Professional Documents
Culture Documents
Pajak Kini
Pajak kini (current tax) adalah jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak.
Jumlah pajak ini harus dihitung sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan penghasilan kena pajak
dikalikan dengan tarif pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Pajak (SPT) sesuai dengan peraturan perundang undangan pajak yang
berlaku.
Penghasilan kena pajak atau laba fiskal diperoleh dari hasil koreksi fiskal terhadap
laba bersih sebelum pajak berdasarkan laporan keuangan komersial (laporan keuangan
akuntansi).
Koreksi fiskal harus dilakukan karena adanya perbedaan perlakuan atas pendapatan
maupun biaya yang berbeda antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan yang
berlaku. Untuk kepentingan internal dan kepentingan lain, Wajib Pajak dapat menggunakan
standar akuntansi yang berlaku umum, sedangkan untuk perhitungan dan pembayaran pajak
harus berdasarkan peraturan perpajakan, dalam hal ini adalah undang-undang Pajak
Penghasilan dan peraturan lainnya yang terkait. Perbedaan ini dapat dikelompokkan menjadi
dua,
yaitu
beda
tetap/beda
permanen
(permanent
difference)
dan
beda
Tahun
Harga
Masa
Masa
Metode
Perolehan
Perolehan
Manfaat
Manfaat
Penyusutan
Tanah
2006
(Rp)
400.000.000
(Komersial)
-
(Fiskal)
-
Garis Lurus
Bangunan
2006
800.000.000
20 tahun
20 tahun
Garis Lurus
Inventaris
2006
200.000.000
5 tahun
4 tahun
Garis Lurus
Komersial
(Rp)
40.000.000
Fiskal
(Rp)
50.000.000
2007
40.000.000
50.000.000
2008
40.000.000
50.000.000
2009
40.000.000
50.000.000
2010
40.000.000
Rekonsiliasi fiskal PT. ABCD pada tahun 2011 dilakukan sebagai berikut :
Laba bersih komersial sebelum PPh
Rp 500.000.000
Beda waktu
Depresiasi
(Rp 10.000.000)
Beda tetap
Pendapatan bunga
Sumbangan
(Rp 20.000.000)
Rp 5.000.000
Laba fiskal
Rp 475.000.000
Rugi fiskal yang dapat dikompensasikan (Rp 175.000.000)
Laba kena pajak
Rp 300.000.000
PPh yang harus dibayar 25% x Rp 300.000.000 = Rp 75.000.000
Dengan demikian, besarnya pajak kini (pajak yang harus dibayar) oleh PT. ABCD adalah
Rp75.000.000.
Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan diatur dalam PSAK Nomor 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.
Pajak tangguhan memerlukan bagian yang cukup sulit untuk dipelajari dan dipahami karena
pengakuan pajak tangguhan bisa membawa akibat terhadap berkurangnya laba bersih jika ada
pengakuan beban pajak tangguhan. Sebaliknya juga bisa berdampak terhadap berkurangnya
rugi bersih jika ada pengakuan manfaat pajak tangguhan.
Pengakuan Pajak Tangguhan
Apabila pada masa mendatang akan terjadi pembayaran pajak yang lebih besar, maka
berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum harus diakui sebagai suatu kewajiban.
Kewajiban didefinisikan sebagai suatu kemungkinan adanya pengorbanan ekonomi pada masa
yang akan datang yang muncul dari kewajiban masa kini, suatu entitas untuk menyerahkan
aset kepada entitas-entitas lainnya sebagai akibat kejadian masa lalu.
Apabila ada kemungkinan pembayaran pajak yang lebih kecil pada masa yang akan
datang maka berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum dapat dianggap sebagai suatu
aset. Aset didefinisikan sebagai suatu kemungkinan akan adanya manfaat ekonomi pada masa
yang akan datang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi
atau kejadian pada masa lalu. Pengakuan aset tangguhan didasarkan pada fakta adanya
kemungkinan pemulihan agar mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang
menjadi lebih kecil sebagai akibat pemulihan aset yang tidak memiliki konsekuensi pajak.
Besarnya pengakuan aset dan kewajiban pajak tangguhan dapat dihitung dengan
mengalikan beda waktu antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal
atau rugi fiskal yang dapat dikompensasi dengan tarif pajak yang berlaku. Namun perlu
diingat, tidak semua beda waktu dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal. Semua itu harus
sesuai dengan ketentuan perpajakan.
Contoh :
PT. ABCD pada tahun 2011 mempunyai data sebagai berikut :
1. Laba bersih sebelum pajak komersial Rp 500.000.000
2. Kompensasi kerugia tahun 2011 sebesar Rp 50.000.000
3. Aset tetap yang dimiliki terdiri atas :
Aset
Tahun
Harga
Masa
Masa
Metode
Perolehan
Perolehan
Manfaat
Manfaat
Penyusutan
Tanah
2009
(Rp)
400.000.000
(Komersial)
-
(Fiskal)
-
Bangunan
2009
600.000.000
20 tahun
20 tahun
Garis Lurus
Inventaris
2009
400.000.000
5 tahun
8 tahun
Garis Lurus
Komersial (Rp)
80.000.000
Fiskal (Rp)
50.000.000
Perbedaan (Rp)
30.000.000
2010
80.000.000
50.000.000
30.000.000
2011
80.000.000
50.000.000
30.000.000
2012
80.000.000
50.000.000
30.000.000
2013
80.000.000
50.000.000
30.000.000
2014
50.000.000
(50.000.000)
2015
50.000.000
(50.000.000)
2016
Jumlah
400.000.000
50.000.000
400.000.000
(50.000.000)
0
Rp 12.500.000
Rp 12.500.000
Pencatatan aset pajak tangguhan yang berasal dari rugi fiskal yang dapat dikompensasi
(Rp50.000.000 x 25%).
Pencatatan kewajiban pajak tangguhan 2012 :
//
Rp 12.500.000
Rp 12.500.000
Pengakuan pajak tangguhan yang berasal dari rugi yang dikompensasikan (Rp 50.000.000 x
25%).
//
Rp 7.500.000
Rp 7.500.000
Pengakuan kewajiban pajak tangguhan yang muncul dari beda temporer penyusutan
inventaris (Rp 30.000.000 x 25%).