412
ARTRITIS REUMATOID
Nyoman Suarjana
PENDAHULUAN
‘Actritis reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun yang
ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progresit,
dimana sendi merupakan target utama."? Manifestasi
Klinik klasik AR adalah poliartritis simetrik yang terutama
mengenai sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki, Selain
lapisan sinovial sendi, AR juga bisa mengenai organ-organ
diluar persendian seperti kult, jantung, paru-paru dan
mata, Mortalitasnya meningkat akibat adanya komplikasi
kardiovaskular, infeksi, penyakit ginjal, keganasan dan
adanya komorbiditas.** Menegakkan diagnosis dan
memulai terapi sedini mungkin, dapat menurunkan
progresifitas penyakit. Metode terapi yang dianut saat ini
adalah pendekatan piramia terbalik (reverse pyramid), yaitu
pemberian DMARD sedini mungkin untuk menghambat
perburukan penyakit. Bila tidak mendapat terapi yang
adekuat, akan terjadi destruksi sendi, deformitas dan
disabilitas. Morbiditas dan mortilitas AR berdampak
terhadap kehidupan sosial dan ekonomi.'* Kemajuan yang
cukup pesat dalam pengembangan DMARD biologik,
memberi harapan baru dalam penatalaksanaan penderita
AR.
EPIDEMIOLOGI
Pada kebanyakan populasi di dunia, prevalensi AR relatif
konstan yaitu berkisar antara 0,5 -1%,Prevalensiyang tinggi
didapatkan di Pima Indian dan Chippewa Indian masing-
masing sebesar 53% dan 6,834 Prevalensi AR di India dan
di negara barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0.75%.
Sedangkan di China, Indonesia, dan Philipina prevalensinya
kurang dari 0,4%, baik didaerah engan kejadian AR telah
diketahui dengan balk, walaupun beberapa lokus non:
HLA juga berhubungan dengan AR seperti daerah 18q21
dari gen TNERSR11A yang mengkode aktivator reseptor
3130,
‘nuclear factor kappo B (NF-KB). Gen ini berperan penting
dalam proses resorpsitulang pada AR. Faktor genetikjuge
berperan penting dalam terapi AR karena aktivitas enzim
seperti methylenetetrahydrofolate reductase dan thiopurine
methyltransferase untuk metabolisme methotrexate dan
azathioprine ditentukan oleh faktor genetik.*"° Pada
kembar monosigat mempunyai angka kesesuaian untuk
berkembangnya AR lebih dari 30% dan pada orang kulit
putih dengan AR yang mengekspresikan HLA-DR1 atau
HLA-DR4 mempunyai angka kesesuaian sebesar 80%.*
Hormon Seks. Prevalensi AR lebih besar pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki, sehingga diduge
hormon seks berperan dalam perkembangan penyakit
ini, Pada observasi didapatkan bahwa terjadi perbalkan
gejala AR selama kehamilan.'" Perbaikan ini diduga
karena: 1), Adanya alo antibodi dalam sirkulasi maternal
yang menyerang HLA-DR sehingga terjadi hambatan
fungsi epitop HLA-DR yang mengakibatkan perbaikan
penyakit.2). Adanya perubahan profil hormon. Placental
corticotropin-releasing hormone secara langsung
menstimulasi sekresi dehidroepiandrosteron (DHEA),
yang merupakan androgen utama pada perempuan yang
dikeluarkan oleh sel-sel adrenal fetus. Androgen bersifat
imunosupresi terhadap respons imun selular dan humoral
DHEA merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen
plasenta. Estrogen dan progesteron menstimulasi respons
imun humoral (Th2) dan menghambat respons imun selular
(Tht), Oleh karena pada AR respons Tht lebih dominan
sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek
yang berlawanan terhadap perkembangan AR. Pemberian
‘ontrasepsi oral ilaporkan mencegah perkembangan AR
atau berhubungan dengan penurunan insiden AR yang
lebih berat"
Faktor infeksi, Beberapa virus dan bakteri diduga
sebagai agen penyebab penyakit seperti tampak padaAARTRITIS REUMATOID
Tabel 1. Organisme ini diduga menginfeksi sel induk
semang (host) dan merubah reaktivitas atau respons sel
T schingga mencetuskan timbulnya penyakit. Walaupun
belum diteruukan agen infeksi yang secara nyata terbukti
sebagai penyebab penyakit."?
Protein heat shock (HSP). HSP adalah keluaraa protein
yang diproduksi oleh sel pada semua spesies sebagai
respons tethadap stres. Protein ini mengandung untaian
(sequence) asam amino homolog. HSP tertentu manusia
dan HSP mikobakterium tuberkulosis mempunyai 659%
untaian yang homolog, Hipotesisnya adalah antibodi dan
sel Tmengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel host
Hal ini memfasilitasireaksisilang limfosit dengan sel host
sehingga mencetuskan reaksi imunolagis. Mekanisme ini
dikenal sebagai kemiripan molekul (molecular mimicry)’
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan
terjadinya AR antara lain jenis kelamin perempuan, ada
riwayat keluarga yang menderita AR, umur lebih tua,
ppaparan salisilat dan merokok.*?*Konsumsi kopi lebih dar
tiga cangkir sehari, khususnya kopi decaffeinated mungkin
juga berisiko.*Makanan tinggi vitamin D,'*konsumsi teh"*
dan penggunaan kontrasepsi oral berhubungan dengan
penurunan risiko. Tiga dari empat perempuan dengan
‘AR mengalami perbaikan gejala yang bermakna selama
kehamilan dan biasanya akan kambuh kembali setelah
Tabel 1. Agen Infeksi yang Diduga sebagai Penyebab
Artritis Reumatoid"® oe
‘Agen infeksi ‘Mekanisme patogenik
Mycoplasma Infeksi sinovial langsung,
superantigen
Porvovirus B19 Infeksi sinoviallangsung
Retrovirus Infeksi sinovial langsung
Enteric bacteria Kemiripan molekul
Mycobacteria Keriripan molekul
Epstein-Barr Virus
Bacterial cell was
Kemiripan molekul
‘Aktivasi makrofag
rmelahirkan 4”
PATOGENESIS
Kerusakan sendi pada AR dimulai dar proliferasi makrofag
dan fibroblas sinovial setelah adanya faktor pencetus,
berupa autoimun atau infeksi. imfosit menginfiltrast
daerah perivaskular dan terjadi proliferasi sel-sel endotel,
yang selanjutnya terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah
3131
pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-
bbekuan kecil atau sel-selinflamasi. Tegjadi pertumbuhan
yang iregular pada jaringan sinovial yang mengalami
inflamasi sehingga membentuk jaringan pannus. Pannus
menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang."*
(Gamber 1)
Berbagai macam sitokin, interleukin, proteinase dan
faktor pertumbuhan dilepaskan, sehingga meng-akibatkan
destruksi sendi dan komplikasi sistemik.**"* (Gambar 2
dan 3)
eran sel T. Induksi respons sel T pada artritis reumatoid
di awali oleh interaksi antara reseptor sel T dengan share
epitope dari major histocompatibility complex class I!
(MHClI-SE) dan peptida pada antigen-presenting cell (APC)
sinovium atau sistemik, Molekul tambahan (accessory) yang
diekspresikan oleh APC antara lain ICAM-1 (intracellular
adhesion molucte-1) (CD54), OX40L (CD252), inducible
costimulator (\COS) ligand (CD275), B7-1 (CD80) dan 87-2
(C086), berpartisipasi dalam aktivasi sel T melalui ikatan’
dengan lymphocyte function-associated antigen (LFA)-1
(€D11a/CD18), Oxa0 (C134),
1COS (CD278), and CO2B. Fibroblast-like synovio:
‘eytes (FLS) yang aktif mungkin juga berpartisipasi dalam
presentasi antigen dan mempunyai molekul tambahan
seperti LFA-3 (CD58) dan ALCAM (activated leukocyte cell
adhesion molecule) (CD166) yang berinteraksi dengan sel
T yang mengekspresikan CD2 dan CD6, Interleukin (1L}6
dan transforming growth factor-beta (TGF-B) kebanyakan
berasal dari APC aktif signal pada sel Th17 menginduksi
pengeluaran Il-17.
IL-17 mempunyai efek independen dan sinergistik
‘Gambar 1. Destruksi sendi oleh jaringan pannus.*
dengan sitokin proinflamasi lainnya (TNF-a dan IL-1B)
pada sinovium, yang menginduksi pelepasan sitokin,
produksi metaloproteinase, ekspresi ligan RANK/RANK
(CD265/CD254), dan osteoklastogenesis. Interaksi CD40
(D154) dengan CD40 juga mengakibatkan aktivasi3132 _ REUMATOLOG!
‘Amgen Mob)
MHC klas it
(Kerentanan gone)
-
or cy
} ase
Pentenuian ototines
tater rua
t eh
Pemsutan refresh ig SE
Jon pengonanan = Prolers! molth oes
Patfaean Pelepasan olagenese, stoma ‘ures
‘itn aslo, POE ean ene nye soso
sel point
srtben een
cedera sone
Pombentuan ponnust Kerusakan twang dan tang rawansfrosteyanklosie]
Gambar 2. Patogenesis atits reumatoid”
Produ! metaloprotsnase dan moekulefektorainnya
Nigra so-sl haps
Gambar 3. Peran sitokin dalam patogenesis art's reumatoid.”ARTRITIS REUMATOID
monosit/makrofag (Mo/Mac) sinovial, FLS, dan sel 8.
Walaupun pada kebanyakan penderita AR didapatkan
adanya selT regulator CD4+CD25hi pada sinovium, tetapi
tidak efektif dalam mengontrol inflamasi dan mungkin di
rnon-aktfkan oleh TNF-«.sinovial.IL-10 banyak didapatkan
pada cairan sinovial tetapi efeknya pada regulasi Th17
belum diketahui, Ekspresi molekul tambahan pada sel
Thi7 yang tampak pada gambar 4 adalah perkiraan
berdasarkan ekspresi yang ditemuukan pada populasi sel T
hhewan coba, Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mmenetukan struktur tersebut pada subset sel Th17 pada
sinovium manusia.®
Peran sel B. Peran sel B dalam imunopatogenesis AR
belum diketanui secara pasti, meskipun sejumiah peneliti
menduga ada beberapa mekanisme yang mendasari ket-
erlibatan sel 8. Keterlibatan sel B dalam patogenesis AR
ddiduga melalui mekanisme sebagai berikut: ®
1. SelB berfungsi sebagai APC dan menghasilkan signal
kostimulator yang penting untuk clonal expansion dan
fungst efektor dari sel T CD4+
2. SelB dalam membran sinovial AR juga memproduksi
sitokin proinflamasi seperti TNF-a: dan kemokin,
3. Membran sinovial AR mengandung banyak sel B yang
‘memproduksi faktor reumatoid (RF). AR dengan RF
Positif (seropositif) berhubungan dengan penyakit
artikular yang lebih agresif, mempunyai prevalensi
manifestasi ekstraartikular yang lebih tinggi dan angka
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. RF juga
bisa mencetuskan stimulus ditt sendiri untuk sel 8
yang mengakibatkan aktivasi dan presentasi antigen
kepada sel Th, yang pada akhirnya proses ini juga
Fase induktit
Gistemik atau lokaty
3133
akan memproduksi RF. Selain itu kompleks imun RF
juga memperantarai aktivasi komplemen, kemudian
‘secara bersama-sama bergabung dengan reseptor
Feg, sehingga mencetuskan kaskade inflamasi
4, Aktivasi sel T dianggap sebagai komponen kunci
dalam patagenesis AR. Bukti terbaru menunjukkan
bbahwa aktivasi ini sangat tergantung kepada adanya
sel, Berdasarkan mekanisme datas, mengindikasikan
bbahwa sel B berperanan penting dalam penyakit AR,
sehingga layak dijadikan target dalam terapi AR,
Gamibar $ memperlihatkan peranan potensial sel 8
dalam requlasi respons imun pada AR. Sel B mature yang
terpapar oleh antigen dan stimulasi TLR (Toll-like receptor
ligand) akan berdiferensiasi menjadi short-lived plasma
cells atau masuk kedalam reaksi GC (germinal centre)
sehingga berubah menjadi sel 8 memori dan long-lived
plasma cells yang dapat memproduksi autoantibodi
Autoantibodi membentuk kompleks imun yang selanjut-
nya akan mengaktivasi sistem imun melalui reseptor Fe
dan reseptor komplemen yang terdapat pada sel target
Antigen yang diproses oleh sel 8 mature selanjutnya
disajikan kepada sel T sehingga menginduksi diferensiasi
sel T efektor untuk memproduksi sitokin proinflamasi,
dimana sitokin ini diketahui secara langsung maupun
tidak langsung terlibat dalam destruksi tulang dan tulang
rawan, Sel B mature juga dapat berdiferensiasi menjadi
sel B yang memproduksi 1-10 yang dapat menginduksi
respons autoreaktif sel T°"
Gambar 4 Interaksi sel Th17 patogenik dalam synovial microenvironment pada artrts reumatoid.”3134
MANIFESTASI KLINIS
‘Awitan (onset). Kurang lebih 2/3 penderita AR, awitan
tetjadi secara perlahan, artritis simetrs terjadi dalam
beberapa minggu sampai beberapa bulan dari perjalanan
penyakit. Kurang lebih 15% dari penderita mengalami
‘gejala awal yang lebih cepst yaitu antara beberapa hari
sampai beberapa minggu. Sebanyak 10 ~ 15% penderita
mempuryai awitan fulminant berupa artitis poliartkular,
sehingga diagnosis AR lebih mudah ditegakkan. Pada
8 ~ 15% penderita, gejala muncul beberapa hari setelah
kejadian tertentu (infeksi) Artrits sering kali dikuti oleh
kekakuan sendi pada pagi hari yang berlangsung selama
satu jam atau lebih, Beberapa penderita juga mempunyai
gejala konstitusional berupa kelemahan, kelelahan,
anoreksia dan demam ringan.**
Manifestasi artikular. Penderita AR pada umumnya
datang dengan keluhan nyeri dan kaku pada banyak senai,
‘walaupun ada sepertiga penderita mengalami gejala aval
Pada satu atau beberapa sendi saja* Walaupun tanda
kardinalinflamasi (nyerbengkak, kemerahan dan teraba
hangat) mungkin ditemukan pada awal penyakit atau
selama kekambuhan flare), namun kemerahan dan perabaan
hangat mungkin tidak dljumpai pada AR yang kronik?
Penyebab artis pada AR adalah sinovtis, yaituadenya
inflamasi pada membran sinovial yang membungkus send.
Pada umumnya sendi yang terkena adalah persendian
tangan, kaki dan vertebra servika,tetapi persendian besar
seperti bahu dan lutut juga bisa terkena, Sendi yang ter-
libat pada umumnya simetris, meskipun pada presentasi
Gambar 5, Partsipasi sel 8 pada artrits reumatoid
awal bisa tidak simetris. Sinovitis akan menyebabkan
erosi permukaan sendi sehingga terjadi deformitas dan
kehilangan fungsi* Ankilosis tulang (destruksi sendi di-
sertai kolaps dan pertumbuhan tulang yang berlebihan)
bisa terjadi pada beberapa sendi khususnya pada per-
gelangan tangan dan kaki, Sendi pergelangan tangan
hampir selalu terlibat, demikian juga sendi interfalang
proksimal dan metakarpofalangeal. Send interfalang distal
dan sakroiliaka tidak pernah terlibat. * Distribusi sendi
yang terlibat pada AR tampak pada tabel 2.
Manifestasi ekstraartikular. Walaupun artritis
‘merupakan manifestasi klinis utama, tetapi AR merupakan
penyakit sistemik sehingga banyak penderita juga
mempunyai manifestasi ekastraartikular. Manifestasi
ekastraartikular pada umumnya didapatkan pada
penderita yang mempunyai titer faktor reumatoid (RF)
serum tinggi, Nodul reumatoid merupakan manifestasi
kul yang paling sering dijumpai, tetapi biasanya tidak
‘memeriukan intervensi khusus. Nodul reumatoid umumaya:
ditemukan di daerah uina, olekranon, jari tangan,
tendon achilles atau bursa olekranon. Nodul reumatoid
hanyacitemukan pada penderita ARdengan faktorreumatoid
Positif (sering titernya tinggi) dan mungkin dikelirukan
dengan tofus gout, kista ganglion, tendon xanthoma atau
‘nodul yang berhubungan dengan demam reumatik, lepra,
MCTO, atau multicentric reticulohistiocytosis, Manifestasi
pparu juga bisa di-dapatkan, tetapi beberapa perubahan
patologik hanya ditemukan saat otopsi. Beberapa mani-
festasi ekstraartikular seperti vaskulitis dan Felty syndrome
Jarang dijumpai,tetapi sering memerlukan terapi spesifik=
NI Ai
TacitrARTRITIS REUMATOID 3135
ddeformitas, Bentuk-bentuk deformitas yang bisa ditemu-
‘abel 2. Sendi yang Terlibat pada Artrtis Reumatoid?
yang Terlibat pa kan pada penderita AR dirangkum dalam tabel 4
Frelaensi
Sendi yang telibat keterlbatan
oH
Metacarpophalangeal (MCP) 85, KOMPLIKASI
Pees lc al 0 Dotter harus melakukan pemantauan terhadap adanya
Pre a omplkasi yang terjadi pade penderta AR. Komplikas
Metatrsopalongel (TP) 2 yang bisa teach pada penderta AR dirangkum dalam
Pergelangan kaki (tibiotalar + subtalar) 7S tabel 5 dan tabel 6.
tah &
Midfoot tarsus) «
Panggul (Hip) 50 PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK.
sits 50
Acromioeaviuar 0 Tidak ada tes diagnostic tunggal yang defini untuk
Wertebraservikl *° konfrmasi diagnosis AR. The American College of Rhe
Temporomendbuar 30 matelogy Subcommittee on Rheumatol Athi (ACRSRA)
Stemoclvetr 30 merekomendastan pemericsan labortorium daser untuk
evaluasiantaa lain: darah periferlengkap (complete blood
cell count, faktorreumatcid (RA, lau endap darah atau
reactive protein (CRP). Pemeriksaan fungsi hat dan gijal
Deformitas. Kerusakan strukturartikular dan periartiular juga direkomendasikan karena akan membantu dalam
(tendon dan ligamentum) menyebabkan terjadinya
Manifestasi ekstraartikular AR dirangkum dalam tabel 3
Tabel 3. Manifestasi Ekastraartikular dari Artritis Reumatotd ==
Sistem organ Manifestasi
Konstitusional Demam, anoreksia,kelelahan (fatigue), kelemahan,limfadenopati
xulit Nodul rematoid, accelerated rheumatoid nodulosis, heumatoid vasculitis, pyoderma gangrenosum, interstitial
{granulomatosus dermatitis with arthritis, palsaded neutrophilic dan granulomatosis dermatitis, rheumatoid
reutrophilc dermatitis, dan adult-onset Stil disease.
Mata “gren syndrome (keratoconjunctivits sicea),scieritis, episcleritis, scleromalacia,
Kardiovaskular Pericarditis, efusi perikardal, edokardits, valvulits
Paru-paru Pleurts, efusi pleura, interstitial fibrosis, nodul reumatoid pada paru, Captaris syndrome (infitrat nodular
pada paru dengan pneumoconiosis.
Hematologi _ Anemia penyakit kronik, trombositsis,eosinofila, Fey syndrome ( AR dengan neutropenia dan splenomega.
Gastrointestinal Sdgren syndrome (xerostomia), amyloidosis, vaskulits
Neurologi Entrapment neuropathy, myelopathy/myosts
Ginjal Amyloidoss, renal tubular acidosis, interstitial nephritis.
Metabolik Osteoporosis.
‘abel 4. Bentuk-Bentuk Deformitas pada Aitritis Reurnatoid’=” rocks sine feagioh a Hdl?
Bentuk deformitas* Keterangan
Deformitas leher angsa (swan-neck) Hiperekstensi PIP dan fleksi DIP
Deformitas boutonniére Fieksi PIP dan hiperekstensi DIP.
Deviasi ulna Deviasi MCP dan jaja tangan kearah ulna
Deformitas kunci piano (piano-key) Dengan penekanan manual akan terjadi pergerakan naik dan turun dar ulnar styloid,
yang disebabkan oleh rusaknya sendi radioulnar.
Deformitas Z-thumb Fieksi dan subluksasi send MCP | dan hiperekstensi dari send interfolang,
Arthritis mutilans Sendi MCP, PIP, tulang carpal dan kapsul sendi mengalami kerusakan sehingga terjadi
instabilitas sendi dan tangan tampak mengecil (operetta glass hand}.
Hallux valgus [MTP I terdesak kearah medial dan jempol kaki mengalami deviasi keareh Ivar yang
terjadi secara bilateral
“Lihat foto artrtisreumatoid3136 REUMATOUOSE
pemilihan terapi Bila hasil pemeriksaan RF dananti-CCP (plain radiograph) dan MRI (Magnetic Resonance Im
negatif bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan anti-RA33_ ‘Pada awal perjalanan penyakit mungkin hanya diterne
untuk membedakan penderita AR yang mempunyaiisiko _kan pembengkakan jaringan lunak atau efusi sendi pais
‘tinggi mengalami prognosis buruk 2 ‘pemeriksaan foto polos, tetapi dengan berianjutnss
Pemeriksaan pencitrean (imaging) yang bisa diguna- __penyakit mungkin akan lebih banyak ditemuken kelzinae
kan untuk menilai penderita AR antara lain foto polos —_—_Osteopenia juxtaarticular adalah karakteristik untuic a=
abel S. Komplikast Yang Bisa Terjadi pada Penderita Artritis Reumatoid.
Komplikasi
Anemia
Kanker
Komplikasi kardiak
Penyakit tulang belakang
leher (cervical spine disease)
Gangguan mata
Pembentukan fistula
Peningkatan infeksi
Deformitas sendi tangan
Deformitas sendi lainnya
Komplikasi pernafasan
Nodul reumatoid
Vaskulitis
‘abel 6. Komplikasi Pleuroparenkimal Primer dan Sekunder dari Artritis Reumatoi
Penyakit pleura
proximal iterpholongeat DIP = distal interphalangeat, RE
Keterangan
Berkorelasi dengan LED dan aktvitas penyakit; 75% penderita AR mengalami anemia karena
penyakit kronik dan 25% penderita tersebut memberikan respons terhadap terepi besi
‘Mungkin akibat sekunder dar terapi yang diberikan; kejadian limfoma dan leukemia 2 ~ 3 kal lebih
sering terjadi pada penderita AR; peningkatan risiko terjadinya berbagai tumor solid; penurunan
risiko terjadinya kanker genitourinaria, diperkrakan karena penggunaan OAINS.
113 penderita AR mungkin mengalami efusi peikardial asimptomatik saat diagnosis ditegakkan:
mmiokardits bisa teradi, baik dengan atau tanpa gejla; blok atrioventrikular jarang ditemukan.
Tenosinovits pada ligamentum transversum bisa menyebabkan instabiitas sumbu atlas, hat-hati bla
melakuizan intubasi endotrakeal; mungkin diterukan hilangnya lordosisservkal dan berkurangrya
lingkup gerek lehes subluksasi C4-C5 dan C5-C5, penyempitan celah senci pads foto sevkal lateral
Myclopat bisa terjai yang ditandai oleh kelemahan bertahap pada ekstremitas atas dan parestesa,
Episkleitsjarang terjadi
Terbentukrya sinus kutaneus dekat sendi yang terkena, terhubungnya bursa dengan kul.
Umumaya merupakan efek dari terapi AR
Deviasi ulnar pada sendi metakarpofalangeat deformitas boutonniere leks! PIP dan hiperekstensi
DIP); deformitas swan neck (kebalikan dari deformitas boutonniere; hiperekstensi dari ibu jai
ppeningkatan rsiko ruptur tendon
Beberapa kelainan yang bisa ditemukan antara lain : frozen shoulder, kista popliteal, sindrom
terowongan karpal dan tarsal
Nodul paru bisa bersama-sama dengan kanker dan pembentukan lesi kavitas; Bisa ditemukan
inflamasi pada sendi cricoarytenoid dengan gejala suara serak dan nyeri pada laring; pleuritis
ditemukan pada 20% penderita; fibrosis interstitial bisa ditandai dengan adanya ronki pada
pemeriksaan fisik(Selengkapnya that Tabel 6)
Ditemukan pada 20 ~ 3596 penderita AR, biasarya citemukan pada permukaan ekstensorekstremitas
atau daerah penekanan lainnya, tetap bisa juga ditemukan pada daerah skera pita suara sakrum atau
vertebra
Bentuk kelainannya antaralain arteritis distal, perikardtis, neuropat perifer les kutaneus, arteritis
‘organ visera dan arteritis koroner;terjedi peningkatan risiko pada : penderita perempuan, titer
RF yang tinggi, mendapat terapi steroid dan mendapat beberapa macam DMARD; berhubungan
‘dengan peningkatan risko terjadinya infark miokard,
= rheumatoid foctor
= Efusi pleura, fibrosis pleura
Penyakit jaringan interstisial paru
Pneumonia interstisil, pneumonia interstsial nonspesifk, organizing pneumonia, kerusakan alveolus difus, pneumonia
eosinofiik akut, penyakitfbrobulosa apikal, amiloid, nodul remax
Penyakit Pulmonar Vaskular
= Hipertensi pulmonar vaskultis, perdarahan alveolar difus dengan kapilarits,
Komplikasi vaskular pulmonal
Infeksi oportunistik
= tuberkulosis paru, infeksi mikobakterium atipik, nokardiosis, aspergilosis, pneumonia pada pneumosits jeroveci,
pneumonitis sitomiegalovirus
Toksisitas Obat
+ Metotreksat, aurum, D-penisilamin, sufasalazin