You are on page 1of 8

J. Sains Tek., Desember 2005, Vol. 11, No.

RELOKASI SUMBER GEMPA DI KEP. ASCENSION,


5 DESEMBER 1997
Bagus Jaya Santosa
Jurusan Fisika , FMIPA-ITS, Surabaya
E-mail: bjs@physics.its.ac.id
Diterima 24 Juni 2005, perbaikan 15 November 2005, disetujui untuk diterbitkan 2 Desember 2005

ABSTRACT
If an earthquake occurred, the epicenter of the quake is immediately announced by the local state
seismological Institution. This hypocenter location is determined through the perception to the arrival time of
some especial wave phases, and the result is written in the catalogue of ISC and CMT. The result of
epicenter's determination that mentioned in the CMT catalog is later restudied using seismogram comparison
between observed and synthetic seismogram. The synthetic seismogram is calculated from an earth model of
earth and the earthquake parameters as in catalogue CMT with the GEMINI method. In the reality we met the
differences between the measured and calculated time arrival of the wave phases. Problem to solve in this
research is to execute the earthquake hypocenter relocation, so that the differences are minimized.
The relocation is conducted by noting the differences in the arrival time of some wave phase that were
recorded in some stations that are around the earthquake epicenter. Problem is accomplished by solving the
discrepancies using smallest the least square method, that is method of SVD. The result of relocation
indicates the change of time origin 6,26 second later and depth change of 1,2 km shallower. Using the new
hypocenter parameters the differences in arrival time were minimized.
Keywords: ISC, difference in arrival time, hypocenter

1. PENDAHULUAN
Jika sebuah gempa terjadi, segera stasiun
seismologi di sekitar daerah gempa melaporkan
terjadinya gempa dan para seismologi segera
menganalisa seismogram rekaman pada kertas dan
mencatat waktu-waktu tiba dari fase-fase
gelombang utama. Dari catatan selisih waktu tiba
beberapa fase gelombang utama dari berbagai
stasiun observasi ditentukan kemudian lokasi dan
besar gempa bumi dan diumumkan dalam katalog
ISC (International Seismological Center).
Beberapa bulan kemudian juga parameter CMT
(Central Moment Tensor) dari gempa bumi
tersebut1.
Sebuah masalah yang dijadikan topik untuk
penelitian ini adalah Gempa bumi di Kep Kuril,
Ascension, yang terjadi pada 12 Mei 1997.
Adapun parameter lengkap CMT dari gempa bumi
tersebut adalah sebagai berikut:
C120597C 12 05 97 11 26 54.7 54.84 162.04
33.06.37.6NEAR EAST COAST OF KAMCH
PDE 37 90 45 40113 135
26.6 0.1 54.31
0.01 161.91 0.01 33.6 0.3
17.1 27 3.61 0.02 -0.87 0.01 -2.74 0.01 2.57
0.05 2.80 0.05 -1.79
0.1 5.25 66 321 0.14 6 217 -5.39 23 124
5.32 202 23 74 39 68 97

2005 FMIPA Universitas Lampung

Dengan mengukur selisih waktu tiba antara


gelombang P dan S riil dan membandingkannya
dengan kurva selisih waktu tempuh gelombang
teoritis, diperoleh jarak dari stasiun pengamat ke
episenter. Dari stasiun pengamat dibuat busur
lingkaran pada bola dunia (globe) dengan jari-jari
jarak episentral tadi. Dari pengamatan serupa di
stasiun-stasiun observasi yang lain, posisi pusat
gempa dapat ditentukan melalui perpotongan
garis-garis busur lingkaran2.
Pengumpulan laporan-laporan dari masing-masing
stasiun pengamat ke agen perekaman pusat,
memerlukan waktu yang cukup lama. Kemudian
rekaman yang sudah lebih lengkap dikirimkan ke
ISC.
Dalam penentuan episenter ini data yang utama
adalah waktu-waktu tiba fase-fase gelombang P
dan S. Data terbesar disumbang oleh pengamatan
waktu tiba gelombang P yang mudah diukur,
karena itu disebut first break. Sumbangan atas
waktu tiba gelombang S kecil, karena gelombang
ini tenggelam dalam fase-fase gelombang yang
saling tumpang tindih, khususnya jika jarak
pengamatan di bawah 25, dan gelombang ini
mengandung frekuensi yang lebih rendah3.
Dalam penelitian ini, lokasi yang telah diumumkan
oleh ISC dan CMT tersebut dianggap sebagai
lokasi awal dari sebuah sumber gempa. Hasil

143

Bagus Jaya SantosaRelokasi Sumber Gempa

pengumuman ini akan dikaji ulang dengan


menganalisa seismogram observasi dan sintetik,
dimana seismogram sintetik dihitung dari sebuah
model bumi, yaitu PREMAN3 dan IASPEI914 dan
gempa dengan parameter di atas, dengan
menggunakan program GEMINI5,6. Kedua
seismogram kemudian diperagakan dalam jendela
waktu yang sama. Pengamatan menunjukkan
adanya perbedaan dalam waktu tiba waveform7.

T
h

1
r

Jika koordinat lokasi gempa bumi adalah (T0,

, ) dimana T0 adalah origin time, saat awal


h
terjadinya gempa bumi, h kedalaman hiposenter

pcos Z

dengan jarak episentral


dari episenter
diprediksikan sebagai fungsi koordinat hiposentral.
Perubahan kecil pada lokasi hiposenter gempa
bumi akan mengakibatkan perubahan kecil dTp
dimana

dT

T
dh
h

dT 0

Penambahan kedalaman sebesar dh memberi


perubahan pada Tp yaitu

dT

cosi
dh
v r
2

1
2 2

r v p ,
r
dimana p r sin i v . Perubahan lintang sebesar
T
h

akan memindahkan H (hiposenter) dengan

sehingga

Solusi untuk menghitung derivatif secara analitik


telah tersedia, seperti yang telah diuraikan pada
seksi Metodologi. Derivatif T terhadap T0 sama
dengan 1 dikarenakan dimensi dari waktu awal
gempa dan waktu tempuh gelombang datang
adalah sama, yaitu dalam satuan detik.

T
1
T0
Turunan parsial yang menyatakan perubahan
waktu tempuh terhadap kedalaman sumber gempa
ini
memperlihatkan
bahwa
perubahannya
tergantung pada p, yaitu parameter sinar, dan
bukan pada azimuthnya.

T
h

12

Bila vektor koordinat hiposenter adalah m = (T0,

h,

) dan matrik derivatif parsialnya adalah :

T
m

Ai

(3)
dengan
= 1,2, ..., D dan
= 1,2,3,4,
menyatakan nomor elemen dalam matriks m0; D
adalah banyaknya data pengamatan, sedangkan

r sin d

sedangkan A adalah matriks derivatif dengan


elemen seperti pada pers. (2). Perkiraan lokasi
awal adalah m0, kitamencobamengimprovisasi

m dengan m kecil. Waktu


estimasi m0
yang diprediksikan diberikan oleh :
4

T m

p
i

T m0

Ai

pada bujur akan memindahkan

letak H pada jarak

T i ; i = 1,2, ..., D, adalah waktu tiba terukur dan


P
T i ; = 1,2, ..., D adalah waktu tiba dihitung,

p
i

r sin i
cos Z
v

Perubahan

1
2 2

sehingga

jarak

1
r

(2)

(1)

Derivatif parsial dalam Persamaan (1) mungkin


diekspresikan dalam bentuk parameter sinar dan
azimuth (Z) diukur sebagai sudut antara stasiun
pengamat dengan episenter gempa.

psin Z sin

T
h

gempa, dan
adalah lintang dan bujur
episenter gempa, maka waktu tempuh untuk fase
gelombang P (Tp) pada sebuah stasiun observasi

1
2 2

r v , yaitu fungsi linear terhadap r


dengan
dan terbalik terhadap kecepatan. Kumpulan rumus
untuk menghitung derivatif parsial menjadi :

T
Lokasi sumber gempa disebut juga fokus sumber
gelombang, diindikasikan dengan hiposenter (H),
dan proyeksinya di permukaan bumi disebut
sebagai episenter. Ini adalah titik pada permukaan
bumi yang tepat di atas hiposenter. Estimasi awal
lokasi diperoleh dengan prediksi atas tabel waktu
tempuh.

sehingga

r sin i
sin Z sin
v

Vektor residual yang berhubungan dengan lokasi


m0 didefinisikan sebagai

T T

T m0

m digunakan untuk meminimalisasikan panjang


vektor residual untuk lokasi baru

Dengan mengubah i dalam bentuk parameter sinar


dan kecepatan, derivatif parsial menjadi:

144

2005 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains Tek., Desember 2005, Vol. 11, No. 3

Ti

i 1

Gambar 2. Geometri untuk menghitung derivatif parsial dari waktu tempuh terhadap perubahan koordinat
hiposenter
Melalui azas kuadrat terkecil, dimana parameter E
dideferensialkan pertama dan dicari akarnya
sehingga nilai E menjadi nol, didapatkan
persamaan
simultan
sederhana
untuk
menyelesaikan komponen-komponen
4

m yaitu:

Ai Ai

1 i 1

Ai

Ti

(4)
Persamaan (4) untuk waktu tempuh terprediksi
merupakan pendekatan yang berlaku jika
m
kecil. Lokasi baru m dapat digunakan sebagai
basis untuk pencarian lokasi lebih baik, dengan m
menggantikan m0 sebagai perkiraan awal. Iterasi
diulang sampai
m sangat kecil dan jika
prosedurnya bersifat konvergen. Nilai-nilai p dan
elemen dari matriks A dihitung dengan program
TTIMES8, yang didasarkan pada sebuah model
bumi IASPEI91.
Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk
matriks :

Ax b
Tanda titik menyatakan adanya perkalian matriks,
dengan A adalah sebuah matriks dengan koefisienkoefisien matriks derivatif, dan b ditulis dalam
bentuk vektor kolom.

a11
a21

a12
a22

a1N
a2N

aM1 aM2

aMN

Ti

Ai
= derivatif parsial dari masing-masing
koordinat hiposenter

atau dengan notasi matrik :


T

Ai

dimana

i 1

A A m A

Dalam penentuan kembali lokasi sebuah sumber


gempa, solusinya merupakan bentuk dari perkalian
matriks yang disimbolkan dengan (lihat Persamaan
(4)) :

b1
b2

dT 1
dT 2

bM

dT M

2005 FMIPA Universitas Lampung

m = besar
hiposenter

perubahan

pada

koordinat

T i = selisih waktu gelombang datang pada


seismogram.
Dari hubungan dalam persamaan (4),

Ai adalah

matriks A, m adalah matriks x, dan T i adalah


matriks b. Persamaan di atas diselesaikan melalui
azas kuadrat terkecil dan dilakukan dengan metoda
SVD (Singular Value Decomposition)9.

2. METODE PENELITIAN
Dalam riset ini, seismogram terukur dibandingkan
dengan seismogram sintetik, yang dibangun dari
sebuah model bumi IASPEI91 dan solusi CMT
dari gempa tersebut di atas. Seismogram terukur
diperoleh
dari
Databank
IRIS
(http://
dmc.iris.washington.edu) . Seismogram sintetik
dihitung dengan menggunakan program GEMINI.
Untuk mengidentifikasikan fase-fase gelombang
digunakan program perhitungan waktu tempuh
TTIMES. Seismogram terukur, sintetik dan data
waktu tempuh digambarkan secara bersama-sama
dalam sebuah seismogram. Hasil analisa daata
waktu tempuh pada fase-fase gelombang ditera
dengan memperbandingkan letak-letak maksium

145

Bagus Jaya SantosaRelokasi Sumber Gempa

waveform-waveform fase gelombang dimaksud.


Data selisih waktu tiba ini menjadi data primer

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 1 menunjukkan perbandingan seismogram
dari gempa C120597C yang ditangkap di stasiun
observasi DAV, Filipina. Dari pengamatan
terhadap sejumlah fase-fase gelombang antara
terukur dan sintetiknya, terlihat adanya adanya
selisih waktu datang antara seismogram riil dan
seismogram sintetik pada berbagai fase
gelombang. Karena ada banyak perbedaan waktu
tiba fase gelombang yang dapat diamati, maka
diperlukan koreksi atas lokasi hiposenter gempa
sehingga dapat memperbaiki diskrepansi waktu
tempuh tersebut.
Kita dapat mengetahui episenter dan hiposenter
dari sebuah gempa, salah satunya adalah dari
Centroid Moment Tensor
(CMT). Pada
kenyataannya, dijumpai perbedaan waktu tempuh
fase-fase gelombang pada cross korelasi antara
gelombang real dan gelombang sintetiknya.
Dengan adanya perbedaan waktu tempuh tersebut,
koordinat-koordinat hiposenter sumber gempa
harus dikoreksi agar selisih waktu datang fase-fase
gelombang tersebut menjadi lebih minimum.
Dari pengamatan yang telah dilakukan pada
seismogram- seismogram yang terdapat pada
sejumlah stasiun pengamat, diperoleh diskrepansi
seperti yang tercantum dalam Tabel 1. Dari fasefase gelombang yang tertera dalam Tabel 1, kita
dapat melihat, bahwa fase-fase gelombang dalam,
seperti ScS, ScP, PKiKP, juga dapat ditera
diskrepansi waktu tibanya. Penggunaan fase-fase
gelombang dalam ini memperbaiki kestabilan hasil
inversi terhadap kedalaman sumber gempa, karena
antara parameter waktu origin dan kedalaman
sumber gempa terkait erat satu sama lain. Kedua
parameter ini hanya dapat diresolusikan dengan
menggunakan sinar gelombang yang dilepaskan ke

146

untuk program inversi, seperti telah dijelaskan


dalam seksi teori.
atas (ke permukaan bumi) dan ke bawah (langsung
ke inti bumi).
Tanda negatif pada residual waktu datang fase
gelombang menunjukkan bahwa gelombang
datang yang terekam pada seismogram real
terlambat datang daripada waktu datang dari fase
gelombang yang telah diperkirakan oleh
seismogram sintetik.
Pertama dianalisa terlebih dahulu, distribusi dari
jarak episentral dan azimut stasiun pengamat
terhadap episenter, apakah jaringan stasiun
pengamat melingkupi episenter.
Dari Tabel 2 kita dapat melihat, bahwa kolom
azimuth mempunyai nilai yang bervariasi. Ini
menunjukkan bahwa pola distribusi / tebaran stasiun-stasiun observasi cukup baik, mereka mengitari episenter gempa, sehingga sumber ketidakpastian pada lokasi episenter dapat direduksi.
Masalah lokasi dari sebuah sumber gempa adalah
untuk menentukan koordinat-koordinat hiposenter
yang terdiri dari (T0, h, , ). T0 adalah waktu
awal terjadinya gempa bumi. Waktu ini menjadi
dasar
pengukuran
untuk
waktu
tempuh
gelombang-gelombang
yang
datang
pada
seismograph, yaitu dengan mengurangkan waktu
GMT gelombang datang pada waktu gempa.
Masalah selanjutnya adalah untuk memprediksi
waktu tempuh gelombang-gelombang seismik
yang diberikan oleh sebuah sumber patahan
tertentu, geometri terhadap stasiun pengamat, dan
struktur kecepatan seismik di dalam bumi. Semua
hal tersebut dibutuhkan untuk menentukan
jalannya gelombang yang melintas dari sumber
gempa ke receiver.

2005 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains Tek., Desember 2005, Vol. 11, No. 3

Gambar 1. Pengamatan terhadap seismogram di stasiun DAV (orfeus.knmi.nl)


Tabel 1. Data selisih waktu antara terukur dan sintetik.
No

Stasiun

Phase

T dt

No

Stasiun

Phase

T dt

BILL

Pn

5.25

42

KMI

4.24

Sn

43

PcP

3.95

SbSb

-1.64

44

PP

2.34

PcP

8.56

45

ScP

6.31

ScP

4.92

46

8.26

ScS

9.38

47

ScS

9.7

PKiKP

16.33

48

SS

8.27

SkiKP

10.67

49

PKKPdf

-4.17

PKKPdf

10.21

10

SKKPdf

-5.94

11

5.41

50

12

MAJO

PcP

7.31

51

13

ScP

8.99

14

ScS

8.85

15

SKiKP

9.84

16

PKKPdf

8.28

7.36

PP

4.41

52

12.65

53

PkiKP

-6.02

54

SS

11.26

55

SkiKP

7.91

SKKPdf

-4.95

6.41

56

12.27

PcP

3.31

57

9.27

20

PP

21

ScP

5.52

58

PkiKP

0.65

9.63

59

ScS

-9.82

22
23

PKiKP

14.26

60

SkiKP

16.48

ScS

12.37

61

PKKPdf

15.01

24

SKiKP

18.93

62

SKKPdf

4.87

25

PKKPdf

3.97

26

SKKPdf

9.23

27

SKKSdf

7.26

17
18

SFJ

19

28

KBS

10.69

63

PcP

3.56

64

30

12.42

31

ScS

13.53

32

SKiKP

33

SKKPdf

ENH

KIP

6.45

PcP

14.83

65

9.37

66

SnSn

4.68

14.53

67

ScP

13.59

9.19

68

ScS

19.25

SKKSdf

-3.75

69

PKKPdf

16.320

Pn

16.96

70

6.03

36

Sn

22.61

71

PcP

-10.55

37

SbSb

10.67

72

PP

4.14

29

34
35

ADK

HIA

DAV

38

PcP

2.77

73

PkiKP

8.12

39

PkiKP

-7.91

74

ScS

-7.5

40

PKKPdf

3.25

75

SKiKP

8.75

41

SKKPdf

5.96

76

PKKPdf

8.11

77

SKKPdf

-10.36

78

SKKSdf

10.36

2005 FMIPA Universitas Lampung

147

Bagus Jaya SantosaRelokasi Sumber Gempa

Tabel 2. Jarak dan azimuth (Z) antara stasiun pengamat dan sumber gempa
No

Stasiun

Delta

Azimuth

BILL

13.383500

108.965561

KMI

52.172050

38.821342

MAJO

24.496286

34.137844

SFJ

55.731491

-22.086035

ENH

44.395947

40.804943

KIP

44.797585

-31.650663

KBS

45.054462

23.928719

ADK

12.981326

-68.465988

HIA

26.176302

61.465378

10

DAV

55.912659

24.409779

Tabel 3. Eigenvalue dari matriks A


No

Notasi

Nilai Eigen

w1

3548.090088

w2

1819.226807

w3

8.338865

w4

0.561552

Tabel 4. Perubahan pada koordinat lokasi awal


No

148

Notasi

Nilai Koreksi

T0

6.260000 s

-1.191115 km

-0.003989 rad

-0.005498 rad

2005 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains Tek., Desember 2005, Vol. 11, No. 3

Gambar 3. Perbandingan seismogram riil dan sintetik, yang dibentuk dari hasil relokasi sumber gempa di
stasiun SFJ, Greenland.
yang relatif mendekati nol (tegak lurus vektor
Dengan mengasumsikan waktu tempuh untuk
eigen yang real) dihilangkan, maka sumbangan
masing-masing gelombang sebagai Ti(m) = T(m,
dari V kosong hilang, dan akibatnya E2 < E1. Oleh
T
, ) dari sebuah sumber gempa pada m = (T0,
karena itu elemen w yang terkecil harus dinolkan
h, , ) ke sebuah receiver yang berada pada
agar didapatkan solusi untuk perubahan koordinat
lokasi yang stabil.
koordinat ( , ) dapat ditentukan, maka model
tersebut dapat ditulis dalam bentuk :
Hasil akhir dari metode SVD yang telah dilakukan
T cal i T i T 0
terhadap problem untuk menentukan perubahan
dengan Tcal ini merupakan waktu datang yang
lokasi sebuah sumber gempa yang terjadi di
dihitung pada masing-masing gelombang dengan i
Kamtshatka dapat dilihat pada Tabel 4.
menyatakan nomor fase-fase gelombang yang
Tabel 4 memperlihatkan perubahan nilai origin
terobservasi. Karena Ti (m, i , i ) menyatakan
time T0 yang cukup besar. Hal ini menunjukkan
perhitungan waktu tempuh gelombang terhadap
bahwa
koordinat lokasi sumber gempa tersebut
struktur kecepatan yang komplek di dalam interior
tidak
sensitif
terhadap waktu awal gempa terjadi,
bumi yang bulat, maka jelas bahwa perhitungan Ti
karena
koordinat
lokasi sumber gempa itu sendiri
bukanlah suatu persamaan linier, melainkan
sebenarnya tidak tergantung pada waktu awal
bersifat non-linear.
kejadian, tetapi tergantung pada waktu datang
berbagai fase gelombang. Hasil dari relokasi ini
Sebuah problem liniearisasi atas persamaan non
kemudian digunakan sebagai input pada program
liniear (lihat bagian Tcal) untuk menentukan
GEMINI guna mendapatkan seismogram sintetik,
perubahan pada masing-masing koordinat lokasi
kemudian dibandingkan dengan seismogram
sebuah sumber gempa dinyatakan dengan :
sintetiknya. Perbandingan seismogram dilaksaAi m
t
nakan pada stasiun observasi SFJ, Greenland,
seperti dapat kita lihat dalam Gambar 3.
A
sendiri merupakan sebuah matriks
dimana i
yang terdiri atas derivatif-derivatif masing-masing
Kedalaman dan waktu origin adalah dua parameter
koordinat. Persamaan ini kemudian diselesaikan
yang paling sulit ditentukan secara bersamaan,
secara iteratif dengan menggunakan metode
diantara parameter-parameter yang lain. Kedua
inversi kuadrat terkecil.
parameter ini terkopel, sehingga ada resiko kolom
pertama dan kedua dalam matriks A akan
Dari hasil diagnosa metode
Singular Value
mendekati independen. Ini dapat dihindari
Decomposition (SVD), didapatkan eigen value dari
menggunakan nilai parameter sinar p dengan
matriks A, dimana matriks A didekomposisi
variasi yang lebar. Ini didapatkan jika kita dapat
T
menjadi A U w V , dimana nilai-nilai Eigen w
menganalisa fase-fase gelombang yang menjalar
dapat dilihat dalam Tabel 3.
dalam arah dekat datar dan menjalar dalam arah
tegak ke bawah. Fase-fase ini sendiri didapatkan
Apabila dilihat kondisi angka pada matriks Eigen
dari gelombang-gelombang yang mengalami
w, yaitu perbandingan antara elemen w terbesar
refleksi pada permukaan, yaitu sP dan pP. pP
-3
dengan yang terkecil sebesar (wn/wk) < 10 ,
merupakan gelombang yang impulsif dan cukup
kondisi angka tersebut dianggap berhingga
mudah dibaca secara akurat. Ini dapat kita peroleh
sehingga matriks tersebut tidak bisa dikatakan
jika gempa yang dianalisa adalah gempa dalam,
singular. Tetapi oleh adanya satu nilai dari wj yang
sehingga ada beda waktu yang cukup antara waktu
nilainya kecil menyebabkan solusi terhadap
tempuh gelombang P dan gelombang pP. Gempa
perubahan lokasi sumber gempa menjadi sangat
yang dianalisa dalam riset ini adalah termasuk
sensitif terhadap elemen koordinat yang ada.
gempa dangkal, sehingga kita tidak dapat
Elemen wj yang kecil berkaitan dengan
memanfaatkan fase gelombang pantul. Sebagai
ketidakstabilan, dan mempunyai vektor eigen yang
alternatifnya kita manfaatkan analisa pada
relatif yang relatif mendekati nol. Apabila nilai wj
gelombang dalam, yaitu PcP, ScP, dan sebagainya.
yang kecil ini berkorespondensi dengan kolom
Karena itu kedua parameter gempa, yaitu
dalam matriks V yang memberikan kombinasi
kedalaman dan waktu origin, dapat kita pisahkan
linier pada solusi perubahan lokasi sumber gempa,
dengan baik, sebagaimana ditunjukkan oleh
hal ini bisa menyebabkan timbulnya kesalahan
distribusi nilai Eigen matriks w, seperti dapat kita
dalam perhitungan yang berkaitan dengan solusi
lihat pada Tabel 3.
vektornya. Artinya nilai wj yang kecil ini menjadi
penyumbang terbesar pada sumasi E, dimana
4. KESIMPULAN
E
V T V . Dengan mengenolkan wj yang
nilainya relatif mendekati nol, berarti vektor eigen
Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan

2005 FMIPA Universitas Lampung

149

Bagus Jaya SantosaRelokasi Sumber Gempa

perubahan pada lokasi hiposenter, selisih antara


lokasi hiposenter baru dan lama bernilai kecil,
tetapi untuk waktu origin mengalami perubahan
sebesar 6,26 detik lebih belakang dari waktu origin
lama dan kedalaman hiposenter kini menjadi 32,4
km. Nilai perubahan waktu sebesar ini akan
meminimalkan diskrepansi pada pengamatan
waktu tiba gelombang P. Apabila perubahan lokasi
dalam bidang horisontal (satuan radial) tadi
dikonversikan ke dalam satuan km, menjadi sekitar
1,2 km. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan
yang besar terjadi pada saat terjadinya gempa.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dreger, D.S. 2002. Time-Domain Moment
Tensor INVerse Code (TDMT\_INVC), The
Berkeley Seismological Laboratory (BSL),
report number 8511.
2. Gubbins, D., 1990. Seismology and Plate
Tectonics, Cambridge University Press,
Cambridge
3. Dziewonski, A.M. and Anderson, D.L., 1981,
Preliminary reference Earth model, Phys. of the
Earth and Plan. Int., 25: 297 -356

5. Dalkolmo,
J.
1993.
Synthetische
Seismogramme
fuer
eine
sphaerisch
symmetrische, nichtrotierende Erde durch
direkte Berechnung der Greenschen Funktion,
Diplomarbeit, Inst. fuer Geophys., Uni.
Stuttgart
6. Friederich, W. and Dalkolmo, J. 1995.
Complete synthetic seismograms for a
spherically symmetric earth by a numerical
computation of the green's function in the
frequency domain}, Geophys. J. Int., 122: 537550.
7. Santosa, B.J. 2001 Mempelajari Model Bumi
Berlapis dengan Seismogram, Majalah IPTEK,
13(3): 25 - 33.
8. Bulland, R. and Chapman, C. 1983. Travel
time Calculation, BSSA, 73: 1271 - 1302
9. Press, W.H., Flanery, B.P., Teukolsky, S.A.
and Vetterling, W.T. 1996. Numerical Recipes,
Cambridge University Press.

4. Kennett, B.L.N. 1991. IASPEI 1991,


Seismological Tables, Research School of
Earths Sciences, Australian National University

150

2005 FMIPA Universitas Lampung

You might also like