You are on page 1of 14

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

MENGENAI PEBEDAAN EQ DAN IQ


DISUSUN OLEH :

AFRIANI INDRIA PUSPITA


DEBBY MARGARETHA
LARISSA SAYUTI
MARLINAWATI SIRINGORINGO
MELVA DAMANIK

PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI

B. IQ (Intelligence Quotient)

1. Pengertian IQ
Ialah istilah kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar,
perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman
gagasan, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya. Anggapan awal bahwa IQ
adalah kemampuan bawaan lahir yang mutlak dan tak dapat berubah adalah
salah, karena penelitian modern membuktikan bahwa kemampuan IQ dapat
meningkat dari proses belajar.
Kecerdasan ini pun tidaklah baku untuk satu hal saja, tetapi untuk banyak
hal, contohnya ; seseorang dengan kemampuan mahir dalam bermusik, dan yang
lainnya dalam hal olahraga. Jadi kecerdasan ini dari tiap - tiap orang tidaklah
sama, tetapi berbeda satu sama lainnya.
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah suatu kemampuan mental
yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak
dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Sedangkan IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang
diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya
memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak
menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan, dapat dikatakan
pula IQ atau Intelligence Quotient adalah ukuran kemampuan intelektual,
analisis, logika, dari seseorang yang merupakan kecerdasan otak untuk
menerima, menyimpan dan mengolah informasi menjadi fakta.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ
memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut
penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar
umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan atau gen.
IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang
dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan
kecelakaan

karena

perkembangan
kemampuan.

lagi

setelah

otak

bahkan

pada

mencapai
titik

kemasakan,

tertentu

akan

tidak

terjadi

terjadi

penurunan

IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami


berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar
pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik ( sakit demam,
lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang
anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara
kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya, apabila seorang anak dengan IQ
tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan lebih cepat dan banyak
dibandingkan dengan anak yang IQnya rendah.
Laurel Schmidt membagi kecerdasan dalam enam macam, antara lain yaitu:
1) Kecerdasan visual (kecerdasan gambar) yaitu untuk keterampilan atau
bakat arsitak, seniman dan designer.
2) Kecerdasan verbal atau linguistik

(kecerdasan

berbicara)

yaitu

keterampilan bagi mereka yang memiliki kecerdasan pengarang atau


menulis, guru, penyiar radio, pemandu acara, presenter, pengacara,
penterjemah, dan pelawak.
3) Kecerdasan musik yaitu keterampilan seperti pengubah lagu, pemusik,
penyanyi, disc jokey, guru seni suara, kritikus musik, ahli terapi musik,
audio mixier (pemandu suara dan bunyi).
4) Kecerdasan logis atau matematis (kecerdasan angka) yaitu keterampilan
bagi mereka yang memiliki kecerdasan seperti ahli metematika, ahli
astronomi, ahli pikir, ahli forensik, ahli tata kota , penaksir kerugian
asuransi, pialang saham.
5) Kecerdasan interpersonal atau cerdas diri yaitu keterampilan atau keahlian
bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah ulama, pendeta, guru,
pedagang, resepsionis, pekerja sosial, perantara dagang, pengacara,
manajer sumber daya manusia.
6) Kecerdasan intrapersonal (cerdas bergaul) yaitu profesi yang cocok bagi
mereka yang memiliki kecerdasan peneliti, ahli kearsipan, ahli agama, ahli
budaya, ahli purbakala, ahli etika kedokteran.
2. Pengukuran Inteligensi
Pada tahun 1904, dua orang asal Perancis yaitu Alfred Binet dan Theodor Simon
merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswasiswa yang memerlukan kelas-kelas khusus yaitu anak-anak yang kurang pandai,

alat tes itu dinamakan tes Binet-Simon. Tahun 1916, Lewis Terman, seorang
psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon.
Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan
kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological
age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnya
telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern,
yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet
ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13
tahun.
Salah satu reaksi atas tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum,
Charles Sperman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu
faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang
lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes
yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult
Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale
for Children) untuk anak-anak. Di samping alat-alat tes tersebut, banyak
dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan
dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi IQ anak, antara lain yaitu:
a) Faktor bawaan atau keturunan.
Beberapa kalangan berpendapat

bahwa

faktor

genetik

dapat

mempengaruhi taraf intelegensi seseorang. Jika kedua orang tua memiliki


intelegensi, besar kemungkinan anaknya memiliki intelegensi tinggi pula.
Akan tetapi tidak semua fakta itu benar, ada yang kedua orang tuanya
memiliki taraf intelegensi tinggi tetapi mempunyai anak dengan taraf
intelegensi tingkat rata-rata atau bahkan dibawah rata-rata.
Beberapa ahli berpendapat bahwa pengaruh orang

tua

yang

sedemikian besar terhadap perkembangan intelegensi anak adalah lebih


disebabkan oleh upaya orang tua itu sendiri dalam mendidik anak-anaknya.
Dr. Bernard Devlin dari fakultas kedokteran universitas Pitsburg Amerika
Serikat, memperkirakan faktor genetika memiliki peranan sebesar 48%
bentuk IQ anak, sedangkan sisanya adalah faktor lingkungan, termasuk
ketika anak masih dalam kandungan.

Jadi orang tua yang

memiliki IQ

tinggi

bukan

jaminan

dapat

menghasilkan anak ber IQ tinggi pula.


b) Faktor Lingkungan
1. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan dan perkembangan anak dalam berbagai aspek,
tugas penting orang tua akan sangat mendukung apabila mampu
menciptakan suasana rumah menjadi tempat tinggal sekaligus sebagai
basis pendidikan. Maka dari itu lingkungan keluarga harus memberikan
stimulus positif untuk menyiapkan kondisi yang kondusif guna tercapainya
perkembangan yang optimal bagi seorang anak.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan intelegensi
anak cukup besar, hasil penelitian menyimpulkan bahwa lingkungan
keluarga berkorelasi secara signifikan dengan perkembangan intelegensi
anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Garber Ware
disimpulkan bahwa semakin tinggi kualitas lingkungan rumah, cenderung
semakin tinggi pula IQ anak.
Ada dua unsur penting dalam keluarga yang sangat mempengaruhi
perkembangan intelegensi anak yaitu:
a. Adanya jumlah buku, majalah atau materi belajar lainnya yang
terdapat dalam lingkungan rumah.
b. Adanya ganjaran, pengakuan, dan harapan yang diterima anak dari
orang tua atas prestasi akademiknya.
Dalam melaksanakan kegiatan belajar di lingkungan rumah, orang tua perlu
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.

Anak perlu diperhatikan


Perhatian kepada anak merasa senang dan terpadu dalam melakukan
kegiatan. Perhatian yang proporsional akan memunculkan motivasi atau
semangat anak, motivasi ini akan menggerakkan daya cipta yang didorong

b.

oleh potensi yang sudah ada pada diri anak.


Anak mengalami tumbuh kembang yang unik.
Kegiatan belajar yang dilakukan harus disesuaikan dengan tumbuh kembang
anak yang terjadi. Anak memiliki gaya belajar yang berbeda, ada anak yang

lebih

cepat

mengolah

pengetahuan

dengan

pendengaran

(auditory),

gerakan (kinesthetic), dan dengan cara melihat (visual).


c. Waktu kegiatan belajar di rumah bisa lebih banyak.
Di rumah dapat digunakan untuk melakukan kegiatan belajar dengan tidak
meninggalkan pertimbangan memberi keleluasaan dan kebebasan anak
dalam melakukan kegiatan.

2. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yaitu lingkungan formal yang mempunyai struktur dan
program yang baku. Menurut hasil penelitian, bahwa otak manusia pada saat
dilahirkan kurang lebih sama. Makin banyak otak digunakan makin banyak
jaringan otak terbentuk, sebaliknya jika otak jarang digunakan maka akan
semakin berkurang jaringan otak tersebut. Maka dari itu, pendidikan anak usia
dini sangat penting dalam upaya optimalisasi potensi anak, dengan demikian
tuntutan bagi pendidik untuk menjadikan pengalaman belajar anak menjadi
pengalaman

belajar

yang

menyenangkan

untuk

mengoptimalkan

perkembangan anak di masa yang akan datang.


3.

Lingkungan masyarakat
Dalam masyarakat anak akan bergaul dengan orang lain sehingga baik
langsung maupun tidak langsung akan saling mempengaruhi pembentukan
pribadi anak.
Adapun fungsi peranan masyarakat dalam pembentukan pola pikir anak.
a. Dengan

melihat

yang

terjadi

di

dalam

masyarakat,

anak

akan

mendapatkan pengalaman langsung sehingga pengalaman tersebut akan


mudah diingat.
b. Pendidikan anak-anak
kemasyarakat juga.

yang

berasal

dari

masyaakat

akan

kembali

c. Di masyarakat banyak sumber pengetahuan yang mungkin belum didapat


dari lingkungan formal lain.
4. Langkah-langkah yang perlu dikembangkan untuk menumbuhkan IQ
anak antara lain:
a. Melakukan pembelajaran secara dini bagi anak
Kecerdasan

anak

tidak

dapat

tumbuh

dengan

sendirinya,

tetapi

harus

dirangsang, diantaranya dengaan melakukan pembelajaran secara dini bagi


anak. Seperti diperkenalkaan pada kegiatan membaca dan menulis. Kegiatan
semacam ini dapat merangsang daya ingat anak terhadap benda tersebut
sekaligus memperkenalkan anak akan bentuk huruf dan tulisan. Begitu pula
dengan

kemampuan

dasar

matematika,

dapat

dirangsang

melalui

cara

sederhana seperti menghitung jumlah anak tangga, menghitung panjang masa


dengan jengkal si anak, mengukur tinggi dan berat badannya sendiri.
Membangkitkan potensi anak tidak harus menggunakan waktu yang terjadwal
atau waktu khusus, namun dari semua kegiatan sehari-hari yang dialami oleh
anak bisa dijadikan media belajar anak untuk merangsang dan mengasah segala
potensi anak, seperti yang dikatakaan oleh Dr. Seto Mulyadi mengajarkan kepada
orang tua agar mengaitkan semua kegiatan sehari-hari sebagai suatu aktivitas
yang menyenangkan, sehingga dapat menumbuhkan keingintahuan yang besar
serta kemampuaan logika yang baik.
b. Membangun stimulus pada anak.
Pengasuhan dan penyediaan lingkungan yang kaya stimulus juga sangat penting
dalam perkembangan IQ anak, tanpa adanya stimulasi yang baik perkembangan
intelegensi baik intelektual maupun emosional tidak akan berkembang maksimal.
Hasil puncak stimulasi lingkungan yang optimal terjadi ketika anak berumur 6
tahun, maka dari itu orang tua harus bisa memanfaatkan sebaik mungkin dan
memberikan stimulasi seoptimal mungkin.
Dalam memberikan stimulasi pada anak, ada lima aspek perkembangan yang
dibutuhkan yaitu:

1. Bahasa
Perkembangan bahasa sangat tergantung dari stimulasi banyak mendengar katakata melalui pembicaraan radio, type, dan kata-kata yang biasa diucapkan oleh
orang tuanya, serta melalui dongeng atau cerita.
2. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi anak membutuhkan syarat mutlak yakni melalui pola asuh
yang penuh perhatian dan kasih sayang.
3. Musik
Stimulasi melalui belajar musik sejak dini dapat membangun kapasitas otak untuk
berfikir visual spasial, matematika dan logika. Masa yang paling baik adalah usia
tiga sampai sepuluh tahun sebab stimulasi suara musik telah sempurna ditangkap
oleh otak.
5. Beberapa ciri dari perilaku individu yang memiliki kecerdasan tinggi adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki daya adaptasi yang tinggi yaitu perilaku cerdas cepat membaca dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b. Perilaku cerdas berorientasi kepada keberhasilan yaitu tidak takut gagal dan
selalu optimis.
c. Memiliki sikap jasmaniyah yang baik, yaitu jika seorang siswa yang intelegen
ketika pelajaran berlangsung duduk dengan baik, menempatkan bahan yang
dipelajari, dan memegang alat tulis dengan baik.
d. Mempunyai motivasi yang tinggi.
e. Memiliki kemampuan yang baik dalam bekerja dalam bilangan dan keevesiensian
dalam berbahasa.
f. Kemampuan mengamati dan menarik kesimpulan dari hasil pengamatan secara
cepat dan tepat.

g. Memiliki kemampuan mengingat yang cukup tinggi dan mempunyai imajinasi


yang tinggi
6. Beberapa cara untuk meningkatkan IQ (Kecerdasan Intelektual) yaitu:
a. Makan secara teratur, serta makan makanan yang mengandung nutrisi untuk
kesehatan otak.
b. Istirahat yang cukup.
c. Memotivasi diri untuk selalu optimis dan menghilangkan rasa malas.
d. Selalu berfikir positif.
e. Dapat membagi waktu untuk berbagai kegiatan yang dilakukan.
f. Dapat mengembangkan keterampilan yang dimiliki melalui pelatihan khusus.

B. EQ (Emotional Quetient)
1.

PENGERTIAAN EQ
Kecerdasan

emosional

adalah

kemampuan

pengendalian

diri

sendiri,semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri


dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan
hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan
menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk
membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara
hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta
untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.

Pengertian EQ menurut para ahli

Pengertian Kecerdasan Emosional Menurut Para Ahli, Definisi, FaktorIstilah


kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog
Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New

Hampshire

untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya

penting bagi keberhasilan. Faktor Kecerdasan Emosional.


Definisi

Kecerdasan

Emosional

Menurut

Para

AhliSalovey

dan

Mayer

mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai:


himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau
perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah
semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan
tindakan. (Shapiro, 1998 : 8).
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap,
dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua
pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan
emosional.
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif,
namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual
maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor
keturunan. (Shapiro, 1998-10).
Sebuah model pelopor lain yentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-On
pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan
emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan
dan tekanan lingkungan (Goleman, 2000 : 180).
Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our
emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya
(the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran
diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah
kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi
diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina
hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Daniel Goleman didalam buku kecerdasan emosi memberi tujuh kerangka kerja
kecakapan ini, yaitu:
1. Kecakapan pribadi yaitu kecakapan dalam mengelola diri sendiri.
2. Kesadaran diri yaitu bentuk kecakapan utuk mengetahui kondisi diri sendiri dan
rasa percaya diri yang tinggi.
3. Pengaturan diri yaitu bentuk kecakapan dalam mengendalikaan diri dan
mengembangkan sifat seperti dipercaya , kewaspadaan , adaptabilitas, dan inovasi.
4. Motivasi yaitu bentuk kecakapan untuk meraih prestasi , berkomitmen,
berinisiatif, dan optimis.
5. Kecakapan sosial yaitu bentuk kecakapan
dalam menentukan seseorang harus menangani suatu hubungan.
6. Empati yaitu bentuk kecakapan untuk memahami orang lain, berorientasi
pelayanan dengan mengembangkan orang lain. Mengatasi keragmana orang lain
dan kesadaran politis.
7. Ketrampilan sosial yaitu betuk kecakapan dalam menggugah tenggapan yang
dikehendaki pada orang lain . kecakapan ini meliputi pengaruh , komunikasi,
kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan,
kolaboradi dan kooperasi serta kemampuan tim.
2. Jenis dan Sifat Emosi
Kecerdasan

emosional

juga

dapat

diartikan

dengan

kemampuan

untuk

menjinakkan emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif.


Seseorang dapat melakukan sesuatu dengan didorong oleh emosi, dalam arti
bagaimana yang bersangkutan dapat menjadi begitu rasional di suatu saat dan
menjadi begitu tidak rasional pada saat yang lain. Dengan demikian, emosi
mempunyai nalar dan logikanya sendiri. Tidak setiap orang dapat memberikan
respon yang sama terhadap kecenderungan emosinya. Seorang yang mampu
mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi
manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.

Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara
fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Daniel Goleman
menggambarkan bahwa otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa
aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual.
Jenis dan sifat emosi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Amarah: Bringas, mengamuk, benci, marah besar, jenkel, kesal hati, terganggu,
berang, tersinggung, bermusuhan, sampai kepada kebencian bersifat patologis.
2. Kesediahan: Pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian,
ditolak, putus asa, dan depresi berat.
3. Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali,
khawatir, waspada, tidak tenang, negeri, kecut, fobia, dan panik.
4. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga,
kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan
luar biasa, dan batas ujungnya mania.
5. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, kasmaran, dan kasih.
6. Terkejut: terkesima, takjub, terpana.
7. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, dan benci.
8. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, aib, dan hati hancur lebur.
3. Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi (EQ).
1. Mengenali emosi diri
Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang
sesungguhnya Anda rasakan.
2. Melepaskan emosi negative
Kemampuan untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri Anda.

3. Mengelola emosi diri sendiri


Ada bebrapa cara untuk mengelola emosi yang pertama adalah menghargai emosi
dan menyadari dukungannya kepada Anda. Kedua berusaha mengetahui pesan
yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani
emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan
untuk

menanganinya.

Kemampuan

kita

mengelola

emosi

adalah

bentuk

pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah
sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.
4. Memotivasi diri sendiri.
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat
penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan
menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosionalmenahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan
dalam berbagai bidang.
5. Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang
dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik.
Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan
dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
6. Mengelola emosi orang lain
Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan
antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam
membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua
hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi
antar manusia.
7. Memotivasi orang lain
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali
dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari

kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan


memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya
dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal.
4. Karakter Orang yang Ber-EQ Tinggi.
1. PRIA
a. Secara sosial mantap.
b. Mudah bergaul.
c. Tidak mudah gelisah dan takut.
d. Bertanggungjawab.
e. Humoris.
f. Bermoral.
g. Simpatik dan hangat dalam berhubungan.
h. Kehidupan emosionalnya kaya dan wajar.
i. Nyaman dengan dirinya dan orang lain.
2. WANITA
a. Tegas dan berani mengungkapkan perasaannya secara langsung dan wajar.
b. Berfikir positif, mudah bergaul dan ramah.
c. Mudah menerima orang baru.
d. Nyaman dengan dirinya, ceria, terbuka terhadap pengalamannya, sensual, dan
spontan.

You might also like