You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM

HISTO EMBRIOLOGI
PENGAMATAN SIKLUS ESTRUS HAMSTER

APRIANI
NIM : F1071131010
KELOMPOK: 4 (EMPAT)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016

PENGAMATAN SIKLUS ESTRUS HAMSTER

A. LATAR BELAKANG
Salah satu ciri makhluk yaitu berkembangbiak atau melakukan proses
reproduksi untuk memperbanyak keturunannya, sehingga

tidak terjadi

kepunahan pada spesies tersebut. Pada mamalia ditemukan dua siklus berbeda
yang merupakan pola sekresi hormon dan berbagai peristiwa reproduktif.
Manusia dan banyak primata lain mempunyai siklus menstruasi (menstrual
cycle), sementara mamalia lain mempunyai siklus estrus (estrus cycle). Estrus
yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti kegilaan atau gairah
adalah satu satunya waktu dimana perubahan vagina memungkinkan terjadinya
perkawinan. Sebelum dan sesudah periode estrus yang singkat itu, hewan tidak
memiliki dorongan seksual.
Pada tingkat fisik, siklus estrus mempersiapkan saluran reproduksi betina
untuk kopulasi. Pada estrus tidak terdapat perkembangan lapisan uterus yang
rumit seperti pada siklus menstruasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, penebalan
dinding rahim akan diserap kembali ke dalam tubuh. Peristiwa-peristiwa siklus
estrus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Pada sejumlah hewan,
pelepasan ovum tergantung pada kopulasi. Dalam siklus estrus terdapat
beberapa tahapan atau fase, diantaranya fase proestrus, estrus, metestrus dan
juga diestrus. Praktikum ini dilaksanakan agar praktikan dapat mengamati
apusan vagina hamster.
B. TUJUAN
Mengamati apusan vagina hamster
C. KAJIAN PUSTAKA
Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem
reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang
tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya .
Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan silus menstruasi,
sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus
(Ayuning, 2011).

Pada kebanyakan vertebrata dengan pengecualian primata, kemauan


menerima hewan heawan jantan terbatas selama masa yang disebut estrus atau
berahi. Selama estrus, hewan-hewan betina, secara fisiologis dan psikologis
dipersiapkan untuk menerima hewan-hewan jantan, dan perubahan-perubahan
struktural terjadi di dalam organ-organ assesori seks betina. Hewan-hewan
monoestrus menyelesaikan satu siklus estrus setiap tahun sedangkan hewanhewan poliestrus menyelesaikan dua atau lebih siklus estrus setiap tahun apabila
tidak diganggu oleh kehamilan (Campbell, 2004).
Dalam siklus estrus terdapat suatu periode atau masa yang disebut masa
estrus dimana hewan betina berkeinginan kuat untuk melakukan koitus. Oleh
karena itu, masa estrus sering disebut period of heat. Siklus etrus
merupakanrangkaian kejadian yang berhubungan dengan persiapan uterus untuk
menerima zigot. Tentu saja, siklus ini juga berhubungan dengan pematangan
telur dan perubahan tingkah laku seksual pada mamalia (Yatim, 1994).
Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap proestrus,
estrus, metestrus, dan diestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan
melihat gambaran sitologi apusan vagina. Pada saat estrus, vagina
memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat
pada hewan-hewan laboratorium, umpamanya mencit dan tikus, sebelum hewan
jantan dan betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus
awal. Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak.
Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahwa kopulasi telah
berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan yang ke nol (Adnan,
2006 dalam Iman, 2011).
Pada fase estrus terlihat pengaruh estrogen dan dikerakteristikan oleh sel
kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus,
lapisan kornifikasi tampak sloughed off invasi leukosit terjadi. Selama diestrus,
leukosit tampak berlimpah. Fase proestrus terjadi dengan pengaruh hormone
gonadotropin dan sekresi estrogen mempunyai pengaruh yang besar. Fase
metestrus, selama fase ini di mana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus
dipengaruhi oleh progesterone dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas
dan mungkin berakhir 1-5 hari. Fase diestrus dikarakteristikan oleh aktivitas

corpus luteum di mana dalam memproduksi progesteron (Hill, 2006 dalam


Iman, 2011)
Ciri-ciri dari fase siklus estrus tersebut adalah sebagai berikut :
1.

Proestrus: terdapat sel epitel biasa

2.

Estrus: terdapat sel menanduk (cornified)

3.

Diestrus: terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit

4.

Matestrus (kalau ada): terdapat banyak sel epitel menanduk dan

leukosit, kemudian juga sel epitel biasa (Yatim, 1994).


Struktur reproduksi eksternal betina adalah klitoris, dan dua pasang labia
yang mengelilingi klitoris dan lubang vagina. Sedangkan organ reproduksi
internal terdiri dari sepasang gonad dan sebuah sistem yang terdiri dari duktus
dan ruangan untuk menghantarkan gamet dan menampung embrio dan fetus.
Gonad betina (ovarium) berada di dala rongga abdomen, dan bertautaut melalui
mesenterium ke uterus. Masing-masing ovarium terbungkus dalam kapsul
pelindung yang keras dan mengandung banyak folikel. Folikel terdiri atas satu
sel telur yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel-sel folikel. Sel-sel folkel
juga menghasilkan hormon seks utama betina ,yaitu estrogen (Campbell,2004).
Fase estrus biasanya ditandai dengan alat kelamin luarnya, yaitu vulva
yang membengkak dan berwarna kemerahan. Keberhasilan perkawinan mencit
ditandai dengan adanya sumbat vagina (vaginal plug) yaitu suatu gumpalan
cairan yang menutupi lubang vagina. Adanya sumbat vagina merupakan hari
kehamilan ke-0. Zigot yang terbentuk dari hasil fertilisasi akan mengalami
perkembangan menjadi embrio (Andre, 2011).
Seperti halnya siklus menstruasi yang terjadi pada mamalia betina
primata, siklus estrus sangat dipengaruhi oleh hormon esterogen dan
progesteron yang dihasilkan ovarium serta hormon FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) yang dihasilkan oleh hipofisis
anterior. Hormon FSH merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium dan
folikel yang sedang tumbuh ini mensekresikan hormon estrogen, dimana saat
terjadinya lonjakan dari hormon estrogen, hipofisis anterior akan meningkatkan
sekresi hormon LH sehingga akan terjadi ovulasi. Setelah ovulasi LH akan
merangsang jaringan folikel yang tertinggal di ovarium, untuk membentuk

korpus luteum yang akan mensekresikan hormon progesteron. Hormon


progesteron ini akan merangsang penebalan dinding endometrium untuk
mempersiapkan kehamilan jika terjadi pembuahan (Ganong, 1983).

Hamster adalah binatang sejenis hewan pengerat,


terdapat berbagai jenis di dunia dan hampir ada di tiap negara. Bentuknya yang
mini membuat hamster mudah untuk dibawa ke mana-mana dan tidak
memerlukan kandang yang terlalu besar untuk merawatnya. Hamster jantan
memiliki testis yang besar sesuai dengan ukuran tubuh mereka. Hamster muda
lebih sulit melakukan seks. Hamster melakukan pembuahan pada usia yang
berbeda tergantung dari spesiesnya, tetapi hal ini bisa dilakukan pada usia 1
bulan sampai 3 bulan. Hamster jantan tetap dapat melakukan pembuahan selama
hidupnya, namun betina tidak. Hamster betina mengalami estrus kira-kira setiap
tiga hari (Anonim, 2012).
C. METODOLOGI
1. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : kamis/ 6 april 2016
Pukul : 09.30 WIB- 11.40 WIB
Tempat : Laboratorium 1 Pendidikan Biologi FKIP Untan
2. Alat dan Bahan
Alat:
a.
b.
c.
d.
e.

Kaca objek dan kaca penutup


Pepet tetes
Mikroskop
Hair driyer
Gelas beaker

Bahan:
a.
b.
c.
d.

Hamster Syrian (betina dan jantan)


NaCl fisiologis 0,9%
Metilen blue 1%
Aquades

3. Cara Kerja
a. Hamster betina diambil, dipegang dengan tangan kiri, ibu dan
telunjuk jari memegang tengkuknya atau leher dorsal.
b. Jari tengah, jari manis, dan kelingking memegang badan ekor.
c. Bagian vagina disemprotkan NaCL 0,9%, kemudian dihisap
cairanyang keluar 3 sampai 4 kali dengan hati-hati.
d. Cairan yang dihisap pada pipet berwarna keruh, kemudian
diteteskan pada kaca objek 1 sampai 2 tetes. Dibiarkan sampai
kering.
e. Ditetesi dengan larutan pewarna metilen blue 1%. Dibiarkan 5
sampai 10 menit.
Ditetesi dengan aquades dan situtup dengan kaca penutup.
f. Diamati dengan mikroskop. Bila zat warna berlebih, dibilas
dengan air dengan cara meneteskan air.
g. Tutup dengan cover glass.
D. HASIL PENGAMATAN

SEL BIASA

LEUKOSIT

E. PEMBAHASAN
Praktikum yang berjudul pengamatan siklus estrus hamster ini bertujuan
untuk mengamati apusan vagina hamster. Hasil pengamatan apusan vagina ini,

digunakan untuk melihat siklus estrus pada hamster yang digunakan untuk
praktikum ini.
Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem
reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang
tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya .
Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan silus menstruasi,
sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus
(Ayuning, 2011).
Siklus estrus mempunyai beberapa fase, yaitu proestrus, estrus,
metestrus, dan diestrus. Ciri-ciri dari fase siklus estrus tersebut adalah sebagai
berikut :
1.

Proestrus: terdapat sel epitel biasa

2.

Estrus: terdapat sel menanduk (cornified)

3.

Diestrus: terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit

4.

Matestrus (kalau ada): terdapat banyak sel epitel menanduk dan

leukosit, kemudian juga sel epitel biasa (Yatim, 1994).


Pada hasil pengamatan diketahui bahwa hasil apusan vagina hamster
betina yang di amati di bawah mikroskop menunjukkan adanya sel biasa dan
leukosit.yang banyak. Hal ini berarti hamster tersebut sudah memasuki fase
diestrus yang merupakan fase akhir dari siklus estrus. Menurut Partodiharjo
(1980), diestrus adalah fase dalam siklus estrus yang ditandai dengan tidak
adanya kebuntingan,tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi tenang.
Dalam permulaan fase diestrus korpus hemoragikum mengkerut dibawah
lapisan hemoragik ini tumbuh sel-sel kuning disebut luteum. Diestrus adalah
fase yang terlama diantara fase-fase lain dalam siklus estrus. Fase ini ditandai
dengan jumlah leukosit banyak, dan terdapat sel biasa. Ciri khas dari fase ini
adalah terdapat mucus atau lendir.
Gangguan dalam siklus estrus dapat disebabkan beberapa hal. Pada
hewan mamalia yang mengalami fertilisasi internal kondisi tubuh sangat
mempengaruhi keberhasilan fertilisasi, misalnya hormon, kadar glukosa darah.
Salah satu gangguan kadar glukosa (tinggi dari normal) menyebabkan terjadinya

kondisi hiperglikemik. Kondisi hiperglikemik juga menurunkan sensitivitas


aksis hiptalamus-hipofisisovarium terhadap perubahan kadar hormon steroid
dalam darah. Selain kadar estrogen yang rendah, kondisi hiperglikemik juga
mengakibatkan menurunnya kadar LH sehingga proses ovulasi menjadi
terhambat (Cox et all. 1994 dalam Utami et all. 2009).
Gangguan hormonal akibat pengaruh MSG menyebabkan proses
perkembangan folikel tidak berjalan normal sehingga sebagian besar folikel
menjadi atretik. Peningkatan jumlah folikel atresia ini dimungkinkan akibat
terhambatnya pematangan folikel ovarium mulai dari stadium perkembangan
folikel primer hingga terjadinya ovulasi. Atresia merupakan gejala yang umum
terjadi pada folikel ovarium hewan normal, namun pemberian namun pemberian
MSG dapat meningkatkan jumlah folikel atresia. Pemberian MSG sebenarnya
mempengaruhi ovarium secara keseluruhan dan saling berhubungan. Secara
umum gangguan yang menyebabkan penurunan jumlah folikel sekunder akan
menurunkan jumlah folikel tersier dan kemudian mempengaruhi penurunan
jumlah korpus luteum dan peningkatan jumlah folikel atresia. Jika sejak tahap
awal perkembangan folikel sudah terganggu maka tahap selanjutnya akan
terganggu (Megawati et all. 2005).

E. KESIMPULAN
1. Siklus reproduksi pada hamster terdiri atas 4 yakni proestrus, estrus,
metaestrus dan diestrus.
2. Ciri-ciri dari fase siklus estrus tersebut adalah sebagai berikut :
a. Proestrus: terdapat sel epitel biasa
b. Estrus: terdapat sel menanduk (cornified)
c. Diestrus: terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit
d. Matestrus (kalau ada): terdapat banyak sel epitel menanduk dan
leukosit, kemudian juga sel epitel biasa
3. Pada hasil pengamatan apusan vagina hamster betina menunjukkan ciriciri memiliki sel biasa dan leukosit yang banyak sehingga tergolong
kedalam fase diestrus.

4. Diestrus adalah fase dalam siklus estrus yang ditandai dengan tidak
adanya kebuntingan,tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi
tenang. Dalam permulaan fase diestrus korpus hemoragikum mengkerut
dibawah lapisan hemoragik ini tumbuh sel-sel kuning disebut luteum.
5. Gangguan pada siklus estrus dapat disebabkan oleh gangguan internal
tubuh hewan misalnya kadar glukosa dan gangguan eksternal misalnya
pemberian MSG yang mempengaruhi fungsi hormonal.

F. SARAN
Pada pengamatan selanjutnya ada baiknya memastikan dengan jelas
umur hamster yang digunakan untuk mempermudah pengamatan dan disediakan
kandang undung hamster yang digunakan sehingga hamster tidak kabur lagi.
Asisten juga menunjukkan bagaimana cara kerjanya sehingga didapatkanlendir
dari vagina hamster yang tepat untuk pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2011. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: UNM.
Andre.

2011.

Embriologi.

(Online).

(http://andre4088.blogspot.com/2011/11/embriologi-bab-2.html diakses
tanggal 12 april 2016).
Anonim.

2012.

Hamster.

(online).

(http://id.wikipedia.org/wiki/Hamster.

Diakses tanggal 12 april 2016).


Ayuning,

Qurota.

2011.

Siklus

Reproduksi.

(Online).

(http://qurrotaayunc.blogspot.com/2011/12/siklus-reproduksi.html
diakses tanggal 12 april 2016).
Campbell, N.A. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Haerani, Nunung. 2009. Siklus Estrus Hewan. (online). (http://nununghaerani.
blogspot.com/2009/06/embriologi-hewan-siklus estrus.html Diakses 12
april 2016).
Iman,

Cikha

Farahdiba.

2011.Vaginal

Smear.

biosains.edu.com Diakses 12 april 2016).

(online).

(http://www.

Megawati, Dian et all. 2005. Siklus Estrus dan Struktur Histologis Ovarium
Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Setelah Pemberian Monosodium
Glutamat (MSG) Secara Oral. Jurnal UNS, Vol. 7 No. 1, April 2005: 4752. Diakses 12 april 2016.
Partodihardjo,s. 1980. Ilmu reproduksi hewan. Jakarta: mutiara Jakarta.
Utami, Eva Tyas et all. 2009. Efek Kondisi Hiperglikemik terhadap Struktur
Ovarium dan Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L). Jurnal ILMU
DASAR FMIPA Universitas Jember, Vol. 10 No. 2, Juli 2009 : 219-224.
Diakses 12 april 2016.
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi untuk Mahasiswa Biologi
dan Kedokteran. Bandung : Tarsito.

You might also like