Professional Documents
Culture Documents
HISTO EMBRIOLOGI
PENGAMATAN SIKLUS ESTRUS HAMSTER
APRIANI
NIM : F1071131010
KELOMPOK: 4 (EMPAT)
A. LATAR BELAKANG
Salah satu ciri makhluk yaitu berkembangbiak atau melakukan proses
reproduksi untuk memperbanyak keturunannya, sehingga
tidak terjadi
kepunahan pada spesies tersebut. Pada mamalia ditemukan dua siklus berbeda
yang merupakan pola sekresi hormon dan berbagai peristiwa reproduktif.
Manusia dan banyak primata lain mempunyai siklus menstruasi (menstrual
cycle), sementara mamalia lain mempunyai siklus estrus (estrus cycle). Estrus
yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti kegilaan atau gairah
adalah satu satunya waktu dimana perubahan vagina memungkinkan terjadinya
perkawinan. Sebelum dan sesudah periode estrus yang singkat itu, hewan tidak
memiliki dorongan seksual.
Pada tingkat fisik, siklus estrus mempersiapkan saluran reproduksi betina
untuk kopulasi. Pada estrus tidak terdapat perkembangan lapisan uterus yang
rumit seperti pada siklus menstruasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, penebalan
dinding rahim akan diserap kembali ke dalam tubuh. Peristiwa-peristiwa siklus
estrus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Pada sejumlah hewan,
pelepasan ovum tergantung pada kopulasi. Dalam siklus estrus terdapat
beberapa tahapan atau fase, diantaranya fase proestrus, estrus, metestrus dan
juga diestrus. Praktikum ini dilaksanakan agar praktikan dapat mengamati
apusan vagina hamster.
B. TUJUAN
Mengamati apusan vagina hamster
C. KAJIAN PUSTAKA
Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem
reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang
tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya .
Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan silus menstruasi,
sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus
(Ayuning, 2011).
2.
3.
4.
Bahan:
a.
b.
c.
d.
3. Cara Kerja
a. Hamster betina diambil, dipegang dengan tangan kiri, ibu dan
telunjuk jari memegang tengkuknya atau leher dorsal.
b. Jari tengah, jari manis, dan kelingking memegang badan ekor.
c. Bagian vagina disemprotkan NaCL 0,9%, kemudian dihisap
cairanyang keluar 3 sampai 4 kali dengan hati-hati.
d. Cairan yang dihisap pada pipet berwarna keruh, kemudian
diteteskan pada kaca objek 1 sampai 2 tetes. Dibiarkan sampai
kering.
e. Ditetesi dengan larutan pewarna metilen blue 1%. Dibiarkan 5
sampai 10 menit.
Ditetesi dengan aquades dan situtup dengan kaca penutup.
f. Diamati dengan mikroskop. Bila zat warna berlebih, dibilas
dengan air dengan cara meneteskan air.
g. Tutup dengan cover glass.
D. HASIL PENGAMATAN
SEL BIASA
LEUKOSIT
E. PEMBAHASAN
Praktikum yang berjudul pengamatan siklus estrus hamster ini bertujuan
untuk mengamati apusan vagina hamster. Hasil pengamatan apusan vagina ini,
digunakan untuk melihat siklus estrus pada hamster yang digunakan untuk
praktikum ini.
Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem
reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang
tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya .
Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan silus menstruasi,
sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus
(Ayuning, 2011).
Siklus estrus mempunyai beberapa fase, yaitu proestrus, estrus,
metestrus, dan diestrus. Ciri-ciri dari fase siklus estrus tersebut adalah sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
E. KESIMPULAN
1. Siklus reproduksi pada hamster terdiri atas 4 yakni proestrus, estrus,
metaestrus dan diestrus.
2. Ciri-ciri dari fase siklus estrus tersebut adalah sebagai berikut :
a. Proestrus: terdapat sel epitel biasa
b. Estrus: terdapat sel menanduk (cornified)
c. Diestrus: terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit
d. Matestrus (kalau ada): terdapat banyak sel epitel menanduk dan
leukosit, kemudian juga sel epitel biasa
3. Pada hasil pengamatan apusan vagina hamster betina menunjukkan ciriciri memiliki sel biasa dan leukosit yang banyak sehingga tergolong
kedalam fase diestrus.
4. Diestrus adalah fase dalam siklus estrus yang ditandai dengan tidak
adanya kebuntingan,tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi
tenang. Dalam permulaan fase diestrus korpus hemoragikum mengkerut
dibawah lapisan hemoragik ini tumbuh sel-sel kuning disebut luteum.
5. Gangguan pada siklus estrus dapat disebabkan oleh gangguan internal
tubuh hewan misalnya kadar glukosa dan gangguan eksternal misalnya
pemberian MSG yang mempengaruhi fungsi hormonal.
F. SARAN
Pada pengamatan selanjutnya ada baiknya memastikan dengan jelas
umur hamster yang digunakan untuk mempermudah pengamatan dan disediakan
kandang undung hamster yang digunakan sehingga hamster tidak kabur lagi.
Asisten juga menunjukkan bagaimana cara kerjanya sehingga didapatkanlendir
dari vagina hamster yang tepat untuk pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2011. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: UNM.
Andre.
2011.
Embriologi.
(Online).
(http://andre4088.blogspot.com/2011/11/embriologi-bab-2.html diakses
tanggal 12 april 2016).
Anonim.
2012.
Hamster.
(online).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hamster.
Qurota.
2011.
Siklus
Reproduksi.
(Online).
(http://qurrotaayunc.blogspot.com/2011/12/siklus-reproduksi.html
diakses tanggal 12 april 2016).
Campbell, N.A. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Haerani, Nunung. 2009. Siklus Estrus Hewan. (online). (http://nununghaerani.
blogspot.com/2009/06/embriologi-hewan-siklus estrus.html Diakses 12
april 2016).
Iman,
Cikha
Farahdiba.
2011.Vaginal
Smear.
(online).
(http://www.
Megawati, Dian et all. 2005. Siklus Estrus dan Struktur Histologis Ovarium
Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Setelah Pemberian Monosodium
Glutamat (MSG) Secara Oral. Jurnal UNS, Vol. 7 No. 1, April 2005: 4752. Diakses 12 april 2016.
Partodihardjo,s. 1980. Ilmu reproduksi hewan. Jakarta: mutiara Jakarta.
Utami, Eva Tyas et all. 2009. Efek Kondisi Hiperglikemik terhadap Struktur
Ovarium dan Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L). Jurnal ILMU
DASAR FMIPA Universitas Jember, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 219-224.
Diakses 12 april 2016.
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi untuk Mahasiswa Biologi
dan Kedokteran. Bandung : Tarsito.