Professional Documents
Culture Documents
2
Pemberian
Makanan
Tambahan
pada bayi merupakan salah satu upaya
pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga
bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang
optimal (Sulastri, 2004). Pemberian makanan
tambahan pada bayi adalah pemberian
makanan atau minuman yang mengandung
gizi pada bayi atau anak usia 6 24 bulan
untuk memenuhi kebutuhan gizi setelah
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif
(Depkes RI, 2006)
Pada
data
tahun
2007
memperlihatkan 4 juta balita Indonesia
kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya
mengalami gizi buruk. Sementara yang
mendapat program makanan tambahan
hanya 39 ribu anak (Khomsan A,2008).
Di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), pada
bulan Juli 2005 tercatat sekitar 108 anak
berumur dibawa lima tahun (balita)
mengalami gizi buruk. Umumnya kasus gizi
buruk terjadi di Kota Manado 43 kasus,
diikuti Kabupaten Bolaang Mongondow 29
kasus. Daerah lainnya adalah Kabupaten
Sangihe 13 kasus, Minahasa Utara 11 kasus,
Minahasa Selatan 5 kasus, Kabupaten
Minahasa tiga kasus, Kota Tomohon dan
Kabupaten Talaud, masing-masing, dua
kasus
(Manorekeng, 2005).
Berdasarkan observasi awal yang
peneliti lakukan pada tanggal 10 November
2014 di wilayah kerja Puskesmas Ratahan
didapatkan jumlah anak dari bulan agustus
sampai bulan oktober rata-rata 450 anak
dengan jumlah anak (0 59 bulan) yang
tidak mengalami peningkatan berat badan
pada bulan agustus 68 anak, pada bulan
September 71, dan pada bulan oktober
yang tidak naik berat badannya berjumlah
75 anak.
Pemberian makanan tambahan pada
bayi harus dilakukan secara bertahap untuk
mengembangkan
kemampuan
bayi
menguyah, menelan, dan mampu menerima
1
bermacam macam bentuk makanan yaitu
dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur
kental, sari buah, buah segar, makanan
lumat, makan lembek, dan akhirnya
makanan padat (Nadesul, 2005)
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian survey
analtitik dengan menggunakan pendekatan
Cross Sectional mengenai Hubungan
pengetahuan dan sikap ibu tentang
pemberian makanan tambahan (PMT)
dengan peningkatan berat badan pada balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Ratahan
Kecamatan Ratahan.di mana variabel bebas
3
fenomena (variabel dependen) di hubungkan
dengan penyebab (variabel independen)
(Nursalam, 2008).
Untuk melakukan pengumpulan data
peneliti menggunakan instrument sebagai
pedoman pengumpulan data kuesioner untuk
melihat pengetahuan dan sikap ibu tentang
pemberian makanan tambahan (PMT)
dengan peningkatan berat badan pada balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Ratahan
Kecamatan Ratahan. Data primer diperoleh
secara langsung dari responden dengan
menggunakan kuesioner kepada ibu yang
terpilih sebagai sampel yang berisi
pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah
disiapkan tentang pengatahun dan sikap ibu
tentang pemberian makanan tambahan
dengan peningkatan berat badan pada balita.
Hasil Penelitian
Analisa Univariat
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu
Gambar 5.1 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan umur ibu
menunjukkan bahwa yang pling banyak responden adalah berumur 21 30 tahun sebanyak
23 orang (37%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur Balita
Gambar 5.2 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan umur balita
menunjukkan bahwa yang paling banyak responden adalah berumur 37 48 Bulan sebanyak
24 orang (39%)
Gambar 5.3 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan
menunjukkan bahwa yang paling banyak responden adalah berpendidikan SMA yaitu
sebanyak 22 orang (35%).
Karkteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
.
Gambar 5.4 di atas dapat dilihat bahwa responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan
bahwa yang paling banyak responden yaitu Wiraswasta sebanyak 27 orang (44%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan
.
Gambar 5.5. di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan pengetahuan
menunjukkan bahwa yang paling banyak responden adalah baik yaitu sebanyak 29 orang
(47%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap
Gambar 5.6. di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan sikap
menunjukkan bahwa yang paling banyak responden adalah cukup yaitu sebanyak 25 orang
(40%).
Gambar 5.7. di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan sikap
menunjukkan bahwa yang paling banyak responden adalah terjadi peningkatan yaitu
sebanyak 32 orang (52%).
Analisa Bivariat
Hubungan pengetahuan ibu dengan Peningkatan Berat Badan pada Balita
Tabel 5.7. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan
Tambahan dengan Peningkatan Berat Badan pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Ratahan Maret 2015.
Pengetahuan dengan
Peningkatan
Pengetahuan
Total
Total
Cukup
%
Jumlah
Baik
%
Jumlah
Jumlah
Kurang
6.4
4.8
11.2
Cukup
21
33.8
12.9
29
46.7
Baik
3.2
11
17.7
13
20.9
26
41.9
9.6
32
51.6
24
38.7
62
100
6
dengan
menggunakan
uji
statistic
correlations Spearman rho menunjukkan
signifikasi dari hubungan kedua varibel
tersebut adalah (p) = 0.033 , Koefisien
Korelasi (r) = 0,272 menunjukkan tingkat
hubungan yang rendah antara variable
bebas dan terikat. Sedangkan nilai signifikasi
5.4.1. Hubungan pengetahuan ibu dengan Peningkatan Berat Badan pada Balita
Tabel 5.7. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan
Tambahan dengan Peningkatan Berat Badan pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Ratahan Maret 2015.
Sikap dengan
Peningkatan
Pengetahuan
Total
Total
Cukup
Jumlah
Baik
Jumlah
Jumlah
Kurang
6.4
9.6
6.4
14
22.5
Cukup
1.6
16
25.8
12.9
25
40.3
Baik
10
16.1
13
20.9
23
37.1
8.1
32
51.6
25
40.3
62
100
PEMBAHASAN
Pada hasil uji Correlations Sperman Rho dan
tabulasi silang Hubungan Pengetahuan Ibu
tentang Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) dengan Peningkatan Berat Badan
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Ratahan Kecamatan Ratahan Maret 2015
menunjukkan
yang
paling
besar
presentasinya adalah pengetahuan dengan
peningkatan berat badan pada tingkat cukup
yaitu 21 orang atau 33,8%. Dari hasil analisa
hubungan kedua variable tersebut adalah (p)
= 0.033 , Koefisien Korelasi (r) = 0,272
menunjukkan tingkat hubungan yang rendah
anatara variable bebas dan terikat.
Sedangkan nilai signifikasi yng menunjukkan
nilai tersebut <0.05 dengan demikian H1
diterima dan H0 ditolak atau ada Hubungan
Sikap
Ibu tentang Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) dengan Peningkatan Berat
Badan pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Ratahan Kecamatan Ratahan
Maret 2015.
Sesuai teori bahwa Anak usia 1-5
tahun merupakan konsumen pasif, artinya
anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Perut yang masih lebih
kecil menyebabkan jumlah makanan yang
mampu diterimanya dalam sekali makan
lebih kecil daripada anak yang usianya lebih
besar. Oleh karena itu, pola makan yang
diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi
sering (Persagi,1992).
7
Dari hasil yang ditemukan, asumsi
peneliti, bahwa faktor pendidikan dan
informasi memegang peranan penting dalam
memperoleh pengerahuan, makin tinggi
pendidikan seseorang makin medh pula
menerima informasi sehingga makin banyak
pula pengetahuan yang dimilikinya Dengan
adanya hasil pada
pemberian makanan
tambahan yang baik disertai peningkatan
berat badan yang baik ini didukung pula oleh
salah satu faktor demografi dimana dari data
yang di dapat menunjukkan bahwa sebagian
besar responden berpendidikan SMA dimana
penerimaan informasi tentang gizi anak telah
terpapar lebih banyak kaitan-kaitannya
dibanding yang berpendidikan lebih rendah.
Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan
menimbulkan kesadaran mereka, dan
akhirnya akan menyebabkan ibu berperilaku
sesuai
dengan
pengetahuan
yang
dimilikinya.
Pada hasil uji Correlations Sperman
Rho dan tabulasi silang Hubungan Sikap Ibu
tentang Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) dengan Peningkatan Berat Badan
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Ratahan Kecamatan Ratahan Maret 2015
menunjukkan
yang
paling
besar
presentasinya
adalah
sikap
dengan
peningkatan berat badan pada tingkat cukup
dan terjadi peningkatan yaitu 16 orang atau
25,8%. Dari hasil analisa hubungan kedua
variable tersebut adalah (p) = 0.011 ,
Koefisien Korelasi (r) = 0,322 menunjukkan
tingkat hubungan yang rendah anatara
variable bebas dan terikat. Sedangkan nilai
signifikasi yng menunjukkan nilai tersebut
<0.05 dengan demikian H1 diterima dan H0
KESIMPULAN
1.Karakteristik
responden
berdasarkan
pengetahuan
ibu
tentang
pemberian
makanan tambahan sebagian besar cukup
2.Karakteristik responden berdasarkan sikap
ibu tentang pemberian makanan tambahan
sebagian besar cukup.
3.Karakteristik
responden
berdasarkan
peningkatan berat badan balita sebagian
besar cukup.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Ariani. (2008). Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI).
http
:
//parentingislami.wordpress.com/200
8/06/cerdas-dalam-memberi-polamakanan- html, diakses 04
November 2014
Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan
Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC.
Chintia. (2008). Cerdas Memberi Makanan
Pendamping Bayi. http ://818.
Blogspot.com/2008/06/cerdasdalam-memberi-pola-makanan-html,
diakses 12 November 2014
Boediharjo, S.D. (1994). Pemberian
Makanan untuk Bayi. Jakarta :
Perinasia
Depkes RI, 2006. Permasalahan Dalam
Pemberian Makanan Bayi. Meneg
Pemberdayaan Perempuan, Ikatan
Dokter Anak Indonesia, BK-PP-ASI
dan Lintas Program.
Depkes RI. (2006). Pedoman Umum
Pemberian Makanan Pendamping
Air Susu
Ibu (MP-ASI Lokal).
Dibuka pada website www.
depkes.org..id pada
tanggal 08
November 2014
Depkes RI, 2002. Pedoman Pemberian
Makanan Pendamping ASI. Jakarta
Husaini, M. (2001). Makanan Bayi Bergizi.
Cetakan VII. Yogyakarta. Gadjah
Mada. University Press.
Hidayat A.A. Alilmul (2008). Metode
Penelitian dan Teknik Analisa data,
Salemba Medika; Jakarta