You are on page 1of 8
PENDAHULUAN TSUNAMI DI INDONESIA DAN UPAYA MITIGASINYA Oleh : Bambang Marwanta ABSTRAK Beberapa kawasan pantai di Indonesia rawan terhadap bencana gelombang tsunami. Kawasan barat pulau Sumatera, Selat Sunda, selatan pulau Jawa menerus sampai ke Nusa Tenggara Timur, dan di kawasan Indonesia Bagian Timur merupakan zona bahaya tsunami. Penyebab tsunami sebagian besar diakibatkan oleh adanya gempabumi tektonik, yang biasanya bersifat dangkal, ‘magnitude besar dan mempunyai mekanisme sesar naik atau turun. Ditinjau dari seting tektonik, penunjaman lempeng di barat pulau Sumatera dan selatan pulau Jawa menerus sampai ke Nusa Tenggara Timur mengakibatkan ancaman bencana Tsunami yang bersumber dari gempa tektonik di zona itu, Sementara di Indonesia Bagian Timur banyak patahan-patahan di laut yang berpotensi ‘menimbulkan tsunami seperti Sesar Flores, Sesar Wetar, Sesar Palu Koro, Sesar Sorong dil. Selain faktor besarnya magnitude dan kedalaman fokus gempa yang menjadi penyebab tsunami, faktor lain yang berpengaruh terhadap besarnnya tsunami saat tiba di pantai adalah jarak pusat gempa terhadap pantai. Selain itu faktor karakteristik pantat seperti bentuk pantai, bentuk morfologi pantai dan kedalaman dasar laut juga berpengaruh terhadap tingginya gelombang tsunami yang tiba di pantai, Untuk mereduksi dampak buruk dari kejadian bencana tsunami perlu diupayakan kegiatan mitigasi bencana guna menekan jumlah korban dan harta benda dari kejadian bencana tsunami. Upaya mitigasi dapat berupa pemetaan kawasan rawan tsunami dengan skata yang cukup ‘memadai, pembuatan green belt di kawasan pantai, penataan tata ruang, pembuatan jalur dan tempat evakuasi sampai dengan sistim peringatan dini bencana tsunami. Selain mengamati tanda- tanda alam pada awal kejadian suatu tsunami, sistim peringatan dini yang didukung dengan feknologi maju dapat diterapkan pada kawasan rawan tsunami. Tsunami Early Warning System (TEWS) dapat dibangun dengan menerapkan beberapa sistim terintegrasi sepert{jejaring seismograf yang rapat dan sensitive, pembangunan sistim DART (Deep-ocean Assessment and Reporting of Tsunamis) beserta perangkatnya seperti buoy, sistim satelit dan stasiun induk pengolahan data interpretasi yang hasilnya dapat dijadikan'sistim peringatan dini ke masyarakat. Tide gauge recorder dapat ditempatkan di pelabukan untuk mengamati karakter gelombang, dan juga kamera dengan ‘pemantauan secara visual pada tempat-tempat ketinggian tertentu seperti menara, bukit di pantai dapat dilakukan untuk antisipasi datangnya tsunami. Tak kalah pentingnya adalah sostalisasi ke masyarakat yang berhubungan langsung pada zona-zona rawan bencana tsunami agar selalu waspada dan mengetahui dengan benar gejala-gejala tsunami untuk dapat segera melakukan evakuasi bila terjadi suatu bencana tsunami. Beberapa kota porak poranda dilanda ‘tsunami dan dibutubkan dana dan waktu Indonesia cukup banyak, baik yang kecil Mengakhiri tahun 2004, tepatnya 26 Desember 2004, negara Indonesia, Asia Selatan dan Afrika Timur dilanda bencana tsunami yang menewaskan ratusan ribu jiwa. Khusus di Indonesia, tsunami melanda wilayah pantai di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara yang menewaskan lebih dari 200 ribu jiwa meninggal dunia, begitu pula dengan kerugian harta benda yang sangat besar. yang tidak sedikit untuk membangunnya Kembali, Bencana Tsunami tersebut dipicu oleh adanya gempabumi tektonik yang terjadi di barat Pulau Sumatera, tepatnya di sebelah utara Pulau Simeulue. Dengan kekuatan 9 SR, gempabumi tersebut menimbulkan bencana tsunami yang merupakan bencana terbesar sepanjang sejarang ‘tsunami di Indonesia Sejarah tsunami yang terjadi di maupun yang bersifat merusak. Ini dikarenakan negara Indonesia dari seting tektoniknya merupakan sistim tektonik aktif. Di barat Pulau Sumatera, ‘menerus ke selatan Pulau Jawa sampai diNusa Tenggara Timur dan berakhir di laut Banda merupakan sistim penunjaman antara lempeng Indo-Australia ke dalam lempeng Eurasia. Gempa-gempa yang terjadi di jalur subduksi tersebut berpotensi besar untuk menimbulkan bbencana tsunami di pantai barat Pulau ‘Alam, Vol. 10 Nomor 2 Tahun 2005 29 Sumatera, selatan Pulau Jawa sampai ke ‘Nusa Tenggara Timur, Sedangkan seting tektonik di Indonesia bagian timur lebih rumit lagi karena melibatkan tiga lempeng besar, yaitu Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasific. Zona subduksi aktif menyebabkan banyak ssumber-sumber gempa yang menjedikan sebagian besar wilayah Indonesia rawan terhadap bencana gempabumi dan ‘tsunami, Selain zona subduksi, patahan aktif terutama yang ada di Indonesia bagien timur juga _berpotensi menghasilkan gempabumi yang diikuti ‘bencana tsunami, Untuk mereduksi dampak buruk dari suatu kejadian bencana tsunami tentunya harus diupayakan berbagai cara guna menurunkan jumlah korban jiwa maupun kerugian harta benda yang ditimbulkannya, Upaya mitigasi ‘bencana tsunami yang dapat dilakukan berupa upaya struktural, penataan ruang, sistim peringatan dini (early warning system), sampai dengan sosialisasi ke masyarakat untuk lebih ‘mengenal karakter dari bencana tsunami itu sendiri, terutama di daerah yang rawan terhadap bahaya tsunami. 2, TSUNAMI DIINDONESIA Kejadian Tsunami di Indonesia sudah terjadi ratusan kali, ada yang besar maupun kecil. Di sisi lain pencatatan kejadian tsunami kurang didata dengan baik, sehingga banyak kejadian-kejadian tsunami yang tidak tercatat, apalagi hal tersebut terjadi dalam skala kecil dan terjadi di pelosok atau ppulau-pulau terpencil. Beberapa kejadian tsunami yang terjadi di Indonesia dapat dilihat dalam tabel 1 yang diolah dari berbagai sumber. ‘Tsunami yang terjadi di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh gempa- gempa tektonik. Jalur subduksi yang ‘memanjang di barat pulau Sumatera, selatan Jawa sampai laut Banda menyumbangkan banyak kejadian gempa tektonik yang mengakibatkan timbulnya tsunami. Yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah ‘gempa yang terjadi di dasar laut dengan. ‘edalaman pusat gempa dangkal (kurang dari 60 km), Magnitudo gempa biasanya lebih besar dari 6,0 skala Richter, serta Jjenis pensesaran gempa tergolong sesar nnaik atau sesar turun, Kejadian sesar naik atau sesar turun memicu terjadinya perubahan posisi massa air laut yang menimbulkan gelombang panjang di tengah lautan dan berlabuh di pantai sebagai bencana tsunami, Selain oleh gempabumi, penyebab tsunami di Indonesia juga dipicu oleh Tetusan gunung api. Tsunami akibat meletusnya gunung Krakatau (1883) adalah salah satu contoh tsunami yang diakibatkan oleh letusan gunung api, dimana tinggi run-up gelombang Tsunami mencapai 30 m dan menewaskan lebih dari 36.000 jiwa. Sedangkan penycbab lainnya adalah adanya longsoran di dasar laut yang juga dapat memicu terjadinya tsunami Dari tiga komponen tersebut, gempabumi yang terjadi di dasar laut paling dominan ‘menimbulkan bencana tsunami Menurut M.T. Zen, pakar geofisika TTB, setidaknya ada empat kawasan yang, dinamakan seismic gap di Indonesia yang berpotensi menimbulkan tsunami Kawasan seismic gap adalah daerah dengan zona seismik, tetapi sudah 50 hhingga 100 tahun tidak diguncang gempa dahsyat. Berdasarkan pengalaman sejarah dan teori gempa, gempa dahsyat ‘akan kembaliterjadi di kawasan seismik ‘yang memiliki seismic gap. Hal itu pula ‘Tabel 1. Sejarah kejadian tsunami di Indonesia jo.| Tahun | Pusat Gempa Run-Up | Jumish Korban | Dyserah Bencana No | Tahun | Pusat Gemps Maks (m) _|(meninggaltuka] _Paeteh Be 7. | 1961 | 8aLs; 122BT | Takada data | 26 NUT, Flores Tengah 2. | 1964 | s8Lu;956BT | Takada data | 1107879 | Sumatra 5. | 1965 | 24L8;126BT | Tak ada data | 71 meninggal | Maluku, Seram, Sanana 4. | 1967 | 3.718: 119,3 BT | Tak ada data | 58/100 ‘Tinambung Sulse! s. | 1967 | 5;3LU;963BT | Takada data | - Sig 6. | 1968 | 0.7 LU; 119,78 | 8-10 392 meninggal | Tambo Sulteng. 1. | 1969 | 3.1ts;1138BT | 10 6497 Majene Sulsel js. | 1975 | sLsi30 BT 2 : Bandanaria jo, | 1975 | S4tsiz6ieT | - : ‘Sanana 0.| 1977 | 11,1L8; 118,5BT | Tak ada data,| 316 meninggal | NTB, Pulau Sumbawa ji. 1977 | exs;i253BT | Takadadata | 225 NTT, Flore, P.Atauro 12, | 1979 | 841s;1159BT | Tak adadata | 27/200 TB, Sumbawa, Bali, Lombok 13, | 1982 | sarsizaier | - : ‘Ambon 14, | 1982 | s4s;123BT — | Tak adadata | 13/400 NTT.Larantuke 15. 984 | 3tsuigsnt | - - Mamyju 16.| 1987 | 8448; 1253BT | Tak adadata | 3/108 NTT, Flores Timur, P. Pantar 17.| 1989 | 81s; 1251 BT | Takada data | 7meninggal | NTT, P. Alor 18,] 1991 | sLs122,8 BT : : Kwadang io} 1901 | susi2sanr |. : Kalabahi, Alor 20.| 1992 | ssus; 121967 | 11,2262 | - 19522126 | NTT.Fores, P. Babi 22. 1994 | 1o,71s;113,1 BT | 19,1 38/400 BanyuwangiJatim 23.| 199s | asusiasipr | - - Timor 24.| 1996 | 1118; 1188BT | Takada data | 3/63 Palu Sulteng 2s.| 1996 | osts;i36er | 13,7 107 meninggal| P. Biak, Irian Jaya 26.| 1996 | 06 Lst19 BT 7 9 Sulawesi 27.| 1998 | 2,028; 124.8787 | 2,75 34 meninggal_ | Tabuna Matiabu Maluku 28. | 2002 Kab. SimeulewAceh 29, | 2004 | 3,291895,78 BT | 15 > 200.000 | Aceh dan sekitamya meninggal ‘Sumber: Diolah dari berbagai sumber 30 ‘Alam, Vol. 10 Nomor 2 Tahun 2005 yang terjadi dengan Aceh, Empat titik seismic gap di Indonesia tersebut masing-masing berada di Selat Sunda, pantai selatan Jawa, Selat Bali, dan kawasan di dekat Pulau Alor. Oleh sebab itu pantai-pantai yang ‘berhadapan dengan kawasan seismic gap tersebut berpotensi terhadap terjadinya bencana tsunami Tinggi tsunami yang melanda pantai di Indonesia bervariasi disebabkan oleh berbagai faktor. Selain faktor besarnya magnitude dan kedalaman fokus gempa yang menjadi penyebab tsunami, faktor lain yang berpengaruh adalah jarak pusat gempa terhiadap pantai san gat mempengaruhi tingginya tsunami tersebut, Selain itu faktor karakteristik pantai seperti bentuk pantai, bentuk morfologi pantai dan kedalaman dasar laut juga berpengaruh terhadap tingginya gelombang tsunami yang tiba di pantai Pada tempat-tempat tertentu seperti bentuk teluk atau selat, diantara pulau-pulau kecil, gelombang tsunami mengalami proses diftaksi dan refleksi akibat faktor-faktor lokal tersebut. Pantai-pantai dengan bbentuk morfologi landai dan berlekuk seperti teluk dan muara sungai diterjang olch tsunami dengan tinggi ‘maksimum serta jangkauan ke daratan yang maksimum dibandingkan dengan pantai pantai terbuka Dari ratusan kejadian tsunami di Indonesia, menurut Nanang T. Puspito paling tidak ada 18 kali tsunami besar yang terjadi di Indonesia. Di kawasan Timur (Sumber : BMG) Kompas) Gambar. 1. Sebaran pusat-pusat gempabumi di Indonesia dari tahun 1991 -2000 Gambar 2. Pantai yang rawan terhadap bahaya tsunami di Indonesia (Sumber ‘abel 2. Sejarah letusan gunung api yang menyebabkan tsunami di Indonesia No] Nena Gamay [taka [Koon [Tan Meas | oan Indonesia lebih sering terjadi tsunami [1G tata SchtSuade | 58810638 = i) dengan skala yang besar. Tsunami foal dipien oleh aktftas Kegempaan di |> |. rant | santana orn zona subduksi, zona pukatn dan /3|— nninte | Fons | Rosi2i7e | sor | as patahan patahan yang ada di sekitar a Pelaw-pulan ai bawasan Timur |, Ve rung | singe | 22urasee | ims - Indonesia. Sesar Flores maupun Sesar Gam PSangir SU125SE 1856 3,900 Wear merapakan emia tejadinya ae ji Nusa Tenggara Barat dan - aceasta ee 6. | canaarm | tics Lia isi | so Timur. Sementara di selatannya zona Subduksi juga berpotensi terdapat Sib: Haroah Lae lk, 200 Ali, 10 Nomar aun 2098 a timbulnya gempa-gempa penyebab tsunami, Di sisi utara, sesar Palu-Koro, maupun Sesar Sorong merupakan potensi penyebab gempa disertai ‘tsunami di wilayah Sulawesi maupun Pulau Papua, 3. MEKANISME TSUNAMI ‘Tsunami adalah suatu fenomena gelombang laut yang sering terjadi di negara Jepang. Oleh sebab itu tsunami itu sendiri berasal dari bahasa Jepang, yaitu Tsu yang berarti pelabuhan dan ‘Nami yang berarti gelombang, sehingga tsunami sendiri diartikan suatu gelombang laut yang besar yang berlabuh di pantai. Penyebab tsunami seperti yang dijelaskan di muka dapat dipicu dati adanya gempabumi, gunung ‘meletus atupun longsoran di dasar laut, Menurut BMG, magnitudo Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5-4,5 skala Imamura, dengan tinggi gelombang Tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4 - 24 meter dan jangkauan gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai, Gempabumi yang potensi untuk menimbulkan tsunami gempabumi yang terjadi di dasar laut Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km, magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 skala Richter, serta jenis pensesaran ‘gempa tergolong sesar naik atau sesar turun, Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust seperti yang terjadi pada tsunami Flores tahun 1992. Klasi gempa kedalamannya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Gempadangkal :0 300km Sedangkan menurut besar kecilnya magnitude (M), Hagiwara (1964) mengklasifikasi besarnya ‘magnitude gempa sebagai berikut asi menurut Tabel 3. Klasifikasi besaran magnitude terhadap besaran gempa (Hagiwara, 1964) Magnitude (M) | Klasifikast M>7 ‘Gempa besar S_32,0 24-32 1624 12-16 8-12 os 46 3-4 23 15=2 10-15; 075-10, 05-075 030,05 =0.80 1023 ergs) 56 128 64 32 16, Os 04 02 0.1 2.05 0,025 0,006 0,003 rmerusakkan apa saja yang diterjangnya hhingga masuk ke daratan, bahkan dapat ‘mencapai 3 km, tergantung morfologi pantainya Tidak semua gempabumi di dasar laut menimbulkan tsunami, Syarat terjadinya tsunami = Pusat gempa (episenter) berada di bbawah laut = Pusat gempa berkisar antara 0-30 32 ‘Alam, Vol. 10 Nomor 2 Tahun 2005 km (biasa dikenal dengan sebutan gempa dangkal) - Magnitudo gempa yang berdampak biasanya lebih besar dari 6 Skala Richter. = Tsunami yang besar umumnya juga terjadi apabila terjadi dislokasi vertikal, atau pada sesar naik atau sesar turun, 4, MITIGASI TSUNAMI BENCANA ‘Walaupun bencana tsunami adalah efek dari adanya kejadian gempabumi yang sulit untuk diprediksi, letusan gunung api di laut maupun longsoran dasar laut, upaya manusia untuk mengantisipasi beneana tsunami terus dilakukan. Dibandingkan gempabu, datangnya gelombang tsunami lebih mudah diketahui dibandingkan datangnya gelombang gempabumi: Biasanya gelombang gempa lebih ddahulu sampai di daratan dibandingkan datangnya gelombang tsunami, hal ini disebabkan kecepatan penjalaran gelombang gempabumi lebih cepat dibandingkan gelombang tsunami Kecepatan gelombang gempa berkisar antara 4-11 km/detik, sedangkan kecepatan penjalaran gelombang tsunami bervariasi antara 10 kmijam (0,0001 kmi/detik) sampai 800 kmijam (0,01 km/detik), bergantung pada kedalaman laut, Di tengah lautan dengan kedalam laut yang cukup dalam (laut dalam) kecepatannya sangat tinggi, bisa mencapai 500 km/ jam dengan amplitudo yang kecil (kurang dari 1 meter) dan panjang gelombang yang besar (dapat mencapai 100 km). Walaupun demikian, makin ke pantai gelombang tsunami ini mengalami ppenurunan keeepatan, hingga mencapai kisaran 40 kmijam saat tiba di panta Untuk itu gelombang tsunami jauh tertinggal dibanding gelombang gempa saat tiba di daratan, makin jauh jarak penjalaran tsunami makin jauh gelombang tsunami tertinggal. Adanya perbedaan waktu tiba gelombang tersebut dapat dimanfaatkan untuk (Sumber : BMG) Gambar 3. Mekanisme pembangkitan tsunami akibat aktivitas sesar di dasar laut As it enters shallow water, tsunami wave speed slows and its height increases, creating destructive, life-threatening wave: TSUNAMI WAVE Gambar 4. Perubahan kecepatan dan amplitudo gelombang tsunauni di tengah lautan dan setelah sampai di pantai (Sumber : BMG op cit. NOOA), bersiap-siap menghadapi bencana gelombang tsunami. Selain melihat karakter alam seperti air di pantai surut sampai puluhan meter dengan tiba-tiba maupun memakai sistim peringatan dini yang didukung peralatan elektronik yang dipasang di berbagai tempat baik di tengah laut maupun di pantai memungkinkan —upaya penyelamatan dapat dilakukan sedini mungkin, 4.1, Waspada tanda-tanda tsunami Sebelum datangaya beneana tsunami, sebenarnya ada berbagai tanda- tanda alam yang dapat dijadikan peringatan bagi masyarakat untuk mewaspadai datangnya bencana tsunami, Dari berbagai pengalaman sebelum datangnya bencana tsunami, tanda-tanda alam akan datangnya bencana tsunami adalah sebagai berikut: ‘Alam, Vol. 10 Nomor 2 Tahun 2005 33 & Gempabumi yang dirasakan di @acrah Pantal Dengan karakter bahwa gelombang ‘gempa lebih dahulu sampai di pantai daripada gelombang tsunami, untuk itu bila terjadi gempabumi yang cukup besar yang dirasakan oleh masyarakat di pantai, sebaiknya hal tersebut dijadikan peringatan untuk segera mengevakuasi ke tempat-tempat yang aman dari bbencana tsunami, Hal tersebut lebih baik agar bila terjai tsunami, banyak jiwa dan harta yang penting yang dapat diselamatkan. Toh nantinya walaupun tidak terjadi tsunami, tidak ada ruginya ‘untuk menyelamatkan jiwa baik dirinya dan keluarganya, selain dari bahaya gempabumi itu sendiri. Jika gempa tersebut bersifat gempa dangkal, maka gempa —_tersebut—_berpotensi ‘membangkitkan gelombang tsunami. Ditinjau dari lokasi gempa terhadap pantai, gempabumi yang bersifat nearfield (sumiber gempa dekat dengan pantai), maka gelombang rambatan .gempa dapat dirasaken oleh masyarakat secara langsung, dan tak lama kemudian apabila membangkitkan tsunami, gelombang tsunami tersebut akan datang menghantam pantai, Sebaliknya bila tsunami tersebut bersifat far-field, gempanyapun tak dapat dirasakan oleh ‘masyarakat di pantai, Waktu penjalaran tsunami berlangsung lama untuk tiba di pantai. Sebagai contoh Tsunami Chili 1960, yang menghantam kota pantai Tohoku Pulau Honso di'Jepang setelah 12 jam kemudian (Latief, 2002). bk Airlautsurut secara tiba-tiba Banyak kejadian tsunami didahului dengan air yang surut di pantai sampai puluhan, bahkan ratusan meter. Hal ini terjadi karena memang di sumber gempa terjadi dislokasi yang mengakibatkan adanya volume air laut yang tersedot atau berpindah sementara di lokasi dimana bidang permukaan dasar laut terjadi pergerakan. Bahkan fenomena tersebut banyak menarik masyarakat untuk turun ke pantai karena banyak ikan-ikan yang menggelepar di pantai karena air surut ersebut. Tetapi di balik itu, dengan selang waktu yang tidak begitu lama akan datang gelombang besar yang menghanyutkan mereka dan merusakkan semua ada yang ada di pantai tersebut. Tentu saja hal ini menjadi pengalaman yang harus di sosialisasikan ke masyarakat baik pada generasi tersebut, maupun turun- temurun untuk mewaspadai fenomena itu, & Pengamatan visual dan suara gemuruh Beberapa pantai yang mempunyai bagian morfologi yang tinggi, dapat ‘melihat jauh ke tengah laut. Untuk itu gelombang datangnya tsunami dapat terlihat sejak masih di tengah lautan. Tipe gelombangnya berbeda dengan gelombang biasanya, beberapa saksi ‘mata mengatakan gelombang tsunami tersebut menyerupai tembok yang tinggi dan suara bergemuruh, Setelah semakin dekat, biasanya suara gemuruh akan terdengarterlebih dahulu sebelum. gelombang datang. Tanda-tanda itu dapat menjadi peringatan alam untuk segera mengevakuasi keluarganya ‘menjauh dari pantai atau mencari tempat yang tinggi dan aman. 4.2, Sistim ppringatan dini tsunami Setelah kejadian bencana tsunami di Aceh dan kawasan Asia, dan sebagian Afrika, maka berbagai nega terus mencurahkan perhatian untuk ‘membangun Sistim Peringatan Dini (Early Warning System) bencana tsunami di kawasan Asia, teratama yang berkaitan langsung dengan Samudra Indonesia. Di Jepang maupun di Eropa, teknologi peringatan dini terhadap bencana tsunami sudah sangat maju. Selain tempat-tempat pemantauan yang tersebar, juga peralatan-peralatan yang bersifat otomatis dan bersifat realtime sangat mendukung dalam sistim peringatan dini. Sistem peringatan dini tsunami di Jepang sudah beroperasi secara efektif dan sudah terbukti berulangkali menyelamatkan penduduk pesisir pantai dari serangan gelombang pasang tsunami. Dengan waktu yang relatif singkat dalam mengolah data real time, kejadian tsunami dapat diantisipasi sedini mungkin dan dapat mengevakuasi warga dari bahaya bencana tsunami, Dari data gempa yang terjadi, maka data tersebut diolah dan dianalisis apakan bersifat menimbulkan tsunami, Apabila pusat gempa berada Gi laut, memiliki magnitude di atas 6 skala Richter, kedalamannya kurang dari 60 km dan memiliki bentuk patahan vertikal maka gempa ini dinyatakan sebagai gempa yang membangkitkan tsunami. Dari dasar itu maka peringatan segera disebarkan ke pantai-pantai yang potensi terkena bencana tsunami melalui alarm-alarm dan sistim evakuasi segera dijalankan. Tempat-tempat evakuasi sudah disiapkan, seperti gedung-gedung tinggi yang tahan gempa dan gelombang tsunami, ataupun tempat- tempat dengan morfologi yang cukup tinggi. Untuk pendeteksian munculnya gelombang tsunami ditempatkan beberapa alat pemantau, yang secara bersama-sama saling mendukung dalam keakuratan pendeteksian ‘tsunami, Sistim tersebut antara lain (Latiet, 2002) 1. Jaringan seismograf yang rapat dan sensitive, untuk pendeteksian gempa 2. Teknologi buoy 3. Sea bottom wave pressure, ditempatkan di laut lepas. 4. Tide gauge recorder ditempatkan di pelabuhan ‘Teknologi infra red ditempatkan 4di mulut teluk dan di hulu teluk 6 Kamera dengan pemantauan secara visual di tempat tempat ketinggian tertentu (Menara, bukit di pantai dll) a DART (Deep-ocean Assessment ‘and Reporting of Tsunamis) Perkembangan _teknologi menyebabkan manusia menggunakan 34 ‘Alami, Vol. 10 Nomor 2 Tahun 2005 berbagai alat untuk mendeteksi Keberadaan tsunami sedini mungkin, Sensor-sensor pemantauan ditempatkan pada tempat-tempat yang mendekati sumber-sumber gempa, auh dari pantai. Sistim pemantauannya bersifat otomatis dan pengiriman datanya dilakukan melewatisatlit Teknologi terakhir yang berkembang untuk mendeteksi adanya tsunami ini dinamakan DART (Deep- ocean Assessment and Reporting of Tsunamis), atau alat pengukur di kedalaman laut untuk mengantisipasi bencana tsunami. Alat ini yang sudah dipasang di negara Eropa dan Jepang, dan Indonesia rencananya akan ‘memasang alat seperti ini. Peralatan DART itu sendiri terdiri dari sensor tekanan air yang ditempatkan di dasar laut yang lebih dikenal dengan OBPS (Ocean Botton Pressure Sensor) Alat ini akan selalu mengirimkan sinyal ke buoy, yaitu peralatan yang ‘mengapung di permukaan laut, dengan dilengkapi berbagai peralatan dan ‘memancarkan sinyalnya ke satelit untuk kembali dikirimkan ke stasiun pengolah data di daratan, yang hasilnya untuk sistim peringatan dini, Buoy diletakkan pada daerah- daerah tertentu dengan pemberat di dasar lautnya dan dilengkapi GPS (Global Positioning System). Pada alat buoy itu sendiri terdapat minimal tranducer yang mengubah sinyal tckanan menjadi sinyal listrik, dan di unit kontrol diubah menjadi sinyal digital, serta oleh alat pemancar sinyal tersebut dipancarkan ke satelit sebagai data yang akan diproses di stasiun induk. Di stasiun induk sinyal tersebut diolah dan apabila terdapat tanda-tanda akan terjadi tsunami langsung disebarluaskan ke ‘masyarakat, Urut-urutan pendeteksian tsunami yaitu |. Perubahan tekanan air di dasar aut diterima oleh OPBS (Ocean Bottom Pressure Sensor), dan dikirimkan ke buoy sebagai sinyal akustik, 2 Oleh transucer di buoy, sinyal tersebut diterima dan dirubah menjadi sinyal listrik dan wee ewe Gambar 5, ‘stim peringatan dinj tsunami dengan mengukur perubahan tekanan di dasar laut, DART (Deep-ocean Assessment and Reporting of Tsunamis). (Sumber : NOOA), dimasakkan dalam unit kontrol untuk dipancarkan ke Satelit 3. Sinyal_maupun posisi buoy dipantarkan ke satelit untuk diteruskan ke stasiun induk guna diproses datanya, 4. Hasil proses data menyimpulkan akan terjadi tsunami, dan dacrah bahaya yang terancam, oleh karenanya dilakukan peringatan dini pada masyarakat pada daerah Dahaya tersebut. Untuk kawasan Asia, terutama di Indonesia, bekerjasama dengan negara Jerman akan dipasang sistim DART ini i pantai barat pulau Sumatera, dimana dacrah tersebut merupakan zona subduksi aktifyang sering menimbulkan ‘gempa besar. Bunam! Early warning ‘System (TEWS) ini tahap pertama akan ‘memasang dua buoy dan 10 OBPS. Cakupan negara yang dapat ‘memanfuatkan data ini adalah pantai pantai di Indonesia, terutama yang berhubungan dengan Samudera Indonesia, Malaysia, Kep. Maladewa, Sri langka, Thailan, India, Madagaskar, Andaman dan Tanzania,

You might also like