You are on page 1of 4

PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN

Pajak Kini
Pajak kini (current tax) adalah jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak.
Jumlah pajak ini harus dihitung sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan penghasilan kena pajak
dikalikan dengan tarif pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Pajak (SPT) sesuai dengan peraturan perundang undangan pajak yang
berlaku.
Penghasilan kena pajak atau laba fiskal diperoleh dari hasil koreksi fiskal terhadap
laba bersih sebelum pajak berdasarkan laporan keuangan komersial (laporan keuangan
akuntansi).
Koreksi fiskal harus dilakukan karena adanya perbedaan perlakuan atas pendapatan
maupun biaya yang berbeda antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan yang
berlaku. Untuk kepentingan internal dan kepentingan lain, Wajib Pajak dapat menggunakan
standar akuntansi yang berlaku umum, sedangkan untuk perhitungan dan pembayaran pajak
harus berdasarkan peraturan perpajakan, dalam hal ini adalah undang-undang Pajak
Penghasilan dan peraturan lainnya yang terkait. Perbedaan ini dapat dikelompokkan menjadi
dua,

yaitu

beda

tetap/beda

permanen

(permanent

difference)

dan

beda

waktu/sementara/temporer (temporary difference).


Beda tetap/beda permanen adalah perbedaan yang disebabkan oleh adanya perbedaan
pengakuan pendapatan dan beban standar akuntansi dan peraturan perpajakan. Perbedaan ini
akan mengakibatkan perbedaan besarnya laba bersih sebelum pajak dengan laba fiskal atau
penghasilan kena pajak.
Beda waktu/sementara/temporer adalah perbedaan yang disebabkan adanya perbedaan
waktu dan metode pengakuan penghasilan dan beban tertentu berdasarkan standar akuntansi
dengan peraturan perpajakan. Perbedaan ini mengakibatkan perbedaab waktu pengakuan
pendapatan dan beban antara tahun pajak yang satu ke tahun pajak berikutnya.
Perhitungan Pajak Kini
Contoh :
PT. ABCD pada tahun 2011 mempunyai data sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Laba bersih sebelum pajak komersial Rp 500.000.000


Bunga deposito Rp 20.000.000
Sumbangan untuk perayaan 17 Agustus 2011 sebesar Rp 5.000.000
Aset tetap yang dimiliki terdiri atas :
Aset

Tahun

Harga

Masa

Masa

Metode

Perolehan

Perolehan

Manfaat

Manfaat

Penyusutan

Tanah

2006

(Rp)
400.000.000

(Komersial)
-

(Fiskal)
-

Garis Lurus

Bangunan

2006

800.000.000

20 tahun

20 tahun

Garis Lurus

Inventaris

2006

200.000.000

5 tahun

4 tahun

Garis Lurus

Beban penyusutan inventaris adalah sebagai berikut :


Tahun
2006

Komersial
(Rp)
40.000.000

Fiskal
(Rp)
50.000.000

2007

40.000.000

50.000.000

2008

40.000.000

50.000.000

2009

40.000.000

50.000.000

2010

40.000.000

Rekonsiliasi fiskal PT. ABCD pada tahun 2011 dilakukan sebagai berikut :
Laba bersih komersial sebelum PPh
Rp 500.000.000
Beda waktu
Depresiasi
(Rp 10.000.000)
Beda tetap
Pendapatan bunga
Sumbangan

(Rp 20.000.000)
Rp 5.000.000

Laba fiskal
Rp 475.000.000
Rugi fiskal yang dapat dikompensasikan (Rp 175.000.000)
Laba kena pajak
Rp 300.000.000
PPh yang harus dibayar 25% x Rp 300.000.000 = Rp 75.000.000
Dengan demikian, besarnya pajak kini (pajak yang harus dibayar) oleh PT. ABCD adalah
Rp75.000.000.

Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan diatur dalam PSAK Nomor 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.
Pajak tangguhan memerlukan bagian yang cukup sulit untuk dipelajari dan dipahami karena
pengakuan pajak tangguhan bisa membawa akibat terhadap berkurangnya laba bersih jika ada

pengakuan beban pajak tangguhan. Sebaliknya juga bisa berdampak terhadap berkurangnya
rugi bersih jika ada pengakuan manfaat pajak tangguhan.
Pengakuan Pajak Tangguhan
Apabila pada masa mendatang akan terjadi pembayaran pajak yang lebih besar, maka
berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum harus diakui sebagai suatu kewajiban.
Kewajiban didefinisikan sebagai suatu kemungkinan adanya pengorbanan ekonomi pada masa
yang akan datang yang muncul dari kewajiban masa kini, suatu entitas untuk menyerahkan
aset kepada entitas-entitas lainnya sebagai akibat kejadian masa lalu.
Apabila ada kemungkinan pembayaran pajak yang lebih kecil pada masa yang akan
datang maka berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum dapat dianggap sebagai suatu
aset. Aset didefinisikan sebagai suatu kemungkinan akan adanya manfaat ekonomi pada masa
yang akan datang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi
atau kejadian pada masa lalu. Pengakuan aset tangguhan didasarkan pada fakta adanya
kemungkinan pemulihan agar mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang
menjadi lebih kecil sebagai akibat pemulihan aset yang tidak memiliki konsekuensi pajak.
Besarnya pengakuan aset dan kewajiban pajak tangguhan dapat dihitung dengan
mengalikan beda waktu antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal
atau rugi fiskal yang dapat dikompensasi dengan tarif pajak yang berlaku. Namun perlu
diingat, tidak semua beda waktu dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal. Semua itu harus
sesuai dengan ketentuan perpajakan.
Contoh :
PT. ABCD pada tahun 2011 mempunyai data sebagai berikut :
1. Laba bersih sebelum pajak komersial Rp 500.000.000
2. Kompensasi kerugia tahun 2011 sebesar Rp 50.000.000
3. Aset tetap yang dimiliki terdiri atas :
Aset

Tahun

Harga

Masa

Masa

Metode

Perolehan

Perolehan

Manfaat

Manfaat

Penyusutan

Tanah

2009

(Rp)
400.000.000

(Komersial)
-

(Fiskal)
-

Bangunan

2009

600.000.000

20 tahun

20 tahun

Garis Lurus

Inventaris

2009

400.000.000

5 tahun

8 tahun

Garis Lurus

Beban penyusutan aset tetap inventaris adalah sebagai berikut :


Tahun
2009

Komersial (Rp)
80.000.000

Fiskal (Rp)
50.000.000

Perbedaan (Rp)
30.000.000

2010

80.000.000

50.000.000

30.000.000

2011

80.000.000

50.000.000

30.000.000

2012

80.000.000

50.000.000

30.000.000

2013

80.000.000

50.000.000

30.000.000

2014

50.000.000

(50.000.000)

2015

50.000.000

(50.000.000)

2016
Jumlah

400.000.000

50.000.000
400.000.000

(50.000.000)
0

Pencatatan kewajiban pajak tangguhan 2011 :


//

Aset pajak tangguhan

Rp 12.500.000

Manfaat pajak tangguhan

Rp 12.500.000

Pencatatan aset pajak tangguhan yang berasal dari rugi fiskal yang dapat dikompensasi
(Rp50.000.000 x 25%).
Pencatatan kewajiban pajak tangguhan 2012 :
//

beban pajak tangguhan

Rp 12.500.000

Aset pajak tangguhan

Rp 12.500.000

Pengakuan pajak tangguhan yang berasal dari rugi yang dikompensasikan (Rp 50.000.000 x
25%).
//

beban pajak tangguhan


Kewajiban pajak tangguhan

Rp 7.500.000
Rp 7.500.000

Pengakuan kewajiban pajak tangguhan yang muncul dari beda temporer penyusutan
inventaris (Rp 30.000.000 x 25%).

You might also like