatu
saat akan pecah sehingga timbul perdarahan yang
masif.
2. Koma Hepatikum.
4. Ulkus Peptikum
5. Karsinoma hepatoselular
Kemungkinan timbul karena adanya hiperplasia noduler
yang
akan berubah menjadi adenomata multiple dan akhirnya
menjadi
karsinoma yang multiple.
6. Infeksi
Misalnya : peritonitis, pneumonia, bronchopneumonia,
tbc paru,
glomerulonephritis kronis, pielonephritis, sistitis,
peritonitis,
endokarditis, septikema.
7. Kematian
HEPATOMA
HEPATOMA
Karsinoma hepatoseluler atau
hepatoma adalah tumor ganas hati
primer dan paling sering ditemukan
daripada tumor ganas hati primer
lainnya seperti limfoma maligna,
fibrosarkoma, dan
hemangioendotelioma
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% dari tumor
ganas hati primer adalah hepatoma.
Sebaliknya di Afrika dan Asia hepatoma adalah
karsinoma yang paling sering ditemukan dengan
angka kejadian 100/100.000 populasi.
Setiap tahun muncul 350.000 kasus baru di Asia,
1/3nya terjadi di Republik Rakyat China.
Di Eropa kasus baru berjumlah sekitar 30.000 per
tahun, di Jepang 23.000 per tahun, di Amerika
Serikat 7000 per tahun dan kasus baru di Afrika
6x lipat dari kasus di Amerika Serikat.
Karsinoma ini lebih banyak pada pria dan
terutama ras
Asia
ETIOLOGI
Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko
penting hepatoma, virus penyebabnya
adalah virus hepatitis B dan C.
Pasien hepatoma 88% terinfeksi virus
hepatitis B atau C, Tampaknya virus ini
mempunyai hubungan yang erat dengan
timbulnya hepatoma.
Hepatokarsinogen dibagi menjadi 3 :
Aflatoksin : Jamur Aspergillus flavus yang
mengkontaminasi makanan(kacang dan
padi2an yang berjamur) mutasi di
protoonkogen terutama TP 53
Bahan-bahan kimia
Sirosis hepatis
PATOFISIOLOGI
yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.
Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya
kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada
penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati
mendadak.
Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor
ganas dari tempat lain. Metastase ke hati dapat terdeteksi
pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar,
khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan,
tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan
kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya
kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak
diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga
tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.
GEJALA
Hepatoma seringkali tak terdiagnosis karena
gejala karsinoma tertutup oleh penyakit yang
mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik.
Jika gejala tampak, biasanya sudah stadium lanjut
dan harapan hidup sekitar beberapa minggu
sampai bulan.
Keluhan yang paling sering adalah:
STADIUM HEPATOMA
Penentuan stadium hepatoma paling sering
berdasarkan Okuda staging system. Pasien
dievaluasi berdasar empat hal yaitu:
asites
albumin
bilirubin
ukuran tumor
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Alfa Feto Protein (AFP)
sangat berguna untuk menegakkan
diagnosis penyakit hepatoma ini.
Penggunaan ultrasonografi ( USG ),
Computed Tomographic Scanning (CT
Scan), Magnetic Resonance Imaging
(MRI) penting untuk menegakkan
diagnosis dan mengetahui ukuran
tumor.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan hepatoma masih belum memuaskan.
Pasien sirosis hati mempunyai toleransi yang
buruk pada operasi segmentektomi pada
hepatoma.
Selain operasi masih ada banyak cara misalnya:
transplantasi hati,
kemoterapi,
emboli intra arteri,
injeksi tumor dengan etanol agar terjadi nekrosis tumor,
tetapi hasil tindakan tersebut masih belum memuaskan
dan angka harapan hidup 5 tahun masih sangat rendah.
PENCEGAHAN
Pencegahan hepatoma adalah
dengan mencegah penularan virus
hepatitis B atau C.
Vaksinasi merupakan pilihan yang
bijaksana tetapi saat ini baru
tersedia vaksinasi untuk hepatitis
virus B.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada
sirosis adalah:
asites,
perdarahan saluran cerna bagian atas,
ensefalopati hepatika,
sindrom hepatorenal.
SINDROM HEPATORENAL
Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan
pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan
fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai
dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi
darah.
Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang
tinggi.
Penatalaksanaan sindrom hepatorenal masih
belum memuaskan; masih banyak kegagalan
sehingga menimbulkan kematian.
Hemodialisis adalah salah satu
penatalaksanaan sindrom ini, meskipun dari
berbagai studi hasilnya tidak memuaskan.
Prognosis sindrom ini umumnya buruk.
OBAT OBAT
HEPATOTOKSIK
diclofenac
mianserin
quinine
diltiazem
naproxen
ranitidine
enflurane
para-aminosalicylic acid
sulfonamides
ethambutol
penicillins
sulindac
ethionamide
phenelzine
tricyclic antidepressants
halothane
phenindione
valproic acid
ibuprofen
phenobarbital
verapamil
actinomycin D
chlorpropamide
erythromycin
amoxicillin/clavulanate
cloxacillin flecainide
azathioprine
cyclophosphamide
flurazepam
captopril
cyclosporine
flutamide
carbamazepine
danazol
glyburide
carbimazole
diazepam
gold
cephalosporins
disopyramide
griseofulvin
chlordiazepoxide
enalapril
enalapril
haloperidol
ketoconazole
norethandrolone
sulfonamides
mercaptopurine
oral contraceptives
tamoxifen
methyltestosterone
oxacillin
thiabendazole
nifedipine
penicillamine
tolbutamide
nitrofurantoin
phenothiazines
tricyclic antidepressants
nonsteroidal
phenytoin troleandomycin
anti-inflammatory drugs
propoxyphene
verapamil
allopurinol
gold
phenytoin
aspirin
hydralazine
procainamide
carbamazepine
isoniazid
quinidine
chlorpromazine
isoniazid
quinidine
chlorpromazine
nitrofurantoin
sulfonamides
diltiazem
penicillin
tolbutamide
disopyramide
phenylbutazone
Mekanisme
Terjadi penumpukan asam asam empedu
di dalam hati karena gangguan transport
pada kanalikuli yang menghasilkan
trenaslokasi fassitoplasmik ke membran
plasma, dimana reseptor-reseptor ini
mengalami pengelompokan sendiri dan
memicu kematian sel melalui apoptosis.
Obat-obat tertentu menghambat fungsi
mitokondria dengan efek ganda pada betaoksidasi dan enzim-enzim rantai respirasi.
Tahap 2
Bentuk
antara
Detoksfika
si
Katalisator:
Kompleks enzim
sitokrom P450
Katalisator:
-Sulfotransferase
-Glukuroniltransfera
se
Obat
Aktifitas
metabolik
Metabolik
nontoksik
Membentuk
makromoleku
l
Sitotoksik
Nekrosis
Mutagen
Karsinogenik
Teratogenik
Antigen
Fenomena
imunologis
Gejala DIH
Ikterus
Lelah
Nafsu makan
Nausea
Vomitus
Abdominal pain
Diare
Urin seperti teh
Ikterus /Periksa
gejala kerusakan
total
bilirubin;
SGOT/SGPT;
fosfatase alkali; GGT; albumin; g
Singkirkan
kel
ekstra hepatal
Singkirkan
HEPATITIS
Pemeriksa
an +
Diagnosi
s
Adanya penggunaan
Obat-obatan
Pengobatan DIH
Tidak ada terapi khusus. Umumnya sembuh
spontan bila obat dihentikan. Seperti halnya
hepatitis virus, terapi hanya berupa terapi
simtomatik dan suportif
Prognosis DIH
Umumnya baik, tetapi pada nekrosis
hati yang masif sering berakibat
kegagalan hati sehingga prognosis
menjadi buruk
HEPATITIS ALKOHOL
Hepatitis Alkohol
kerusakan hati yang disebabkan oleh
minum alkohol dalam jumlah yang
sangat banyak.
Penyakit hati alkoholik sering terjadi
dan merupakan masalah kesehatan
yang bisa dicegah.
Hepatitis Alkoholik
Hepatitis alkoholik
Gejala
Nyeri perut
Mulut kering
Haus
Kelelahan
Demam
ascites
Jaundice
Tidak nafsu
makan
Mual
Hepatitis alkoholik
Pemeriksaan
CBC
Liver biopsy
Liver function tests such as ALP
Serum ferritin
Abdominal CT scan
Blood tests for other causes of liver disease
Ultrasound of the abdomen
Komplikasi
Bleeding esophageal varices
Cirrhosis
Hepatic encephalopathy
portal hypertension
HEPATITIS KRONIK
KLASIFIKA
SI
ETIOLO
GI
KLASIFIKA
SI
GRADE
Portal inflammation
terbatas pada area portal dan terdiri dari limfosit,
makrofag, sel plasma, jarang terdapat neutrofil dan
eusinofil
Lymphoid aggregates pada area portal sering
didapatkan pada infeksi HCV
Periportal necrosis (bridging necrosis)
pertanda kerusakan hati progresif. Pertanda pasti
kerusakan hati serius adalah deposisi jaringan fibrosa
Intralobular necrosis (bridging fibrosis)
terbentuk septa fibrosa antar lobulus
the liver architecture is preserved, but portal tracts are enlarged (losing
the normal triangular shape), with abundant chronic inflammatory infiltrate
(lymphocytes, plasma cells, macrophages). Limiting plate of hepatocytes
(which separates the portal tract from lobule) is interrupted (foci of
hepatocyte necrosis surrounded by lymphocytes - piecemeal necrosis or
interface hepatitis). This is followed by extension of inflammation into
the periportal parenchyma. At this level, hepatocytes present hydropic
change and/or fatty change. (H&E, ob. x20)
Chronic viral hepatitis. Portal tract with areas of interface hepatitis
Daftar Pustaka
Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL,
Longo DL, Jameson JL, et al, editors. Harrisons
principle of internal medicine. 17th ed. USA:
Mc.Graw Hill medical, 2008.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiadi S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Edisi ke-4. jilid I. Jakarta : Pusat penerbitan ilmu
penyakit dalam FKUI, 2006.
Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran
pathologic basis of disease. 7th ed. Phiiladelphia:
WB Saunders Co, 2007:1521-645
Brooks, GF, Butel JS, Morse SA. Lange Jawetz,
Melnick & Naelbergs Medical Microbiology. 23rd ed.
USA: Mc. Graw Hill medical, 2004
Wylie R.The digestive system. In: Kliegman RM,
Berhman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelsons
textbook of pediatrics. 18th ed. Philadelphia: WB