You are on page 1of 6

Komentar :

Hal pertama yang tercetus dalam benak seseorang ketika mendengar istilah bisnis adalah
berniaga atau berdagang. Bisnis merupakan topik yang bersifat akademis, dengan bahasa yang
akademis pula meskipun aktivitasnya banyak dilakukan oleh kalangan popular. Bisnis seringkali
dihubungkan dengan kegiatan ekonomi, terutama terkait persoalan produksi, konsumsi, dan
distribusi. Namun bisnis lebih menekankan pada usaha komersial dalam bidang perdagangan
daripada membicarakan tentang kelangkaan seperti dalam studi ekonomi. Studi tentang bisnis
mempelajari fenomena dalam lingkup perdagangan yang bersifat profit dan komersial.

Ketika bisnis tak lagi asing dalam suatu masyarakat, bisnis akan terus berkembang, baik dalam
hal produk, cara transaksi, maupun cakupan pasar. Perkembangan bisnis, utamanya terlihat
dalam perluasan pasar, memungkinkan adanya penambahan kata internasional setelah kata
bisnis. Penambahan kata ini bermakna pada interaksi bisnis yang tidak hanya dilakukan dalam
wilayah domestik atau lokal saja, melainkan juga bisa dilakukan secara lintas batas dan negara.
Perluasan makna ini dapat dikatakan merupakan produk dari globalisasi. Globalisasi disebutkan

oleh Daniels et. al. (2007:6) merupakan proses memperdalam hubungan dan memperluas
interdependensi di antara manusia di dunia tanpa mengenal batas negara. Aksi global kemudian
tidak hanya terjadi dalam ranah politik atau keamanan saja (high politics), melainkan juga
ekonomi, budaya, lingkungan, dan bahkan bisnis (low politics). Bisnis internasional kemudian
dimaknai sebagai kegiatan perniagaan lintas negara dengan adanya transaksi komersial antara
dua negara atau lebih, baik oleh pihak swasta yang mementingkan profit, maupun pemerintah
yang tidak terfokus pada profit (Daniels et. al., 2007:7). Ball[1] (www.google.co.id)
menambahkan bahwa transaksi bisnis juga mencakup perdagangan internasional,
pemanufakturan di luar negeri, juga industri jasa seperti dalam bidang transportasi, pariwisata,
perbankan, periklanan, konstruksi, dan komunikasi massa.

Problema yang menjadikan bisnis internasional layak dipelajari adalah kompleksnya persaingan
antarperusahaan internasional, perkembangan modus operasi yang mungkin berbeda dari bisnis
domestik, pengaplikasian bisnis berdasarkan ciri khas masing-masing negara, serta memberikan
pemahaman mengenai kebijakan pemerintah terkait yang patut didukung (Daniels et. al.,
2007:7). Perusahaan yang beroperasi secara internasional harus mengetahui misi yang akan
dilakukan, tujuan yang akan dicapai, dan strategi yang harus diterapkan (Daniels et. al.,
2007:16). Operasi bisnis internasional bertujuan untuk meningkatkan penjualan, memperoleh
sumber daya, dan meminimalkan risiko. Penjualan produk dihasilkan dari kepentingan,
kesediaan, dan kemampuan konsumen untuk membeli produk tersebut. Peningkatan penjualan,
dalam hal ini memperluas pasar secara internasional, berbanding lurus dengan peningkatan pasar
dan profit potensial. Sejalan dengan peningkatan profit melalui penurunan biaya produksi, dapat
dilakukan melalui aksesibilitas sumber daya alam di negara lain yang harganya lebih murah,
dengan varietas yang mungkin berbeda sehingga produk yang dihasikan pun berbeda atau
bahkan lebih baik. Perusahaan yang beroperasi secara internasional juga dapat meminimalkan
risiko melalui memperhalus penjualan dan profit, serta mencegah kompetitor dalam memperoleh
keuntungan.

Operasi perusahaan secara internasional dalam membangun bisnis internasional dipengaruhi oleh
faktor eksternal dan internal. Secara internal, aktivitas perusahaan terjangkarkan pada objektif,
strategi, dan alat operasi[2]. Alat-alat operasi terdiri dari model, fungsi, dan alternatif. Fungsi
operasi antara lain pemasaran, manufaktur global dan manajemen rantai-penawaran, perhitungan,
finansial, dan sumber daya manusia. Sedangkan model dari operasi bisnis adalah impor dan
ekspor (termasuk pariwisata dan transportasi, lisensi dan franchise, operasi turnkey, dan kontrak
manajemen), dan investasi (terdiri dari investasi langsung dan investasi portfolio). Impor dan
ekspor dalam hal ini termasuk barang ataupun jasa pariwisata dan transportasi. Lisensi dan
franchise dipergunakan ketika perusahaan memperbolehkan pihak lain menggunakan aset
mereka. Operasi turnkey dan kontrak manajemen termasuk kategori penampilan pelayanan

melalui pembayaran upah penggunaan fungsi performance. Sedangkan investasi merupakan


kepemilikan properti asing dalam pertukaran untuk pengembalian finansial, baik secara langsung
(Foreign Direct Investement) yang mencakup kontrol dari perusahaan asing, maupun secara
portfolio dengan tidak adanya kontrol perusahaan asing dan adanya keuntungan finansial.

Faktor eksternal bisnis internasional terdiri dari faktor sosial dan fisik, serta faktor kompetitif[3].
Faktor sosial dan fisik ditentukan oleh kebijakan politik dalam menempatkan bisnis, kebijakan
legal dalam meregulasi bisnis, kebiasaan dan norma dalam alterasi operasi perusahaan, desakan
ekonomi mencakup harga, nilai mata uang, dan ukuran pasar, serta pengaruh geografi dalam
proses produksi. Lingkungan kompetitif yang dirasakan perusahaan akan berbeda bergantung
pada negara setempat dan posisi perusahaan dalam negara tersebut. Kompetitor pun akan
berbeda bergantung pada peringkat kompetisi yang dimiliki perusahaan, serta rival yang
dihadapi. Oleh karena itu, bisnis internasional harus mampu bekerja dengan berbagai kendala
perdagangan dan investasi yang ditetapkan suatu pemerintah. Implikasinya, segala keputusan dan
aktivitas harus dipertimbangkan dengan baik.

Dalam operasinya, bisnis internasional dijalankan oleh perusahaan internasional yang tersebar di
seluruh penjuru dunia. Pengaturan perusahaan secara kolaboratif bekerja secara bersama dalam
operasi internasional, seperti joint ventures, persetujuan lisensi, kontrak manajemen, kepemilikan
minoritas, dan pengaturan kontrak jangka panjang (Daniels et. al., 2007:21). Selain kolaborasi,
operasi perusahaan disebut juga aliansi strategis. Persetujuan dalam aliansi ini lebih bersifat
krtikal terhadap viabilitas kompetitif (Daniels et. al., 2007:21). Aliansi strategis terdiri dari
multinational enterprise (MNE), yaitu perusahaan yang mengambil pendekatan global dalam
produksi dan pasar asing; dan multinational corporation (MNC); perusahaan multidomestik,
yaitu menjalankan bisnis melalui beberapa unit/perusahaan lokal di luar negeri; perusahaan
global, yaitu organisasi yang berupaya untuk membakukan dan memadukan operasi diseluruh
dunia dalam semua bidang fungsional (www.google.co.id).

Bisnis internasional mengalami dinamika dengan berbagai pengaruh pascaglobalisasi. Dalam hal
ini, globalisasi dilihat dalam dimensi liberalisasi yang menggeser perekonomian dunia menjadi
lebih terintegrasi dan saling bergantung satu sama lain (interdependensi). Perkembangan yang
dibawa globalisasi berpengaruh terhadap bisnis internasional terutama melalui ekspansi dan
perkembangan teknologi, liberalisasi perdagangan dan pergerakan sumber daya, pembangunan
pelayanan bisnis internasional, pertumbuhan tuntutan konsumen, peningkatan kompetisi global,
perubahan situasi politik, dan perluasan kooperasi lintas bangsa (Daniels et. al., 2007:9).

Satu hal yang tidak dapat dipungkiri dalam perkembangan dunia adalah ekspansi teknologi yang
amat pesat. Dunia tidak sama dengan beberapa dekade yang lalu ketika transportasi dan
aksesibilitas yang sulit. Teknologi membawa babak baru dalam kemudahan akses dalam
transportasi dan komunikasi. Hal ini tentu juga memberikan warna dalam bisnis internasional
yang semakin dimudahkan sehingga biaya produksi dan distribusi tidak lagi mahal. Namun
kemudahan pergerakan produk harus disertai dengan komunikasi yang baik dalam mengontrol
operasi di luar negeri. Perkembangan teknologi memungkinkan adanya liberalisasi dalam
perdagangan lintas batas dan pergerakan sumber daya. Oleh karena individu merupakan aktor
hubungan internasional non-negara, ia pun berhak menentukan tindakannya sendiri dalam ranah
global. Berkaitan dengan bisnis dan teknologi, individu dapat mengakses berbagai pemuas
kebutuhannya melalui internet. Hal ini kemudian membuat negara menurunkan tingkat
restriksinya terhadap aliran produk perdagangan demi memenuhi kebutuhan warga negaranya
yang menginginkan produk dengan varietas terbaik dan harga rendah. Tuntutan konsumen ini
menyebabkan perusahaan berlomba-lomba memasarkan produk terbaik mereka tanpa
menghiraukan batas negara lagi. Bentuk baru kompetisi pun terbentuk, menghasilkan kompetisi
global yang amat ketat dengan variasi yang beragam. Tidak hanya kemudahan yang didapatkan,
efek negatif dari kata internasional pun muncul, yaitu boros waktu, mahal, dan berisiko. Oleh
karena itu, diperlukan pelayanan yang bisa digunakan untuk mendukung bisnis internasional,
seperti pembayaran transaksi melalui kredit bank, pengelolaan kurs mata uang, dan asuransi.

Bisnis internasional tidak hanya ditentukan oleh pasar dan kondisi alami kompetisi global,
melainkan juga oleh kemampuan pemerintah negara dalam menghadapi tekanan dari
perdagangan dunia. Egosentrisme perusahaan dan negara akan sangat jelas terlihat di sini.
Masing-masing tentu akan berupaya meraih profit yang sebesar-besarnya. Namun dalam
menghasilkan produk dengan kualitas baik tentu membutuhkan komponen yang terbaik pula.
Sayangnya semua negara di dunia memiliki keterbatasan dalam penyediaan komponen ini. Oleh
karenanya, negara menyadari kebutuhan akan adanya kerja sama dengan negara lain demi
mencapai tujuan yang diinginkan. Kerja sama berupa perjanjian, persetujuan, maupun konsultasi
bertujuan untuk memperoleh keuntungan resiprokal, menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan sendiri, baik karena masalah yang terlalu besar, maupun karena masalah yang
dihasilkan oleh tetesan dari negara lain, dan berdamai dengan area fokus yang terletak di luar
batas negara.

Globalisasi dalam perkembangannya memberikan dampak yang signifikan terhadap bisnis


internasional. Globalisasi dalam dimensi produksi memungkinkan pengadaan sumber daya
barang dan jasa dari berbagai lokasi di dunia yang mengambil keuntungan dari perbedaan biaya
dan kualitas modal (kapital, buruh, tanah, energi, sumber daya, dll) suatu negara. Globalisasi
mendorong adanya spesialisasi kerja yang menurunkan biaya produksi dan meningkatkan profit.

Sedangkan dalam dimensi pasar, globalisasi menyatukan pasar yang sebelumnya berbeda dan
terpisah satu sama lain menjadi satu pasar global yang sangat besar karena hilangnya penghalang
dalam melakukan perdagangan antarnegara. Pasar bebas memungkinkan harga produk yang lebih
rendah sehingga konsumen bisa berbelanja produk yang lain.

Tidak hanya dampak positif, globalisasi juga berdampak negatif seiring dengan kemudahan
akses dan keterbukaan pasar. Dampak negatif itu terutama dirasakan oleh para nasionalis yang
mengkhawatirkan terjadinya degradasi nasionalisme melalui ancaman terhadap kemerdekaan
negara. Murahnya produk pasar bebas dikatakan tidak adil karena masih adanya persyaratan
tertentu dari negara pasar. Globalisasi menyebarkan mindset global yang cenderung melupakan
akar kebangsaannya. Hal ini berdampak pada homogenisasi produk, perusahaan, metode
pekerjaan, struktur sosial, dan bahasa (Daniels et. al., 2007:14). Ketakutan lain dihasilkan oleh
ancaman perusahaan asing di suatu negara yang terlalu mendikte pemerintahan melalui
pemindahan perusahaan ke negara lain sehingga memunculkan banyaknya pengangguran. Selain
itu, perusahaan asing lebih berfokus pada maksimalisasi profit daripada menyejahterakan buruh
lokal. Realitanya, buruh lokal diberikan upah seminimal mungkin demi keuntungan maksimal.

Globalisasi juga memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan. Hal ini terlihat pada
pertumbuhan ekonomi pascaglobalisasi seringkali tidak berbasis lingkungan. Eksploitasi sumber
daya alam yang dilakukan perusahaan demi memproduksi permintaan konsumen yang amat
banyak tidak diiringi dengan pelestarian alam. Pembangunan yang dilakukan kemudian tidak
bersifat sustainable melainkan hanya berfokus pada maksimalisasi profit. Pada saatnya nanti,
kerusakan alam akibat polusi, penggundulan hutan, limbah, dll akan menyebabkan perubahan
iklim dan pemanasan global. Tidak hanya berdampak negatif pada alam, pertumbuhan ekonomi
seringkali berjalan tidak adil bagi negara-negara di dunia. Kemakmuran negara maju dan negara
berkembang memang bergerak naik, namun ini tidak lantas memperkecil jarak antara negara
maju dengan negara berkembang, malah semakin memperlebar. Hal ini didukung oleh
kecenderungan perusahaan asing dalam memaksimalkan profit melalui pemampatan biaya
produksi terutama biaya upah buruh. Akhirnya, negara berkembang yang didiami oleh
perusahaan negara maju akan semakin terpuruk, sedangkan negara maju akan terus maju setelah
memperoleh keuntungan bisnis.

Penulis pada akhir paper ini menyimpulkan bahwa bisnis internasional mengalami perluasan
makna sebagai akibat dari perkembangan dunia yang semakin mengaburkan batas wilayah
negara pascaglobalisasi. Bisnis tidak lagi bersifat domestik karena keterbatasan sumber daya
alam di tiap-tiap negara, kemajuan teknologi, pembukaan pasar bebas, dan adanya
kecenderungan untuk melakukan kerja sama. Perusahaan kemudian memiliki visi global untuk

mengeksplorasi seluruh dunia dalam rangka mengetahui pasar, ancaman-ancaman dari para
pesaing, sumber-sumber produk, bahan mentah, dan keuangan; mempertahankan eksistensinya
dalam pasar-pasar kunci; mencari persamaan dan bukan perbedaan di antara berbagai pasar.
Dalam operasi bisnis internasional, berbagai dampak positif dan negatif pun muncul. Di
antaranya, harga produk yang semakin murah dengan variasi yang beragam, mudahnya akses
transaksi, terbukanya pasar yang semakin luas, tereduksinya risiko melalui jaminan asuransi,
terciptanya kerja sama antara perusahaan dan negara dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi negara, dll. Sedangkan aktivitas bisnis di sisi lain juga berakibat pada eksploitasi
sumber daya alam yang berujung pada kerusakan alam, terancamnya eksistensi negara akibat
homogenisasi globalisasi, serta semakin lebarnya jarak kesejahteraan antara negara maju dengan
negara berkembang. Oleh karena itu, berbagai macam problema dalam perkembangan bisnis
internasional menjadikannya menarik untuk dipelajari.

You might also like