Professional Documents
Culture Documents
(PAB)
TENTANG Desalinisasi AIR LAUT
DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 :
Rani
: 131000248
131000249
Ilvi Lian Suri
: 131000264
Siti Mutia
: 131000280
Ola Ofianty
131000281
Aradea Desika Putri Sitorus
131000293
Ratih Nur Indah Harahap
: 131000306
Salmi Abbas
: 131000299
: 131000315
: 131000696
KELAS
DOSEN
:D
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..
Daftar Isi .
ii
Bab I Pendahuluan
1.3 Tujuan.
1.4 Manfaat...
1.5 Metode
11
11
14
15
Bab IV Pembahasan ..
22
27
5.1 Kesimpulan.......
27
5.2 Saran
27
Daftar Pustaka.....
28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di
bumi. Sumber air tersebut ada yang diperoleh dari air tanah, mata air, sungai, danau
dan air laut. Sumber air di bumi tersebut berasal dari suatu siklus air dimana tenaga
matahari merupakan sumber panas yang mampu menguapkan air. Air baik yang
berada di darat maupun laut akan menguap oleh panas matahari. Uap kemudian naik
berkumpul menjadi awan. Awan mengalami kondensasi dan pendinginan akan
membentuk titik-titik air dan akhirnya akan menjadi hujan. Air hujan jatuh kebumi
sebagian meresap kedalam tanah menjadi air tanah dan mata air, sebagian mengalir
melalui saluran yang disebut air sungai, sebagian lagi terkumpul dalam danau/rawa
dan sebagian lagi kembali ke laut.
Manusia sering dihadapkan pada situasi yang sulit dimana sumber air tawar
sangat terbatas dan di lain pihak terjadi peningkatan kebutuhan. Bagi masyarakat
yang tinggal di daerah pantai, pulau kecil seperti Kepulauan Seribu air tawar
merupakan sumber air yang sangat penting. Sering terdengar ketika musim kemarau
mulai datang maka masyarakat yang tinggal di daerah pantai atau pulau kecil mulai
kekurangan air. Air hujan yang merupakan sumber air yang telah disiapkan di bak
penampung air hujan (PAH) sering tidak dapat mencukupi kebutuhan pada musim
kemarau.
Padahal kita ketahui bahwa sebenarnya sumber air laut itu begitu melimpah,
namun, kenyataan menunjukkan bahwa ada banyak daerah pemukiman yang justru
berkembang pada daerah pantai kekurangan air.
1
Melihat kenyataan semacam itu manusia telah berupaya untuk mengolah air
asin/payau menjadi air tawar mulai dari yang menggunakan teknologi sederhana
seperti menyuling, filtrasi dan ionisasi (pertukaran ion). Sumber air asin/payau yang
sifatnya sangat melimpah telah membuat manusia berfikir untuk mengolahnya
menjadi air tawar.
Untuk memenuhi kebutuhan akan air tawar manusia telah mengembangkan
sistem pengolahan air asin/payau dengan teknologi membran semipermeabel.
Membran (selaput) semipermeabel adalah suatu selaput penyaring skala molekul
yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak dapat atau
sulit sekali dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air.
Teknologi pengolahan air asin/payau yang akan dibahas pada tulisan ini
terutama yang menggunakan teknologi filtrasi membran semipermeabel. Teknologi
pengolahan air asin/payau ini lebih dikenal dengan sistem osmosis balik (Reverse
Osmosis disingkat RO). Metode ini dipilih karena mudah dilakukan, efesien, dan
lebih ekonomis jika dibandingkan dengan metode desalinasi yang lain.
Teknologi ini menerapkan sistem osmosis yang dibalik yaitu dengan
memberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmosis air asin/payau. Air
asin/payau tersebut ditekan supaya melewati membran yang bersifat semi permeabel,
molekul yang mempunyai diameter lebih besar dari air akan tersaring (Nusa Idaman
Said, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari desalinisasi.
1.2.2 Apa sajakah penggolongan air itu
1.2.3 Pengertian desalinisasi air laut
1.2.4 Proses desalinisasi air laut dengan beberapa metode
1.2.5 Proses desalinisasi air laut dengan metode osmosis metode dan proses
desalinisasi
2
1.2.6
1.2.7
1.1 Tujuan
1.1.1 Mengetahui tentang pengertian desalinisasi.
1.1.2 Mengetahui saja penggolongan air
1.1.3 Mengetahui pengertian desalinisasi air laut
1.1.4 Mengetahui proses desalinisasi air laut dengan beberapa metode
1.1.5 Mengetahui proses desalinisasi air laut dengan metode osmosis metode
1.1.6
1.1.7
1.2 Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan diatas maka manfaat dari penulisan.
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
desalinisasi.
Memberi tahu apa saja penggolongan air itu
Memberi tahu pengertian desalinisasi air laut
Memberi tahu proses desalinisasi air laut dengan beberapa metode
Memberi tahu proses desalinisasi air laut dengan metode osmosis metode
1.2.6
1.2.7
1.3 Metode
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode browsing internet dan
buku panduan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Desalinisasi
Desalinisasi adalah proses pengurangan kadar garam pada air laut, air payau,
atau air limbah. Proses desalinisasi biasanya digunakan untuk mengolah air laut
menjadi air bebas mineral yang dapat dikonsumsi oleh manusia (Retno, 2001).
Bagian dari air murni terbentuk dalam aliran produk, garam yang terlarut terkumpul
dalam aliran limbah (brine) yang dibuang dari sistem sebagai blow down. Produk
proses desalinasi umumnya merupakan air dengan kandungan garam terlarut kurang
dari 500 mg/l, yang dapat digunakan untuk keperluan domestik, industri, dan
pertanian (Majari Magazine, 2011).
Instalasi desalinasi biasanya menggunakan air laut (langsung dari lautan
diambil jauh dari pantai dan garis pipa, atau dari mata air dekat pantai, atau laut
dalam), air tanah yang payau atau air yang dikembalikan sebagai umpan. Hampir
semua proyek desalinasi dalam skala besar menggunakan air laut sebagai umpan. Air
laut yang digunakan sebanyak 72,9% sebagai umpan instalasi desalinasi. Pipa
pengambilan umpan air untuk instalasi desalinasi harus diletakkan jauh dari saluran
buangan pabrik untuk menghindari agar buangan tidak terambil.
Produk air desalinasi biasanya lebih murni dari air minum standar. Jadi ketika
air hendak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari biasanya dicampur dengan air
yang mengandung TDS yang lebih tinggi. Air hasil desalinasi murni biasanya sangat
asam dan menyebabkan korosi pada pipa jadi harus harus dicampur dengan sumber
air lain yang diambil dari luar atau dengan mengatur pH, kesadahan dan alkaliitas
sebelum dialirkan keluar (Retno, 2001).
Dalam pemisahan air asin menjadi air tawar, ada beberapa teknologi proses
desalinasi yang telah banyak dikenal antara lain proses destilasi, teknologi proses
dengan menggunakan membran (osmosis terbalik), proses pertukaran ion, dan lainlain.
4
2.2 Penggolongan Air
Pengolongan air menurut peruntukannya ditetapkan sebagai berikut :
Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan industri pembangkit listrik tenaga air.
2.3 Pengertian Desalinisasi Air Laut
Desalinasi Air Laut
Pada dasarnya prinsip pemurnian/desalinasi air laut adalah memisahkan
garam dari air laut sehingga diperoleh air tawar yang dapat dilakukan sebagai berikut:
Penyulingan
Percobaan pertama untuk memisahkan garam dan air laut adalah meniru cara
alam, yaitu dengan menguapkan air laut kemudian mengembunkan uapnya kembali.
Ketika air laut dipanaskan, hanya air yang menguap, garam-garam yang terlarut
tetap tinggal dalam larutan (air laut).
Dengan menggunakan alat suling bagian dalam wadah perebus air laut
dilengkapi dengan pipa-pipa tegak untuk memperluas permukaan air yang
dipanaskan. Dengan perluasan ini dapat diperoleh banyak uap dalam waktu relatif
singkat. Alat suling ini dapat digunakan sebagai perlengkapan kapal penangkap ikan
atau penyediaan air minum di perkampungan-perkampungan nelayan yang jauh dari
sumber air tawar. Bahan bakar seperti kayu, arang batu, minyak tanah dapat
dipergunakan sebagai tenaga pemanas.
5
Kemudian cara ini dikembangkan untuk mesin-mesin suling yang
menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga matahari (solar system). Pada
umumnya, bahan bakar minyak sangat mahal sehingga dicari berbagai cara untuk
menghemat bahan bakar tersebut, misalnya :
a. Memasukkan kembali air pendingin kedalam tempat pendidih air. Karena air
pendingin tersebut telah menyerap panas dari uap air, berarti sudah ada
pemanas awal, sehingga pemasukan kembali air ini sebagai sumber uap dapat
menghemat waktu dan tenaga pemanas.
b. Memanaskan air dibawah tekanan atmosfir (760 cm Hg), air mendidih pada
temperatur 100 derajat celcius, tetapi bila tekanannya dinaikkan menjadi dua
kali (1520 mm Hg), air tidak mendidih sampai temperatur mencapoai 120,1
derajat celcius. Sebaliknya apabila tekanan udara dikurangi menjadi
separuhnya, penguapan akan segera terjadi, ini dikenal dengan sebutan
penguapan secara kilat (flash evaporation). Penguapan bertambah cepat
apabila tekanan udara dikurangi lagi.
2.4 Proses Desalinasi Air Laut
Ada beberapa metode desalinasi air laut yang banyak digunakan saat ini
antara lain dengan cara ;
a. distilasi,
b. evaporasi
c. desalinasi dengan menggunakan membran yaitu
a) reverse osmosis (RO),
b) distilasi membran
c) dan elektrodialisis (ED).
6
Harga energi yang terus meningkat menyebabkan proses tersebut menjadi
tidak kompetitif. Sementara itu teknologi membran pada saat ini sedang berkembang
dengan pesatnya, hal ini disebabkan karena kegunaannya yang strategis pada proses
pemisahan. Dibandingkan teknologi pemisahan lainnya, teknologi membrane
menawarkan keunggulan seperti pemakaian energi yang rendah, sederhana dan ramah
lingkungan (Hartomo, 1991).
Pada perbandingan biaya operasi desalinasi untuk menghasilkan air minum
berdasarkan ukuran pabrik (Baker, 1991). Untuk umpan air laut, RO memberikan
biaya terendah pada kapasitas di bawah 3 MGD (Million gal/day). Di atas 3 MGD
teknologi lain seperti ME(Multiple effect evaporation) dan MSF (Multistage Flash)
masih kompetitif.
Sementara itu untuk pengolahan air payau, RO dan ED mempunyai biaya
pengolahan cukup rendah. Perlu dicatat juga bahwa, saat ini ada kecenderungan
menurunnya harga membran dari tahun ke tahun sehingga biaya desalinasi dengan
membran menjadi ekonomis (Nur Rahayu, 1999). Kelemahan pada proses desalinasi
dengan menggunakan membran adalah pada penggunaan dan pemilihan membran
yang tepat dan terjadinya fouling dan polarisasi konsentrasi serta umur membran
(Mulder, 1990).
Fouling didefinisikan sebagai deposisi irreversibel dari partikel yang tertahan
pada atau di dalam pori membran dan akan merusak daya hantar membran tersebut,
sehingga dapat menyebabkan hambatan transport ion melewati permukaan membran.
Terjadinya fouling disebabkan oleh adanya ion penyebab fouling (asam humat,
koloid), ion tersebut bergerak ke membran, tinggal pada daerah elektropositipnya
(membrane kation). Polarisasi konsentrasi yaitu berkurangnya elektrolit pada
permukaan membran, sehingga tahanan meningkat drastis terhadap rapat arus.
Polarisasi konsentrasi menyebabkan efisiensi arus merosot, konsumsi energi
meningkat, perpindahan ion yang dikehendaki menurun.
7
Peneliti di Amerika Serikat dan Korea telah membuat sebuah membran yang
dapat mengurangi biaya penyaringan garam dari air laut. Membran ini terbuat dari
material baru berbasis-polisulfon yang tahan terhadap klorin. Dengan material ini
beberapa tahapan desalinasi yang memakan banyak biaya tidak diperlukan lagi.
Proses desalinasi yang paling umum adalah osmosis terbalik, yaitu dengan
mendesak air laut melewati membran-membran semi-permeabel untuk menyaring
kandungan garamnya. Meski banyak energi yang diperlukan untuk menjalankan
pabrik-pabrik desalinasi yang berskala besar, namun tetap tidak dapat menaikkan
jumlah persediaan air bersih, sementara di seluruh dunia, lebih dari 1 milyar orang
tidak memiliki akses terhadap air yang aman dan bersih.
Salah satu kekurangan dari membran-membran desalinasi yang digunakan
sekarang ini adalah penyumbatan membran dari waktu ke waktu yang disebabkan
oleh pertumbuhan alga atau selaput-biologis bakteri. Penambahan klorin membunuh
mikroorganisme dalam air tetapi juga merusak membran yang berbasis-poliamida.
Jadi klorin biasanya dihilangkan dari air sebelum dilewatkan pada membran
dan kemudian ditambahkan kembali ke dalam air setelah melewati membran. Sebuah
membran baru, yang berbasis polisulfon, menjanjikan untuk menjadikan proses yang
rumit dan memakan biaya ini tidak diperlukan lagi. "Polisulfon memiliki ketahanan
terhadap klorin yang lebih baik dibanding poliamida karena rantai utamanya terdiri
dari cincin-cincin aromatik dan ikatan karbon, sulfur dan oksigen yang kuat," (Ho
Bum Park, pimpinan salah satu tim peneliti di Universitas Ulsan, Korea Selatan).
"Dengan demikian, polisulfon tidak mengandung ikatan-ikatan amida yang
sensitif terhadap serangan klorin cair." Polisulfon sebelumnya telah digunakan untuk
desalinasi, tetapi air tidak mengalir dengan baik melalui material ini. Ini diatasi
dengan merubah cara pembuatan polimer ini, kata Benny Freeman, yang memimpin
tim peneliti lain di Universitas Texas Austin.
8
"Dulunya, gugus-gugus hidrofil ekstra ditambahkan ke polimer setelah
polimerisasi sehingga menempatkan gugus-gugus ini pada posisi yang paling tidak
stabil. Sebagai gantinya, kami memadukan gugus-gugus ini kedalam monomer,
sehingga ketika polimerisasi terjadi gugus-gugus ini berpadu secara langsung dengan
struktur polimer."
Polimer yang baru ini telah dipatenkan oleh tim peneliti ini dan Freeman
berharap material ini akan memiliki kegunaan dan dikomersialkan dalam jangka
waktu tiga tahun ke depan. "Membran yang sangat tahan terhadap klorin ini dapat
menghilangkan tahapantahapan proses yang memakan banyak biaya dan secara
masih
banyak
penelitian
yang
diperlukan
jika
desalinasi
10
BAB III
HASIL KEGIATAN
3.1 Proses Desalinasi Air Laut dengan Metode Osmosis Terbalik
Osmosis Terbalik
Apabila dua buah larutan dengan konsentrasi encer dan konsentrasi pekat
dipisahkan oleh membran semipermeabel, maka larutan dengan konsentrasi yang
encer akan terdifusi melalui membran semi permeabel tersebut masuk ke dalam
larutan yang pekat sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi. Fenomena ini dikenal
sebagai proses osmosis.
11
Membran Osmosis Terbalik
Membran semipermeabel yang digunakan pada osmosis terbalik disebut
membran osmosis terbalik (membran RO). Membran RO memiliki ukuran pori <1
nm (http://www.lenntech.com/membrane-technology.htm). Karena ukuran porinya
yang sangat kecil, membran RO disebut juga membran tidak berpori.
Membran RO biasanya digunakan untuk pengolahan air, seperti pengolahan
air minum, desalinasi air laut, dan pengolahan limbah cair. Saat ini membran RO juga
banyak digunakan pada proses pengolahan air isi ulang.
Gambar 1. Ilustrasi Proses Osmosis dan Osmosis Balik
Konsentrasi (ppm)
10.561
1.272
400
380
18.980
2.649
142
65
3
13
Pompa akan meningkatkan tekanan dari umpan yang sudah melalui proses
pretreatment hingga tekanan operasi yang sesuai dengan membran dan salinitas air
umpan.
3) Membrane separation
Membran permeable akan menghalangi aliran garam terlarut, sementara membran
akan memperbolehkan air produk terdesalinasi melewatinya. Efek permeabilitas
membran ini akan menyebabkan terdapatnya dua aliran, yaitu aliran produk air
bersih, dan aliran brine terkonsentrasi. Karena tidak ada membran yang sempurna
pada proses pemisahan ini, sedikit garam dapat mengalir melewati membran dan
tersisa pada air produk. Membran RO memiliki berbagai jenis konfigurasi, antara lain
spiral wound dan hollow fine fiber membranes.
14
4) Post treatment stabilization.
Air produk hasil pemisahan dengan membran biasanya membutuhkan
penyesuaian pH sebelum dialirkan ke sistem distribusi untuk dapat digunakan sebagai
air minum. Produk mengalir melalui kolom aerasi dimana pH akan ditingkatkan dari
sekitar 5 hingga mendekati 7. (BPPT, 2011).
3.3 Produksi Air Bersih dengan Metode Desalinisasi
Proses produksi air bersih dengan metode desalinaisasi dilakukan melalui
beberapa tahapan, meliputi:
1.
2.
3.
4.
Tahapan paling awal dalam proses desalinasi adalah pengambilan air laut
sebagai bahan baku proses. Metode yang umum dilakukan adalah dengan
pemasangan pipa kearah laut hingga jarak beberapa kilometer dari pantai. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh air laut dengan kualitas baik yang terhindar dari
pergerakan sedimen permukaan yang umumnya terjadi pada laut kedalaman dangkal.
Laju alir pengambilan air laut dilakukan secara lambat untuk mencegah masuknya
biota laut ke dalam pipa.
(Gambar 3 :
Metode alternatif yang sedang ramai diperbincangkan adalah dengan
memanfaatkan kondisi geologi lokal pantai untuk menyaring air laut dengan sistem
sumur (beach wells). Dengan metode ini, air laut diekstraksi dari lapisan bawah
(Gambar 4 :
16
Pengolahan Awal
Pengolahan awal bertujuan untuk mengkondisikan bahan baku, dalam hal
kandungan pengotor, agar ramah bagi proses utama desalinasi. Pengotor yang biasa
terkandung dalam air laut mencakup makromolekul (pasir dan biota laut termasuk
ikan, alga dll.) dan mikromolekul (unsur penyebab sedimentasi, kristalisasi dan
fouling). Teknik yang dilakukan pada umumnya mencakup koagulasi-flokulasisedimentasi (coagulation-flocculation-sedimentation), membrane tekanan rendah
(low pressure membrane), penyaringan dengan media (media filter) dan catridge
filter.
(Gambar 5 :
Proses pengolahan awal menjadi kunci penting lancarnya proses desalinasi
karena menentukan stabilitas dan kinerja proses dengan semakin tingginya kualitas
air umpan. Dari segi ekonomi, proses pengolahan awal terhitung hampir mencapai
30% dari keseluruhan biaya proses. Penghematan biaya dalam proses pengolahan
awal sangat mungkin dilakukan dengan aplikasi alternatif pengambilan air laut seperti
yang dijelaskan sebelumnya. Dengan bahan baku yang kualitasnya lebih baik saat,
proses pengolahan awal akan lebih ringan sehingga mengurangi konsumsi bahan
kimia proses serta mengurangi jumlah peralatan proses dan pada akhirnya
menurunan biaya operasional serta meningkatkan performa dan stabilitas proses.
17
Proses Inti
Pada tahapan ini, bahan baku yang telah mengalami pengolahan awal akan
mengalami proses penyisihan garam sehingga menghasilkan air bersih. Berdasarkan
teknik pemisahan garamnya, proses desalinasi dikategorikan menjadi dua: berbasis
panas dan berbasis membran.
Pada proses berbasis panas, bahan baku dikondisikan mendidih pada tekanan
rendah sehingga menghasilkan uap air pada temperatur rendah. Pada proses ini,
hanya air saja yang mengalami penguapan, sehingga setelah pengumpulan dan
pengkondensasian uap, akan dihasilkan air bersih tanpa garam dan pengotor.
Multistage flash distillation dan multi effect distillation adalah contoh teknologi
desalinasi dengan berbasis panas.
(Gambar 6 :
Berbeda halnya pada proses diatas yang menggunakan energi panas untuk
pemisahan garam dari air laut, teknologi membran menggunakan energi tekanan.
Membran adalah istilah umum untuk saringan tipis yang memfasilitasi pemisahan
secara selektif hanya bahan-bahan tertentu yang dapat dilewatkan dan ditahan oleh
membran ini. Tipe membran yang digunakan sangat bergantung pada aplikasi.
Khusus untuk desalinasi, digunakan reverse osmosis (RO) membrane dengan karakter
tak berpori yang mampu melakukan pemisahaan pada level ion, termasuk garam
dengang komposisi utama ion natrium dan klorida.
18
(Gambar 7 :
19
Proses ini juga cocok untuk diimplementasikan di Indonesia yang merupakan
negara maritime dengan garis pantai yang panjang. Studi mengenai energi yang
berujung pada kelayakan ekonomi perlu di lakukan lebih lanjut pada implementasi
proses ini.
3.4 Hasil
Tabel 2. Kualitas Air Hasil Pengolahan Sistem RO
(Sumber : bloggregantonny.blogspot.com)
20
Tabel 3. Kualitas Air Hasil Uji Coba
Tekanan Membran : 300 Psi, Temperatur Air : 20 - 280C
Parameter
Satuan (ppm)
Air Baku I
Warna
Turbidity
Bau
Rasa
D.H.L
Pt Co
SiO2
15
Tidak
Asin
7500
Mm
Air Olahan I
FISIK
5
Tidak
Tidak
350
KIMIA
Air Baku II
Air Olahan II
10
7.7
Tidak
Asin
7520
5
0
Tidak
Tidak
350
pH
Zat Padat
Zat. Org
CO2 bebas
p. Alkalinity
M. Alkalinity
Karbonat
Bikarbonat
Tot Hardness
Calcium
Mg
Fe
Mangan
Sulphate
Fosphate
Ammonium
Nitrite
D.O
Silica
Chorida
7.5
KMnO4
CO2
CaCO3
CaCO3
CaCO3
CaCO3
OD
Ca2+
Mg2+
Fe2+
Mn2+
SO42PO4
NH4
NH4
O2
SiO2
Cl
6.3
3.79
13.2
0
390
0
390
19.4
49.98
53.35
4.4
(-)
950
(-)
0.25
0
2215.2
7.6
1.58
17.6
0
60
0
60
0
0
0
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
0
110.76
6
5340
4.74
30
0
275
0
275
29
74.97
79.55
1.4
(-)
1250
(-)
0.25
0
25
2680
138
1.58
22
0
25
0
25
0.8
2856
1.72
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
0
1
116.44
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Sistem RO tidak bisa menyaring garam sampai 100 % sehingga air produksi
masih sedikit mengandung garam. Untuk mendapatkan air dengan kadar garam yang
kecil maka diterapkan sistem dengan dua sampai tiga saluran. Jika ingin membuat air
minum yang mengandung kira-kira 300 sampai 600 ppm TDS cukup menggunakan
saluran tunggal. Jika air olahan yang dihasilkan menjadi semakin banyak maka
jumlah air baku akan menjadi lebih besar dan sebagai akibatnya tekanan yang
dibutuhkan akan menjadi semakin besar. Tekanan buatan (tekanan kerja) tersebut
harus lebih besar dari tekanan osmosis pada air baku. Tekanan kerja yang dibutuhkan
jika memakai air laut adalah antara 55 sampai 70 kg/cm2.
Sistem pengolahan air sangat bergantung pada kualitas air baku yang akan
diolah. Kualitas air baku yang buruk akan membutuhkan sistem pengolahan yang
lebih rumit. Apabila kualitas air baku mempunyai kandungan parameter fisik yang
buruk (seperti warna dan kekeruhan), maka yang membutuhkan pengolahan secara
lebih khusus adalah penghilangan warna, sedangkan proses untuk kekeruhan cukup
dengan penjernihan melalui pengendapan dan penyaringan biasa. Tetapi apabila
kualitas air baku mempunyai kandungan parameter kimia yang buruk, maka
pengolahan yang dibutuhkan akan lebih kompleks lagi.
Untuk daerah pesisir pantai dan kepulauan kecil, air baku utama yang
digunakan pada umumnya adalah air tanah (dangkal atau dalam). Kualitas air tanah
ini sangat bergantung dari curah hujan. Jadi bila pada musim kemarau panjang, air
tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak tersedia lagi, sehingga air tanah tersebut
dengan mudah akan terkontaminasi oleh air laut. Ciri adanya intrusi air laut adalah air
yang terasa payau atau mengandung kadar garam klorida dan TDS yang tinggi.
22
Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan klorida dan TDS yang tinggi,
membutuhkan pengolahan dengan sistem Osmosis terbalik (RO). Sistem RO
menggunakan penyaringan skala mikro, yaitu yang dilakukan melalui suatu elemen
yang disebut membran. Dengan sistem RO ini, klorida dan TDS yang tinggi dapat
diturunkan atau dihilangkan sama sekali. Syarat penting yang harus diperhatikan
adalah kualitas air yang masuk ke dalam elemen membran harus bebas dari besi,
mangan dan zat organik (warna organik). Dengan demikian sistem RO pada
umumnya
selalu
dilengkapi
dengan
pretreatment
yang
memadai
untuk
menghilangkan unsur-unsur pengotor, seperti besi, mangan dan zat warna organik.
Air baku yang mengandung Fe dan Mn dialirkan ke suatu filter yang
medianya mengandung MnO2.nH2O. Selama mengalir melalui mediatersebut Fe dan
Mn yang terdapat dalam air baku akan teroksidasi menjadi bentuk Fe (OH)3 dan
Mn2O3 oksigen terlarut dalam air, dengan oksigen sebagai oksidator.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
4 Fe2+ + O2 + 10 H2O
4 Fe(OH)3 + 8 H+
Mn2+ + MnO2.nH2O
MnO2.MnO.nH2O + H+
2 MnO2.nH2O + 2 H+ + 2Cl-
23
Air baku yamg mengandung besi dan mangan dialirkan melalui suatu filter
bed yang media filternya terdiri dari mangan-zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7). Mangan
Zeolit berfungsi sebagai katalis dan pada waktu yang bersamaan besi dan mangan
yang ada dalam air teroksidasi menjadi bentuk ferri-oksida dan mangandioksida yang
tak larut dalam air.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
K2Z.MnO.Mn2O7 + 4 Fe(HCO3)2
K2Z.MnO.Mn2O7 + 2 Mn(HCO3)
Reaksi penghilangan besi dan mangan dengan mangan zeoite tidak sama
dengan proses pertukaran ion, tetapi merupakan reaksi dari Fe2+ dan Mn2+ dengan
oksida mangan tinggi (higher mangan oxide).
Filtrat yang terjadi mengandung mengandung ferri-oksida dan mangandioksida yang tak larut dalam air dan dapat dipisahkan dengan pengendapan dan
penyaringan. Selama proses berlangsung kemampunan reaksinya makin lama makin
berkurang dan akhirnya menjadi jenuh. Untuk regenerasinya dapat dilakukan dengan
menambahkan larutan Kalium permanganat kedalam zeolite yang telah jenuh tersebut
sehingga akan terbentuk lagi mangan zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7).
Pada pengolahan air minum, membran RO didesain untuk dapat melewatkan
molekul-molekul air dan menahan solid, seperti ion-ion garam. Membran RO dapat
memisahkan dan menyisihkan zat terlarut, zat organik, pirogen, koloid, virus, dan
bakteri dari air baku. Efisiensi penyisihan membran RO untuk zat terlarut total (TDS)
dan bakteri masing-masing adalah 95-99% dan 99%. Sehingga pada akhir proses
akan dihasilkan air yang murni. Efisiensi penyisihan membran RO yang tinggi
menyebabkan terjadinya penyisihan mineral-mineral alami pada air baku. Mineralmineral alami ini tidak hanya memberikan rasa yang enak pada air tetapi juga
membantu fungsi vital sistem tubuh. Air minum akan kurang sehat bagi tubuh apabila
kurang mengandung mineral-mineral ini.
24
Dengan kata lain, air murni yang dihasilkan oleh membran RO tidak sehat
bagi tubuh. Selain itu, membran RO memiliki keterbatasan dalam pengoperasiannya,
di antaranya:
1.
2.
3.
4.
1. Teknologi ini hanya memanfaatkan energi matahari untuk operasinya, hal ini
dikarenakan sebagian besar pabrik desalinasi konvensional menggunakan
minyak bumi sebagai sumber energinya.
2. Secara tidak langsung akan membantu mengurangi efek pemanasan global
akibat dari pembuangan gas CO2 yang berasal dari pembakaran minyak bumi.
3. Portabilitas dan independensi dari sistem ini menjadikan sistem ini bisa
dioperasikan di daerah terpencil dengan akses yang sulit dan dapat
meningkatkan taraf hidup penduduk di daerah terpencil.
25
Sistem ini bisa dianggap sebagai teknologi desalinasi masa depan yang
berkesinambungan dan ramah lingkungan untuk daerah yang menggunakan alat ini di
saat nanti tidak ada cadangan minyak bumi yang tersisa.
Di samping keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan
teknologi ini ternyata masih ada banyak tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Di
antaranya yaitu, bahwa teknologi ini belum matang 100% atau masih dalam taraf
perkembangan. Saat ini, sejauh yang penulis ketahui, teknologi ini masih dalam skala
kecil-menengah. Akan tetapi secara perlahan, peralihan dari teknologi konvensional
ke teknologi desalinasi dengan menggunakan energi terbarukan, seperti energi
matahari adalah sebuah keniscayaan.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1) Proses desalinasi air laut adalah proses pengurangan kadar garam pada air
laut, air payau, atau air limbah.
2) Proses osmosis adalah proses perpindahan larutan dengan konsentrasi encer
ke larutan dengan konsentrasi pekat melalui membran semi permeabel sampai
terjadi kesetimbangan konsentrasi.
3) Prinsip kerja osmosis terbalik (osmosis terbalik) adalah suatu metode
penyaringan yang dapat menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari
suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu
berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses tersebut
menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat
pelarut murni bisa mengalir ke lapisan berikutnya.
4) Jenis membran semipermeabel yang digunakan pada proses desalinasi air laut
adalah membran osmosis terbalik (RO).
5.2 Saran
Semoga metode desalinisasi ini dapat di gunakan oleh seluruh dunia agar
diseluruh dunia tidak lagi kekurangan akan air bersih terutama daerah Afrika.
Disinilah kita sebagai generasi muda harus gencar untuk selalu perhatian akan
lingkungan terutama tentang air serta hindarkan penggunaan air yang berlebihan.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad, Rukaesih. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi.
2. Atael, Abtin, et al. (2011). Integration of Reverse Osmosis and Refrigeration
Systems for Energy Efficient Seawater Desalination. International Journal of The
Physical Science Vol. 6 (12) pp. 2832-2843.
3. Ashlynn. (2010). Desalination and Long-Houl Water Transfer as a Water Supply
for Dallas, Texas: a Case Study of the Energy-Water Nexus in Texas. Texas Water
Journal: volume 1, Number 1, pp 33-41.
4. Alimah, Siti. (2007). Studi Banding Teknologi Desalinasi RO dan MSF untuk
PLTN Jenis PWR. Prosiding Seminar Nasional KE-13 Teknologi dan Kesehatan
PLTN Serta Fasilitas Nuklir. [Online]
5. Hartoyo, Robertus. (1999). Pengolahan Air Asin atau Payau dengan Sistem
Osmosis Balik. [Online]
6. Rusydi, Anna Fadliah, ST. (2011). Membran Osmosis terbalik. Pusat Penelitian
Geoteknologi, LIPI. [Online]
7. Said, Nusa Idaman. (2011). Pengolahan Air Asin atau Payau dengan Teknologi
Osmosis Balik. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta.
[Online]
28