You are on page 1of 8

1

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN


TAMBAHAN DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RATAHAN
THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF MOTHERS ABOUT
SUPPLEMENTARY FEEDING WITH WEIGHT GAIN IN INFANT IN COMMUNITY HEALTH
CENTRE OF RATAHAN
Ribka S Panjaitan 1) Estefina Makausi 2),Joost L. Rumampuk3)
1.Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon.
2.Dosen Fakultas Kerawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon.
3.Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
ABSTRAK
Pemberian makanan tambahan (pmt) pada bayi merupakan salah satu upaya pemenuhan
kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pemberian
makanan tambahan pada balita adalah program intervensi bagi balita yang menderita kurang kalori
protein yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi balita agar meningkat status gizinya
sampai menjadi baik, Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap
ibu tentang pemberian makanan tambahan dengan peningkatan berat badan pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Ratahan. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional, sampel dalam
penelitian ini berjumlah 62 orang yang termasuk dalam criteria inklusif.
Variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap ibu sedangkan variabel dependen yaitu
peningkatan berat badan pada balita. Data didapatkan melalui kuesioner yang bagikan dan
diobservasi. Data di analisis dengan menggunakan uji correlation spearman rho dengan nilai
kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan signifikansi dari hubungan pengetahuan dengan
peningkatan berat badan adalah (p) = 0.033 , Koefisien Korelasi (r) = 0,272 menunjukkan tingkat
hubungan yang rendah sedangkan hubungan sikap dengan peningkatan berat badan adalah (p) =
0.011, Koefisien Korelasi (r) = 0,322 menunjukkan tingkat hubungan yang rendah. Hal itu dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian makanan tambahan (pmt)
berhubungan dengan peningkatan berat badan pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ratahan.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Ibu, PMT, Balita, Peningkatan Berat Badan
ABSTRACT
Supplementary feeding in infants is one of the efforts nutrition so that the baby can achieve
optiml growth and development. Supplementary feeding in infants is an intervention program for
infants who suffer from lack of heat proteins that aim to meet the nutritional needs in children in
order to increase their nutritional status to be good. Research aims to determine the relationship
between knowledge and attitudes of mothers about supplementary feeding with weight gain in
infant in community health centre of Ratahan. This study used a cross sectional design, the
sample in this study amounted to 62 people were included in the inclusive criteria. Independent
variable is knowledge and attitudes of mothers while the dependent variable is weight gain in
infant. Data were obtained through questionnaires distributed and in observation. Data were
analyzed using the Spearman rho correlations test with a significance value of p <0.05. The result
show the significance of the relationship of knowledge with weight gain is (p) = 0,033, correlation
coefficient (r) = 0,272 indicates a low degree of correlation, while relationship of attitudes with
weight gain is (p) = 0.011, correlation coefficient (r) = 0.322 indicates a low degree of correltion. It
can be concleded that the knowledge and attitudes related to weight gain in infant in community
health centre of Ratahan.
Keywords : Knowledge, Attitudes, Mom, Supplementary Feeding, Infants, Weight Gain
PENDAHULUAN

2
Pemberian
Makanan
Tambahan
pada bayi merupakan salah satu upaya
pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga
bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang
optimal (Sulastri, 2004). Pemberian makanan
tambahan pada bayi adalah pemberian
makanan atau minuman yang mengandung
gizi pada bayi atau anak usia 6 24 bulan
untuk memenuhi kebutuhan gizi setelah
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif
(Depkes RI, 2006)
Pada
data
tahun
2007
memperlihatkan 4 juta balita Indonesia
kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya
mengalami gizi buruk. Sementara yang
mendapat program makanan tambahan
hanya 39 ribu anak (Khomsan A,2008).
Di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), pada
bulan Juli 2005 tercatat sekitar 108 anak
berumur dibawa lima tahun (balita)
mengalami gizi buruk. Umumnya kasus gizi
buruk terjadi di Kota Manado 43 kasus,
diikuti Kabupaten Bolaang Mongondow 29
kasus. Daerah lainnya adalah Kabupaten
Sangihe 13 kasus, Minahasa Utara 11 kasus,
Minahasa Selatan 5 kasus, Kabupaten
Minahasa tiga kasus, Kota Tomohon dan
Kabupaten Talaud, masing-masing, dua
kasus
(Manorekeng, 2005).
Berdasarkan observasi awal yang
peneliti lakukan pada tanggal 10 November
2014 di wilayah kerja Puskesmas Ratahan
didapatkan jumlah anak dari bulan agustus
sampai bulan oktober rata-rata 450 anak
dengan jumlah anak (0 59 bulan) yang
tidak mengalami peningkatan berat badan
pada bulan agustus 68 anak, pada bulan
September 71, dan pada bulan oktober
yang tidak naik berat badannya berjumlah
75 anak.
Pemberian makanan tambahan pada
bayi harus dilakukan secara bertahap untuk
mengembangkan
kemampuan
bayi
menguyah, menelan, dan mampu menerima
1
bermacam macam bentuk makanan yaitu
dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur
kental, sari buah, buah segar, makanan
lumat, makan lembek, dan akhirnya
makanan padat (Nadesul, 2005)

Jumlah kebutuhan energi dan zat


zat gizi yang diperlukan dari makanan
tambahan bayi ditinjau berdasarkan usia
bayi, suhu lingkungan, aktivitas bayi sendiri,
jenis kelamin, status gizi ibu, makanan
tambahan pada ibu waktu hamil dan
menyusui, dan stres mental. Pemberian
makanan tambahan pada bayi sebaiknya
diberikan setelah usia bayi lebih dari enam
bulan atau setelah pemberian ASI eksklusif
karena pada usia tersebut kebutuhan nutrisi
masih terpenuhi melalui ASI. Selain itu,
pemberian ASI akan mengurangi faktor resio
jangka pendek seperti diare (Sembiring,
2009).
Kurangnya pengetahuan orang tua
tentang gizi dan kesehatan, khususnya ibu
merupakan salah satu penyebab terjadinya
kekurangan gizi pada balita. Pengetahuan
minimal seorang ibu adalah tentang
kebutuhan gizi, cara pemberian makanan,
jadwal pemberian makan, sehingga dapat
menjamin
anak
dapat
tumbuh
dan
berkembang dengan optimal. (Depkes RI,
2006).
Pemberian makanan tambahan pada
balita adalah program intervensi bagi balita
yang menderita kurang kalori protein yang
bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi
balita agar meningkat status gizinya sampai
menjadi baik, pada keluarga rawan gizi
intervensi gizi melalui pemberian makanan
tambahan ini menjadi yang utama mengingat
kemampuan keluarga tidak memungkinkan
dalam penyediaan makan yang cukup.
Disamping
itu
pemberian
makanan
tambahan tambahan ini juga akan menjadi
sarana penyuluhan untuk mengembangkan
kemampuan ibu menyediakan yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan balitanya.
(Rosidah, 2004).
Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti tertarik untuk meneneliti Hubungan
pengetahuan dan sikap ibu tentang
pemberian makanan tambahan (PMT)
dengan peningkatan berat badan pada balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Ratahan
Kecamatan Ratahan.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian survey
analtitik dengan menggunakan pendekatan
Cross Sectional mengenai Hubungan
pengetahuan dan sikap ibu tentang
pemberian makanan tambahan (PMT)
dengan peningkatan berat badan pada balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Ratahan
Kecamatan Ratahan.di mana variabel bebas

dan terikatnya di ukur dalam waktu yang


bersamaan (Notoadmojo, 2002).
Penelitian Cross Sectional adalah
jenis penelitian yang menekankan pada
waktu pengukuran atau observasi data
variabel independen dan dependen hanya
satu kali pada satu saat. Pada studi ini akan
diperoleh prevelensi atau efek suatu

3
fenomena (variabel dependen) di hubungkan
dengan penyebab (variabel independen)
(Nursalam, 2008).
Untuk melakukan pengumpulan data
peneliti menggunakan instrument sebagai
pedoman pengumpulan data kuesioner untuk
melihat pengetahuan dan sikap ibu tentang
pemberian makanan tambahan (PMT)
dengan peningkatan berat badan pada balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Ratahan
Kecamatan Ratahan. Data primer diperoleh
secara langsung dari responden dengan
menggunakan kuesioner kepada ibu yang
terpilih sebagai sampel yang berisi
pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah
disiapkan tentang pengatahun dan sikap ibu
tentang pemberian makanan tambahan
dengan peningkatan berat badan pada balita.

Jawaban dari kuesioner yang telah di


hitung secara manual, akan di lakukan uji
analisis untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen
dengan menggunakan uji statistic yang
sesuai dengan skala data yang tersedia.
Metode yang digunakan dalam
pengambilan atau pengumpulan data adalah
dengan cara menggunakan kuesioner.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
pengumpulan data yaitu : identifikasi
terhadap responden, pemberian nomor pada
lembar kuesioner yang telah di isi oleh
responden, memeriksa kembali kelengkapan
kuesioner atas jawaban yang diberikan
responden. Setelah dipastikan terisi dengan
lengkap, maka kegiatan selanjutnya adalah
tahap pengolahan data analisa statistic.

Hasil Penelitian
Analisa Univariat
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu

Gambar 5.1 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan umur ibu
menunjukkan bahwa yang pling banyak responden adalah berumur 21 30 tahun sebanyak
23 orang (37%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur Balita

Gambar 5.2 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan umur balita
menunjukkan bahwa yang paling banyak responden adalah berumur 37 48 Bulan sebanyak
24 orang (39%)

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambar 5.3 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan
menunjukkan bahwa yang paling banyak responden adalah berpendidikan SMA yaitu
sebanyak 22 orang (35%).
Karkteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

.
Gambar 5.4 di atas dapat dilihat bahwa responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan
bahwa yang paling banyak responden yaitu Wiraswasta sebanyak 27 orang (44%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan

.
Gambar 5.5. di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan pengetahuan
menunjukkan bahwa yang paling banyak responden adalah baik yaitu sebanyak 29 orang
(47%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap

Gambar 5.6. di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan sikap
menunjukkan bahwa yang paling banyak responden adalah cukup yaitu sebanyak 25 orang
(40%).

Karakteristik Responden Berdasarkan Peningkatan Berat Badan

Gambar 5.7. di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan sikap
menunjukkan bahwa yang paling banyak responden adalah terjadi peningkatan yaitu
sebanyak 32 orang (52%).
Analisa Bivariat
Hubungan pengetahuan ibu dengan Peningkatan Berat Badan pada Balita
Tabel 5.7. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan
Tambahan dengan Peningkatan Berat Badan pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Ratahan Maret 2015.
Pengetahuan dengan
Peningkatan

Peningkatan Berat Badan


Kurang
Jumlah

Pengetahuan

Total

Total

Cukup
%

Jumlah

Baik
%

Jumlah

Jumlah

Kurang

6.4

4.8

11.2

Cukup

21

33.8

12.9

29

46.7

Baik

3.2

11

17.7

13

20.9

26

41.9

9.6

32

51.6

24

38.7

62

100

Signifikan (p) = 0,033


Koefisien Korelasi Spearman Rho = 0.272
Dari tabel tabulasi silang menunjukkan yang
badan pada tingkat baik dan terjadi
paling
besar
presentasinya
adalah
peningkatan yaitu 21 orang atau 33.8%. Dari
pengetahuan dengan peningkatan berat
hasil analisa hubungan kedua variable diatas

6
dengan
menggunakan
uji
statistic
correlations Spearman rho menunjukkan
signifikasi dari hubungan kedua varibel
tersebut adalah (p) = 0.033 , Koefisien
Korelasi (r) = 0,272 menunjukkan tingkat
hubungan yang rendah antara variable
bebas dan terikat. Sedangkan nilai signifikasi

yng menunjukkan nilai tersebut <0.05


dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak
atau ada Hubungan Pengetahuan
Ibu
tentang Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) dengan Peningkatan Berat Badan
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Ratahan Kecamatan Ratahan Maret 2015.

5.4.1. Hubungan pengetahuan ibu dengan Peningkatan Berat Badan pada Balita
Tabel 5.7. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan
Tambahan dengan Peningkatan Berat Badan pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Ratahan Maret 2015.
Sikap dengan
Peningkatan

Peningkatan Berat Badan


Kurang
Jumlah

Pengetahuan

Total

Total

Cukup

Jumlah

Baik

Jumlah

Jumlah

Kurang

6.4

9.6

6.4

14

22.5

Cukup

1.6

16

25.8

12.9

25

40.3

Baik

10

16.1

13

20.9

23

37.1

8.1

32

51.6

25

40.3

62

100

Signifikan (p) = 0,011


Koefisien Korelasi Spearman Rho = 0.322

Dari tabel tabulasi silang menunjukkan yang


paling besar presentasinya adalah sikap
dengan peningkatan berat badan pada
tingkat baik dan terjadi peningkatan yaitu 16
orang atau 25.8%. Dari hasil analisa
hubungan kedua variable diatas dengan
menggunakan uji statistic correlations
Spearman rho menunjukkan signifikasi dari
hubungan kedua varibel tersebut adalah (p)
= 0.011 , Koefisien Korelasi (r) = 0,322

menunjukkan tingkat hubungan yang rendah


antara
variable
bebas
dan
terikat.
Sedangkan nilai signifikasi yng menunjukkan
nilai tersebut <0.05 dengan demikian H1
diterima dan H0 ditolak atau ada Hubungan
Sikap
Ibu tentang Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) dengan Peningkatan Berat
Badan pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Ratahan Kecamatan Ratahan
Maret 2015.

PEMBAHASAN
Pada hasil uji Correlations Sperman Rho dan
tabulasi silang Hubungan Pengetahuan Ibu
tentang Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) dengan Peningkatan Berat Badan
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Ratahan Kecamatan Ratahan Maret 2015
menunjukkan
yang
paling
besar
presentasinya adalah pengetahuan dengan
peningkatan berat badan pada tingkat cukup
yaitu 21 orang atau 33,8%. Dari hasil analisa
hubungan kedua variable tersebut adalah (p)
= 0.033 , Koefisien Korelasi (r) = 0,272
menunjukkan tingkat hubungan yang rendah
anatara variable bebas dan terikat.
Sedangkan nilai signifikasi yng menunjukkan
nilai tersebut <0.05 dengan demikian H1
diterima dan H0 ditolak atau ada Hubungan

Sikap
Ibu tentang Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) dengan Peningkatan Berat
Badan pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Ratahan Kecamatan Ratahan
Maret 2015.
Sesuai teori bahwa Anak usia 1-5
tahun merupakan konsumen pasif, artinya
anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Perut yang masih lebih
kecil menyebabkan jumlah makanan yang
mampu diterimanya dalam sekali makan
lebih kecil daripada anak yang usianya lebih
besar. Oleh karena itu, pola makan yang
diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi
sering (Persagi,1992).

7
Dari hasil yang ditemukan, asumsi
peneliti, bahwa faktor pendidikan dan
informasi memegang peranan penting dalam
memperoleh pengerahuan, makin tinggi
pendidikan seseorang makin medh pula
menerima informasi sehingga makin banyak
pula pengetahuan yang dimilikinya Dengan
adanya hasil pada
pemberian makanan
tambahan yang baik disertai peningkatan
berat badan yang baik ini didukung pula oleh
salah satu faktor demografi dimana dari data
yang di dapat menunjukkan bahwa sebagian
besar responden berpendidikan SMA dimana
penerimaan informasi tentang gizi anak telah
terpapar lebih banyak kaitan-kaitannya
dibanding yang berpendidikan lebih rendah.
Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan
menimbulkan kesadaran mereka, dan
akhirnya akan menyebabkan ibu berperilaku
sesuai
dengan
pengetahuan
yang
dimilikinya.
Pada hasil uji Correlations Sperman
Rho dan tabulasi silang Hubungan Sikap Ibu
tentang Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) dengan Peningkatan Berat Badan
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Ratahan Kecamatan Ratahan Maret 2015
menunjukkan
yang
paling
besar
presentasinya
adalah
sikap
dengan
peningkatan berat badan pada tingkat cukup
dan terjadi peningkatan yaitu 16 orang atau
25,8%. Dari hasil analisa hubungan kedua
variable tersebut adalah (p) = 0.011 ,
Koefisien Korelasi (r) = 0,322 menunjukkan
tingkat hubungan yang rendah anatara
variable bebas dan terikat. Sedangkan nilai
signifikasi yng menunjukkan nilai tersebut
<0.05 dengan demikian H1 diterima dan H0

ditolak atau ada Hubungan Sikap


Ibu
tentang Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) dengan Peningkatan Berat Badan
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Ratahan Kecamatan Ratahan Maret 2015.
Menurut (Widjaya, 2002) Jika
makanan yang diberikan tidak memenuhi
standar gizi, anak mudah terserang penyakit.
Anak mudah terserang infeksi, terutama
diare atau cacingan. Jika terserang penyakit
anak
akan
menjadi
kurus,
kurang
bersemangat, cengeng, cenderung lamban
dan bodoh.
Anak adalah aset bagi orang tua dan
ditangan orang tua anak dapat tumbuh dan
berkembang secara sehat baik fisik maupun
mental. Secara sosiologis anak balita sangat
tergantung pada lingkungan, karena itu
keterlibatan orang tua diperlukan sebagai
mekanisme untuk menurunkan dampak
masalah kesehatan pada anak dan
keluarganya (Khadirmunaj, 2008).
Dari hasil yang ditemukan dalam
penelitian ini, maka penulis mengasumsikan
bahwa sikap orang tua merupakan salah
satu faktor yang berhubungan dengan
peningkatan berat badan pada balita. Sikap
orang tua dalam peningkatan berat badan
pada balita yaitu dengan menjaga kedaan
gizi agar tetap baik, imunisasi, menjaga
kebersihan perorangan dan lingkungan.
Dengan membina dan memelihara perilaku
sehat dan lingkungan sehat maka orang tua
dapat
berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

KESIMPULAN
1.Karakteristik
responden
berdasarkan
pengetahuan
ibu
tentang
pemberian
makanan tambahan sebagian besar cukup
2.Karakteristik responden berdasarkan sikap
ibu tentang pemberian makanan tambahan
sebagian besar cukup.
3.Karakteristik
responden
berdasarkan
peningkatan berat badan balita sebagian
besar cukup.

SARAN

.4.Ada hubungan pengetahuan ibu tentang


pemberian makanan tambahan dengan
peningkatan berat badan pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Ratahan
5.Ada
hubungan
sikap
ibu
tentang
pemberian makanan tambahan dengan
peningkatan berat badan pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Ratahan

1 Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini dapat memberikan
masukan dan acuan belajar mengajar
untuk meningkatan pengetahuan bagi
pengembangan ilmu keperawatan.
2 Bagi Institusi Pelayanan
Diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber informasi bagi Puskesmas
Ratahan dalam meningkatkan derajat

kesehatan khususnya kesehatan anak


balita.
3 Bagi peneliti
Digunakan sebagai data dasar bagi
peneliti
selanjutnya
dalam
melaksanakan penelitian lebih lanjut
yang
berkaitan
dengan
topik
permasalahan yang sama

DAFTAR PUSTAKA
Ariani. (2008). Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI).
http
:
//parentingislami.wordpress.com/200
8/06/cerdas-dalam-memberi-polamakanan- html, diakses 04
November 2014
Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan
Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC.
Chintia. (2008). Cerdas Memberi Makanan
Pendamping Bayi. http ://818.
Blogspot.com/2008/06/cerdasdalam-memberi-pola-makanan-html,
diakses 12 November 2014
Boediharjo, S.D. (1994). Pemberian
Makanan untuk Bayi. Jakarta :
Perinasia
Depkes RI, 2006. Permasalahan Dalam
Pemberian Makanan Bayi. Meneg
Pemberdayaan Perempuan, Ikatan
Dokter Anak Indonesia, BK-PP-ASI
dan Lintas Program.
Depkes RI. (2006). Pedoman Umum
Pemberian Makanan Pendamping
Air Susu
Ibu (MP-ASI Lokal).
Dibuka pada website www.
depkes.org..id pada
tanggal 08
November 2014
Depkes RI, 2002. Pedoman Pemberian
Makanan Pendamping ASI. Jakarta
Husaini, M. (2001). Makanan Bayi Bergizi.
Cetakan VII. Yogyakarta. Gadjah
Mada. University Press.
Hidayat A.A. Alilmul (2008). Metode
Penelitian dan Teknik Analisa data,
Salemba Medika; Jakarta

Khumaidi. 2000. Gizi, Pertumbuhan dan


Perkembangan Manusia. Program
Studi Gizi Masyarakat dan Sumber
Daya Keluarga Manusia. Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Manorekang J .(2005). 108 Balita di Sulut
Alami Gizi Buruk. Copyright @ PT.
Kompas Cyber Media. Manado
Jumat 15 Juli 2005 diakses 11
November 2009 jam 12.15.
Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan
metodologi
penelitian
ilmu
keperawatan. Pedoman skripsi, tesis
instrument penelitian keperawatan.
Jakarta. Salemba medika.
Nadesul, Hendrawan (2005). Makanan Sehat
Untuk Bayi. Cetakan VII. Jakarta :
Puspa Swara.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007) Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Pudjiaji, Solihin. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada
Anak. Jakarta : Fakultas Kedoktran
Universitas Indonesia.
Rosidah, D, 2004. Pemberian Makanan
Tambahan. EGC. Jakarta.
Sembiring, T. (2009). Ragam Pediatric
Praktis. Medan : USU Press.
Widyastuti,
D.
2004.
Panduan
Perkembangan Anak 0 -1 tahun.
EGC. Jakarta
(WHO) World Health Organization.
2005. Physical Status : The Use and
Interpratation of Antropometry. World
Health Organization. Geneva.

You might also like