Professional Documents
Culture Documents
B. PENGEMASAN (PACKAGING)
Menurut KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN
REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
HK.00.05.4.1745
TENTANG KOSMETIK, wadah adalah kemasan yang bersentuhan
langsung dengan isi. Menurut SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71
peraturan tentang pembungkus dan penandaan wadah, wadah
adalah salah satu komponen yang penting untuk sediaan farmasi, karena
ketidaksesuaian wadah akan mempengaruhi obat secara keseluruhan
termasuk kestabilan dan efek terapi obat. Menurut USP, wadah adalah
alat untuk menampung suatu obat, atau mungkin dalam hubungan
langsung dengan obat tersebut.
Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup, dan selubung sebelah
luar, artinya keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan
dan/atau disimpan. Kemasan adalah penyatuan dari bahan yang
dikemas (bahan yang diisikan) dan pengemas. Bahan kemas yang kontak
langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan sebagai bahan
kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya seperti kotak
terlipat, karton dan sebagainya dinamakanbahan kemas sekunder.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
C. WADAH GELAS
Gelas umumnya digunakan untuk kemasan dalam farmasi, karena
memiliki mutu perlindungan yang unggul, ekonomis, dan wadah tersedia
dalam berbagai ukuran dan bentuk. Gelas pada dasarnya bersifat inert
secara kimiawi, tidak permeable, kuat, keras dan disetujui FDA. Gelas
tidak menurun mutunya pada penyimpanan, dan dengan sistem
penutupan seperlunya dapat menjadi penghalang yang sangat baik
terhadap hampir setiap unsur, kecuali sinar. Gelas berwarna dapat
memberi pelindungan terhadap cahaya bila diperlukan. Kekurangan
utama dari gelas sebagai kemasan adalah karena mudah pecah dan
berat.
Komposisi gelas
Gelas terutama tersusun dari pasir (silica yang hampir murni),
soda abu (natrium karbonat), batu kapur (kalsium karbonat),
dan cullet (pecahan gelas yang dicampur dengan batchpembuatan dan
berfungsi sebagai bahan penyatu untuk seluruh campuran). Kation yang
paling umum didapatkan dalam bahan gelas farmasi adalah silicon,
alumunium, boron, natrium, kalium, kalsium, magnesium, zink, dan
barium. Satu-satunya anion yang penting adalah oksigen. Boron oksida
ditambahkan untuk membantu proses pencairan. Timah dalam jumlah
kecil membuat gelas jernih dan berkilau. Alumina (Alumunium oksida)
sering digunakan menambah kekerasan dan keawetan serta menambah
ketahanan terhadap reaksi kimia.
Tipe Gelas
Gelas yang digunakan untuk kemasan dalam mengemas sediaan
farmasi digolongkan menjadi empat kategori tergantung pada bahan
kimia dari gelas tersebut dan kemampuannya untuk mencegah peruraian,
yaitu
1. Tipe I borosilicate glass (gelas borosilikat dengan daya tahan
tinggi)
Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation tanah diganti
oleh boron dan atau alumunium serta zink. Mempunyai daya tahan
Alat:
Spektrofotometer dengan kepekaan dan ketelitian yang sesuai untuk
pengukuran jumlah cahaya yang ditransmisi oleh wadah sediaan farmasi yang
terbuat dari bahan gelas.
Penyiapan contoh:
Potong wadah kaca dengan gergaji melingkar yang dipasang dengan
roda abrasif basah, seperti suatu roda berlian. Wadah dari kaca tiup dipilih
bagian yang mewakili ketebalan rata-rata dinding dan potong secukupnya
hingga dapat sesuai untuk dipasang dalam spektrofotometer. Wadah gelas tadi
dicuci dan dikeringkan dengan hati-hati untuk menghindari adanya goresan pada
permukaan. Gelas contoh kemudian dibersihkan dengan kertas lensa dan
dipasang pegangan contoh dengan bantuan paku lilin.
Prosedur:
Potongan diletakkan dalam spektrofotometer denagn sumbu silindris
sejajar terhadap bidang celah dan lebih kurang di tengah celah. Jika diletakkan
Ukuran
nominal
(dalam ml)
1
2
5
10
20
50
Catatan setiap wadah dengan ukuran antara seperti yang tertera pada tabel di
atas menunjukkan transmisi tidak lebih dari wadah ukuran lebih besar seperti
yang terterapada tabel. Untuk wadah lebih dari 50 ml, gunakan batas untuk 50
ml.
2. Uji Tahan Bahan Kimia
Prinsip: Menetapkan daya tahan wadah kaca atau gelas baru (yang belum pernah
digunakan) terhadap air. Tingkat ketahanan ditentukan dari jumlah alkali yang
terlepas dari kaca karena pengaruh media pada kondisi ynag telah ditentukan.
Pengujian dilakukan di ruangan yang relatif bebas dari asap dan debu
berlebihan.
Tabel 3. Alat dan pereaksi untuk uji bahan kimia
Alat
Pereaksi
wadah lebih kecil, gabungkan isi dari beberapa wadah untuk memperoleh
voluyme 100 ml. Masukkan kumpulan contoh dalam labu erlenmeyer 250 ml
terbuat dari kaca tahan bahan kimia, tambahkan 5 tetes larutan metil merah,
titrasi dalam keadaan hangat dengan asam sulfat 0,020N LV. Selesaikan titrasi
dalam waktu 60 menit setelah otoklaf dibuka. Catat volume asam sulfat 0,020 N
yang digunakan , lakukan titrasi blanko dengan 100 ml air kemurnian tinggi pada
suhu yang sama dan dengan jumlah indikator yang sama. Volume tidak lebih dari
yang tertera pada tabel tipe kaca dan batas uji untuk tipe kaca yang diuji.
5. Uji Arsen
Arsen tidak lebih dari 0,1 bpj;gunakan sebagai larutam uji 35 ml air dari 1
wadah kaca tipe I, atau jika wadah lebih kecil , 35 ml dari kumpulan isi dari
beberapa wadah kaca tipe I, yang disiapkan sesuai prosedur seperti yang tertera
pada ketahanan terhadap Air pada suhu 121.
Tutup univial
Zat aktif yang tidak stabil dalam bentuk larutan berada dalam
bentuk kering sampai pada saat akan digunakan. Serbuk zat aktif berada
pada bagian bawah vial sedangkan diluen steril berada pada bagian atas.
Dua bagian vial ini dibatasi oleh karet, yang akan bergeser akibat adanya
tekanan hidrostatik dari tekanan yang diberikan pada tutup univial. Saat
karet tergeser, akan terjadi proses pencampuran dan disolusi dari serbuk
zat aktif pada kompartemen bagian bawah.
Jenis karet yang dapat digunakan sebagai tutup:
Karet alami atau mentah
Diperoleh dari lateks(getah)Hevea brasiliensis. Tidak dapat
digunakan jika tidak ditambahkan bahan-bahan yang dapat memperbaiki
sifat fisika dan kimianya. Bahn yang ditambahkan diantaranya vulcanizing
agent (misalnya sulfur), akselerator untuk mengurangi jumlah sulfur yang
digunakan (contoh senyawa thiazol dan thiuran), aktivator (contoh asam
stearat atau garam stearat) untuk meningkatkan aktivitas akselerator,
pengisi (contoh karbon hitam atau magnesium karbonat) untuk
memperkuat sifat kimia, antioksidan (contohnya fenol) untuk mengurangi
oksidasi karet yang dikatalisis oleh cahaya, tembaga, dan mangan. Karet
dapat diwarnai dengan pigmen seperti besi oksida, sulfide, dan pewarna
coal tar. Dapat juga ditambahkansoftening agent atau lubrikan.
Karet sintetis
Memiliki sifat lebih resisten terhadap temperatur tinggi dan waktu,
serta lebih mahal dibandingkan karet alami. Namun karet sintetis lebih
keras daripada karet alami sehingga dibutuhkan lebih banyak softening
agent(contoh dibutilftalat) untuk meningkatkan elastisitasnya.
2.
Klasifikasi Elastomer
Elastomer biasanya diklasifikasikan sebagai elastomer jenuh dan tak
jenuh, berdasarkan jumlah ikatan rangkap reaktif pada rantai utama atau
rantai samping elastomer. Semakin tinggi ketidakjenuhannya, semakin
besar jumlah ikatan rangkap karbon yang reaktif. Derajat ketidakjenuhan
menentukan sifat fisik dan kimia elastomer, yang sangat mempengaruhi
sifat dari formulasi karet.
Jenuh (saturated)
Butil; Chloro,
bromo,
dan
butil
terhalogenasi;Karet etilen-propilen; Karet
etilen-propilen-dien;
Silikon;
Uretan;
Fluoroelastomer
Tak jenuh (unsaturated) Styrene butadiene; Poliisopren; Nitril;
Neopren polibutadien
Elastomer
Nama
kimia
Resistensi
terhadap
uap air
Resistensi
terhadap
transmisi
gas
Coring
Cukup
Buruk
Baik
Buruk
M
e
p
d
C
Baik
Cukup
Buruk
Baik
Buruk
Cukup
Sangat
baik
Sangat
baik
Cukup
Baik
Baik
Baik
Buruk
Baik
Baik
Sangat
baik
Sangat
baik
Sangat baik
Sangat baik
Sangat
baik
Sangat
baik
Sangat
baik
Buruk
Sangat
baik
Baik
Buruk
Baik
Sangat baik
Sangat
baik
Compressio Buruk
n recovery
Shelf life
Baik
Resistensi
terhadap
panas
Resistensi
terhadap
air
Resistensi
terhadap
Minyak
hewani
Resistensi
terhadap
Minyak
nabati
Resistensi
terhadap
minyak
mineral
Resistensi
terhadap
Pelarut
alifatis
Resistensi
terhadap
Pelarut
aromatis
Resistensi
terhadap
Uretan
Baik
Cukup
Baik
Isosianat
Poliester
S
b
B
s
Baik
Sangat
baik
Sangat baik
Sangat
baik
Buruk
Buruk
Baik
Cukup
Sangat baik
Sangat
baik
Buruk
Buruk
Baik
Buruk
Sangat baik
Sangat
baik
Baik
Baik
Buruk
Buruk
Buruk
Buruk
Baik
Baik
Baik
Buruk
Buruk
Buruk
asam encer
Resistensi
terhadap
Basa encer
Baik
Ketahanan
terhadap
abrasi
Resiliensi
Cukup
Ketahanan
terhadap
ozon
Ketahanan
terhadap
radiasi
Baik
Baik
Baik
Buruk
Sangat
baik
Cukup
Cukup
Sangat baik
Sangat
baik
Sangat
baik
Sangat baik Buruk
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat
baik
Baik
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
Baik
Buruk
Baik
Jenis
Vulcanizing agent
Elastomer
Karet
alami Sulfur
dan
Senyawa mengandung sulfur (contoh tetrametil
poliisopren
tiuram disulfida)
Peroksida
Karet
stiren Sulfur
butadien
Karet nitrit
Sulfur
Peroksida
Kadmium dan magnesium oksida
Neopren
Sulfur
Senyawa mengandung sulfur
Zinc dan magnesium oksida
Polibutadien
Sulfur
Senyawa mengandung sulfur
Peroksida
Butil
halobutil
dan Sulfur
Resin
Zinc oksida (halobutil)
Etilen propilen Peroksida
Karet
etilen Peroksida
propilen dien
Senyawa mengandung sulfur
Silikon
Peroksida
Uretan
Peroksida
poliester
Sulfur
Uretan
Sulfur
poliester
Fluoroelastom Senyawa amin
er
Akselerator
Akselerator mengurangi waktu vulkanisasi dengan meningkatkan
kecepatan vulkanisasi. Zat ini bukan katalisator karena ia mengalami
perubahan kimiawi dan seringkali juga bekerja sebagaicross-linking
agent. Vulkanisasi dengan sulfur harus disertai akselerator agar
menghasilkan derajat cross-linking yang efektif. Akibat reaktivitasnya,
beberapa akselerator dapat membentuk senyawa toksik seperti 2-(2Hidroksi-etilmerkapto)-benzotiazol dari akselerator merkaptobenzotiazol,
dan akselerator tetrametiltiuram dapat membentuk senyawa toksik
nitrosamin.
Akselerator yang digunakan pada vulkanisasi dengan sulfur :
- Amina
- Heksametilen tetramin
- Ditiokarbamat
- Zinc dibutilditiokarbamat
- Sulfonamid
- N-t-butil-2-benzotiazol
- Tiazol
- 2-Merkaptobenzotiazol
-Tiuram
- Tetraetiltiuram disulfida
Aktivator
Aktivator berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi cross-linking dengan
cara bereaksi dengan akselerator, menghasilkan senyawa yang lebih
efisien. Aktivator yang umum digunakan adalah zinc oksida dan asam
stearat. Pada sistem vulkanisasi sulfur konvensional, zinc oksida dan asam
stearat
digunakan
sebagai
koaktivator.
Reaksi
vulkanisasi
ini
menghasilkan zinc stearat sebagai produk sampingan. Garam zinc dapat
diekstraksi dari tutup karet yang mengandung zinc oksida. Hal itu
mungkin tidak mempengaruhi kemasan, tetapi obat yang sensitif
terhadap zinc dapat kehilangan potensinya.
Antioksidan-antiozon
Fungsi
Elastomer
Pengisi
Plasticizer-lubrikan
Pewarna
Aktivator
Aktivator
Akselerator
Akselerator
Antidegradasi
(BHT)
Sulfur
Vulcanizing agent
Fungsi
Elastomer
Pengisi
Plasticizer-lubrikan
Pewarna
Pewarna
Antidegradasi
Vulcanizing agent
Akselerator
Fungsi
Elastomer
Pengisi
Plasticizer-lubrikan
Aktivator
Aktivator
Akselerator
Akselerator
Vulcanizing agent
Fungsi
Elastomer
Pengisi
Pewarna
Vulcanizing agent
aluril sulfat, dan autoclave dalam larutan asam selama 15 atau 30 menit
juga sudah dianggap cukup.
Aseton memiliki kelebihan yaitu dapat membunuh bakteri, fungi
atau virus paad suhu 20 C atau lebih tinggi, tetapi cukup berbahaya
karena bersifat eksplosif. Larutan asam atau aqua pro injectioe jauh lebih
mudah dari Natrium Lauril sulfat. Oleh karena itu, pencucian sederhana
sudah cukup sebagai langkah presterilisasi, tetapi penelitian menunjukkan
bahwa semakin panas air yang digunakan untuk mencuci tutup maka
pencucian lebih efektif. Cara sterilisasi tutup elastomerik adalah dengan
sterilisasi uap.
Ringkasan Siklus Treatment Tutup Menurut Sistem Pharma- TecknikSineja
Langkah
Penjelasan
Waktu
Suhu
(menit)
(C )
Loading
Mengambil 30000 tutup injeksi
4
20
20 mm.
Pencucian Menambahkan aqua
10
20-99
demineralisata
Memanaskan dengan uap
bersih langsung (direct clean
steam)
Dan penambahan 5% deterjen
nonionik pada 70 C.
Konsentrasi deterjen dalam
reaktor 0,03%. Mengagitasi
tutup dengan injeksi uap.
Menghilangkan deterjen
dengan aqua demineralisata
dingin
Pembilasan
Membilas dengan aqua
8
99-30
1
demineralisata dingin dan
udara terkompresi
(compressed air)
Pembilasan
Memanaskan uap bersih
12
30-20
2
langsung dan menambahkan
sejumlah terukur minyak
silikon
Silikonisasi Mengagitasi tutup dengan
5
20-99
injeksi uap minyak silikon
Menambahkan uap bersih dari
atas sampai bawah
Sterilisasi
99-100
88-105
2
2
16
105
121
121
121
2
100
60
100- 70
10
70
70
aktif atau zat lain dalam sediaan dan dapat terjadi melalui mekanisme
berikut :
Absorpsi oleh karet
Bakterisid mengalami partisi antara larutan injeksi dan karet menurut
koefisien partisinya. Fenol dan benzyl alcohol lebih tertarik pada air dan
tidak diabsorpsi oleh karet. Namun bakterisid lain seperti klorokresol dan
fenil merkuri nitrat sangat tertarik oleh karet dan diabsorpsi kuat oleh
karet. Untuk mengatasi masalah ini, BP menyatakan bahwa tutup karet
harus dilindungi dengan larutan yang mengandung bakterisid dalam
konsentrasi dua kali lebih tinggi dari konsentrasi dalam larutan injeksi.
Larutan pelindung tersebut juga harus mengandung bahan lain yang
mungkin diabsorpsi dari larutan injeksi.
Kehilangan akibat penguapan melalui permukaan luar tutup
karet
Setelah tercapai ekuilibrium, bakterisid menguap ke atmosfer melalui
permukaan tutup karet. Kehilangan ini dapat dikurangi dengan melapisi
tutup dengan bahan yang kurang permeable (contoh : paraffin wax).
Bahan yang digunakan untuk melapisi itu juga terbatas jenisnya karena
bahan tersebut tidak boleh rapih. Pemecahan lainnya yaitu dengan
mengurangi luas permukaan tutup yang terpapar udara dan dengan
meningkatkan ketebalannya. Beberapa tutup karet dilaporkan mengurangi
aktivitas antioksidan natrium metabisulfit atau sulfur dioksida akibat
adsorbsi larutan injeksi. Untuk injeksi dalam larutan minyak, tutup karet
yang digunakan harus tahan terhadap minyak.
Uji Tutup Karet Elastomerik
1. Prosedur Uji Biologi
Ada dua tahap pengujian. Tahap pertama adalah uji reaktivitas secara
biologi invitro. Bahan yang yeng memenuhi syarat uji invitro, tidak perlu
dilakukan uji tahap kedua. Bahan yang tidak memenuhi syarat invitro
lanjutkan dengan tahap kedua yaitu uji intrakutan yaitu uji reaktivitas
secara biologi invitro.
2. Prosedur Uji Fisikokimia
Uji berikut dimaksudkan untuk menetapkan sifat fisikokimia yang
berhubungan dengan ekstraksi tutup elastomeric. Karena uji berdasarkan
pada ekstraksi elastomer, maka jumlah luas permukaan dari contoh yang
akan diekstraksi adalah penting. Dalam tiap pengujian ditetapkan luas
permukaan untuk diekstraksi pada suhu yang telah ditetapkan. Metode uji
direncanakan untuk mengetahui variasi utama yang diharakan.
Larutan pengekstraksi:
a. Air murni
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Farmakope Indonesia Edisi IV.Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta. 1995
Voight, R. Buku Pelajaran Teknologi Farmsi.Terjemahan Soendani N.S. Gadjah
Mada University Press. 1995
Lachman, Leon, Herbert A. Lieberman, Joseph L. Kanig. Teori dan Praktek
Farmasi Industri III, Penerjemah Siti Suyatmi. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta. 1994
http://www.bridgat.com/glass_bottle_packing-o37443.html. diakses tanggal 11
oktober 06.50 WIB.