Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Erik Santoso
NIM: 131521130008
Pembimbing:
dr. Farhan Anwary, Sp.Rad(K), MH.Kes
Penyanggah
Penanya Wajib
DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1 Anatomi Otak............................................................................................ 3
2.2 Vaskularisasi Otak .................................................................................... 8
2.3 Definisi Stroke Iskemik ............................................................................. 15
2.4 Epidemiologi ............................................................................................. 16
2.5 Patofisiologi ............................................................................................... 18
2.6 Manifestasi Klinis ..................................................................................... 20
2.7 Gambaran Radiologi Stroke Iskemik ....................................................... 22
2.8 CT Perfusi ................................................................................................. 26
2.8.1 Keuntungan dan Kekurangan CT Perfusi ...................................... 27
2.8.2 Teknik CT Perfusi ........................................................................... 29
2.8.3 Prinsip Dasar CT Perfusi ................................................................ 30
2.9 Gambaran Stroke Iskemik pada CT Perfusi ............................................ 35
2.10 Kesalahan (Pitfall) pada CT Perfusi ....................................................... 42
2.10.1 Fungsi Aliran Keluar Arterial dan Vena ...................................... 42
2.10.2 Pemilihan Potongan ...................................................................... 43
2.10.3 Penyakit Mikrovaskular dan Infark Kecil .................................... 45
2.10.4 Stenosis Vaskuler Arterial............................................................. 47
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga pada negara maju, setelah infark
miokard dan kanker. Stroke juga merupakan salah satu penyebab kecacatan permanen.
Penelitian epidemiologis telah menetapkan beberapa faktor resiko terjadinya stroke
seperti usia, ras, jenis kelamin, dan riwayat stroke dalam keluarga, stenosis arteri
carotis,
dislipidemia,
penyakit
jantung,
penggunaan
alkohol,
obesitas,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5,6
Gambar 2.1 Serebrum, serebelum, pons, dan medulla oblongata dilihat dari lateral
Dikutip dari: Wibowo 5
Di bagian tengah otak, memanjang dari sisi tengah lobus temporalis dapat
ditemukan sebuah sulcus yang panjang, yang seakan-akan membagi serebrum menjadi
bagian depan dan belakang. Sulcus ini dinamakan sulcus centralis. Yang terletak di
puncak kepala. Gyrus yang tepat berada di sebelah anterior sulcus ini dinamakan gyrus
precentralis (motoris) karena korteks disini mengandung sel motoris; dan yang di
posteriornya dinamakan gyrus postcentralis (sensoris). Gyrus motoris merupakan
pusat tertinggi sistem motoris somatis dan gyrus sensoris merupakan pusat tertinggi
sistem sensoris somatis.5
Di lateral juga terlihat lipatan besar menyerupai sulcus yang berhubungan
denan lipatan akibat bentuk dasar cavum cranii. Lipatan ini disebut sulcus lateralis.
Jika lipatan ini dibuka akan terlihat di sebelah dalamnya gyri insulae. 5
Hemisfer serebri kiri dan kanan dipisahkan satu sama lain oleh bagian meninges
yang dinamakan falx serebri; dan dengan serebelum oleh tentorium serebeli.
Pembagian menjadi hemisfer kiri dan kanan tidak mengenai seluruh otak, tetapi
terbatas sampai bagian yang berasal dari telencephalon saja. Kedua hemisfer ini
dihubungkan satu sama lain oleh corpus callosum. Falk serebri berakhir di permukaan
superior corpus callosum dan di tempat itu ia membentuk sinus sagitalis superior.5
Diencephalon hampir seluruhnya tertutup dari perukaan otak. Terdiri atas
thalamus di dorsal dah hipothalamus di ventral. Thalamus adalah massa substansia
grisea besa, yang terletak di kanan dan kiri ventrikel III. Thalamus merupakan stasiun
perantara besar untuk jaras sensoris aferen yang menuju korteks serebri. Hipothalamus
membentuk bagian bawah dinding lateral dan dasar ventrikel III. 6
IV/quartus oleh aquaductus cerebri sylvii. Saluran terakhir ini dan ventrikel IV
merupakan bagian dari batang otak. Sistem ventrikel berisi cairan serebrospinal, yang
diproduksi oleh pleksus choroideus pada ventrikel lateral, ventrikel II dan ventrikel 4.
6
Ventrikel lateralis mempunyai bentuk khas, terdiri dari cornu anterior (cornu
frontale), cornu posteiror (cornu occipitale), dan cornu inferior (cornu temporale),
mengisi tulang yang sesuai dengan namanya. 5
Ventrikel III merupakan sebuat celah di antara thalamus kiri dan kanan. Ke arah
caudal, rongga ini meneruskan diri sebagai saluran sempit sepanjang mesencephalon.
Ventrikel IV mempunyai bentuk yang menyerupai tenda dengan dasar pada pons dan
atap yang dibentuk oleh vellum medullare superior dan vellum medullare inferior yang
mempunai puncak pada serebelum. Di sudut kiri dan kanan ventrikel IV mempunyai
lubang enghubung dengan rongga subarachnoid, yaitu apertura lateralis (foramen
Luschka) dan apertura mediana (foramen Magendie) 5
Arteri carotis interna keluar dari sinus cavernosus pada sisi medial prosesus
clinoideus anterior dengan menembus duramater. Kemudian arteri ini membelok ke
belakang menuju sulcus serebri lateralis. Di sini, arteri ini bercabang menjadi a. serebri
anterior dan a. serebri media. 6
Cabang-cabang serebral a. carotis interna adalah a. ophtalmica, a. communicans
posterior, a. choroidea, a. serebri anterior dan a. serebri media. 6
Gambar 2.5 Diagram pembuluh darah otak yang mengurus otak dan batang otak
Dikutip dari: Wibowo 5
10
Arteri serebri anterior beralan ke depan dan medial, dan masuk ke dalam fissura
longitudinalis serebri. Arteri tersebut bergabung dengan aerteri yang sama dari sisi
yang lain melalui A. communicans anterior. Pembuluh ini membelok ke belakang di
atas corpus callosum, dan cabang-cabang kortikalnya mensuplai permukaan medial
korteks serebri sampai ke sulcus parieto-occipitalis. Pembuluh ini juga menyuplai
sebagian korteks selebar 1 inci (2.5 cm) pada permukaan lateral yang berdekatan.
Dengan demikian, A. serebri anterior menyuplai area tungkai gyrus presentralis.
Sejumlah cabang-cabang sentralis menembus substansi otak dan mensuplai massa
substansia grisea di bagian dalam hemisfer serebri. 6
Arteri serebri media adalah cabang terbesar dari A. carotis interna, berjalan ke
lateral dalam sulcus lateralis. Cabang-cabang kortikal menyuplai seluruh permukaan
lateral hemisfer, kecuali permukaan inferolateral yang disuplai oleh A serebri posterior.
Dengan demikian, arteri ini mensuplai seluruh area kecuali area tungkai. Cabangcabang sentralis masuk ke substansia perforata anterior dan menyuplai substansia
grisea di bagian dalam hemisfer serebri. 6
Arteri vertebralis, cabang dari bagian pertama A. subclavia, berjalan ke atas
melalui foramen processus transversus vertebra cervical 1-6. Pembuluh ini masuk ke
tengkorak melalui foramen magnum dan berjalan ke atas, depan dan medial medulla
oblongata. Pada pinggir bawah pons arteri ini bergabung dengan arteri dari sisi lainnya
membentuk A. basilaris. 6
11
Gambar 2.6 Pembuluh darah arteri di permukaan bawah (basis) otak dan batang otak
Dikutip dari: Wibowo 5
12
13
tulang temporal pada tulang dasar otak sepanjang jalur karotis. Di antara tulang
petrosus, A. karotis berjalan vertikal dan kemudian berbelok horizontal pada ujungnya
dan berjalan ke arah anteromedial membentuk sifon karotis (segmen C2). Pada saat A.
karotis interna lewat di atas foramen laserum (segmen C3) dan di bawah ganglion
gasserian, arteri ini menembus cincin dural lateral dan belok ke medial membentuk
simpul karotis lateral, dan masuk ke sinus kavernosus (segmen C4). Arteri ini
kemudian melanjutkan ke arah superomedial ke arah prosesus klinoid posterior
(segmen C5). Pada level ini arteri tersebut belok ke depan membentuk simpul karotis
medial. Arteri karotis kemudian keluar dari sinus kavernosus dan masuk ke runag
subarakhnoid memasuki segmen oftalmik (C6). Segmen oftalmik (C6) memiliki 2
cabang utama yaitu A. oftalmik dan A. hipofiseal superior. A. oftalmik biasanya
muncul di bawah nervus optikus, sementara A. hipofiseal superior muncul dari
permukaan medial ke ventromedial karotis, di bawah prosesus klinoid anterior 8
Arteri komunikans posterior berasal dari permukaan posteriomedia A. karotis
inerna dan bergabung dengan A. serebri posterior di dalam sisterna interpeduncular.
Arteri karotis interna kemudian bercabang menjadi A. serebri anterior dan medial
(bifurkasio). Antara arteri komunikans posterior sampai bifurkasio dinamakan segmen
koroid (segmen C7). 8
Arteri serebri anterior dapat dibagi menjadi beberapa segmen, yaitu, segmen
A1 (segmen precommunicating). Distal dari A. komunikans anterior, A. serebri
14
Arteri serebri medua dimulai dari bifurkasio A. karotis interna dan berjalan
sepanjang fissura sylvii. Setelah melalui bifurkasio, A serebri media memasuki segmen
sphenoid
(segmen
M1),
segmen
ini
menembus
parenkim
serebri
dan
15
16
berdasarkan gejala menetap selama lebih dari 24 jam, dan penyebab lain dapat
disingkirkan. 12
2.4 Epidemiologi
Setiap tahun, 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke. Dari jumlah
tersebut, 5 juta meninggal dan 5 juta lainnya mengalami kecacatan permanen, sehingga
menjadi beban pada komunitas atau keluarga. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan stroke terjadi setiap 5 detik.
12
17
ras, jenis kelamin, dan riwayat stroke dalam keluarga. Faktor resiko yang dapat
dimodifikasi antara lain stenosis arteri carotis, dislipidemia, penyakit jantung,
penggunaan alkohol, obesitas, hiperkoagulopati, diet, aktivitas fisik, dan sebagainya.
13
13
18
2.5 Patofisiologi
Otak merupakan organ metabolik yang aktif. Otak menggunakan sekitar
seperempat energi tubuh meskipun ukurannya yang relatif kecil. Sel-sel otak terutama
bergantung pada oksigen dan glukosa untuk bertahan hidup. Tidak seperti organ tubuh
lainnya, otak menggunakan glukosa sebagai satu-satunya sumber untuk metabolisme
energi. Glukosa dioksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Mekanisme
glukosa akan menghasilkan konversi dari adenosine diphosphate (ADP) menjadi
adenosine triphosphate (ATP). Kebutuhan ATP digunakan untuk menjaga integritas
neuronal dan untuk menjaga kation ekstraseluluer utama Ca++ (ion kalsium) dan Na+
(ion natrium) dan kation intraseluler K + (ion kalium/potasium). Pembentukan ATP
akan lebih efisien dengan adanya oksigen. Bila tidak ada oksigen, akan terjadi
glikolisis anaerobik yang akan membentuk ATP dan laktat, menghasilkan energi yang
relatif lebih sedikit dan terjadi penumpukan asam laktat di luar sel. Otak memerlukan
dan menggunakan kurang lebih 500 mL oksigen dan 75 sampai 100 mg glukosa setiap
menit, dengan total sekitar 125 g glukosa setiap harinya.
10
Aliran darah otak atau cerebral blood flow (CBF) normalnya sekitar 50 mL
untuk setiap 100 g jaringan otak per menit, dan konsumsi oksigen otak biasanya diukur
dengan cerebral metabolic rate for oxygen (CMRO2) dengan nilai normal sekitar 3,5
mL/100 g per menit.
Daya tahan jaringan otak saat aliran darah menuju otak berkuran tergantung
dari intensitas dan durasi iskemia, serta adanya pembentukan pembuluh darah kolaeral.
19
Saat aliran darah sekitar 20 mL/100 g per menit, aktivitas elektroensefalografi (EEG)
sudah mulai terpengaruh. CMRO2 juga mulai menurun saat CBG berkurang di bawah
20 mL/100 g per menit. Alirah darah di bawah 10 mL/100 g per menit, membran sel
dan fungsi otak mulai banyak terpengaruh. Sel neuron tidak dapat bertahan hidup bila
aliran darah di bawah 5 mL/100 g per menit.
10
20
Daerah tersebut biasa disebut pusat infark. Pada daerah perifer, aliran darah kolateral
tetap memberikan suplai darah walaupun alirannya lebih rendah dari normal. Daerah
otak yang mengalami disfungsi, namun tidak mati, disebut sebagai daerah penumbra
iskemik. 10
Penumbra
Pusat infark
Gambar 2.8 Gambaran yang menunjukkan pusat infark dan daerah penumbra. Daerah yang lebih gelap
menggambarkan pusat infark. Daerah keabuan yang disekitarnya menggambarkan area
dengan penurunan aliran darah namun masih dapat diperbaiki bila terjadi perbaikan suplai
darah.
Dikutip dari: Caplan 10
21
Oklusi dari cabang arteri serebri anterior distal sampai ke arteri komunikans
anterior akan menyebabkan gangguan sensorimotor dari tungkai bawah kontralateral,
dengan gejala ringan pada tungkai atas dan wajah, serta dapat menyebabkan gangguan
tingkah laku. Arteri serebri anterior pada beberapa orang dapat berasal dari cabang
tunggal, bila cabang ini mengalami oklusi akan mengakibatkan paraplegia spastik dan
gangguan tingkah laku, inkontinesia uri, apatis, kelambatan dalam berpikir, kelambatan
dalam pergerakan dan terkadang mutism.
17
Infark pada arteri serebri posterior jarang melibatkan seluruh teritori arterial.
Defisit sensoris primer, gangguan visual dan fungsi tingkah laku tergantung dari
kerusakan pada thalamus, oksipital dan lobus temporal inferomedial. Hemiparesis dan
disfungsi nervus III biasanya tidak ditemukan karena tidak melibatkan pedunkulus
serebri. Infark unilateral dari struktur serebrokortikal pada korteks oksipital
bermanifestasi dengan hemianopia kontralateral. Lesi kortikal yang melibatkan regio
oksipital dan temporal menyebabkan gangguan seperti aleksia, anomia, dan amnesia.
17
Infark pada sistem vertebrobasilar menghasilkan gejala yang bervariasi. Hal ini
disebabkan karena struktur dari batang otak yang memiliki nukleus-nukleus dari saraf.
Gejala klinis yang muncul bervariasi, namun yang paling sering antaralain rasa pusing
kepala yang ringan dan sakit kepala di bagian posterior. Ataksia, parapaersis, diplopia,
dan penurunan kesadaran dapat terjadi.
17
22
18
Gambar 2.9 Potongan aksial CT kepala tanpa kontras pada laki-laki 45 tahun 2 jam setelah kejadian
hemiparesis kiri, menunjukkan pengaburan dari nukleus lentiformis kiri (tanda panah
23
pada gambar B). gambaran ini lebih sulit untuk dilihat pada pemeriksaan CT scan kepala
rutin (window width 80 HU; center 35 HU) dibandingkan dengan window yang lebih
sempit pada gambar b (window width 10 HU; center 28 HU)
Dikutip dari: Srinivasan 3
Pemeriksaan CT scan kepala tanpa kontras tersedia secara luas dan dapat
dilakukan dengan cepat selain memiliki spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi. Pada
kasus stroke iskemik, CT kepala tanpa kontras dapat memberikan gambaran lesi
hipodens atau terkadang dapat tidak terlihat pada beberapa jam setelah kejadian.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi akut iskemia stadium awal yang memberikan
gambaran seperti hyperdense MCA sign, insular ribbon sign, dan pengaburan dari
nukleus lentiformis. 3
Gambar 2.10 CT scan kepala tanpa kontras menunjukkan infark luas (tanda panah putih) pada korteks
serebri dan substansia alba yang melibatkan daerah arteri serebri media
Dikutip dari: Caplan 10
24
Nukleus lentiformis rentan terhadap kerusakan ireveresibel awal setelah oklusi dari
proksimal arteri serebri media karena cabang-cabang letikulostriata dari arteri serebri
media merupakan cabang akhir pembuluh darah. 19
Gambar 2.11 Potongan aksial CT kepala tanpa kontras dari pasien laki-laki 53 tahun menunjukkan
gambaran hipoatenuasi dan pengaburan dari nukleus letiformis kiri (tanda panah) akibat
iskemik akut.
Dikutip dari: Srinivasan 3
19
25
Gambar 2.12 CT kepala tanpa kontras pada pasien wanita 73 tahun yang dilakukan 2,5 jam setelah
onset hemiparesis, menunjukkan gambaran hipoatenuasi dan pengaburan bagian
posterior dari nukleus lentiformis kanan (tanda panah putih) dan kaburnya batas antara
substansia alba dan substansia grisea di batas lateral insula kanan (tanda panah hitam).
Gambaran yang kedua dikenal sebagai insular ribbon sign
Dikutip dari : srinivasan 3
Tanda hiperdense MCA sign terjadi karena adanya oklusi dari arteri serebri
media oleh trombus. Gambaran pada CT non kontras adalah hiperatenuasi dari arteri
serebri media dibandingkan dengan arteri serebri media kontralateral yang normal.
Tidak seperti tanda-tanda lainnya, tanda hiperdens MCA sign mengindikasikan oklusi
dari arteri serebri media, bukan menandakan infark dari daerah arteri serebri media.
Tanda ini dapat terlihat dalam waktu 90 menit dari serangan akut. Menurut Leys et al,
spesifisitas tanda ini hampir 100%, namun sensitifitasnya hanya 30%. Trombosis dari
cabang-cabang perifer arteri serebri media juga perlu dicurigai yang memberikan
gambaran titik-titik hiperdens. Gambaran hiperdense MCA sign hanya terlihat pada
26
30% kasus, dan dapat menjadi salah interpretasi pada pasien dengan peningkatan
hematokrit, kalsifikasi dinding pembuluh darah, polisitemia, arau arerial dolikoektasia.
18, 19
Gambar 2.13 Potongan aksial CT kepala tanpa kontras setinggi segmen proksimal dari arteri serebri
media kiri pada laki-kali 53 tahun yang dilakukan 2 jam setelah kejadian hemiparesis
kanan dan afasia, menunjukkan area hiperatenuasi (tanda panah) sugestif suatu trombus
intravaskular.
Dikutip dari: Srinivisan 3
2.8 CT Perfusi
Pemeriksaan lanjutan dari pasien dengan stroke iskemik yaitu untuk
menentukan perbedaan antara jaringan otak yang mengalami kerusakan reversibel dan
ireversibel, yang penting untuk menentukan terapi yang tepat. CT perfusi dapat
27
28
29
18
30
dilakukan dengan empat potongan dengan ketebalan 5 mm, namun radiasi yang
diterima meningkat menjadi dua kali lipat.
19
Saat kontras media melalui jaringan otak, terjadi hiperatenuasi pada pambuluh
darah di daerah yang dilaluinya. Prinsip ini yang digunakan untuk membentuk kurva
waktu-atenuasi pada Region of Interest (ROI) arterial dan ROI vena. Walaupun sudah
ada perangkat lunak untuk mengatur pemetaan tersebut secara otomatis, akan tetap
lebih baik apabila digunakan dengan cara semi-otomatis di mana sebelumnya
dilakukan penentuan ROI di sekitar pembuluh darah lalu kemudian perangkat lunak
akan membentu untuk menentukan ROI yang paling akurat.
19
18
31
diukur dalam satuan unit milimeter darah per 100 gram dari otak. CBF merupakan total
volume darah yang bergerak melalui suatu voxel dalam satuan unit waktu, dan biasanya
diukur dalam satuan unit milimeter darah per 100 gram dari jaringan otak per menit.
Setelah pemasukan materi kontras, dibutuhkan waktu untuk setiap molekul dari
material kontras untuk tersirkulasi. MTT merupakan waktu transit rata-rata dari semua
molekul media kontras dalam bolus melalui volume otak tertentu, yang diukur dalam
detik. MTT dapat dihitung berdasarkan prinsip volume sentral: MTT = CBV / CBF.
TTP didefinisikan sebagai waktu dari awal penyuntikan kontras sampai penyangatan
mksimal, dan diukur dalam detik. Parameter-parameter ini didapatkan dari sumber data
CT perfusi yang menggunakan analisis dekonvolusi. 20
Gambar 2.14 Ilustrasi grafik dari kurva waktu-atenuasi yang didapatkan dari data CT perfusi pada
jaringan otak normal. Dari kurva ini, variabel hemodinaik per-voxel yang dikalkulasikan
adalah TTP, CBF, dan CBV. TTP adalah waktu dari saat mulainya injeksi sampai
penyangatan maksimum dicapai. Namun ada beberapa sumber yang mengatakan untuk
menghitung TTP dimulai dari awal penyangatan dengan mengurangi time to start (
waktu antara dimulainya injeksi dan waktu dimulainya penyangatan). CBF dapat
diperkirakan dari puncak maksimal kurva. CBV dapat dikalkulasikan dari area di bawah
kurva normal
Dikutip dari : Tomandl 19
32
Regions of interest (ROIs) dari arterial dan vena serta nilai-nilai titik potong
dari pre- dan post penyangatan didapatkan dari sumber gambar CT perfusi untuk
menghasilkan kurva atenuasi-waktu input arterial dan outflow vena yang representatif.
Kurva atenuasi-waktu kemudian digunakan untuk mengkalkulasi parameter-parameter
CT perfusi. 20
ROI arterial paling baik ditempatkan pada pembuluh darah yang tidak
mengalami kelainan, yang sejajar dengan potongannya, contohnya salah satu cabang
arteri serebri anterior (ACA) atau arteri serebri media (MCA) kontralateral. Pada
kasus-kasus emergensi, lebih baik dipilih ACA sebagai ROI.
18
Segmen A2 dari arteri cerebri anterior merupakan daerah yang biasa digunakan
untuk mendapatkan ROI fungsi input arterial (AIF) karena arteri tersebut berjalan tegak
lurus dengan potongan aksial. Segmen ini dapat terlihat pada beberapa potongan aksial
dan cukup mudah untuk ditemukan oleh teknologis atau radiolog.
20
ROI vena ditempatkan pada sinus sagitalis superior (window width yang
adekuiat diperlukan agar ROI vena tidak mengenai struktur tulang). ROI vena
diperlukan untuk melengkapi data yang tersedia agar tercapai parameter perfusi yang
akurat. Grafik yang terbentuk dari data tersebut harus dipelajari untuk mendeteksi
adanya waktu yang tidak baik pada saat pemasukan media kontras (kurva yang
terbentuk harus termasuk daerah datar sebelum terjadi peningkatan dan penurunan di
akhir pemeriksaan) dan untuk membedakan fungsi input arterial dan fungsi output vena
yang baik (kurva vena harus lebih tinggi dan terdapat 1-2 detik keterlambatan dari
kurva arterial). 18
33
Gambar 2.15 Perangkat lunak CT perfusi. (a) CT scan yang disertai label yang mengilustrasikan
pemilihan semiotomatis dari arteri (ACA atau MCA kontralateral) dan ROI vena. (b)
ilustrasi grafik kurva waktu-atenuasi untuk ROI arteri (merah) dan vena (biru)
Dikutip dari: Lucas 18
20
34
dengan substansia alba, sehingga dapat dilihat perbedaan fisiologis antara jaringanjaringan tersebut. 20
Gambar 2.16 Pria sehat berusia 53 tahun. A-D, CT scan non kontras (A) dan pemetaan CT perfusi
menunjukkan cerebral blood flow (B), cerebral blood volume (C), dan mean transit time
(D) yang memberikan gambaran perfusi normal otak yang simetris. Semua warna
pemetaan diberi kode merah untuk nilai yang lebih tinggi dan biru untuk nilai yang lebih
rendah .
Dikutip dari: Allmendinger 20
35
19
Gambar 2.17 Wanita 88 tahun dengan kelemahan wajah sebelah kanan dan afasia. A, CT scan non
kontras tidak menunjukkan adanya area abnormal dari perfusi yang menggambarkan
36
infark akut. B-D, peta CT perfusi menunjukkan CBF (B), cerebral blood volume (CBV)
(C), dan mean transit time (MTT) (D) menggambarkan area kecocokan yang besar dari
defisit CBV dan MTT(tanda panah) mengindikasikan sebagai pusat infark di daerah
arteri cerebri media kiri. Semua wana peta dikodekan dengan warna merah untuk nilai
yang lebih tinggi dan warna biru untuk nilai yang lebih rendah
Dikutip dari: Almandinger 20
Gambar 2.18 Laki-laki usia 51 tahun dengan gejala klinis kelemahan wajah sebelah kanan dan afasia
akut
A. CT scan non kontras tidak menunjukkan adanya gambaran infark akut
B. Peta CT perfusi yang menggambarkan CBF menunjukkan regio penurunan perfusi
pada daerah arteri cerebri media (MCA) (tanda panah). Semua peta warna dikodekan
dengan merah untuk nilai yang lebih tinggi dan biru untuk nilai yang lebih rendah
C, Peta CT perfusi yang menggambarkan CBV menunjukkan volume darah otak yang
masih terjaga secara simetris. Seluruh daerah arteri cerebri media kiri disini
merepresentasikan area penumbra dari iskemik
D, Peta CT perfusi yang menggambarkan MTT menunjukkan pemanjangan waktu pada
daerah yang sama (tanda panah) yang cocok dengan daerah pada gambar B
Dikutip dari: Almandinger 20
37
18
CT perfusi dapat mengevaluasi secara kualitatif dan kuantitatif dari CBV, CBF,
dan MTT. Aplikasi klinis dari pencitraan CT perfusi pada stroke iskemik akut
didasarkan pada hipotesis dari penumbra yang menunjukkan antara (a) peningkatan
MTT disertai penurunan CBF (> 60%) dan peningkatan sekunder CBV atau normal
CBV (80-100% atau lebih tinggi) akibat mekanisme autoregulasi, atau (b) peningkatan
MTT dengan penurunan hebat CBF (> 30%) dan penurunan sedang CBV (> 60%),
dimana jaringan yang mengalami infark menunjukkan penurunan CBV yang berat (>
38
30%)
dan
CBV
(>40%)
dengan
peningkatan
MTT. 3
Gambar 2.19 Peta warna CT perfusi dari CBV (a) dan CBF (b) menunjukkan penurunan volume darah
pada hemisfer kiri (lingkaran putih) yang menunjukkan pusat iskemik dan regio yang
penurunan aliran darah otak (lingkaran hitam pada gambar b) yang meliputi pusat
iskemik dan daerah sekitarnya yang masih dapat disembuhkan. Daerah di antara
lingkaran hitam dan lingkaran putih dinamakan daerah penumbra.
Dikutip dari : Srinivasan 3
3,18
39
CBV dengan nilai 2,5 mL/100 g dari daerah iskemik, di mana daerah penumbra
dikatakan memiliki nilai yang lebih tinggi dari angka tersebut, dan sebaliknya daerah
infark memiliki nilai yang lebih rendah.
Beberapa
sumber
mengatakan
bahwa
jaringan
iskemik
(penumbra)
menunjukkan peningkatan MTT disertai penurunan CBF dan gambaran normal atau
sedikit peningkatan CBV (mekanisme sekunder dari autoregulasi pada fase awal
iskemia), sedangkan jaringan infark menunjukkan penurunan drastis dari CBF dan
peningkatan CBV disetai penurunan drastis CBV. Maka dari itu, jaringan yang dapat
diperbaiki ekuivalen dengan CBF-CBV. Dilaporkan bahwa batasan untuk pusat infark
yaitu apabila CBV kurang dari 2 L/menit dan jaringan iskemik saat MTT lebih dari
145%. 18
Parameter
Daerah
MTT
CBF
CBV
CT tanpa
kontras
Penumbra
Meningkat
Menurun
Normal atau
Normal atau
sedikit
pembengkakan
meningkat
otak
Sangat
Sangat
Hipoatenuasi
menurun
menurun (<2
(>145%)
Pusat Infark
Meningkat
mL/ 100 g)
Tabel 2.1 Analisis CT perfusi untuk stroke iskemk hiperakut
Dikutip dari: Lucas 18
40
Gambar 2.20 Ilustrasi gambar patofisiologi dari stroke akut: pusat infark yang ireversibel berhubungan
dengan penurunan CBV yang dikelilingi oleh regio perifer yang iskemik namun masih
dapat disembuhkan (penumbra) dengan penurunan CBF, peningkatan MTT dan normal
CBV
Dikutip dari: Lucas 18
41
tersebut menurun secara drastis atau tidak dapat dinilai lagi, maka telah terjadi
kerusakan yang ireversibel. 19
Temuan CT Perfusi
Kondisi Patologis
TTP
CBF
CBV
Normal
Normal
Normal
Normal
Memanjang
Normal
Normal
Memanjang
Sedikit menurun
Normal atau
(>60%)
sedikit
menurun
(>80%)
Jaringan beresiko
Jaringan ireversibel
Memanjang
Menurun
Menurun
(>30%)
(>60%)
Sangat
Sangat menurun
Sangat
memanjang
(<30%)
menurun
(<40%)
Tabel 2.2. Algoritma untuk interpretasi cepat CT perfusi pada stroke akut.
Dikutip dari: Tomand 19
42
20
Masalah teknis dapat terjadi apabila terjadi stenosis dan oklusi intrakranial dan
ekstrakranial yang menyebabkan penurunan aliran darah intrakranial. Penurunan aliran
darah dapat mempengaruhi kalkulasi akurat dari peta CT perfusi. Penempatan ROI
yang tidak tepat juga dapat mempengaruhi penilaian visual dan kuantitatif dari CT
perfusi. Sebagai contoh, penempatan yang tidak baik dari ROI AIF atau ROI VOF
dapat mengakibatkan gambaran dari hipoperfusi global. 20
43
Gambar 2.21 Pasien laki-laki 68 tahun dengan kelemahan anggota gerak atas.
A. Peta volume darah otak (CBV) menunjukkan gambaran yang menyerupai gambaran
hipoperfusi global akibat penempatan ROI dari daerah vena yang tidak tepat.
B. Contoh penempatan ROI dari AIF dan VOF yang tepat pada Arteri serebri anterior
dan sinus sagitalis superior
C. peta CBV yang normal, sesuai dengan gambar B.
Dikutip dari: Almandinger 20
44
45
Gambar 2.22 Laki-laki 65 tahun dengan kelemahan anggota gerak kanan dan afasia
A. CT kepala non kontras tidak menunjukkan adanya stroke akut
B-D. CT perfusi menunjukkan adanya gambaran perfusi normal yang simetris pada peta
CBF (B), CBV(C), dan MTT (D). Semua peta warna dikodekan dengan merah untuk
nilai yang lebih tinggi dan biru untuk nilai yang lebih rendah
E. Gambar Diffusion-weighted image (DWI) 12 jam setelah gambar A-D menunjukkan
infark pada periventrikuler yang tidka ditemukan pada CT perfusi.
Dikutip dari: Almandinger 20
20
46
47
neurologis. Keterbatasan dari CT perfusi yaitu resoluusi yang relatif rendah pada CT
perfusi sehingga infark yang kecil dapat terlewatkan.
20
48
perfusi yang paling konsisten dan paling dapat direproduksi pada stenosis carotis
ekstrakranial adalah pemanjangan MTT. Daerah poststenosis juga menyebabkan
daerah penumbra iskemik dinilai berlebihan pada iskemik akut. Peta CBF dan CBV
menunjukkan perubahan bervariasi. Kesalahan ini menekankan pentingnya untuk
dilakukan CTA untuk mengevaluasi vaskuler yang mengalami stenosis.
20
49
20
Gambar 2.27 Laki-laki 55 tahun dengan perubahan status mental akut, kaku wajah sebelah kanan, dan
kelemahan ekstremitas atas kanan. Gejala ini disertai kejang tonik-klonik. CT kepala
tanpa kontras tidak menunjukkan kelainan
A. DWI menunjukkan gambaran normal
B. Peta CBV menunjukkan hipoperfusi pada hemisfer kiri yang menyerupai pusat infark.
EEG dan PET kemudian menunjukkan adanya fokus kejang pada hemisfer kanan, yang
menyokong bahwa adanya hipoperfusi ini akibat post-iktal, bukan karena hipoperfusi
akibat infark hemisfer kiri. Kondisi pasien ini kemudian membaik, dan gejala-gejalanya
berkurang.
Dikutip dari: Almandinger 20
50
2.11 Tatalaksana
Iskemia
merupakan
suplai darah
yang inadekuat
ke
dalam
otak.
10
51
Terapi reperfusi untuk daerah iskemik memiliki beberapa acara, seperti terapi
trombolitik, angioplasti, stenting, pengambilan clot secara mekanik, vasodilator, dan
operasi bypass pada arteri yang mengalami obstruksi.
10
BAB III
RINGKASAN
sumber
mengatakan
bahwa
jaringan
iskemik (penumbra)
menunjukkan peningkatan MTT disertai penurunan CBF dan gambaran normal atau
sedikit peningkatan CBV (mekanisme sekunder dari autoregulasi pada fase awal
iskemia), sedangkan jaringan infark menunjukkan penurunan drastis dari CBF dan
peningkatan CBV disetai penurunan drastis CBV. Maka dari itu, jaringan yang dapat
diperbaiki ekuivalen dengan CBF-CBV. Dilaporkan bahwa batasan untuk pusat infark
52
53
yaitu apabila CBV kurang dari 2 L/menit dan jaringan iskemik saat MTT lebih dari
145%. 18
Terapi reperfusi untuk daerah iskemik memiliki beberapa acara, seperti terapi
trombolitik, angioplasti, stenting, pengambilan clot secara mekanik, vasodilator, dan
operasi bypass pada arteri yang mengalami obstruksi.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorado L, Millan M, Davalos A. Reperfusion Therapies for Acute Ischemic
Stroke: An Update. Current Cardiology Reviews. 2014;10:327-335
2. Jauch E.C et al. Guidelines for the Early Management of Patients With Acute
Ischemic Stroke A Guideline for Healthcare Professionals From the American
Heart Association/American Stroke Association. Stroke. 2013;44:870-947
3. Srinivasan, A., Goyal, M., Azri F.A., Lum, C. State of the Art Imaging of
Acute Stroke. RadioGraphics. 2006; 26:S75S95
4. Molina C.A. Reperfusion Therapies for Acute Ischemic Stroke: Current
Pharmacological and Mechanical Approaches. Stroke. 2011;42[suppl 1]:S16S19
5. Wibowo D.S, Paryana W. Anatomi Tubuh Manusia. Graha Ilmu Publishing.
2009;25:487-493
6. Snell S, Richard. Clinical Anatomy for Medical Students. Edisi ke-6. Alih
bahasa Dharma A. Jakarta. EGC. 2006;11:684-872
7. Netter F.H. Atlas of Human Anatomy. Sixth Edition. Saunders. 2014.
8. Moore K.L, Agur A.M.R. Anatomi Klinik. Edisi pertama. Alih bahasa:
Laksman H, dr, Jakarta: Penerbit Hipokrates. 2002:22-24
9. Bradac G.B. Cerebral Angiography: Normal Vascular and Vascular
Patology. Italy.Springer. 2011;4:47-56
54
55
56
20. Allmendinger, A.M, Tang, E.r, Lui, Y.W, Spektor, V. Imaging of Stroke: Part
1, Perfusion CTOverview of Imaging Technique, Interpretation Pearls, and
Common Pitfalls. AJR 2012; 198:5262