You are on page 1of 16

ANALISA KASUS PT.

PERUSAHAAN GAS NEGARA, Tbk


Disusun untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah Hukum Pasar Modal

Disusun oleh :
Andi Putri sekar L

14/371846/PHK/08220

Esa Pratama Putra Daeli

14/371449/PHK/08209

Hari Anggara

14/ 370832/ PHK/ 8167

Maria M Sekar Puri

14/ 371251/ PHK/ 8179

Septi Dwi Lestari

14/ 371186/ PHK/ 8174

PROGRAM PASCA SARJANA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GAJAH MADA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut
UU Pasar Modal), disebutkan beberapa pokok-pokok kejahatan pasar modal
yang biasanya menjadi pilar modus yang selanjutnya dikembangkan dan
dikombinasikan dengan bentuk-bentuk yang lain. Hal yang dilarang oleh
undang-undang adalah menyangkut tentang manipulasi pasar (market
manipulation), penipuan (fraund), dan perdagangan orang dalam (insider
trading), dengan berbagai unsur-unsur yang dapat menjerat siapa saja yang
melanggar ketentuan tersebut.
Perdagangan efek yang wajar adalah penyelenggaraan perdagangan yang
berlangsung secara alamiah dalam pengertian bahwa setiap kekuataan
penawaran atau permintaan dilakukan berdasarkan mekanisme pasar yang
bebas dari adanya keadaaan yang tidak mendukung terciptanya keadaan pasar
sesuai dengan keinginan para pelakunya seperti adanya sistem penyampaian
informasi akurat dan tepat waktu dari emiten, terhindarnya pasar dari usahausaha pihak tertentu untuk memperoleh keuntungan dari ketidaktahuan dari
pihak lainnya dan adanya sistem serta tata cara pelaksanaan perdagangan yang
mendukung terciptanya kewajaran dalam melakukan perdagangan dibursa efek.
Kasus yang akan kami angkat dalam makalah ini adalah kasus yang
terjadi pada PT. Perusahaan Gas Negara, tbk. Kasus ini bermula pada tahun
2006 ketika PT. Perusahaan Gas Negara, tbk melakukan proyek pipanisasi
untuk wilayah sumatera selatan sampai dengan jawa barat atau south sumatera
west java (SSWJ) pipaline, namun dalam proyek pipanisasi ini PT. Perusahaan
Gas Negara,tbk mengalami keterlambatan, keterlambatan pada proyek
pipanisasi ini menyebabkan resahnya investor karena PT. Perusahaan Gas
Negara,tbk tidak langsung melaporkan keterlambatan kepada BAPEPAM-LK
sehingga sempat terjadi ketidaktahuan investor.
PT. Perusahaan Gas Negara,tbk terlambat melaporkan informasi
mengenai keterlambatan proyek pipanisasi dan mengenai informasi penurunan
2

volume gas yaitu pada 35 hari setelah adanya keterlambatan. Hal ini sempat
mempengaruhi harga penjualan saham, penurunan terjadi secara signifikan
harga saham PGAS di Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta), yaitu
sebesar 23,36%, dari Rp9.650 (harga penutupan pada tanggal 11 Januari 2006)
menjadi Rp7.400 per lembar saham pada tanggal 12 Januari 2007.
Penurunan harga saham tersebut sangat erat kaitannya dengan press
release yang dilakukan oleh PGAS sehari sebelumnya (11 Januari 2007),
dimana dalam press release tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas
rencana besarnya volume gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling
sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Atas kasus ini BAPEPAM-LK
memberikan sanksi kepada PT. Perusahaan Gas Negara,tbk dan juga kepada
jajaran Direksi dan juga mantan jajaran Direksi berupa sanksi administratif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pelanggaran yang terdapat pada kasus PT. Perusahaan Gas Negara,
tbk?
2. Apakah sanksi yang diberikan oleh BAPEPAM-LK sudah tepat?

BAB II
3

PEMBAHASAN
A. Pelanggaran dalam Kasus PT. Perusahaan Gas Negara,tbk
Seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan, kasus dalam PT.
Perusahaan Gas Negara, tbk bermula dari terjadinya penurunan secara
signifikan harga saham PGAS di Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek
Jakarta), yaitu sebesar 23,36%, dari Rp9.650 (harga penutupan pada tanggal
11 Januari 2006) menjadi Rp7.400 per lembar saham pada, dimana penurunan
harga saham tersebut erat kaitannya dengan press release yang dikeluarkan
oleh PGAS pada tanggal 11 Januari 2007 tentang penurunan volume gas dari
150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD dan tertundanya gas-in yang semula
akan dilakukan pada akhir Desember 2006 menjadi Maret 2007.
Dalam hal ini, orang dalam PGAS telah mengetahui informasi tersebut
jauh hari sebelum diadakan press release yakni tanggal 12 September 2006
untuk informasi penurunan volume gas dan tanggal 18 Desember 2006 untuk
informasi tertundanya gas-in. Pada periode 12 September 2006 sampai dengan
11 Januari 2007, 9 pegawai PGAS (pegawai) melakukan transaksi saham
PGAS.
Pelanggaran di bidang pasar modal dapat dibagi dalam dua kelompok.
Yaitu:1
1. Dilihat dari sisi administratif
Mulai dari Pasal 25 sampai Pasal 89 UUPM berkaitan dengan
kewwajiban menyampaikan laporan atau dokumen tertentu kepada
Bapepam dan atau masyarakat. Menurut Peraturan Bapepam X.K.1
laporan yang dimaksud adalah laporan berkala atau laporan yang
bersifat insidentil yang berisikan informasi atau fakta materiil yang
penting dan relevan mengenai peristiwa atau kejadian yang dapat
mempengaruhi harga saham di Bursa efek dan atau keputusan
pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas
informasi atau fakta tersebut.
1

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal di Indonesia. 2009. Sinar Grafika:
Jakarta, hlm 69

Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Gas Negara, tbk melanggar


Pasal 86 karena terlambat melaporkan fakta atas penundaan proyek
pipanisasi. Pasal 86 ayat (1) huruf b UU PM disebutkan bahwa:
Emiten yang Pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif atau
Perusahaan publik wajib menyampaikan laporan kepada Bapepam dan
mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang
dapat mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya pada akhir hari
kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut.
Bapepam-LK telah melakukan pemeriksaan terhadap dokumen
dan Pihakpihak terkait dengan pelanggaran Pasal 86 UU Pasar Modal
jo. Peraturan Nomor X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi Yang
Harus Segera Diumumkan Kepada Publik yang dilakukan oleh PT
PGN.
Atas pelanggaran Pasal 86 UU Pasar Modal jo. Peraturan
Nomor X.K.1 ditemukan bukti bahwa PT. Gas Negara terlambat
melaporkan fakta atas penundaan proyek pipanisasi yang dilakukan
oleh PT PGN. Dalam hal ini keterlambatan pelaporan keterbukaan
informasi sebanyak 35 hari.2
Mengenai informasi penurunan volume gas dan informasi
tertundanya gas in Dikategorikan sebagai fakta material dalam
Peraturan Nomor X.K.1. BAPEPAM LK menjatuhkan sanksi denda
sebesar Rp. 35.000.000,00 (tiga puluh lima juta rupiah) kepada PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atas pelanggaran Pasal 86
Undang-undang Pasar Modal jo. Peraturan Nomor X.K.1
2. Dilihat dari teknis yang menyangkut masalah perizinan, persetujuan,
dan pendaftaran di Bapepam. UUPM membagi pelanggaran yang
bersifat teknis ini dalam dua jenis yaitu pelanggaran dan kejahatan.
Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Gas Negara, tbk

melakukan

kejahatan. Berikut kejahatan yang dilakukan oleh PT. Perusahaan Gas


Negara, tbk yaitu:
2

Press Realese Tanggal 13 Maret 2007 halaman 1-2

a. Pasal 93 UU PM
Ada beberapa hal yang seringkali dilarang dalam hal
keterbukaan informasi, di antaranya sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)

Memberikan informasi yang salah sama sekali.


Memberikan informasi yang setengah benar.
Memberikan informasi yang tidak lengkap.
Sama sekali diam terhadap fakta/informasi material.
Keempat hal ini dilarang karena oleh hukum dianggap dapat

menimbulkan

misleading

bagi

investor

dalam

memberikan

judgement nya untuk membeli atau tidak suatu efek . Ketentuan ini
juga diadopsi dalam Pasal 93 UU Pasar Modal. , yang menyebutkan
bahwa:
Setiap pihak dilarang, dengan cara apa pun, memberikan
keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan
sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek apabila pada
saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan:
a. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya
mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut
secara materiil tidak benar atau menyeesatkan; atau
b. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam
menentukan kebenaran materiil dan pernyataan atau
keterangan tersebut.
Pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan masih banyak
terdapat dalam praktek pasar modal diseluruh dunia. Tujuan
pelaksanaan prinsip keterbukaan untuk membantu menetapkan harga
pasar yang akurat, relevan dengan kebutuhan investor canggih atau
profesional (sophisticated investor) yang memerlukan informasi untuk
keputusan investasi .
Selanjutnya dalam Keputusan ketua Bapepam No. KEP86/PM/1996, tentang keterbukaan informasi yang harus segera
diumumkan kepada publik, diberikan contoh-contoh informasi atau
fakta materil tersebut, yaitu :
1) Penggabungan usaha , pembelian saham, peleburan usaha
atau pembentukan usaha patungan.
2) Pembagian dividen atau pemecahan saham.
3) Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya.
4) Perolehan atau kehilangan kontrak penting.
6

5) Produk atau penemuan baru yang berarti.


6) Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting
dalam manajemen.
7) Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek
yang bersifat utang.
8) Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara
terbatas yang material jumlahnya.
9) Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang material.
10) Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting
11) Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan atau
12)
13)
14)
15)

direktur dan komisaris perusahaan.


Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain.
Penggantian akuntan yang mengaudit perusahan.
Penggantian wali amanat.
Perubahan tahun fiskal perusahaan.

Menurut

Munir

Fuady

beberapa

tindakan

yang

dapat

digolongkan tindak pidana manipulasi pasar versi UU PM adalah


sebagai berikut3:
1) Menciptakan gambaran pasar modal yang semu, dengan
jalan:
a) Melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan
perubahan pemilikan atau
b) Melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek pada
harga tertentu, sedangkan pihak lain yang merupakan
persengkongkolannya juga melakukan penawaran beli
atau penawaran jual pada harga yang lebih kurang sama.
2) Melakukan dua atau lebih transaksi efek di Bursa Efek
sehingga menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap, naik,
atau turun dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk
membeli, menjual, atau menahan Efek. Akibatnya harga efek
tersebut tidak berdasarkan pada permintaan jual atau beli
yang sesungguhnya.

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal di Indonesia. 2009. Sinar Grafika:
Jakarta, hlm 75

3) Membuat pernyataan atau memberi keterangan yang secara


materiil tidak benar, yang dapat mempengaruhi harga efek
atau dengan tujuan untuk mempengaruhi pihak lain untuk
membeli atau menjual efek.
Dalam kasus ini, PT PGN melakukan manipulasi pasar
sebagaimana yang dimaksud oleh Munir Fuady pada point 3.
Bapepam-LK telah melakukan pemeriksaan terhadap dokumen dan
Pihak-pihak terkait dengan pelanggaran tentang pemberian keterangan
yang secara material tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
93 UU Pasar Modal.
Dimana PT. PGN memberikan keterangan material tidak benar
tentang rencana volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek
SSWJ (South Sumatera-West Java) . Fakta itu sudah diketahui atau
sewajarnya diketahui oleh direksi, yang kemudian seharusnya
keterangan itu disampaikan kepada publik, namun tidak disampaikan4.
Sehingga jelas terjadi bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap pasal
93 UU Pasar Modal dan diancam dengan pidana penjara paling lama
10 tahun dan denda paling banyak Rp. 15 milyar .
BAPEPAM LK menetapkan sanksi denda sebesar Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) kepada Direksi PT PGN yang
menjabat pada periode bulan Juli 2006 s/d sekarang yaitu Sdr.
Sutikno, Sdr. Adil Abas, Sdr. Djoko Pramono, Sdr. WMP Simanjuntak
dan Sdr. Nursubagjo Prijono, atas pelanggaran pemberian keterangan
yang secara material tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
93 UU Pasar Modal
b. Pasal 95 UU PM
Dalam pasal 95 UU Pasar Modal mengatur mengenai
perdagangan yang dilarang yaitu perdagangan orang dalam atau
insider trading. Insider trading atau perdagangan orang dalam
4

Press Realese Tanggal 13 Maret 2007 halaman 1-2

adalah suatu kondisi dimana terdapat orang dalam (insider)


perusahaan yang melakukan perdagangan dengan menggunakan
informasi yang belum di disclose. Insider mempunyai informasi
yang mengandung fakta materiil yang dapat mempengaruhi harga
saham. Posisi insider yang lebih baik (informational advantages)
dibandingkan dengan investor lain dalam perdagngan saham, oleh
karena itu dapat menciptakan perdagangan saham yang tidak fair,
mengingat bahwa insider trading adalah suatu praktik yang
dilakukan oleh orang dalam perusahaan (coorporate insider)
melakukan perdagangan saham dengan menggunakan informasi
yang mengandung fakta materiil yang dimiliki sedangkan informasi
itu belum terbuka (tersedia) untuk umum (inside public
information).5
Secara yuridis, diketemukan beberapa elemen dari suatu
pranata hukum insider trading, yaitu sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)

Adanya perdagangan efek.


Dilakukan oleh orang dalam perusahaan.
Adanya inside information.
Inside information tersebut belum terbuka untuk umum.
Perdagangan dimotivisir oleh adanya inside information

tersebut.
6) Tujuan untuk mendapat keuntungan yang tidak layak
Larangan mengenai praktik insider trading

telah diatur

dalam UU Pasar Modal Bab XI. Aturan mengenai perdagangan


orang dalam diatur dalam Pasal 95 sampai dengan Pasal 99. Dalam
kasus ini, PT PGN melanggar Pasal 95 UU Pasar Modal. Pasal 95
UU Pasar Modal menyebutkan bahwa:
Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang
mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan
pembelian atau penjualan atas Efek:
a. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau
b. perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan
Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan.
5

Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal di Indonesia. 2009. Sinar Grafika:
Jakarta, hlm 79

Penjelasan pasal 95 UU Pasar Modal memberi arti kepada


orang dalam sebagai pihak-pihak yang tergolong dalam:
a. Komisaris, Direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan
Publik
b. Pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik
c. Orang perseorangan yang karena kedudukannya, profesinya atau
karena hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan
Publik memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi
orang dalam, atau
d. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi
menjadi Pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
atau huruf c di atas.
Yang dimaksud dengan kedudukan dalam penjelasan
huruf c ini adalah jabatan pada lembaga, institusi, atau badan
pemerintah. Yang dimaksud dengan hubungan usaha dalam
penjelasan huruf c ini adalah hubungan kerja atau kemitraan dalam
kegiatan

usaha,

antara

lain

hubungan

nasabah,

pemasok,

kontraktor, pelanggan, dan kreditur. Yang dimaksud dengan


informasi orang dalam dalam penjelasan huruf c adalah
Informasi Material yang dimiliki oleh orang dalam yang belum
tersedia untuk umum
Dalam Press Realese Tanggal 27 desember 2007 menyatakan
bahwa pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari
2007, 9 orang dalam PGAS melakukan transaksi saham PGAS,
baik direksi maupun mantan direksi (Sdr. Adil Abas, Sdr.
Nursubagjo Prijono, Sdr. WMP Simanjuntak, Sdr. Widyatmiko
Bapang, Sdr. Iwan Heriawan, Sdr. Djoko Saputro, Sdr. Hari
Pratoyo, Sdr. Rosichin, Sdr. Thohir Nur Ilhami).
Terjadinya penurunan secara signifikan harga saham PGAS
di Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta), yaitu sebesar
23,36%, dari Rp9.650 (harga penutupan pada tanggal 11 Januari
2006) menjadi Rp7.400 per lembar saham pada tanggal 12 Januari
2007.
10

Penurunan harga saham tersebut sangat erat kaitannya dengan


press release yang dilakukan oleh PGAS sehari sebelumnya (11
Januari 2007), dimana dalam press release tersebut dinyatakan
bahwa terjadi koreksi atas rencana besarnya volume gas yang akan
dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi
30 MMSCFD.
Selain itu, juga dinyatakan bahwa tertundanya gas in (dalam
rangka komersialisasi) yang semula akan dilakukan pada akhir
Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007. Informasi yang
direlease tersebut sebenarnya sudah diketahui oleh manajemen
PGAS sejak tanggal 12 September 2006 (informasi tentang
penurunan volume gas) serta sejak tanggal 18 Desember 2006
(informasi tertundanya gas in).
Kedua informasi tersebut dikategorikan sebagai informasi
yang material dan dapat mempengaruhi harga saham di Bursa Efek,
hal tersebut tercermin dari penurunan harga saham PGAS pada
tanggal 12 Januari 2007.
Direksi maupun mantan direksi mengetahui informasi
material yang belum diketahui oleh umum. Karena telah
mengetahui informasi material PT PGN, maka mereka melakukan
transaksi saham PGAS untuk keuntungan sendiri. Atas perbuatan
direksi maupun mantan direksi PT PGN, Bapepam menetapkan
sanksi administratif berupa denda terhadap:
1) Sdr. Adil Abas sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta
rupiah);
2) Sdr. Nursubagjo Prijono sebesar Rp53.000.000,00 (lima
puluh tiga juta rupiah);
3) Sdr. WMP Simanjuntak sebesar Rp2.330.000.000,00 (dua
miliar tiga ratus tiga puluh juta rupiah);
4) Sdr. Widyatmiko Bapang sebesar Rp25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah);
5) Sdr. Iwan Heriawan sebesar Rp76.000.000,00 (tujuh puluh
enam juta rupiah);
6) Sdr. Djoko Saputro sebesar Rp154.000.000,00 (seratus
lima puluh empat juta rupiah);
11

7) Sdr. Hari Pratoyo sebesar Rp9.000.000,00 (sembilan juta


rupiah);
8) Sdr. Rosichin sebesar Rp184.000.000,00 (seratus delapan
puluh empat juta rupiah); dan
9) Sdr. Thohir Nur Ilhami sebesar Rp317.000.000,00 (tiga
ratus tujuh belas juta rupiah).
Sanksi

tersebut

ditetapkan

antara

lain

dengan

mempertimbangkan pola transaksi dan akses yang bersangkutan


terhadap informasi orang dalam.

B. Sanksi yang Diberikan oleh BAPEPAM-LK


Berdasarkan press realise tertanggal 13 Maret 2007 dan 27 Desember
2007 BAPEPAM-LK menetapkan sanksi sebagai berikut:
1. Sanksi denda sebesar Rp. 35.000.000,00 (tiga puluh lima juta rupiah)
kepada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atas pelanggaran
Pasal 86 Undang-undang Pasar Modal jo. Peraturan Nomor X.K.1;
2. Sanksi denda sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
kepada Direksi PT PGN yang menjabat pada periode bulan Juli 2006
s/d sekarang yaitu Sdr. Sutikno, Sdr. Adil Abas, Sdr. Djoko Pramono,
Sdr. WMP Simanjuntak dan Sdr. Nursubagjo Prijono, atas pelanggaran
pemberian keterangan yang secara material tidak benar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 93 UU Pasar Modal.
3. Sanksi administratif berupa denda terhadap karena telah melanggar
Pasal 95 UU pasar Modal :
a. Sdr. Adil Abas sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah);
b. Sdr. Nursubagjo Prijono sebesar Rp53.000.000,00 (lima puluh tiga
juta rupiah);
c. Sdr. WMP Simanjuntak sebesar Rp2.330.000.000,00 (dua miliar
tiga ratus tiga puluh juta rupiah);
d. Sdr. Widyatmiko Bapang sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah);
e. Sdr. Iwan Heriawan sebesar Rp76.000.000,00 (tujuh puluh enam
juta rupiah);

12

f. Sdr. Djoko Saputro sebesar Rp154.000.000,00 (seratus lima puluh


empat juta rupiah);
g. Sdr. Hari Pratoyo sebesar Rp9.000.000,00 (sembilan juta rupiah);
h. Sdr. Rosichin sebesar Rp184.000.000,00 (seratus delapan puluh
empat juta rupiah); dan
i. Sdr. Thohir Nur Ilhami sebesar Rp317.000.000,00 (tiga ratus tujuh
belas juta rupiah).
Berdasarkan analisa yang kami lakukan terhadap pelanggaran yang
terdapat dalam PT. Perusahaan Gas Negara,tbk terdapat beberapa pelanggaran
antara lain pasal 83 ayat (1) huruf b, pasal 93, pasal 95 UU Pasar Modal.
Berdasarkan UU Pasar Modal, pengenaan sanksi terhadap pelanggaran pasal 93
dan pasal 95 diatur dalam pasal 104 UU Pasar Modal.
Pasal 104 UU Pasar Modal menyatakan bahwa Setiap Pihak yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal
92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 ayat (1), dan Pasal 98 diancam
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Dalam kasus ini BAPEPAM hanya memberikan sanksi berupa denda dan
tidak menerapkan sanksi pidana kepada 9 pelaku, berdasarkan sanksi yang
diberikan BAPEPAM-LK tersebut, kelompok kami setuju dengan pendapat
M.S. Tumanggor (ahli hukum ekonomi) yang berpendapat bahwa para pelaku
insider trading lebih efektif diarahkan pada perbuatan melawan hukum dan
sanksi yang dikenakan berupa ganti rugi atau denda, atau alternative dispute
resolution (ADR), dimana dijatuhkannya sanksi pidana adalah upaya terakhir.
Penerapan sanksi oleh BAPEPAM-LK menurut kelompok kami, standart
yang digunakan masih berbeda-beda, dalam hal ini bukan tidak mungkin
BAPEPAM-LK memiliki perhitungan atau standar sendiri mengenai jenis
kesalahan dan kerugian serta dampak yang dapat ditimbulkan, namun sampai
saat ini BAPEPAM-LK belum terbuka akan hal itu.
Sedangkan mengenai sanksi terhadap PT. Perusahaan Gas Negara,tbk,
kami berpendapat bahwa PT. Perusahaan Gas Negara,tbk dapat dikenakan
sanksi denda berdasarkan Pasal 5 huruf n UU Pasar Modal yang menyatakan
13

bahwa BAPEPAM berwenang untuk melakukan tindakan yang diperlukan


untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas
ketentuan di bidang pasar modal. Dalam hal ini kami berpendapat bahwa
tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat termasuk
mengenai sanksi yang diberikan kepada pelanggar uu pasar modal.

Namun dalam hal ini juga kami belum dapat mengatakan bahwa sanksi
yang diberikan oleh BAPEPAM-LK sudahlah tepat untuk besaran denda yang
diberikan kepada pelanggar, karena dalam hal ini tidak ada indikator untuk
menentukan besaran sanksi denda, dan juga dalam press realise yang diberikan
BAPEPAM-LK tidak ada transaransi mengenai pertimbangan besaran denda
yang diberikan untuk pelanggar.

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa kami terhadap kasus PT. Perusahaan Gas Negara,
dapat kami simpulkan :
1. Terdapat beberapa pelanggaran terdapat pasar UU Pasar Modal dalam kasus
PT. Perusahaan Gas Negara. Pelanggaran yang terdapat dalam kasus ini
adalah antara lain:
a. Pelanggaran (dari sifat administratif) terhadap pasal 83 ayat (1) huruf b
UU Pasar Modal mengenai keterlambatan pemberitahuan oleh PT.
Perusahaan Gas Negara,tbk untuk memberikan informasi materiil kepada
BAPEPAM-LK
b. Kejahatan terhadap pasal 93 UU Pasar Modal mengenai manipulasi pasar
yaitu ketika terdapat 5 direksi yang mengetahi informasi materiil tetapi
tidak segera memberi tau kepada publik
c. Kejahatan terhadap pasal 95 UU Pasar Modal mengenai insider trading
yaitu karena terdapat 9 orang dalam melakukan transaksi saham.
2. Sanksi yang dijatuhkan oleh BAPEPAM-LK kepada pelanggar sudah tepat
mengenai jenis sanksi yang dijatuhkan yaitu sanksi administratif dan tidak
memberikan sanksi pidana kepada pelanggar.
B. SARAN

15

Berdasarkan analisa yang kami lakukan, kami memiliki saran seharusnya


BAPEPAM-LK terbuka atau melakukan transparansi mengenai penghitungan
atau standar pengenaan sanksi denda.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Indra Safitri. 1998. Catatan Hukum Pasar Modal. Go Global Book: Jakarta
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. 2009. Hukum Pasar Modal di Indonesia. Sinar
Grafika: Jakarta

Yulfasni. 2005. Hukum Pasar Modal. Badan Penerbit IBLAM: Jakarta


Peraturan Perundang-undangan dan Press Realise
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
Press Realise BAPEPAM-LK, tanggal 13 maret 2007
Press Realise BAPEPAM-LK, tanggal 27 Desember 2007
Peraturan BAPEPAM No X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus
Segera Diumumkan Kepada Publik

16

You might also like