You are on page 1of 6

Hitung Trombosit

Posted by Riswanto on Wednesday, December 16, 2009


Labels: Tes Hematologi, Tes Hemostasis

Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari


sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi darah selama 10 hari.
Gambaran mikroskopik dengan pewarnaan Wright Giemsa, trombosit tampak sebagai sel kecil, tak
berinti, bulat dengan sitoplasma berwarna biru-keabu-abuan pucat yang berisi granula merah-ungu yang
tersebar merata.

Trombosit memiliki peran dalam sistem hemostasis, suatu mekanisme faali tubuh untuk melindungi diri
terhadap kemungkinan perdarahan atau kehilangan darah. Fungsi utama trombosit adalah melindungi
pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil yang terjadi sehari-hari dan
mengawali penyembuhan luka pada dinding pembuluh darah. Mereka membentuk sumbatan dengan jalan
adhesi (perlekatan trombosit pada jaringan sub-endotel pada pembuluh darah yang luka) dan agregasi
(perlekatan

antar

sel

trombosit).

Orang-orang dengan kelainan trombosit, baik kualitatif maupun kuantitatif, sering mengalami perdarahanperdarahan kecil di kulit dan permukaan mukosa yang disebut ptechiae, dan tidak dapat mengehentikan
perdarahan

akibat

luka

yang

disengaja

maupun

yang

tidak

disengaja.

Agar dapat berfungsi dengan baik, trombosit harus memadai dalam kuantitas (jumlah) dan kualitasnya.
Pembentukan sumbat hemostatik akan berlangsung dengan normal jika jumlah trombosit memadai dan
kemampuan

trombosit

untuk

beradhesi

dan

beragregasi

juga

bagus.

Beberapa uji laboratorium yang digunakan untuk menilai kualitas trombosit adalah agregasi trombosit,
retensi trombosit, retraksi bekuan, dan antibody anti trombosit. Sedangkan uji laboratorium untuk menilai
kuantitas

trombosit

adalah

masa

perdarahan

(bleeding

time)

dan

hitung

trombosit

Jumlah trombosit normal adalah 150.000 450.000 per mmk darah. Dikatakan trombositopenia ringan
apabila jumlah trombosit antara 100.000 150.000 per mmk darah. Apabila jumlah trombosit kurang dari
60.000 per mmk darah maka akan cenderung terjadi perdarahan. Jika jumlah trombosit di atas 40.000 per
mmk darah biasanya tidak terjadi perdarahan spontan, tetapi dapat terjadi perdarahan setelah trauma. Jika
terjadi perdarahan spontan kemungkinan fungsi trombosit terganggu atau ada gangguan pembekuan
darah. Bila jumlah trombosit kurang dari 40.000 per mmk darah, biasanya terjadi perdarahan spontan dan
bila jumlahnya kurang dari 10.000 per mmk darah perdarahan akan lebih berat. Dilihat dari segi klinik,
penurunan jumlah trombosit lebih memerlukan perhatian daripada kenaikannya (trombositosis) karena
adanya

resiko

perdarahan.

Metode untuk menghitung trombombosit telah banyak dibuat dan jumlahnya jelas tergantung dari
kenyataan bahwa sukar untuk menghitung sel-sel trombosit yang merupakan partikel kecil, mudah
aglutinasi

dan

mudah

pecah.

Sukar

membedakan

trombosit

dengan

kotoran.

Hitung trombosit dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Metode secara langsung dengan
menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop fase kontras dan mikroskop cahaya (Rees-Ecker)
maupun secara otomatis. Metode yang dianjurkan adalah penghitungan dengan mikroskop fase kontras
dan otomatis. Metode otomatis akhir-akhir ini banyak dilakukan karena bisa mengurangi subyektifitas
pemeriksaan

dan

penampilan

diagnostik

alat

ini

cukup

baik.

Hitung trombosit secara tidak langsung yaitu dengan menghitung jumlah trombosit pada sediaan apus
darah yang telah diwarnai. Cara ini cukup sederhana, mudah dikerjakan, murah dan praktis. Keunggulan
cara ini adalah dalam mengungkapkan ukuran dan morfologi trombosit, tetapi kekurangannya adalah
bahwa perlekatan ke kaca obyek atau distribusi yang tidak merata di dalam apusan dapat menyebabkan
perbedaan yang mencolok dalam perhitungan konsentrasi trombosit. Sebagai petunjuk praktis adalah
bahwa hitung trombosit adekuat apabila apusan mengandung satu trombosit per duapuluh eritrosit, atau
dua sampai tiga trombosit per lapang pandang besar (minyak imersi). Pemeriksaan apusan harus selalu
dilakukan apabila hitung trombosit rendah karena penggumpalan trombosit dapat menyebabkan hitung
trombosit

rendah

palsu.

Bahan pemeriksaan yang dianjurkan untuk pemeriksaan hitung trombosit adalah darah EDTA.
Antikoagulan ini mencegah pembekuan darah dengan cara mengikat kalsium dan juga dapat menghambat
agregasi

trombosit.

Metode

langsung

(Rees

Ecker)

Hitung trombosit secara langsung menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop cahaya. Pada
hitung trombosit cara Rees-Ecker, darah diencerkan ke dalam larutan yang mengandung Brilliant Cresyl
Blue sehingga trombosit tercat biru muda. Sel trombosit dihitung dengan menggunakan kamar hitung
standar dan mikroskop. Secara mikroskopik trombosit tampak refraktil dan mengkilat berwarna biru
muda/lila lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong atau koma tersebar atau bergerombol. Cara
ini memiliki kesalahan sebesar 16-25%, penyebabnya karena faktor teknik pengambilan sampel yang
menyebabkan trombosit bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak akurat dan penyebaran
trombosit

yang

tidak

merata.

Metode

fase-kontras

Pada hitung trombosit metode fase kontras, darah diencerkan ke dalam larutan ammonium oksalat 1%
sehingga semua eritrosit dihemolisis. Sel trombosit dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar
dan mikroskop fase kontras. Sel-sel lekosit dan trombosit tampak bersinar dengan latar belakang gelap.
Trombosit tampat bulat atau bulat telur dan berwarna biru muda/lila terang. Bila fokus dinaik-turunkan
tampak perubahan yang bagus/kontras, mudah dibedakan dengan kotoran karena sifat refraktilnya.
Kesalahan

dengan

metode

ini

sebesar

10%.

Metode fase kontras adalah pengitungan secara manual yang paling baik. Penyebab kesalahan yang
utama pada cara ini, selain faktor teknis atau pengenceran yang tidak akurat, adalah pencampuran yang
belum

Modifikasi

merata

dan

metode

adanya

perlekatan

fase-kontras

trombosit

dengan

atau

agregasi.

plasma

darah

Metodenya sama seperti fase-kontras tetapi sebagai pengganti pengenceran dipakai plasma. Darah
dibiarkan pada suhu kamar sampai tampak beberapa mm plasma. Selanjutnya plasma diencerkan dengan
larutan pengencer dan dihitung trombosit dengan kamar hitung seperti pada metode fase-kontras.

Metode

tidak

langsung

Cara ini menggunakan sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Wright, Giemsa atau May

Grunwald. Sel trombosit dihitung pada bagian sediaan dimana eritrosit tersebar secara merata dan tidak
saling

tumpang

tindih.

Metode hitung trombosit tak langsung adalah metode Fonio yaitu jumlah trombosit dibandingkan dengan
jumlah eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung. Cara ini sekarang tidak
digunakan lagi karena tidak praktis, dimana selain menghitung jumlah trombosit, juga harus dilakukan
hitung

eritrosit.

Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan apus dilakukan dalam 10 lpmi
x 2000 atau 20 lpmi x 1000 memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik untuk populasi trombosit normal
dan tinggi (trombositosis). Korelasinya dengan metode otomatis dan bilik hitung cukup erat. Sedangkan
untuk populasi trombosit rendah (trombositopenia) di bawah 100.000 per mmk, penghitungan trombosit
dianjurkan dalam 10 lpmi x 2000 karena memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik. Korelasi dengan
metode

lain

Hitung

cukup

Trombosit

erat.

Otomatis

Penghitung sel otomatis mampu mengukur secara langsung hitung trombosit selain hitung lekosit dan
hitung eritrosit. Sebagian besar alat menghitung trombosit dan eritrosit bersama-sama, namun keduanya
dibedakan berdasarkan ukuran. Partikel yang lebih kecil dihitung sebagai trombosit dan partikel yang lebih
besar dihitung sebagai eritrosit. Dengan alat ini, penghitungan dapat dilakukan terhadap lebih banyak
trombosit. Teknik ini dapat mengalami kesalahan apabila jumlah lekosit lebih dari 100.000/mmk, apabila
terjadi fragmentasi eritrosit yang berat, apabila cairan pengencer berisi partikel-partikel eksogen, apabila
sampel sudah terlalu lama didiamkan sewaktu pemrosesan atau apabila trombosit saling melekat.

Masalah Klinis

PENURUNAN JUMLAH : ITP, myeloma multiple, kanker (tulang, saluran gastrointestinal, otak),

leukemia (limfositik, mielositik, monositik), anemia aplastik, penyakit hati (sirosis, hepatitis aktif
kronis), SLE, DIC, eklampsia, penyakit ginjal, demam rematik akut. Pengaruh obat : antibiotik
(kloromisetin, streptomisin), sulfonamide, aspirin (salisilat), quinidin, quinine, asetazolamid
(Diamox), amidopirin, diuretik tiazid, meprobamat (Equanil), fenilbutazon (Butazolidin), tolbutamid
(Orinase), injeksi vaksin, agen kemoterapeutik.

PENINGKATAN JUMLAH : Polisitemia vera, trauma (fraktur, pembedahan), paskasplenektomi,

karsinoma metastatic, embolisme pulmonary, dataran tinggi, tuberculosis, retikulositosis, latihan


fisik berat. Pengaruh obat : epinefrin (adrenalin)

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

Kemoterapi dan sinar X dapat menurunkan hitung trombosit,

Pengaruh obat (lihat pengaruh obat),

Penggunaan darah kapiler menyebabkan hitung trombosit cenderung lebih rendah,

Pengambilan sampel darah yang lamban menyebabkan trombosit saling melekat (agregasi)
sehingga jumlahnya menurun palsu,

Tidak segera mencampur darah dengan antikoagulan atau pencampuran yang kurang adekuat
juga dapat menyebabkan agregasi trombosit, bahkan dapat terjadi bekuan,

Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak sesuai dapat menyebabkan kesalahan
pada hasil :
o

Jika volume terlalu sedikit (= EDTA terlalu berlebihan), sel-sel eritrosit mengalami krenasi,
sedangkan trombosit membesar dan mengalami disintegrasi.

Jika volume terlalu banyak (=EDTA terlalu sedikit) dapat menyebabkan terbentuknya
jendalan yang berakibat menurunnya jumlah trombosit.

Penundaan pemeriksaan lebih dari 1 jam menyebabkan perubahan jumlah trombosit

Bahan Bacaan :
1.

Dacie, S.J.V. dan Lewis S.M., 1991, Practical Hematology, 7th ed., Longman Singapore Publishers
Ptc. Ltd., Singapore.

2.

Gandasoebrata, R., 1992, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Bandung.

3.

Koepke, J.A., 1991, Practical Laboratory Hematology, 1st ed., Churchill Livingstone, New York.

4.

Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM, 1995, Tuntunan Praktikum Hematologi, Bagian Patologi
Klinik FK-UGM, Yogyakarta.

5.

Oesman, Farida & R. Setiabudy, 1992, Fisiologi Hemostasis dan Fibrinolisis, dalam : Setiabudy, R.
(ed.), 1992, Hemostasis dan Trombosis, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

6.

Ratnaningsih, T. dan Setyawati, 2003, Perbandingan Antara hitung Trombosit Metode Langsung
dan Tidak Langsung Pada Trombositopenia, Berkala Kesehatan Klinik, Vol. IX, No. 1, Juni 2003,
RS Dr. Sardjito, Yogyakarta.

7.

Ratnaningsih, T. dan Usi Sukorini, 2005, Pengaruh Konsentrasi Na2EDTA Terhadap Perubahan
Parameter Hematologi, FK UGM, Yogyakarta.

8.

Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari,
editor : Huriawati Hartanto, 2004, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC,
Jakarta.

9.

Widmann, Frances K., alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., 1992, Tinjauan Klinis Atas Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, hlm. 117-132.

10. Kee, Joyce LeFever, 2007, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik, Edisi 6, EGC,
Jakarta.

You might also like