Professional Documents
Culture Documents
B. IQ (Intelligence Quotient)
1. Pengertian IQ
Ialah istilah kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar,
perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman
gagasan, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya. Anggapan awal bahwa IQ
adalah kemampuan bawaan lahir yang mutlak dan tak dapat berubah adalah
salah, karena penelitian modern membuktikan bahwa kemampuan IQ dapat
meningkat dari proses belajar.
Kecerdasan ini pun tidaklah baku untuk satu hal saja, tetapi untuk banyak
hal, contohnya ; seseorang dengan kemampuan mahir dalam bermusik, dan yang
lainnya dalam hal olahraga. Jadi kecerdasan ini dari tiap - tiap orang tidaklah
sama, tetapi berbeda satu sama lainnya.
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah suatu kemampuan mental
yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak
dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Sedangkan IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang
diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya
memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak
menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan, dapat dikatakan
pula IQ atau Intelligence Quotient adalah ukuran kemampuan intelektual,
analisis, logika, dari seseorang yang merupakan kecerdasan otak untuk
menerima, menyimpan dan mengolah informasi menjadi fakta.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ
memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut
penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar
umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan atau gen.
IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang
dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan
kecelakaan
karena
perkembangan
kemampuan.
lagi
setelah
otak
bahkan
pada
mencapai
titik
kemasakan,
tertentu
akan
tidak
terjadi
terjadi
penurunan
(kecerdasan
berbicara)
yaitu
alat tes itu dinamakan tes Binet-Simon. Tahun 1916, Lewis Terman, seorang
psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon.
Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan
kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological
age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnya
telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern,
yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet
ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13
tahun.
Salah satu reaksi atas tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum,
Charles Sperman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu
faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang
lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes
yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult
Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale
for Children) untuk anak-anak. Di samping alat-alat tes tersebut, banyak
dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan
dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi IQ anak, antara lain yaitu:
a) Faktor bawaan atau keturunan.
Beberapa kalangan berpendapat
bahwa
faktor
genetik
dapat
tua
yang
memiliki IQ
tinggi
bukan
jaminan
dapat
b.
lebih
cepat
mengolah
pengetahuan
dengan
pendengaran
(auditory),
2. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yaitu lingkungan formal yang mempunyai struktur dan
program yang baku. Menurut hasil penelitian, bahwa otak manusia pada saat
dilahirkan kurang lebih sama. Makin banyak otak digunakan makin banyak
jaringan otak terbentuk, sebaliknya jika otak jarang digunakan maka akan
semakin berkurang jaringan otak tersebut. Maka dari itu, pendidikan anak usia
dini sangat penting dalam upaya optimalisasi potensi anak, dengan demikian
tuntutan bagi pendidik untuk menjadikan pengalaman belajar anak menjadi
pengalaman
belajar
yang
menyenangkan
untuk
mengoptimalkan
Lingkungan masyarakat
Dalam masyarakat anak akan bergaul dengan orang lain sehingga baik
langsung maupun tidak langsung akan saling mempengaruhi pembentukan
pribadi anak.
Adapun fungsi peranan masyarakat dalam pembentukan pola pikir anak.
a. Dengan
melihat
yang
terjadi
di
dalam
masyarakat,
anak
akan
yang
berasal
dari
masyaakat
akan
kembali
anak
tidak
dapat
tumbuh
dengan
sendirinya,
tetapi
harus
kemampuan
dasar
matematika,
dapat
dirangsang
melalui
cara
1. Bahasa
Perkembangan bahasa sangat tergantung dari stimulasi banyak mendengar katakata melalui pembicaraan radio, type, dan kata-kata yang biasa diucapkan oleh
orang tuanya, serta melalui dongeng atau cerita.
2. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi anak membutuhkan syarat mutlak yakni melalui pola asuh
yang penuh perhatian dan kasih sayang.
3. Musik
Stimulasi melalui belajar musik sejak dini dapat membangun kapasitas otak untuk
berfikir visual spasial, matematika dan logika. Masa yang paling baik adalah usia
tiga sampai sepuluh tahun sebab stimulasi suara musik telah sempurna ditangkap
oleh otak.
5. Beberapa ciri dari perilaku individu yang memiliki kecerdasan tinggi adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki daya adaptasi yang tinggi yaitu perilaku cerdas cepat membaca dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b. Perilaku cerdas berorientasi kepada keberhasilan yaitu tidak takut gagal dan
selalu optimis.
c. Memiliki sikap jasmaniyah yang baik, yaitu jika seorang siswa yang intelegen
ketika pelajaran berlangsung duduk dengan baik, menempatkan bahan yang
dipelajari, dan memegang alat tulis dengan baik.
d. Mempunyai motivasi yang tinggi.
e. Memiliki kemampuan yang baik dalam bekerja dalam bilangan dan keevesiensian
dalam berbahasa.
f. Kemampuan mengamati dan menarik kesimpulan dari hasil pengamatan secara
cepat dan tepat.
B. EQ (Emotional Quetient)
1.
PENGERTIAAN EQ
Kecerdasan
emosional
adalah
kemampuan
pengendalian
diri
Hampshire
Kecerdasan
Emosional
Menurut
Para
AhliSalovey
dan
Mayer
Daniel Goleman didalam buku kecerdasan emosi memberi tujuh kerangka kerja
kecakapan ini, yaitu:
1. Kecakapan pribadi yaitu kecakapan dalam mengelola diri sendiri.
2. Kesadaran diri yaitu bentuk kecakapan utuk mengetahui kondisi diri sendiri dan
rasa percaya diri yang tinggi.
3. Pengaturan diri yaitu bentuk kecakapan dalam mengendalikaan diri dan
mengembangkan sifat seperti dipercaya , kewaspadaan , adaptabilitas, dan inovasi.
4. Motivasi yaitu bentuk kecakapan untuk meraih prestasi , berkomitmen,
berinisiatif, dan optimis.
5. Kecakapan sosial yaitu bentuk kecakapan
dalam menentukan seseorang harus menangani suatu hubungan.
6. Empati yaitu bentuk kecakapan untuk memahami orang lain, berorientasi
pelayanan dengan mengembangkan orang lain. Mengatasi keragmana orang lain
dan kesadaran politis.
7. Ketrampilan sosial yaitu betuk kecakapan dalam menggugah tenggapan yang
dikehendaki pada orang lain . kecakapan ini meliputi pengaruh , komunikasi,
kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan,
kolaboradi dan kooperasi serta kemampuan tim.
2. Jenis dan Sifat Emosi
Kecerdasan
emosional
juga
dapat
diartikan
dengan
kemampuan
untuk
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara
fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Daniel Goleman
menggambarkan bahwa otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa
aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual.
Jenis dan sifat emosi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Amarah: Bringas, mengamuk, benci, marah besar, jenkel, kesal hati, terganggu,
berang, tersinggung, bermusuhan, sampai kepada kebencian bersifat patologis.
2. Kesediahan: Pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian,
ditolak, putus asa, dan depresi berat.
3. Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali,
khawatir, waspada, tidak tenang, negeri, kecut, fobia, dan panik.
4. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga,
kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan
luar biasa, dan batas ujungnya mania.
5. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, kasmaran, dan kasih.
6. Terkejut: terkesima, takjub, terpana.
7. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, dan benci.
8. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, aib, dan hati hancur lebur.
3. Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi (EQ).
1. Mengenali emosi diri
Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang
sesungguhnya Anda rasakan.
2. Melepaskan emosi negative
Kemampuan untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri Anda.
menanganinya.
Kemampuan
kita
mengelola
emosi
adalah
bentuk
pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah
sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.
4. Memotivasi diri sendiri.
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat
penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan
menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosionalmenahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan
dalam berbagai bidang.
5. Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang
dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik.
Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan
dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
6. Mengelola emosi orang lain
Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan
antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam
membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua
hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi
antar manusia.
7. Memotivasi orang lain
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali
dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari