Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Kegiataan
Berdasarkan keputusan yang ada dari Rektor Universitas Jambi tentang
peraturan akademik nomor: 1223/UN 21/DT/2013 BAB V pasal 32 ayat 1 Setiap
mahasiswa dapat memilih mengontrak mata kuliah praktik lapangan yang dapat
berupa kuliah kerja nyata (Kukerta), praktek lapangan, praktek klinik, kuliah kerja
usaha (KKU), magang atau sejenisnya ; dan ayat 3 Mata kuliah praktik
lapangan bagi mahasiswa Program Sarjana dapat dikontrak berdasarkan ketentuan
yang diatur dalam Peraturan Akademik Fakultas.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan mata kuliah wajib yang harus
diambil oleh mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi (FSTUNJA). Mata kuliah ini bertujuan untuk memberikan kemampuan analisis dan
sintesis kepada mahasiswa agar lulusan FST-UNJA memiliki kompetensi dalam
menganalisis permasalahan sekaligus mensintesissolusi yang cerdas atas
permasalahan real yang ada didunia kerja melalui proses pengamatan secara
langsung. Disisi lain, sebagai bagian dari kelompok mata kuliah berkehidupan
bermasyarakat (MBB), mata kuliah PKL juga bertujuan untuk memberikan
pengalaman pragmatis secara komprehensif kepada mahasiswa tentang kehidupan
bermasyarakat, khususnya dilingkungan kerja, sebagai bagian dari upaya fakultas
mempersiapkan diri mahasiswa untuk memasuki dunia kerja.
Mata kuliah PKL diberikan kepada mahasiswa program vokasi (Diploma3) dan program akademik (Strata-1) dengan beban study sebesar 4 (empat) satuan
kredit semester (SKS) dan harus dilaksanakan dalam kurun waktu sekurangkurangnya 8 (delapan) minggu atau setara dengan 300 jam kerja. Pelaksanaan
PKL dimungkinkan untuk diperpanjang sesuai dengan kesepakatan dengan
perusahaan tempat PKL dilaksanakan, sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan
program pendidikan. Oleh karena itu, PKL sebaiknya dilaksanakan pada saat libur
panjang atau hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang sudah bebas dari beban
kuliah tatap muka.
Dalam pelaksanaan PKL, dimohon pimpinan perusahaan tempat PKL
dilaksanakan dapat :
a. Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada mahasiwa peserta PKL
agar dapat menjalankan tugas/pekerjaan yang diterimanya dengan baik dan
patuh terhadap pimpinan unit kerja yang diikutinya.
b. Memberikan pengarahan dan masukkan kepada mahasiswa agar merka
dapat menjadi pribadi yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia, dan
c. Memberikan masukkan kepada FST-UNJA dalam upaya perbaikkan
kurikulum dan sisterm pembelajaran.
I.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Penyelenggaraan PKL bertujuan untuk :
a. Meningkatkan wawasan pengetahuan dan pengalaman, serta kemampuan
dan keterampilan mahasiswa.
b. Melatih mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi dan menganalisis
permasalahan real didunia kerja.
c. Melatih mahasiswa untuk dapat mensintesis solusi yang cerdas terhadap
permasalahan real didunia kerja.
d. Memperoleh umpan balik untuk penyempurnaan kurikulum dan sistem
pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan masyarakat.
e. Membina dan meningkatkan kerjasama antara FST-UNJA dengan dunia
usaha.
f. Mewujudkan dharma pengabdian kepada masyarakat.
dapat
diperoleh
mahasiswa
dari
yang
diharapkan
dapat
diperoleh
FST-UNJA
dari
g. Bab IV Pembahasan,
h. Bab V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
URAIAN UMUM
2.1 Sejarah UPTB Laboratorium Lingkungan Daerah BLHD Provinsi Jambi
Sejarah legal atau formal BLHD Provinsi Jambi selaku lembaga yang
mengkoordinasikan pengendalian dampak lingkungan di Provinsi Jambi berdiri
sejak tahun 1998, yaitu setelah dikeluarkannya KEPRES No. 77 tahun 1994
tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Kemudian diatur lebih lanjut
melalui keputusan Menteri Dalam Negeri (KEPMENDAGRI) No. 98 tahun 1996
tentang pedoman pembentukan, organisasi, dan Tata Kerja Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Daerah dan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.9 tahun
1996 tersebut datas diperkuat lagi dengan keputusan Menteri Dalam Negeri No.99
pengukuran
kualitas
diperlukan
adanya
Unit
Pelayanan
Teknis
Sumatera
Selatan,
UNILAB
PERDANA,
Laboratorium
Udara ambient.
Mikrobiologi.
Kemampuan Pelayanan
-
2. Air Limbah.
pH, Suhu , DHL , TDS , TSS , TS , DO , BOD , COD , Nitrat , Nitrit ,
Amoniak , Phospat , Sulfat , Klorida , Minyak dan Lemak, Nitrogen Total ,
Fenol, Flourida, MbaS, Ca, Cd, Cr, Co,Cu,Fe,K,Mn,Mg,Na,Ni,Pb,Zn,
Total Coliform,Escherica coli.
3. Udara Ambient.
Kebisingan, Sulfur Dioksida( SO2 ) , Nitrogen Dioksida ( NO2 )
2.5 Fasilitas
Memiliki ruangan dan fasilitas yang nyaman untuk kegiatan
kelaboratoriuman.
Memiliki peralatan pengujian dan sampling air dan limbah.
Memiliki peralatan pengujian dan sampling udara ambient.
MANAJER PUNCAK
Kepala UPTB Lab. Lingk. Daerah
MANAJER ADM.
Ka. Sub. Bag. Tata Usaha
ADMINISTRASI &
Pengendali Sampel
MANAJER MUTU
8
Analis Penyelia
Pengujian
Penyelia Akomodasi
Penyelia K3 dan
& LingkunganLimbah Lab
Penyelia Sampling
PPC
MANAJER TEKNIS
Pengendali
Bahan Kimia
& Reagen
KETERANGAN
PPC = Petugas Pengambilan Contoh
BAB III
URAIAN KHUSUS
3.1 Alur Penerimaan Sampel
Alur Penerimaan sampel uji Laboratorium di UPTB BLHD dimulai dari
costumer yang datang menyerahkan sampel di meja penerimaan sampel dan
sampel diambil oleh penerima atau petugas lab , serta memberikan informasi
untuk pengisian data formulir dan menentukan pemeriksaan yang diinginkan.
Selanjutnya petugas penerimaan sampel bertugas untuk mengisi buku induk,
menghilangkan identitas sampel dan memberi label pada sampel. Pengendalian
sampel memasukkan sampel ke ruang sampel atau kedalam kulkas. Kemudian
tugas analisis untuk melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap sampel yang
diterima.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh analis akan diverifikasi oleh
penyelia terkait untuk selanjutnya diketahui oleh petugas administrasi
laboratorium. Petugas administrasi laboratorium akan mengetik LHUS menjadi
LHU. Selanjutnya manajer teknis akan kembali melakukan verifikasi dan
memberi paraf terhadap lembar hasil uji yang kemudian ditandatangani manager
puncak. Kemudian petugas administrasi laboratorium akan menyerahkan
lembaran hasil kepada customer dan sekaligus melakukan pengarsipan.
09
01
Menerima LHU
Limbah Cair 14 hari kerja
ABA, dll 21 hari kerja
Udara 14 hari kerja
Tanah 30 hari kerja
Menyerahkan Sampel
Sampel yang diantar customer
Sampel yang diambil petugas Lab
CUSTOMER
CUSTOMER
Menerima Sampel
Mengisi Buku Induk dan FPPS
Menghilangkan Identitas Sampel
Memberi Nomor Lab. Pada Sampel
Menyerahkan LHU kepada Customer
Pengendali Sampel
Mengarsipkan LHU
Memasukkan ke Ruang Sampel dan Kulkas
08
PETUGAS
ADM.LAB.
PENERIMA SAMPEL
10
02
Menandatangani LHU
07
MANAJER
Melakukan Pengujian
Mengisi Catatan Primer
Mengisi Workbook
Mengisi LHUS
ANALIS
MANAJER
TEKNIK
05
06 03
PENYELIA PENGUJIAN
04
PETUGAS
ADM.LAB.
11
Spektrofotometer ;
Labu ukur 50 ml, 100 mL, 1000 mL ;
Gelas piala 50 mL ;
Pipet 0,5;1,0;2,0;3,0;5,0; dan 10 mL ;
Pipet ukur 5 mL ;
Botol dekomposing tahan panas ;
Autoklaf ;
Desikator ;
Timbangan analitik.
maka
contoh
uji
dapat
diawetkan
dengan
13
30 menit.
Keluarkan botol dan dinginkan. Saring dan tampung filtratnya.
Pipet 25 ml filtrat kedalam gelas piala 50 ml.
Tambahkan 5 mL larutan HCl ( 1+ 16) dan atur pH antara 2-3.
Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
15
dihomogenkan.
CATATAN Larutan ini harus disiapkan setiap minggu.
3) Natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) 0,5%
Larutkan 0,5 g natrium nitroprusid dalam 100 mL air suling dan
dihomogenkan.
CATATAN Larutan ini tahan hingga 1 bulan apabila disimpan dalam
botol gelap.
4) Larutan alkalin sitrat (C6H5Na3O7)
Larutkan 200 g trinatrium sitrat dan 10 g NaOH, masukkan ke dalam
labu ukur 1000 mL,tepatkan dengan air suling sampai tanda tera dan
dihomogenkan.
5) Natrium hipoklorit (NaClO) 5%
6) Larutan pengoksidasi
Campur 100 mL larutan alkalin sitrat dengan 25 mL natrium
hipoklorit. CATATAN Larutan ini harus dipersiapkan setiap kali
sebelum pengujian.
3.3 Peralatan.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Spektrofotometer ;
Timbangan analitik ;
Erlenmeyer 50 mL ;
Labu ukur 100 mL; 500 mL dan 1000 mL ;
Gelas ukur 25 mL ;
Pipet volumetrik 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL dan 5,0 mL ;
Pipet ukur 10 mL dan 100 mL; dan
Gelas piala 1000 mL.
sampai
tepat
pada
tanda
tera
dan
dihomogenkan.
3) Pembuatan larutan baku amonia 10 mg N/L.
16
sampai
tepat
pada
tanda
tera
dan
dihomogenkan.
4) Pembuatan larutan kerja amonia.
a) Pipet 0,0 mL; 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL dan 5,0 mL larutan baku
amonia 10 mg N/L dan masukkan masing-masing ke dalam labu ukur
100 mL ;
b) Tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera sehingga diperoleh
kadar amonia 0,0 mg N/L; 0,1 mg N/L; 0,2 mg N/L; 0,3 mg N/L dan
0,5 mg N/L.
5) Pembuatan kurva kalibrasi.
a. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk
pengujian kadar amonia ;
b. Pipet 25 mL larutan kerja dan masukkan masing-masing ke dalam
c.
d.
e.
f.
g.
h.
erlenmeyer ;
Tambahkan 1 mL larutan fenol dan dihomogenkan ;
Tambahkan 1 ml natrium nitroprusid, dihomogenkan ;
Tambahkan 2,5 ml larutan pengoksidasi, dihomogenkan ;
Tutup erlenmeyer tersebut dengan plastik atau parafin film ;
Biarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna ;
Masukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat
3.6 Perhitungan.
Kadar amonia (mg N/L) = C x fp
dengan pengertian :
C adalah kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L) ;
17
8) Batas deteksi ;
9) Rekaman hasil perhitungan ;
10) Hasil pengukuran persen recovery (bila dilakukan) ;
11) Kadar analit contoh uji.
3.2.3 Cara Uji Derajat Keasaman (pH) Dengan Menggunakan Alat pH
Meter.
1 . Ruang lingkup.
Metode ini meliputi, cara uji derajat keasaman (pH) air dan air limbah dengan
menggunakan alat pH meter.
2. Acuan.
Normatif ASTM D1293 - 95, Standard Test Methods for pH of Water.
3 . Istilah dan definisi.
3.1 pH larutan.
Minus logaritma konsentrasi ion hidrogen yang ditetapkan dengan
metode pengukuran secara potensiometri dengan menggunakan pH
meter.
3.2 Larutan penyangga (buffer).
pH larutan yang dibuat dengan melarutkan garam dari asam lemahbasa kuat atau basa lemah-asam kuat sehingga menghasilkan nilai pH
tertentu dan stabil.
3.3 Certified Reference Material (CRM).
Bahan standar bersertifikat yang tertelusur ke sistem nasional atau
internasional.
4. Cara uji.
4.1 Prinsip.
Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktifitas ion hidrogen
secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH meter.
19
4.2 Bahan.
4.2.1 Larutan penyangga (buffer).
Larutan penyangga 4, 7 dan 10 yang siap pakai dan tersedia dipasaran, atau dapat
juga dibuat dengan cara sebagai berikut:
a)
Larutan penyangga, pH 4,004 (250C) ;
Timbangkan 10,12 g kalium hidrogen ptalat, KHC8H4O4, larutkan dalam 1000 mL
air suling.
b)
Larutan penyangga, pH 6,863 (250C) ;
Timbangkan 3,387 g kalium dihidrogen fosfat, KH 2PO4 dan 3,533 g dinatrium
hidrogen fosfat, Na2HPO4, larutkan dalam 1000 mL air suling.
c)
Larutan penyangga, pH 10,014 (250C) ;
Timbangkan 2,092 g natrium hidrogen karbonat, NaHCO 3 dan 2,640 g natrium
karbonat(Na2CO3), larutkan dalam 1000 mL air suling.
4.3 Peralatan.
b)
c)
d)
e)
f)
20
1. Ruang lingkup.
Cara uji pengujian ini untuk menentukan kadar nitrat (NO 3-N) dalam air dan
air limbah secara spektrofotometer menggunakan kolom reduksi kadmium
dengan kisaran pengukuran 0,01 mg sampai 0,1 mg NO 3-N/L dengan tebal
kuvet (path length) 1 cm atau lebih, pada panjang gelombang 543 nm.
2. Istilah dan Definisi.
2.1 Air bebas mineral.
Air yang diperoleh dengan cara penyulingan ataupun proses dimineralisasi
sehingga diperoleh air dengan konduktifitas lebih kecil dari 2S/cm.
2.2 Kurva kalibrasi.
Grafik yang menyatakan hubungan kadar larutan kerja dengan hasil
pembacaan serapan yang merupakan garis lurus.
2.3 Larutan blanko.
Air bebas mineral yang diperlukan sama dengan contoh uji.
2.4 Larutan induk NO3-N.
Larutan yang mempunyai kadar nitrat 100 mg NO3-N/L yang digunakan
untuk larutan baku dengan kadar rendah.
2.5 Larutan baku NO3-N.
Larutan induk nitrat yang diencerkan dengan air bebas mineral sampai
kadar tertentu.
2.6 Larutan kerja NO3-N.
Larutan baku nitrat yang diencerkan dan digunakan untuk membuat kurva
kalibrasi.
3. Cara Uji
3.1 Prinsip.
21
Senyawa nitrat dalam contoh uji reduksi menjadi nitrit oleh kadmium (Cd)
yang dilapisi dengan tembaga (Cu) dalam suatu kolom. Nitrit total terbentuk
bereaksi dengan sulfanilamid dalam suasana asam mengahsilkan senyawa
diazonium. Senyawa diazonium kemudian bereaksi dengan N-(1-naphthyl)ethylendiamine. Dihydrochloride (NED) yang berwarna merah muda. Senyawa
azo ini ekivalen dengan senyawa diazonium yang ekivalen dengan nitrit total.
Warna merah diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang disekitar 543 nm.
Untuk menetapkan nitrit dalam contoh uji dengan nitrit yang berasal dari
hasil reduksi nitrat dilakukan penetapan nitrit tanpa melewatkan contoh uji pada
kolom uji kadmium.
Kadar nitrat diperoleh dengan mengkoreksi hasil total nitrit yang didapat dari
hasil reduksi dengan hasil nitrit yang diperoleh tanpa melewati kolom reduksi
kadmium.
3.2 Bahan.
a. Air bebas mineral ;
b. Serbuk kalium nitrat (KNO3) ;
c. Butir kadmium (Cd) dengan ukuran 20-100 mesh ;
d. Asam klorida (HCl) 6N ;
Masukkan 50 ml HCl pekat kedalam gelas piala 250 mL yang berisi 50
mL air bebas mineral.
e. Larutan tembaga sulfat (CuSO4) 2% b/v ;
f. Butir kadmium tembaga (Cd-Cu) ;
Lakukan pencucian butir Cd-Cu dengan langkah sebagai berikut:
1) Cuci 25 gr kadmium (20-100 mesh) dengan HCl 6N lalu bilas
dengan air sampai pHnetral.
2) Rendam butir Cd-Cu dengan 100 mL larutan CuSO 4 2% selama 5
menit sampai warna biru memucat. Buang larutannya, ulangi
langkah ini dengan larutan CuSO4 baru sampai terbentuk endapan
Cu.
3) Bilas dengan air untuk menghilangkan endapan Cu.
g. Larutan pekat ammonium klorida-etilendiamin tetra asetat (NH4ClEDTA);
Larutkan 13 gr NH4Cl dan 1,7 gr dinatrium-EDTA dengan 900 mL air
bebas mineral dalam gelas piala 1000 mL. Atur pH 8,5 dengan NH 4OH
pekat lalu tepatkan menjadi 1000 mL dengan air bebas mineral.
h. Larutan NH4Cl-EDTA ;
22
23
2)
a.
b.
c.
24
mL/menit ;
e. Buang 25 mL tampungan pertama ;
f. Tampung eluet berikutnya dengan erlenmeyer atau gelas piala yang bersih
dan kering;
g. Ambil secara kuantitatif 50 mL eluat kedalam erlenmeyer atau gelas piala ;
h. Tambahkan secara kuantitatif 2 mL larutan pewarna, kemudian kocok ;
i. Ukur serapannya dalam waktu antara 10 menit sampai 2 jam, setelah
penambahan larutan pewarna pada panjang gelombang 543 nm ;
j. Tentukan kadar nitrit total dari kurva kalibrasi ;
k. Catatan : Kadar yang terukur adalah kadar nitrit total yang berasal dari
nitrit dan nitrat yang telah direduksi menjadi nitrit ;
25
l. Uji nitrit secara terpisah dilakukan terhadap 50 mL contoh uji yang sama
(tampa melalui kolom reduksi).
7) Perhitungan.
Kadar nitrat (mg NO3-N/L) = A-B ;
Keterangan : A adalah kadar NO2-N/L dari kolom reduksi.
B adalah kadar NO2-N/L tanpa melewati kolom reduksi.
3.2.5
_
Cara Uji Nitrit (NO2 N) Secara Spektrofotometri.
1. Ruang lingkup.
Metode ini digunakan untuk penentuan nitrit, NO2-N dalam air dan air
limbah secara spektrofotometri pada kisaran kadar 0,01 mg/L sampai dengan
1,00 mg/L NO2_N. Jika menggunakan kuvet 1 (satu) cm dalam penetuan
kadar nitrit, NO2_N dapat diperoleh kadar sampai dengan 0,18 mg/L NO2_N.
Untuk meningkatkan ketelitian pembacaan dapat digunakan kuvet yang lebih
panjang lintasannya (5 cm atau 10 cm). Metode ini digunakan untuk contoh
uji air yang tidak berwarna.
2. Istilah dan definisi.
2.1 Larutan induk.
Larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar tinggi dan akan digunakan
untuk membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah.
2.2 Larutan induk nitrit, NO2_N.
Larutan yang dibuat dengan cara melarutkan 1,232 g NaNO2 dalam air suling
bebas nitrit dan diencerkan sampai 1000 mL. Larutan ini mempunyai kadar
250 mg/L NO2-N.
2.3 Larutan intermedia.
Larutan induk yang diencerkan dengan air suling bebas nitrit, dan mempunyai
kadar nitrit, 50 mg/L NO2_N.
2.4 Larutan baku.
Larutan intermedia yang diencerkan dengan air suling bebas nitrit, dan
mempunyai kadar nitrit, 0,50 mg/L NO2_N.
2.5 Larutan kerja.
Larutan baku yang diencerkan dengan air air suling bebas nitrit, digunakan
untuk membuat kurva kalibrasi, dan mempunyai kisaran kadar nitrit, 0,0
mg/L;0,01 mg/L; 0,02 mg/L; 0,05 mg/L; 0,10 mg/L; dan 0,20 mg/L NO2_N.
26
dan
N-
(1-naphthyl)
ethylene
diamine
dihydrochloride
(NED
warna
merah
menunjukkan
adanya
permanganat.
3) Ke dalam 1000 mL air suling tambahkan 1 mL H 2SO4 p dan 0,2 mL
larutan MnSO4 (36,4 g MnSO4.H2O / 100 mL air suling). Tambahkan 1-3
mL larutan KMnO4 (400 mg KMnO4 / 1000 mL air suling) Destilasi
seperti no. 3.2 a) 2) di atas.
b) Glass wool.
27
b) Saring contoh uji dengan kertas saring bebas nitrit yang berukuran pori 0,45
m.
c) Masukkan contoh uji ke dalam botol gelas berwarna gelap bebas dari
kontaminasi nitrit.
2) Pengawetan contoh uji.
Contoh uji disimpan pada pendingin 4oC dengan waktu simpan tidak lebih dari 48
jam.
3.5 Persiapan pengujian.
1) Pembakuan larutan induk nitrit, 250 mg/L NO2-N.
Bakukan larutan induk nitrit sebagai berikut:
a. Pipet 50 mL larutan KMnO4 0,05 N, masukkan kedalam erlenmeyer 250
mL.
b. Tambahkan 5 mL H2SO4 pekat.
c. Pipet 50 mL larutan induk nitrit, masukkan kedalam larutan KMnO 4 dengan
cara ujung pipet berada dibawah permukaan larutan KMnO4
d. Homogenkan/goyangkan dan panaskan pada temperatur 700C sampai
dengan 800C di atas pemanas.
e. Hilangkan warna permanganat dengan penambahan larutan natrium oksalat
0,05 N dengan penambahan secara bertahap sebanyak 10 mL.
f. Titar kelebihan Na2C2O4 dengan larutan KMnO4 0,05 N sampai sedikit
warna merah muda sebagai titik akhir.
CATATAN Jika digunakan larutan FAS sebagai pengganti Na 2C2O4, tidak
perlu dilakukan pemanasan tetapi memerlukan waktu reaksi selama 5 menit
sebelum titrasi akhir dengan KMnO4.
g. Hitung kandungan NO2-N dari larutan induk dengan rumus berikut:
C=
[( V 1 xN 1 ) ( V 2 xN 2 ) x 7 ]
V3
dengan pengertian:
C adalah kadar NO2-N dalam larutan induk, mg /mL NO2-N;
V1 adalah jumlah mL total larutan KMnO4 yang digunakan;
N1 adalah normalitas larutan KMnO4;
V2 adalah jumlah mL total larutan Na2C2O4 atau jumlah mL total larutan FAS;
29
31
% Recovery =
( EF )( 100 )
G
dengan pengertian:
E adalah kadar contoh uji yang di spike, mg/L;
F adalah kadar contoh uji yang tidak di spike, mg/L;
G adalah kadar standar yang ditambahkan (target value), mg/L;
G = ( y )( z ) / v
dengan pengertian:
y adalah volume larutan baku yang ditambahkan, mL;
z adalah kadar larutan baku;
v adalah volume akhir contoh uji yang di spike, mL.
4 Jaminan mutu dan pengendalian mutu.
4.1 Jaminan mutu.
a) Gunakan bahan kimia pro analisis (pa) ;
b) Gunakan alat gelas bebas kontaminasi ;
c) Gunakan alat ukur yang terkalibrasi ;
d) Lakukan analisis dalam jangka waktu yang tidak melampaui batas waktu
simpan maksimum 48 jam ;
4.2 Pengendalian mutu.
a) Linieritas kurva kalibrasi (r) harus > 0,99 ;
b) Lakukan analisis blanko untuk kontrol kontaminasi. Kadar nitrit dalam larutan
blanko harus lebih kecil dari batas deteksi ;
c) Lakukan analisis duplo untuk kontrol ketelitian. Perbedaan hasil analisis duplo
tidak boleh lebih dari 5% ;
5 Rekomendasi.
Kontrol akurasi dapat dilakukan dengan salah satu dari berikut ini:
a) Analisis CRM ;
Lakukan analisis CRM (certified reference material) atau SRM (standard
reference material) untuk kontrol akurasi. Larutan pekat CRM atau SRM
diencerkan dengan air suling sampai konsentrasi 0,1 mg/L. Kemudian
lakukan langkah sesuai prosedur.
b) Analisis blind sample ;
32
c) Analisis contoh spike dengan kisaran temu balik (% recovery) 90% sampai
dengan 110% ;
d) Buat kartu kendali (control chart).
3.2.6
1. Ruang Lingkup
Metode ini meliputi cara uji kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO) dari
contoh air dan air limbah; terutama untuk contoh yang mengandung lebih besar
dari 50 g No2-N/L dan kadar besi (II) lebih kecil dari 1 mg/L dengan
menggunakan metode yodometri (modifikasi azida) untuk kadar oksigen terlarut
sama atau dibawah kejenuhannya.
2. Istilah dan Definisi.
2.1 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen, DO).
Jumlah miligram oksigen yang terlarut dalam air atau air limbah yang
dinyatakan dengan mg O2/L
2.2 Blind Sample.
Larutan baku dengan kadar tertentu.
2.3 Spike Matrix.
Contoh uji yang diperkaya dengan larutan baku dengan kadar tertentu.
2.4 Certified Reference Material (CRM).
Bahan standar bersertifikat yang tertelusur ke sistem nasional atau
internasional.
2.5 Standard Reference Material (SRM).
Bahan standar yang mampu telusur ke sistem nasional atau internasional.
3. Cara Uji.
3.1 Prinsip.
33
Oksigen terlarut bereaksi dengan ion mangan (II) dalam suasana basa menjadi
hidroksida mangan dengan valensi yang lebih tinggi (Mn IV). Dengan adanya
ion yodida (I-) dalam suasana asam, ion mangan (IV) akan kembali menjadi
ion mangan (II) dengan membebaskan yodin (I2) yang setara dengan
kandungan oksigen terlarut. Yodin yang terbentuk kemudian dititrasi dengan
sodium thiosulfat dengan indikator amilum.
3.2 Bahan.
a) Mangan sulfat, MnSO4.4H2O; MnSO4.2H2O atau MnSO4.H2O ;
b)
c)
d)
e)
f)
Air suling ;
Natrium hidroksida, NaOH atau Kalium hidroksida, KOH ;
Na Iodida, NaI atau Kalium Iodida, KI ;
Amilum/kanji ;
Natrium azida, NaN3 ;
g) Asam salisilat ;
h) Asam sulfat, H2SO4 pekat ;
i) Sodium thiosulfat, Na2S2O3.5H2O ;
j) Kalium bi-iodat, KH(IO3)2; dan
k) Kalium dikromat, K2Cr2O7.
3.3 Peralatan.
a) Botol Winkler;
b) Buret mikro 2 mL atau digital buret 25 mL ;
c) Pipet volume 5 mL; 10 mL dan 50 mL ;
d) Pipet ukur 5 mL ;
e) Erlenmeyer 125 mL ;
f) Gelas piala 400 mL ; dan
g) Labu ukur 1000 mL.
3.4 Prosedur.
3.4.1 Larutan mangan sulfat.
Larutkan 480 g MnSO4.4H2O atau 400 g MnSO4.2H2O atau 364 g MnSO4.H2O
dengan air suling ke dalam labu ukur 1000 mL, tepatkan sampai tanda tera.
3.4.2 Larutan alkali yodida azida.
34
Larutkan 500 g NaOH atau 700 g KOH dan 135 g NaI atau 150 g KI dengan air
suling, encerkan sampai 1000 mL. Tambahkan larutan 10 g NaN 3 dalam 40 mL
air suling.
3.4.3 Larutan kanji (amilum/ kanji).
Larutkan 2 g amilum dan 0,2 g asam salisilat, HOC 6H4COOH sebagai pengawet
dalam 100 mL air suling yang dipanaskan (mendidih).
3.4.4 Asam sulfat 6 N.
Campurkan 1(satu) bagian volume asam sulfat pekat kedalam 5 bagian air suling.
3.4.5 Larutan sodium thiosulfat 0,025 N.
Timbang 6,205 g Na2S2O3.5H2O dan larutkan dengan air suling yang telah
dididihkan (bebas oksigen), tambahkan 1,5 mL NaOH 6 N atau 0,4 g NaOH dan
encerkan hingga 1000 mL. Lakukan standarisasi dengan larutan kalium bi-iodat.
3.4.6 Larutan baku kalium bi-iodat, KH(IO3)2 0,0021 M (0,025 N).
Larutkan 812,4 mg KH(IO3)2 dalam air suling dan encerkan sampai 1000 mL.
2 dari 6 SNI 06-6989.14-2004.
3.4.7 Larutan baku kalium dikromat, K2Cr2O7 0,025 N.
Larutkan 1,2259 g K2Cr2O7 (yang telah dikeringkan pada 150oC selama 2 jam
dengan air suling dan tepatkan sampai 1000 mL.
3.5 Perhitungan.
a) Sediakan botol Winkler ;
b) Masukkan contoh uji ke dalam botol Winkler sampai meluap, hati-hati
jangan sampai terjadi gelembung udara, kemudian tutup rapat jangan
3.5.1
35
N 2 xV 2
V1
dengan pengertian :
N adalah normalitas Na2S2O3 ;
V1 adalah mL Na2S2O3 ;
V2 adalah mL kalium bi-iodat yang digunakan;
N2 adalah normalitas larutan kalium bi-iodat.
3.5.2
3.6 Prosedur
a) Ambil contoh yang sudah disiapkan.
36
V x N x 8000 x F
50
dengan pengertian:
V adalah mL Na2S2O3;
N adalah normalitas Na2S2O3;
F adalah faktor (volume botol dibagi volume botol dikurangi volume pereaksi
MnSO4 dan alkali iodida azida) pada langkah 3.6 butir b.
37
3.2.7
1. Ruang Lingkup.
Metode ini digunakan untuk pengujian kebutuhan oksigen kimiawai (COD) dalam
air dan air limbah dengan reduksi Cr2O7 secara spektrofotometer pada kisaran
nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L pengukuran dilakukan pada
panjang gelombang 600 nm dan nilai kecil atau sama dengan 90 mg/L pengukuran
dilakukan pada panjang gelombang 420 nm. Metode ini digunakan untuk contoh
uji dengan kadar klorida kurang dari 2000 mg/L.
2. Istilah dan definisi.
2.1 Blind sample.
Larutan dengan kadar analit tertentu yan g diperlakukan seperti contoh uji.
2.2 Chemical oxygen demand (COD).
Jumlah oksigen Cr2O7 yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan
sebagai mg O2 untuk tiap 1000 mL contoh uji.
2.3 Kurva kalibrasi.
Kurva yang menyatakan hubungan kadar larutan kerja dengan hasil
pembacaan absorbansi yang merupakan garis lurus.
2.4 Larutan blanko atau air suling bebas organik.
Air suling yang tidak mengandung senyawa organik dengan kadar lebih
rendah dari batas deteksi atau perlakuannya sama dengan contoh uji.
2.5 Larutan induk.
Larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar tinggi dan akan digunakan
untuk membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah.
2.6 Larutan baku.
Larutan induk yang diencerkan dengan air suling bebas organik, sampai kadar
tertentu.
2.7 Larutan kerja.
Larutan baku yang diencerkan dengan air suling bebas organik, digunakan
untuk membuat kurva kalibrasi.
38
2-
3+
COD lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L penurunan konsentrasi Cr 2O7
ditentukan pada panjang gelombang 420 nm.
3.2 Bahan.
a. Air bebas organik ;
b. Digestionsolution pada kisaran konsentrasi tinggi ;
Tambahkan 10,216 gr K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 1500C selama 2
jam kedalam 500 mL air suling. Tambahkan 167 mL H 2SO4 pekat dan 33,3 gr
HgSO4. Larutkan dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 mL.
c. Digestion solution pada kisaran konsentrasi rendah ;
Tambahkan 1,022 gr K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 1500C selama 2
jam ke dalam 500 mL air suling. Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 gr
HgSO4. Larutkan dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 mL.
d. Larutan pereaksi asam sulfat ;
Larutan 10,12 gr serbuk Ag2SO4 kedalam 1000 mL H2SO4 pekat. Aduk hingga
larut.
Catatan : Proses pelarutan Ag2SO4 dalam asam sulfat dibutuhkan waktu
pengadukkan selama 2 hari, sehingga digunakan magnetic stirrer untuk
mempercepat melarutnya reaksi.
e. Asam sulfamat ;
39
2-
40
digunakan.
Pengawetan contoh uji.
Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan
menambahkan H2SO4 pekat sampai pH lebih kecil dari 2 dan disimpan dalam
pendingin pada temperatur 40C 20C dengan waktu simpan maksimum yang
direkomendasikan 7 hari.
3.5 Pembuatan larutan kerja.
Buat deret larutan kerja dari larutan induk KHP dengan 1(satu) blanko dan
minimal kadar yang berbeda secara proporsional yang berada pada rentang
pengukuran.
3.6 Prosedur.
3.6.1 Proses digestion.
a. Pipet volume contoh uji atau larutan kerja, tambahkan digestion solution
dan tambahkan larutan pereaksi asam sulfat yang memadai kedalam
tabung atau ampul, seperti yang dinyatakan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam
digestion vessel.
Digestion
Contoh
Digestio
Larutan
Vessel
Uji
pereaksi asam
(mL)
solution
sulfat (mL)
Total volume
(mL)
Tabung kultur
16 x 100 mm
2,50
1,50
3,5
7,5
20 x 150 mm
5,00
3,00
7,0
15,0
25 x 150 mm
10,00
6,00
14,0
30,0
Standar ampul
: 10 ml
2,50
1,50
3,5
7,5
Tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen .Letakkan tabung pada
pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 1500C, lakukan refluks selama 24 jam.
Catatan : Selalu gunakan pelindung wajah dan sarung tangan untuk melindungi
dari panas dan kemungkinan menyebabkan ledakkan tinggi pada suhu 1500C
3.6.2
41
42
3 . Cara uji.
3.1 Prinsip.
Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah
ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai
berat konstan pada suhu 103C sampai dengan 105C. Kenaikan berat saringan
mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat
saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu
diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS,
dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.
3.2 Bahan.
a) Kertas saring (glass-fiber filter) dengan beberapa jenis:
43
1) Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,5 m
( Standar for TSS in water analysis).
2) Gelman type A/E, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,0 m ( Standar
filter for TSS/TDS testing in sanitary water analysis procedures).
3) E-D Scientific Specialities grade 161 (VWR brand grade 161) dengan
ukuran pori (Particle Retention)1,1 m ( Recommended for use in
TSS/TDS testing in water and wastewater).
4) Saringan dengan ukuran pori 0,45 m.
b) Air suling.
3.3 Peralatan.
a) Desikator yang berisi silika gel ;
b) Oven, untuk pengoperasian pada suhu 103C sampai dengan 105C ;
c) Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg ;
d) Pengaduk magnetik ;
e) Pipet volum ;
f) Gelas ukur ;
g) cawan aluminium ;
h) Cawan porselen/cawan Gooch ;
i) Penjepit ;
j) Kaca arloji; dan
k) Pompa vacum.
3.4 Persiapan dan pengawetan contoh uji.
3.4.1 Persiapan contoh uji.
Gunakan wadah gelas atau botol plastik polietilen atau yang setara.
3.4.2 Pengawetan contoh.
Awetkan contoh uji pada suhu 4C, untuk meminimalkan dekomposisi
mikrobiologikal terhadap padatan. Contoh uji sebaiknya disimpan tidak lebih dari
24 jam.
3.4.3 Pengurangan gangguan.
a) Pisahkan partikel besar yang mengapung.
44
b) Residu yang berlebihan dalam saringan dapat mengering membentuk kerak dan
menjebak air, untuk itu batasi contoh uji agar tidak menghasilkan residu lebih
dari 200 mg.
c) Untuk contoh uji yang mengandung padatan terlarut tinggi, bilas residu yang
menempel dalam kertas saring untuk memastikan zat yang terlarut telah benarbenar dihilangkan.
d) Hindari melakukan penyaringan yang lebih lama, sebab untuk mencegah
penyumbatan oleh zat koloidal yang terperangkap pada saringan.
3.5 Persiapan pengujian.
3.5.1 Persiapan kertas saring atau cawan Gooch.
a) Letakkan kertas saring pada peralatan filtrasi. Pasang vakum dan wadah
pencuci dengan air suling berlebih 20 mL. Lanjutkan penyedotan untuk
menghilangkan semua sisa air, matikan vakum, dan hentikan pencucian.
b) Pindahkan kertas saring dari peralatan filtrasi ke wadah timbang aluminium.
Jika digunakan cawan Gooch dapat langsung dikeringkan..
c) Keringkan dalam oven pada suhu 103C sampai dengan 105C selama 1 jam,
dinginkan dalam desikator kemudian timbang.
d) Ulangi langkah pada butir c) sampai diperoleh berat konstan atau sampai
perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau
lebih kecil dari 0,5 mg.
3.6 Prosedur.
a) Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan dengan sedikit
air suling.
b) Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh uji yang
lebih homogen.
c) Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk dengan
pengaduk magnetik
d) Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling, biarkan kering
sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3 menit agar
45
1. Ruang lingkup.
Cara uji untuk menentukan kadar padatan terlarut total, padatan terlarut total yang
menguap dan padatan terlarut total yang terikat dalam air dan air limbah secara
gravimetri. Dalam pengujiannya, penimbangan padatan terlarut total tidak boleh
lebih dari 200 mg.
2. 1 Istilah dan definisi.
2.1 Berat tetap.
Berat penimbangan dengan perbedaan hasil lebih kecil dari 4% dibandingkan
penimbangan sebelumnya.
2.2 Contoh uji.
Air atau air limbah untuk keperluan pemeriksaan kualitas air.
2.3 Padatan terlarut total.
Semua bahan dalam contoh air yang lolos melalui saringan membran yang berpori
2,0 m atau lebih kecil dan dipanaskan 1080C selama tidak kurang dari 1 jam.
47
setelah
penyaringan sempurna ;
f. pindahkan seluruh hasil saringan termasuk air bilasan ke dalam
cawan yang telah mempunyai berat tetap ;
g. Uapkan hasil saringan yang ada dalam cawan sehingga kering pada
penangas air ;
h. Masukkan cawan yang berisi padatan terlarut yang sudah kering ke
dalam oven pada suhu 1800C 20C selama tidak kurang dari 1 jam;
i. Pindahkan cawan dari oven dengan penjepit dan dinginkan dalam
desikator ;
j. Setelah dingin segera timbang dengan neraca analitik ;
k. Ulangi langkah h) sampai j) sehingga diperoleh berat tetap (catat
sebagai B gram).
3.7 Pengujian padatan terlarut total yang menguap.
49
3.8 Perhitungan.
Kadar padatan terlarut total ( mg/L ) =
( BA 1 ) x 10
mL contoh
( BA 2 ) x 10
mL contoh
50
51
Ekstrak minnyak nabati dan minyak mineral dipisahkan dari pelarut organik
secara destilasi. Residu yang tertinggal pada labu destilasi ditimbang sebagai
minyak dan lemak atau jumlah minyak nabati dan mineral.
Untuk menentukan minyak mineral, residu yang tertinggal dilarutkan
kembali dengan n-heksana ditambahkan secara proporsional sejumlah silica gel
(biasanya 3 gr silica gel/100 mg total minyak dan lemak) untuk menyerap material
polar atau minyak nabati. Ekstrak didestilasi lagi untuk memisahkan minyak
mineral dari pelarut. Residu yang tertinggal pada labu destilasi ditimbang sebagai
minyak mineral.
Selisih berat antara minyak dan lemak dengan minyak mineral adalah
sebagai minyak nabati.
3.2 Bahan.
a. HCl 1:1 atau H2SO4 1:1.
Campur volume yang sama antara HCl atau H 2SO4 kedalam air bebas
mineral.
b. N-Heksana, dengan kemurnian minimal 85% dan residu dibawah 1 mg/L
c.
d.
e.
f.
g.
52
dan uapkan pelarutnya dalam ruang asam. Residu yang tersisa harus 40 mg
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan sesuai
petunjuk dibawah ini :
a. Wadah
b. Pengawet
53
BAB IV
PEMBAHASAN
54
55
56
57
terbentuk senyawa bewarna ungu atau merah atau ungu kemerah-merahn. Warna
tersebut mengikuti hukum Lambert-beer dan menyerap sinar dengan panjang
gelombang 543 nm. Metode kolorimetri seperti ini sangat peka sehingga biasanya
perlu pengenceran sampel.
f. COD (Chemical Oxygen Demand).
Chemical Oxygen Demand
58
semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi
dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendesain sistem-sistem
pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organik
adalah persitiwa alamiah, kalau sesuatu badan air dicemari oleh zat organik
bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut, dalam air selama proses oksidasi
tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan
menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut.
Jenis bakteri yang mampu mengoksidasi zat organik yang berasal dari
sisa-sisa tanaman dan air buangan penduduk, berada pada umumnya disetiap air
alam. Jumlah bakteri ini tidak banyak di air jernih dan di air buangan industri
yang mengandung zat organik. Pada kasus ini pasti perlu ditambahkan benih
bakteri. Untuk oksidasi/penguraian zat organik yang khas, terutama di beberapa
jenis air buangan industri yang mengandung misalnya fenol, detergen, minyak dan
sebagainya bakteri harus diberikan adaptasi beberapa hari melalui kontak dengan
air buangan tersebut, sebelum dapat digunakan sebagai benih pada analisa BOD
air tersebut.
h. TSS.
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu
dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran pertikel maksimal
2m atau lebih besar dari ukuran pertikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan
pada air akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS
terdiri dari pertikel-pertikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari
sedimen,
misalnya
tanah
liat,
bahan-bahan
organik
tertentu,
sel-sel
59
penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Oleh karena itu nilai
kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS.
TSS berhubungan erat dengan erosi tanah dan erosi dari saluran sungai.
TSS sangat bervariasi, mulai kurang dari 5 mgL-1 , dan yang paling ekstrim
30.000 mgL-1 dibeberapa sungai. TSS ini menjadi ukuran penting erosi di alur
sungai. Baku mutu air berdasarkan peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001, batas
ambang dari TSS di sungai 50 mg/L.
i. TDS.
Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupun zat anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan
jumlah zat terlarut dalam part per million (ppm) atau sama dengan miligram per
liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut
dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer
(2x10-6 meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas
cairan pada pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia,
pembuatan air mineral, dll.
Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian,
limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia yang paling umum adalah
kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium dan klorida. Bahan kimia dapat berupa
kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan TDS
yang berbahaya adalah pestisida yang timbul dari aliran permukaan. Beberapa
padatan total terlarut alami berasal dari pelapukan dan pelarutan batu dan tanah
(Anonymous, 2010). Batas ambang dari TDS yang diperbolehkan disungai adalah
1000mg/L. Peningkatan padatan terlarut dapat membunuh ikan secara langsung,
meningkatan penyakit dan menurunkan tingkat pertumbuhan ikan serta perubahan
tingkah laku dan penurunan reproduksi ikan. Selain itu, kuantitas makanan alami
ikan akan semakin berkurang.
j. Minyak Lemak.
Lemak dan Minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk
golongan lipid. Satu sifat yang khas mencirikan golongan lipid (termasuk minyak
dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya eter, benzen,
kloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannnya dalam pelarut air.
60
juga
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
61
Hidup
permasalahan,memprioritaskan
masalah,
menganalisis
banyak
membaca
sebelum
memasuki
tempat
magang
dan
62