Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelebihan hormon pertumbuhan adalah peningkatan kadar GH yang
bersirkulasi.
Peningkatan
kadar
GH
menyebabkan
peningkatan
kadar
pertumbuhan,
yang
pada
anak
menyebabkan
gigantisme
dan
ekstrahipofisis
serta
intrahipofisis
dan
oleh
tumor
hipotalamus
yang
mensekresikan GRH, tetapi penyakit ini jarang ditemukan. Sekitar 25% pasien
memperlihatkan uji toleransi glukosa yang abnormal, dan empat persen
mengalami laktasi walaupun tidak hamil.
Pada orang dewasa kelebihan growth hormone pada pria dan wanita
adalah sama. Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh
karena sekresi Growth Hormone (GH) yang berlebihan. Gigantisme terjadi
sebelum proses penutupan epifisis. Sedangkan akromegali terjadi kalau proses
tersebut terjadi setelah penutupan epifisis. Sehingga tampak terjadinya
pertumbuhan jaringan lunak dan struktur tulang yang berlebihan.
Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan-lahan dimana waktu
rata-rata antara mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun.
Gambaran klinis akromegali / gigantisme dapat berupa akibat kelebihan GH /
IGF-1 dan akibat massa tumor sendiri. Pengobatan pada kasus dini dengan
pembedahan tumor, obat-obatan dan penyinaran dapat memperbaiki kualitas
hidup pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tentang Gigantisme dan Akromegali?
2. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan Gigantisme dan Akromegali?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Konsep tentang Gigantisme dan Akromegali.
2. Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan Gigantisme dan Akromegali
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Defenisi Gigantisme dan Akromegali
Gigantisme adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon
pertumbuhan berlebihan, yang terjadi pada masa anak-anak dan remaja
keadaan ini menyebabkan pertumbuhan longitudinal pasien sangat cepat dan
pasien akan menjadi seorang raksasa (Syilfia A Price, 2005).
Gigantisme merupakan peningkatan hormon protein dalam banyak
jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan
kadar glukosa darah. Gigantisme terjadi pada periode anak-anak ketika
skeleton masih berpotensi untuk tumbuh, atau pada pra pubertas (Arvin,
2000).
Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon
pertumbuhan
yang
berlebihan
terjadi
setelah
epifisis
tulang
belakang.
Pemeriksaan
radiografi
tengkorak
pasien
akromegali
a. Istirahat
b. Diet
c. Medikamentosa
1) Obat pertama:
Bromokroptin (parlodel). Dosis 2,5 mg sesudah makan
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mubin, H
1. Pemeriksaan Laboratorium
a.
b.
c.
d.
2.Pemeriksaan Khusus
a. Peningkatan growth hormon darah atau SM-C (IGF-1)
b. Somatostatin meningkat
c. CT Scan
d. MRI
CT scan dan MRI pada sela tursika memperlihatkan
mikroadenoma hipofisis, serta makro adenoma yang meluas keluar
sela mencakup juga sisterna di atas sela, dan daerah sekitar sela, atau
sinus
sfenoid.Pengobatan
akromegali
atau
gigantisme
lebih
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Dasar Data Pengkajian Pasien
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh pertumbuhan tulang abnormal pada gigantisme, pertumbuhan
longitudinal dan sangat cepat. Pada akromegali umumnya memeperlihatkan
pembesaran tangan dan kaki.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak kapan keluhan dirasakan. Pada gigantisme klien biasanya mengatakan
pertumbuhan tulang yang berlebihan sehingga tinggi badan abnormal, untuk
anak-anak pertumbuhannya dua kali tinggi badan normal pada usia tersebut.
Didapatkan masa pubertas yang tertunda dan alat kelamin tidak dapat tumbuh
sempurna. Pada akromegali klien mengatakan tulang mengalami kelainan
bentuk, bukan memanjang, gambaran tulang wajah kasar, tangan dan kakinya
membengkak.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Bladder (B4)
Pada gigantisme terjadi pertumbuhan alat kelamin yang tidak sempurna. Pola
BAK biasanya normal. Pada akromegali terdapat penurunan libido, impotensi,
oligomenorea, infertilitas, nyeri senggama pada wanita, batu ginjal.
5.
Bowel (B5)
Biasanya pola BAB normal, terjadi deformitas mandibula disertai timbulnnya
prognatisme (rahang ang menjorok ke depan) dan gigi geligi tidak dapat
menggigit sehingga meyulitkan dalam mengunyah makanan. Pembesaran
10
Bone (B6)
Pada gigantisme pertumbuhan longitudinal, pembesaran pada kaki dan tangan
perubahan bentuk yang terjadi membesar. Deformitas tulang belakang karena
pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan timbulnya nyeri punggung
dan perubahan fisiologik tulang belakang. Terdapat nyeri sendi pada bahu tulang
dan lutut. (Price, 2005)
C. Pemeriksaan Fisik
1. Foto tengkorak
2. CT scan otak
3. Pemeriksaan kadar GH
4. Tes toleransi glukosa.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmissi
impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus
2. Nyeri berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya pertumbuhan organ-organ yang
berlebihan
E. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmissi
impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.
Kriteria hasil :
11
c.
Rencana Tindakan:
1.
2.
3.
5.
b.
Intervensi:
1) Kaji karakteristik nyeri
12
13
Intervensi :
1) Dorong mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit
Rasional : Memberikan informasi kepada pasien tentang penyebab penyakit
sehingga menimbulkan respon psikologis yang positif
2) Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktivitas
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien
3) Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien sehingga klien merasa
nyaman dan kebutuhan perawatannya terpenuhi.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gigantisme adalah suatu penyakit kelebihan pertumbuhan longitudinal
tulang skelet, dijumpai akibat kelebihan GH sebelum pubertas. Kelebihan GH
pada masa kanak-kanak, dimana lempeng epifisis (epiphyseal plate) pada
ujung-ujung tulang panjang masih belum tertutup, akan berakibat timbulnya
tubuh raksasa (gigantisme).Pada umumnya pasien gigantisme
juga
15
itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sehingga kami bisa
berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia,dkk. 2005.PATOFISIOLOGI.Jakarta:EGC
Mubin, Halim.2007.P anduan Praktis ILMU PENYAKIT DALAM:Diagnosis dan
Terapi.
Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku PATOFISIOLOGI.Jakarta:EGC
Ganong.2008.Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN.Jakarta:EGC
Baron. 1991. Kapita Selekta PATALOGI KLINIK edisi IV. Jakarta:EGC
16