Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
OLEH :
MEUTIA HANDAYANI
050200302
HUKUM KEPERDATAAN DAGANG
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
SKRIPSI
OLEH :
MEUTIA HANDAYANI
050200302
HUKUM KEPERDATAAN DAGANG
Disetujui oleh
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M. Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara beserta para Pembantu Dekan.
3. Bapak Hasim Purba, SH. M. Hum sebagai Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan masukan, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.
4. Ibu Maria Kaban, SH. M. Hum sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan masukan, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.
5. Thanks buat uwak-uwakku, wak Ani gendut, wak Ita (jangan melalak
aja), wak Syahril (tanggal 8 ya wak), wak Arun, bik Ipah dan juga
buat uwak serta om ku yang telah tiada, makasi atas doanya.
6. Thanks a lot buat abang-abangku, bang Ep (makasi pulsanya yakalo
bisa lebih sering lagi), bang Unyak (ninja abang dah layak untuk
dimuseumkan), bang Udi (kapan Tia dikirimin tiket ke Batam), bang Ol
(gak semua yang abang dengar itu benar)Buat kakak-kakakku, kak Ita
songkok (makasi karena udah setia jadi asisten pribadi Tia, teruslah
mengabdi, hehehe), kak Rini (tingkatkan terus servis kakak, biar Tia
betah lama-lama di Lhokseumawe), Vina tuber (diet ko!!!!!)Buat
adekku Hafiz saleh (jangan cekel-cekel ko kalo aku mau pinjem
baju)Buat ponakan-ponakanku yang usil, cakep n cantik-cantik dan
juga sepupu-sepupuku yang gak bisa ku sebutin satu per satu, makasi ya
dukungannya
7. Buat fren-frenku 7 Flowerz (Amel, Grez, Lola, Mulfa, Ocha n Tri)
thanks ya woi untuk semua hal yang udah kita lalui bersama selama ini,
baik susah maupun senang. Banyak hal-hal baru yang aku alami selama
kita temenan. Pokoknya keep cont. ya biarpun kita dah gak sama-sama
lagiBuat Mina, Nadra n Poppy, thanks buat persahabatan yang udah
kita jalani sejak masih seragam putih abu-abu sampe sekarang ini. Cepat
klen tamat, dah gak sabar aku mau kemek-kemekBuat anak-anak Grup
D Stambuk 2005, thanks atas kerjasamanya selama iniDan juga buat
anak-anak Stambuk 2005 yang kenal sama aku, thanks ya
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
8. Buat bang Anto yang selalu aku repotin tiap kali masa penyusunan KRS
dan KHS, makasi banyak ya bang...Jangan lupakan NIM aku ya,
hehehe
9. Thanks juga buat semua orang dimanapun klen berada yang udah
membantu aku dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila ada kesalahan, baik itu kata-kata maupun perbuatan.
Semoga kiranya apa yang penulis sajikan dalam skripsi ini dapat membawa
manfaat bagi kita semua.
MEUTIA HANDAYANI
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI
BAB IV : ASPEK
YURIDIS
PERANAN
DAN
TANGGUNG
JAWAB
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
ABSTRAKSI
Skripsi ini penulis beri judul : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan
Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di Laut. Melihat kenyataan bahwa
kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan dimana wilayah
perairan jauh lebih luas dibanding daratannya maka sudah merupakan hal yang
wajar apabila pembangunan dan pengaturan transportasi laut dewasa ini perlu
mendapat perhatian yang besar. Pelabuhan dalam menempatkan diri sebagai pintu
gerbang perekonomian mutlak harus dapat memberikan kontribusi antara lain
penekanan distribution cost yang berdampak pada daya beli, daya saing, dan efek
multiplier terhadap pertumbuhan dan pendapatan nasional. Pada dasarnya
kecenderungan sistem pengelolaan pelabuhan sejalan dengan tatanan, arah,
sasaran, dan tuntutan pelayanan pelabuhan serta perkembangan pola distribusi dan
transportasi barang dibutuhkan adanya aliansi strategic antara penyelenggara
pelabuhan (PT Pelindo) dengan BHI (salah satunya perusahaan bongkar muat)
dalam upaya meningkatkan produktivitas, mengoptimalkan penggunaan fasilitas
dan peralatan serta pengembangan pelabuhan dalam bentuk kerja sama sejajar
(win-win) dan saling membutuhkan (sinergi).
Pokok permasalahan dalam skripsi ini yaitu apa yang menjadi dasar hukum,
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan bongkar muat barang dan dokumen
dalam pengangkutan barang di laut; bagaimana hubungan perusahaan bongkar
muat dengan pihak lain; serta bagaimana peranan dan tanggung jawab perusahaan
bongkar muat dalam pengangkutan barang di laut. Tujuan pembahasan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai kegiatan bongkar muat barang
di laut, pihak-pihak yang terlibat dan juga dokumen yang diperlukan dalam
pengangkutan barang; untuk melihat lebih jauh bagaimana hubungan perusahaan
bongkar muat dengan pihak-pihak terkait dalam menunjang kegiatan bongkar
muat barang di laut; dan untuk mengetahui peranan dan juga menguraikan batasbatas mengenai hak dan tanggung jawab dari perusahaan bongkar muat dalam
pengangkutan barang di laut.
Dalam penulisan skripsi ini, metode penulisan yang digunakan yaitu
penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research)
yaitu dengan melakukan pendekatan langsung pada sumbernya dengan melakukan
kunjungan ke kantor Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Asosiasi Perusahaan
Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Sumatera Utara.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usaha bongkar muat barang
adalah kegiatan jasa yang bergerak dalam kegiatan bongkar muat barang dari dan
ke kapal, yang terdiri dari kegiatan stevedoring, cargodoring dan receiving/
delivery. Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan bongkar muat barang di laut
yaitu APBMI (Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia), GAFEKSI
(Gabungan Forwarder Dan Ekspedisi Indonesia), GINSI (Gabungan Importir
Nasional Seluruh Indonesia), GPEI (Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia)
dan INSA (Indonesian National Shipowners Association). Peranan perusahaan
bongkar muat, perusahaan bongkar muat hanya menyediakan jasa (buruh) untuk
kegiatan bongkar muat dari gudang ke kapal dan dari kapal ke gudang. Tanggung
jawab dari APBMI berakhir setelah buruh TKBM memuat barang ke kapal atau
membongkar barang ke gudang pelabuhan.
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional perlu
dikembangkan
dalam
rangka
mewujudkan
wawasan
nusantara
yang
Pengusahaan Angkutan Laut, bahwa kegiatan bongkar muat dari dan ke kapal
dilaksanakan oleh perusahaan pelayaran melalui unit usaha bongkar muat yang
merupakan bagian dari perusahaan induk.
Sejak bulan April Tahun 1985 dengan dikeluarkannya Inpres No. 4 Tahun
1985 tentang Tata Laksana Bongkar Muat Barang di Pelabuhan, yang
ditindaklanjuti
dengan
perangkat
Keputusan
Menteri
Perhubungan
No.
A-2167/AL.62
tanggal 31 Desember 1985, pada isi pokok ketetapan tersebut bahwa unit usaha
bongkar muat dipisahkan dari induk perusahaan pelayaran dan berdiri sendiri
dalam bentuk badan hukum yang khusus didirikan di bidang usaha bongkar muat.
B. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diangkat sehubungan dengan judul skripsi ini
adalah sebagai berikut :
. Hasnil Basri Siregar, Kepastian Usaha Bongkar Muat Di Pelabuhan, Medan, 17 Januari 2000,
hlm. 2
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
D. Keaslian Penulisan
Karya tulis ini adalah asli sebab tidak ada judul dan pembahasan yang sama
dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul "Peranan Dan Tanggung Jawab
Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di Laut. Selain dengan
membaca media cetak dan makalah yang berhubungan dengan judul penulis dan
ketentuan peraturan perundang-undangan, penulis juga melakukan riset atau
penelitian langsung ke kantor Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Asosiasi
Perusahaan
Bongkar
Muat
Indonesia
(APBMI)
Sumatera
Utara
guna
mendapatkan bahan dan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
Kalaupun ada kutipan atau pendapat dalam penulisan ini, semata-mata
adalah sebagai faktor dan pelengkap dalam usaha menyusun dan menyelesaikan
tulisan ini. Karena hal tersebut memang sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
penulisan ini.
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
E. Tinjauan Kepustakaan
Peranan adalah sesuatu yang jadi bagian atau memegang pimpinan hal
terutama (dalam terjadinya hal/ peristiwa). 2
Tanggung Jawab adalah dalam arti umum bahasa Indonesia adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya (kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkirakan dan sebagainya). 3
Perusahaan bongkar muat adalah badan hukum Indonesia yang khusus
didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan bongkar muat
barang dari dan ke kapal.
Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan
pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang/ dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu
dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang
angkutan. 4
Pengangkutan berasal dari kata angkut yang artinya bawa dan angkut, muat
dan kirimkan, memuat dan membawa atau mengirimkan. Jadi pengangkutan
mempunyai arti pengangkutan dan pembawaan atau pemuatan dan pengiriman
barang atau orang. 5
Menurut pandangan orang awam, bahwa pengertian dari pengangkutan
adalah alat-alat yang dipakai untuk membawa sesuatu dari suatu tempat ke tempat
lain dimana alat angkutan melalui darat, udara maupun laut. Dari kedua
2
. WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hlm. 735
. Ibid, hlm. 1014
4
. HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Buku 3-Hukum
Pengangkutan, Djambatan, Jakarta, 1991, hlm. 187
5
. Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, Penerbit PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm. 19
3
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
pengertian di atas dapat dilihat bahwa sebelum terjadi transaksi atau realisasi dari
membawa atau mengangkut maka antara pihak pengirim dan pengangkut harus
ada perjanjian yang mengikat antara keduanya. Alat yang dipergunakan untuk
memindahkan atau membawa barang hingga sampai ke tempat tujuan yang
diinginkan oleh pihak pengirim. Alat angkutan tersebut dapat melalui darat, laut
dan udara.
Barang adalah benda umum (segala sesuatu yang berwujud atau berjasad). 6
Laut adalah kumpulan air asin yang luas sekali di permukaan bumi,
memisahkan pulau dengan pulau, benua dengan benua. 7
F. Metode Penelitian
Untuk merampungkan penyajian skripsi ini agar dapat memenuhi kriteria
sebagai suatu tulisan ilmiah diperlukan suatu metode penulisan. Metode yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
yaitu dengan melakukan penelitian tentang literatur yang telah diseleksi
terlebih dahulu guna mendapatkan bahan-bahan yang bersifat teoritis
ilmiah yang digunakan sebagai rujukan dalam pembahasan skripsi ini
untuk memperkuat dalil dan fakta penelitian. Bahan hukum yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundangundangan dan produk hukum lainnya, diantaranya seperti Peraturan
6
7
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. BAB I. PENDAHULUAN : merupakan bab Pendahuluan yang
menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
2. BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN BONGKAR
MUAT : didalam bab ini diuraikan mengenai dasar hukum pengaturan
kegiatan bongkar muat, pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan bongkar
muat, dan dokumen-dokumen dalam pengangkutan barang di laut.
3. BAB
III.
HUBUNGAN
PERUSAHAAN
BONGKAR
MUAT
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN BONGKAR MUAT
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
1. The Charter Act yang dibentuk pada tanggal 13 Februari 1893 yang isi
pokoknya
melarang
adanya
syarat
(beding)
pembebasan
tempat penimbunan
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Dari Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1985 vide Peraturan Pemerintah No. 25
Tahun 1985 terlihat bahwa perusahaan bongkar muat merupakan perusahaan yang
berdiri sendiri, dimana pekerjaan yang diberikan kepadanya adalah khusus untuk
cargo handling.
Pada point IV Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1985 tentang Tata Laksana
Bongkar Muat Barang (cargo handling) dijelaskan bahwa untuk mengurangi biaya
muat barang yang meliputi stevedoring, cargodoring, receiving dan delivery
diambil langkah-langkah sebagai berikut :
1. Kegiatan bongkar muat barang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
yang didirikan untuk tujuan tersebut
2. Dalam masa satu tahun setelah berlakunya INPRES ini, bongkar muat
barang tidak dilakukan lagi oleh perusahaan pelayaran
3. Pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang dilakukan dalam tiga shift
Pengaturan yang sama tentang perusahaan bongkar muat kembali ditegaskan
pada Instruksi Presiden No. 3 Tahun 1991 tentang Kebijaksanaan Kelancaran
Arus Barang Untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi, dimana dijelaskan bahwa :
. Kegiatan bongkar muat barang dilakukan oleh perusahaanperusahaan yang didirikan untuk tujuan tersebut (Point IV ayat 1).
Keputusan
Menteri
Perhubungan
No.
33
Tahun
2001
tentang
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Mengenai
siapa
saja
yang
menjadi
pihak-pihak
dalam
pengangkutan ada beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli antara lain :
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Purwosutjipto
11
. Wiwoho Soedjono, Hukum Dagang, Suatu Tinjauan Tentang Ruang Lingkup dan Masalah
yang Berkembang Dalam Hukum Pengangkutan di Laut bagi Indonesia, Penerbit Bina Aksara,
Jakarta, 1982. hlm. 34
12
. HMN Purwosutjipto, Op-Cit, hlm. 4
13
. Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1998, hlm. 12
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Di dalam The Hague Rules 1924 tidak kita jumpai ketentuan tentang
siapa yang disebut sebagai penerima barang itu. Hanya The Hamburg
Rules 1978 Pasal 1 ayat 4 menentukan bahwa yang dimaksud dengan
penerima barang itu ialah mereka yang diberi atau memperoleh hak
untuk menyerahkan barang.
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
lagi. Berbagai dokumen yang ada dalam kapal harus dipersiapkan seluruhnya
sebelum kapal berangkat dari pelabuhan asal.
Ada beberapa dokumen penting dalam pengangkutan barang di laut, antara
lain yaitu : 14
1. Manifest kapal
2. Bill of Lading/ konosemen
3. Certificate of insurance
4. Commercial invoice
5. Certificate of origine
6. Weight and measurement list
7. Packing list
8. Certificate lainnya
Ad. 1 Manifest kapal
Manifest adalah suatu dokumen di kapal yang menerangkan seluruh jumlah
dan jenis barang-barang yang diangkut dalam kapal tersebut. Demikian juga
halnya dalam kapal yang mengangkut penumpang, terdapat dokumen manifest
yang memuat daftar nama-nama dan jenis kelamin dari seluruh penumpang yang
diangkut dalam kapal tersebut.
Jadi manifest merupakan suatu dokumen induk yang sangat penting dalam
pengangkutan barang maupun pengangkutan penumpang dengan kapal laut.
Sebelum kapal berangkat (berlayar) dari pelabuhan asal manifest harus sudah
14
. Hasim Purba, Hukum Pengangkutan Di Laut, Penerbit Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005,
hlm. 145
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
selesai dan telah dimuat data-data yang sebenarnya tentang jumlah dan jenis
barang maupun jumlah dan jenis kelamin penumpang.
Biasanya manifest kapal dibuat dalam beberapa rangkap dengan isi dan
maksud yang sama, dimana manifest itu biasanya ada yang dibawa mengikuti
perjalanan dengan kapal itu dan ada yang tinggal di pelabuhan asal yang disimpan
oleh perusahaan pelayaran yang mengoperasikan kapal tersebut. Ada juga yang
menyatakan manifest itu sebagai suatu dokumen perjalanan (shipping document)
dan hanya dipergunakan untuk keperluan intern oleh pihak pengangkut.
Dokumen manifest kapal ini sangat penting, karena dengan tercantumnya
barang-barang yang diangkut dalam manifest, berarti barang-barang tersebut telah
dimasukkan/ dimuat secara sah ke dalam kapal. Demikian juga halnya dengan
manifest kapal pada kapal penumpang, maka seluruh penumpang yang terdaftar
dalam manifest kapal tersebut, maka mereka dianggap sebagai penumpang yang
sah dan telah memenuhi kewajibannya sebagai penumpang.
Ad. 2 Bill of lading/ konosemen
a. Pengertian dan Pengaturannya
Bill of lading adalah tanda terima barang yang telah dimuat di dalam kapal
laut, yang juga merupakan documents of title yang berarti sebagai bukti atas
pemilikan barang, dan di samping itu merupakan bukti dari adanya perjanjian
pengangkutan barang-barang melalui laut.15
Di dalam KUHD, pengertian Bill of lading (konosemen) terdapat dalam
Pasal 506 yang menyebutkan :
15
. Amir M.S, Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri, Suatu Penuntun Impor &
Ekspor, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1993, hlm. 57.
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
ke
suatu
tempat
tujuan
yang
ditunjuk
dan
disana
2) Jumlah koli atau potong barang, begitu juga banyak atau beratnya,
bagaimanapun keadaannya, sama seperti yang telah diberitahukan
pengirim secara tertulis.
3) Keadaan barang-barang yang tampak dari luar, asalkan pengangkut,
nakhoda atau agen pengangkut tidak berkewajiban untuk mencatat atau
menyatakan dalam konosemen bahwa beberapa merek, jumlahnya atau
beratnya, terhadap mana dia mempunyai alasan yang masuk akal untuk
mencurigai bahwa keterangan-keterangan tersebut tidak memberikan
gambaran yang tepat tentang adanya barang-barang yang benar-benar
diterima atau terhadap mana dia tidak mempunyai alat-alat yang pantas
untuk mengadakan percocokan (Pasal III ayat 3 The Hague Rules).
Konosemen (Bill of lading) merupakan bukti yang kuat bahwa pengangkut
telah menerima barang sesuai dengan yang diuraikan di dalam konosemen
tersebut. Di samping itu pengirim juga dianggap telah memberi jaminan kepada
pengangkut tentang keseksamaan/ ketelitian mengenai merek-merek, jumlah,
banyaknya dan beratnya barang-barang pada saat pengapalan, sebagaimana yang
telah diberitahukan olehnya.
Sedang dalam The Hamburg Rules 1978, mengenai Bill of lading
(konosemen), dalam article 1 (7) disebutkan :
Bill of lading (konosemen) adalah dokumen yang membuktikan adanya
kontrak pengangkutan laut dan pengambilalihan atau pemuatan barangbarang oleh pengangkut, dengan mana pengangkut melakukan penyerahan
barang-barang atas dasar penyerahan dokumen. Suatu ketentuan dalam
dokumen yang menyatakan bahwa barang-barang harus diserahkan kepada
orang tertentu yang ditunjuk, atau kepada pengganti atau kepada pembawa,
menimbulkan wewenang untuk melakukan perbuatan semacam itu.
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Dari rumusan Pasal 506 KUHD tersebut maupun berdasarkan konvensikonsvensi internasional, maka konosemen sebagai perjanjian pengangkutan
(condition of carriage) menyangkut 3 pihak, yaitu :
1) Pengangkut (carrier)
2) Pengirim (shipper)
3) Penerima (consignee)
Bill of lading (konosemen), biasanya dikeluarkan dalam set lengkap yang
lazimnya terdiri dari rangkap 3 (full set B/L) yang penggunaannya adalah sebagai
berikut :
1) Satu lembar untuk shipper
2) Dua lembar untuk consignee atau penerima barang
Akan tetapi mungkin juga consignee menuntut supaya full set diserahkan
kepadanya. Untuk setiap lembar orisinil bill of lading berlaku hukum one for all
and all for one yang berarti bilamana salah satu dari lembar-lembar orisinil itu
telah ditukarkan dengan delivery order maka lembar-lembar yang lain dengan
sendirinya menjadi batal. Jumlah lembar B/L yang dikeluarkan disebutkan dalam
alinea terakhir dari bill of lading itu. 16
Pasal 507 KUHD juga mengandung asas Clausa Cassatoria (one for all
and all for one). Ini berarti bahwa kalau satu eksemplar telah diperalihkan, maka
yang lain sudah tidak berlaku lagi, dengan Clausa Cassatoria ini bagi pengirim
barang tidak ada permasalahan dalam jumlah berapa konosemen itu diterbitkan
asal dalam penerbitannya isi dan bunyi yang terdapat dalam konosemen itu adalah
sama.
16
. Ibid, hlm. 58
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Di Indonesia, untuk tiap-tiap konosemen yang asli yang isi dan bunyinya
sama dan telah pula ditandatangani (signed original copies) diwajibkan untuk
ditempel materai dan karenanya maka pengirim hanya menghendaki eksemplar
konosemen yang benar-benar ia butuhkan. Kalau konosemen itu diterbitkan dalam
jumlah yang lebih dari syarat yang diperkenankan, maka kelebihan eksemplar itu
hanya berfungsi administratif saja, misalnya sebagai pertinggal atau untuk
kepentingan kantor, sehingga untuk itu dapat disebut sebagai copy konsemen.
Yang disebut copy konosemen itu adalah hanya lembaran yang
diperlukan
oleh
pengangkut
guna
menyertai
barang
muatan
selama
menerima barang dan ia telah membubuhkan tanda tangannya pada halaman muka
konosemen sebagai tanda penerimaan barang-barang, sedang orang lainnya tidak
dapat menerima barang-barang tersebut. Pengangkut berwenang menolak
menyerahkan barang yang disebutkan dalam konosemen apabila seseorang yang
menunjukkan konosemen pada pengangkut syarat tanda tangan dari penerima
yang disebut dalam konosemen atau kuasanya tidak ada.
Jika terjadi kesalahan dalam penyerahan barang karena sebab adanya
kelalaian atau kekhilafan dari pengangkut atau agennya, maka pihak penerima
barang sebagai pemilik sah atas barang-barang tersebut dapat mengadakan
tuntutan terhadap pengangkut atau agennya lewat saluran hukum. Dan keadaan
demikan ini pengangkut itu dalam kedudukan yang lemah.
Namun sebaliknya, kalau karena suatu sebab konosemen asli belum diterima
oleh penerima barang,
maka pengangkut
Dalam praktek pelayaran niaga juga dikenal 2 (dua) macam Bill of lading,
yaitu :
1) Received for shipment bill of lading
2) Shipped on board bill of lading
Di samping pembagian tersebut di atas, penggolongan Bill of lading dapat
dibedakan berdasarkan keadaan barang yang diterima untuk dimuat sebagai
berikut :
1) Clean bill of lading
2) Unclean bill of lading
Ad. 3 Certificate of Insurance
Certificate of insurance adalah polis asuransi untuk melindungi barangbarang yang dikirim melalui laut (kapal laut - marine insurance) terhadap risiko
laut yang mungkin terjadi, akan tetapi yang tidak dikehendaki. Dokumen asuransi
ini diperlukan, jika penjualan dilakukan dengan kondisi C.I.F (Cost Insurance
Freight). Dalam hubungan jual beli barang internasional, kondisi seperti ini
pembeli
yang
bertanggung
jawab
membayar
premi
asuransi
serta
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
BAB III
HUBUNGAN PERUSAHAAN BONGKAR MUAT DENGAN PIHAK
TERKAIT
17
20
21
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
22
23
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
25
. Ibid, Pasal 12
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
11. Melaporkan kegiatan operasional sesuai materi yang diminta oleh dan
kepada instansi yang berwenang untuk kepentingan pengumpulan data
dan statistik.
Sedangkan yang menjadi hak dari perusahaan bongkar muat adalah : 26
1. Mempekerjakan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) sesuai dengan
Surat Permintaan TKBM dan jumlah/ nama harus sesuai Surat Perintah
Kerja (SPK) dari koperasi TKBM dan TKBM harus mematuhi segala
tugas yang diberikan perusahaan bongkar muat melalui supervisi
perusahaan bongkar muat.
2. Mengembalikan Kepala Regu Kerja (KRK)/ TKBM kepada koperasi
TKBM apabila pengerahan TKBM tersebut tidak sesuai dengan
keterampilan dan tidak dapat melakukan secara benar pekerjaan sesuai
jenis dan kondisi barang.
3. Mengembalikan KRK/ TKBM kepada koperasi TKBM apabila KRK/
TKBM tidak memenuhi jam kerja dimaksud tidak berada dilokasi kerja
dan tidak dapat memenuhi jam kerja.
4. Menerima pengganti TKBM yang dikembalikan selambat-lambatnya 1
(satu) jam sejak TKBM dikembalikan.
5. Mengembalikan TKBM yang tidak memakai tanda pengenal, seragam
kerja serta tidak menggunakan alat keselamatan dan keamanan kerja
(K3).
26
. Kesepakatan Bersama Antara DPW APBMI Sumatera Utara Dengan Primer Koperasi TKBM
Upaya Karya Pelabuhan Belawan, Pasal 4
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
memotong
WHIK
(Upah,
Kesejahteraan,Asuransi,
27
. Djoko Triyanto, Bekerja Di Kapal, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2005, hlm. 8
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
. Wawancara dengan Mantan Ketua DPW APBMI Sumatera Utara periode Tahun 1999-2002
(Pengurus Antar Masa), Bapak H. Yahya Beyn pada Tanggal 18 Februari 2009
29
. Ibid
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan
kepentingan pekerja/ buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/ buruh dan
keluarganya.
Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) bertugas :
1. Menyiapkan tenaga kerja
2. Memupuk kerjasama dengan semua instansi untuk menjamin kelancaran
arus barang di pelabuhan dan kesejahteraan tenaga kerja di pelabuhan
3. Menagih dan menerima dana administrasi
Koperasi TKBM wajib menyediakan jumlah tenaga kerja bongkar muat
sesuai dengan jumlah dan keterampilan berdasarkan standar yang ditetapkan. 30
Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan TKBM atau sering disebut
dengan buruh pelabuhan, adalah sangat starategis dalam proses kegiatan bongkar
muat barang. Di samping itu kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan
merupakan lahan yang cukup luas untuk menampung para tenaga kerja dengan
jumlah yang cukup besar sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran di
masyarakat.
bongkar
muat
barang-barang
30
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Ada beberapa hal yang terkait mengenai pengertian pelabuhan, yaitu berasal
dari kata Port dan Harbour, namun pengertiannya tidak dapat diambil untuk
menjadi pengertian pelabuhan secara harfiah. Harbour mempunyai pengertian
sebagian perairan yang terlindung badai, aman, dan baik atau cocok bagi
akomodasi kapal-kapal untuk berlindung, mengisi bahan bakar, persediaan,
perbaikan dan bongkar muat barang. Sementara itu Port adalah harbour yang
terlindung, dimana tersedia fasilitas terminal laut, yang terdiri dari tambatan atau
dermaga untuk bongkar muat barang dari kapal, gudang, transit, dan penumpukan
lainnya untuk menyimpan barang dalam jangka pendek atau jangka panjang.
Kedua hal di atas mempunyai dua arti berbeda dari sudut penekanannya,
namun tujuannya sama.
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/ atau perairan dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun
penumpang, dan/ atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh
kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi. 32
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun
penumpang dan/ atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
32
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
yang
diusahakan
menurut
asas-asas
hukum
33
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
34
. Suryono, Cargo Handling, Makalah Pada Acara Pelatihan Cargo Dan Container Handling
Tanggal 27-29 September 2004 di Medan, hlm. 9
35
. Ibid, hlm. 10
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
36
. Suyono, Penanganan Barang Di Dermaga, Diklat Basic Training PBM Penanganan B/M
Barang Di Dermaga Conventional, hlm. 5
37
. Kesepakatan Bersama Antara DPW APBMI Dengan DPW GAFEKSI (INFA) Sumatera Utara,
DPD INSA Sumatera Utara, BPD GINSI Sumatera Utara Dan DPD GPEI Sumatera Utara tentang
Tarif Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan Belawan Tahun 2008, hlm. 15
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
d. Palm kernel
e. Jagung
f. Cangkang
5. Copra curah
6. Kapuk
7. Semen dan sejenisnya
8. Lombok kering
9. Besi scrap
10. Bubuk gelas
11. Getah busuk
12. Barang galian
a. Tanah liat
b. Porselin China (Clay dan sejenisnya)
c. Pasir besi, pasir kwarsa, batu bara dan sulfur
d. Gips in powder form
13. Muatan yang dibekukan/ didinginkan
a. Ikan
b. Udang
c. Daging
d. Kodok
e. Dan lain-lain
14. Ikan asin, udang kering dan lain sejenisnya
15. Terasi
16. Petis
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Activated carbon
j.
Borax
k. Caprolactam
l.
m. Pupuk
n. Serat fibreglass
21. Kulit basah lepas atau dalam ikatan
22. Tulang kering
23. Aspal dalam drum
24. Soda ash
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
CLASS
(I)
EXPLOSIVE
CARGO (BAHAN-BAHAN
PELEDAK)
IMO/ CLASS (I) : Explosive Cargo (Bahan-Bahan
Peledak)
Divisi 1.1
Divisi 1.2
Divisi 1.3
Divisi 1.4
Sub
1.4.1
Divisi Bahan-bahan
yang
dibungkus
atau
dirancang
Sub
1.4.2
38
Divisi Bahan-bahan
yang
dibungkus
atau
dirancang
. Ibid, hlm. 16
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
pelayanannya
hanya
dilingkungan
bahan
atau
Class 2.2
Class 2.3
Class 3.2
Class 3.3
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Class 4.2
Bahan
padat
menyala
sendiri
(spontaneously
combustibe)
Class 4.3
Class 5.2
Class 6.2
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
(tiga) hari sebelumnya, harus sudah diberikan jadwal kapal datang dan berangkat.
Dan yang menentukannya adalah pelabuhan. 39
Hubungan perusahaan bongkar muat dengan perusahaan transportasi,
perusahaan bongkar muat menyerahkan barang ke gudang. Dari gudang, pemilik
barang mencari sendiri trasnportasinya, kecuali barang truck losing, dari tackle
kapal langsung ke truck yang disediakan oleh pemilik barang, selanjutnya barang
tersebut langsung dibawa keluar pelabuhan. 40
BAB IV
ASPEK YURIDIS PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN
BONGKAR MUAT
39
. Wawancara dengan Mantan Ketua DPW APBMI Sumatera Utara periode Tahun 1999-2002
(Pengurus Antar Masa), Bapak H. Yahya Beyn pada Tanggal 18 Februari 2009
40
. Ibid
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
41
42
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
ganco
muatan
ke
atas
kapal,
kemudian
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
penyusunan
barang
didalam
palka,
sambil
. Ibid, hlm. 7
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
6. Pastikan setiap muatan yang akan diangkat harus dalam kondisi aman
7. Angkat muatan pada setiap siklus sebanyak-banyaknya asal tidak
melampaui SWL (save working load) yang tertera pada alat bongkar
muat (ships crane ataupun shore crane)
8. Untuk kegiatan pemuatan barang (loading), sortasi muatan tidak
dilakukan didalam palka, tetapi telah dilakukan pemilahan muatan di
dalam gudang ataupun di dermaga.
Kedudukan perusahaan bongkar muat dalam pengangkutan barang, sesudah
barang dibongkar ke gudang, barangnya diserahkan ke GAFEKSI oleh pemilik
barang. Selanjutnya GAFEKSI memindahkan barang keluar dari pelabuhan
menuju ke gudang lain sesuai dengan permintaan pemilik barang. 44
Sebab-sebab terjadinya kemacetan bongkar muat barang : 45
1. Kelambatan pekerjaan didalam palka/ dermaga sehingga ganco lama
menggantung
2. Kekurangan alat bongkar muat (crane, forklift)
3. Jarak tempuh antara kapal dan tempat penumpukan (long distance/ short
distance)
4. Kurangnya kendaraan angkutan darat (truk) pada kegiatan bongkar muat
langsung (truck losing)
5. Adanya muatan berat atau muatan yang memerlukan penanganan khusus
yang tidak diinformasikan sebelumnya
6. Menyeret muatan dalam palka dengan menggunakan ganco muatan
44
. Wawancara dengan Mantan Ketua DPW APBMI Sumatera Utara periode Tahun 1999-2002
(Pengurus Antar Masa), Bapak H. Yahya Beyn pada Tanggal 18 Februari 2009
45
. Ibid, hlm. 9
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
46
. Biro Pusat Statistik, Statistik Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Indonesia 1986, BPS RI,
Jakarta, 1986, hlm. 2
47
. Biro Pusat Statistik, Statistik Indonesia 2003, BPS RI, Jakarta, 2004, hlm. 380
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Peran usaha bongkar muat dalam hal ini sangat strategis, karena bagaimana
pun juga kelancaran arus keluar masuknya barang baik untuk kegiatan antar pulau
maupun untuk kegiatan perdagangan internasional akan terganggu jika tidak
didukung oleh kegiatan unit usaha bongkar muat. Iklim usaha perdagangan
internasional menjadi kurang menarik jika unit usaha bongkar muat mengalami
sejumlah kendala.
Ironisnya peran strategis unit usaha bongkar muat tersebut dijalankan justru
dalam keadaan kurang mendukungnya piranti hukum yang mengatur usaha
bongkar muat di Indonesia. Kurang mendukungnya piranti hukum dalam hal ini
bukanlah dalam pengertian kuantitatif, karena secara faktual banyak sekali
peraturan-peraturan yang mengatur eksistensi unit usaha bongkar muat. Namun
secara kualitatif, berbagai peraturan tersebut justru menciptakan keadaan
ketidakpastian bagi dunia usaha bongkar muat. Peraturan yang silih berganti
dengan membawa sejumlah persyaratan dan kondisi yang berubah-ubah
mengaburkan dimensi stability dan predictability dari unit usaha bongkar muat.
Keadaan yang demikian sangat menyulitkan pelaku usaha untuk memahami arah
pergerakan pembangunan sektor angkutan laut pada umumnya, khususnya untuk
sektor usaha bongkar muat yang ingin dituju oleh pemerintah. 48
Pengakuan hukum atas eksistensi usaha bongkar muat di pelabuhan sebagai
bagian integral dari sistem pengelolaan pelabuhan di Indonesia dicantumkan
dalam PP No. 2 Tahun 1969 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan
48
. Hasnil Basri Siregar, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi (Sebuah Studi terhadap
Jaminan Kepastian Hukum dalam Usaha Bongkar Muat Pelabuhan di Indonesia), Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum Dagang pada Fakultas Hukum
USU, Tanggal 13 Desember 2008 di Medan, hlm. 5
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Laut. Berdasarkan PP ini, kegiatan bongkar muat dari dan ke kapal dilaksanakan
oleh perusahaan pelayaran melalui unit usaha bongkar muat. Eksistensi dari usaha
jasa bongkar muat berdasarkan peraturan ini tidak bersifat sebagai badan usaha
yang mandiri, akan tetapi merupakan sub-ordinat dari perusahaan pelayaran.
dalam waktu yang bersamaan perusahaan pelayaran melakukan kegiatan angkutan
laut baik dengan menggunakan kapal armada maupun dengan menggunakan
sistem keagenan.
Prospek usaha yang cukup menjanjikan dari usaha bongkar muat
menyebabkan terjadinya pembelokan kegiatan usaha perusahaan pelayaran.
Kegiatan utama yang idealnya ditujukan untuk usaha pelayaran (angkutan laut)
mengalami pergeseran ke arah usaha bongkar muat. Kecenderungan ini dalam
jangka panjang bisa berakibat fatal terhadap sasaran pembinaan usaha pelayaran
yang lebih ditujukan sebagai sarana perhubungan untuk membina kesatuan
ekonomi negara kepulauan Indonesia serta sebagai instrument kunci yang
menghasilkan efek multiplier bagi pertumbuhan ekonomi nasional. 49
Pada tahun 1985 pemerintah merubah pola pengembangan usaha jasa
bongkar muat ke arah kebijakan yang lebih condong pada pengembangan
profesionalitas dan kemandirian usaha jasa bongkar muat. Implementasi Instruksi
Presiden Republik Indonesia No. 4 Tahun 1985 tentang Kebijaksanaan
Kelancaran
Arus
Barang
Untuk
Menunjang
Kegiatan
Ekonomi
telah
mengembalikan fungsi pokok usaha pelayaran pada angkutan laut. Dengan model
ini, eksistensi perusahaan bongkar muat diakui sebagai usaha mandiri dan bersifat
49
50
. Dari segi peralatan, SK Direktorat Jenderal Perhubungan Laut No. A2167/AL.62 tanggal 31
Desember 1985 menetapkan ketersediaan peralatan untuk dapat melakukan usaha bongkar muat,
antara lain untuk pelabuhan kelas I : (a). 4 unit forklift yang terdiri dari 2 unit masing-masing
berkapasitas 2,5 ton, 1 unit berkapasitas 3 ton, dan 1 unit berkapasitas 5 ton. (b). 100 buah gerobak
dorong. (c). 100 buah pallet. (d). peralatan pokok seperti ship side net, rope sling, wire sling, rope
wire net, dan peralatan lain yang diperlukan. Persyaratan untuk pelabuhan kelas II ditetapkan lebih
ringan. Sementara dari segi kompetensi sumber daya manusia ditetapkan persyaratan untuk
pelabuhan kelas I dan kelas II antara lain : (a). MPB II dengan pengalaman berlayar sekurangkurangnya 3 tahun atau ahli kepabeanan/ pelayaran niaga tingkat akademis dengan pengalaman
sekurang-kurangnya 5 tahun. (b). tenaga ahli kepabeanan yang berijazah sekurang-kurangnya
sarjana muda akuntansi. Sementara untuk pelabuhan kelas III dan pelabuhan khusus memiliki
MPB III dengan pengalaman berlayar sekurang-kurangnya 3 tahun atau ahli kepabeanan/
pelayaran niaga tingkat akademis dengan pengalaman kerja sekurang-kurangnya 3 tahun. Semua
kelas pelabuhan harus memiliki tenaga ahli pembukuan yang berijazah sekurang-kurangnya Bond
A.
51
. Wawancara dengan Mantan Ketua DPW APBMI Sumatera Utara periode Tahun 1999-2002
(Pengurus Antar Masa), Bapak H. Yahya Beyn pada Tanggal 18 Februari 2009
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
52
. M. Husseyin Umar, Aspek Hukum Tanggung Jawab Dalam Pengangkutan Laut, Makalah pada
Seminar Nasional Hukum Pelayaran Tanggal 17-18 Januari 1994 di Jakarta, hlm. 1
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
pengangkutan
harus
diangkutnya,
mulai
saat
diterimanya
hingga
saat
barang
tersebut
seluruhnya
atau
sebagian
tidak
dapat
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
54
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Oleh karena itu menurut ketentuan Pasal 469 KUHD yang berbunyi :
Untuk dicuri atau hilangnya barang bernilai/ valueable goods dan
barang yang mudah rusak atau mendapatkan kerusakan menjadi
tanggung jawabnya, sebab itulah ia menerima jasa angkutan sebagai
imbalan prestasinya.
Terkecuali tidaklah si pengangkut bertanggung jawab sepenuhnya
melainkan apabila tentang sifat dan barang itu tidak diberitahukan
pengangkut secara wajar.
Mengenai pembebasan tanggung jawab pengangkut juga ditegaskan
dalam Pasal 470 KUHD yang menggariskan bahwa pengangkut
berwenang untuk mensyaratkan bahwa ia tidak akan bertanggung jawab
dari suatu jumlah tertentu atas tiap barang yang diangkut, kecuali bila
kepadanya diberitahukan tentang sifat dan nilai barangnya sebelum atau
pada waktu penerimaan.
2. Tanggung jawab pengangkut menurut The Hague Rules 55
Menurut The Hague Rules, pertanggungjawaban pengangkut itu
adalah sejak saat barang itu dimuat sampai barang dibongkar. Sehingga
dengan demikian pertanggungjawaban pengangkut itu berakhir pada saat
barang dibongkar dari kapal.
Selanjutnya dalam Pasal II The Hague Rules mengatakan bahwa
pengangkut
melaksanakan
wajib
sebelum
dengan
penuh
dan
pada
permulaan
kesungguhan
perihal
perjalanan
pemeriksaan
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
melengkapi dan
seharusnya
c. Membuat ruangan-ruangan, kamar refgrasi dan kamar pendingin dan
bagian-bagian lain kapal di mana barang dimuat, dalam keadaan baik
dan aman untuk menerima dan menjaga keutuhan barang tersebut.
Selanjutnya
memperhatikan
ketentuan
tersebut
meneruskan,
berbagai
pengecualian
yang
bahwa
berlaku
dengan
baginya,
pelayaran
nasional
dalam
konosemennya,
56
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
memberi
tanggung
jawab
yang
besar
bagi
pengangkut.
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Terdapat 2 (dua) faktor tanggung jawab, yaitu tanggung jawab secara relatif
maupun secara mutlak. 57
1. Tanggung jawab secara relatif
Yaitu kerugian yang tidak dapat dicegah atau dihindarkan secara layak
akibat dari badai/ topan yang luar biasa hingga kapal terkena karang,
kandas di laut, di luar kekuasaan pengangkut meskipun ia berusaha
secara layak, air laut tetap masuk ke ruang palka kapal. Karena topan itu
menjadi rusak atau hilang hingga alat mekanisme tidak dapat bekerja
lagi. Selain dari itu, akibat tidak sempurnanya atau tidak memenuhi
syarat baik pengemasannya, pemberian merek dan label sehingga orang
yang dengan cepat, mencukupi kebutuhan waktu mendesak tidak dapat
memperlakukan secara baik terhadap barang itu akibat kurang jelas,
kurang tanda/ labeling permintaan barang itu sendiri.
2. Tanggung jawab secara mutlak
Ialah akibat kelalaian pengangkutan yang mempunyai kewajiban mutlak
terhadap tanggung jawab :
a. Perbuatan mereka yang dikerjakan awak kapal dalam pengangkutan
lalai tidak memenuhi kewajiban secara layak, baik disengaja ataupun
tidak, melihara barang muatan sehingga tidak terdapat kerusakan,
kehilangan dan kerugian lainnya.
b. Pengangkut
tidak
dibenarkan
lalai
memelihara
alat-alat
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
58
. Wawancara dengan Mantan Ketua DPW APBMI Sumatera Utara periode Tahun 1999-2002
(Pengurus Antar Masa), Bapak H. Yahya Beyn pada Tanggal 18 Februari 2009
59
. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002, Op-Cit, Pasal 13
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah diuraikan dan dibahas dalam skripsi ini, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan, sebagai berikut :
1. Usaha bongkar muat barang adalah kegiatan jasa yang bergerak dalam
kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal, yang terdiri dari
kegiatan stevedoring, cargodoring dan receiving/ delivery.
Mengenai dasar hukum kegiatan bongkar muat barang terdapat di dalam
beberapa produk hukum Indonesia, salah satunya adalah Keputusan
Menteri Perhubungan No. 14 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Dan
Pengusahaan Bongkar Muat Barang Dari Dan Ke Kapal. Selain itu
dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang
merupakan pengganti dari Undang-Undang No. 21 Tahun 1992 tentang
Pelayaran mengatakan bahwa untuk kelancaran kegiatan angkutan di
perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dapat diselenggarakan
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Manifest kapal
2.
3.
Certificate of insurance
4.
Commercial invoice
5.
Certificate of origine
6.
7.
Packing list
8.
Certificate lainnya
2.
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Amir M.S, Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri, Suatu Penuntun
Impor & Ekspor, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1993.
Badudu dan Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 2001.
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Soedjono, Wiwoho, Hukum Dagang, Suatu Tinjauan Tentang Ruang Lingkup dan
Masalah yang Berkembang Dalam Hukum Pengangkutan di Laut bagi
Indonesia, Penerbit Bina Aksara, Jakarta, 1982.
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009
Suryono, Cargo Handling, Makalah Pada Acara Pelatihan Cargo Dan Container
Handling Tanggal 27-29 September 2004 di Medan
Meutia Handayani : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pengangkutan Barang Di
Laut, 2009.
USU Repository 2009