Professional Documents
Culture Documents
Mutu Pelayanan Keperawatan Anestesi Di Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau - 2 PDF
Mutu Pelayanan Keperawatan Anestesi Di Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau - 2 PDF
Bulan 20..
MutuPelayananKeperawatanAnestesiDiRumahSakitUmum
DaerahSanggau
Najori,TjahjonoKuntjoro,FitriHaryanti
Abstract
Background: Public service Act No. 25/2009 obliges hospitals to plan, specify and implement
service standard and quality of service based on service variety. Sanggau District Hospital is a
public facility that has to improve quality of health service. One of services directly related to
patients is anesthesia nursing service.
Objective: In general the study aimed to identify quality of anesthesia nursing service from
aspects of workload, standard of anesthesia nursing service at Sanggau District Hospital and
understanding on regulation of anesthesia nursing service at Sanggau District Hospital.
Method: The study was descriptive qualitative with case study method and presented in narrative
format. Data were obtained through observation using check list, interview and questionnaire for
stakeholders.
Result: Quality of anesthesia nursing service was improved, as viewed from decreased prevalence
or failure in anesthesia intervention below the standard of minimum service since anesthesia nurses
were concerned and complied with standard of profession and patient safety. Service improvement
was not supported by adequate quantity of anesthesia nurses, standard facilities, and standard
operational procedures. Diverse views of professional organization on regulation of anesthesia
nursing service did not disrupt anesthesia nursing service. Service was a priority; anesthesia
intervention was carried out according to regulation and authority of anesthesia nurses.
Suggestion: Sanggau District Hospital should make analysis of need for nurses and doctors,
measurement and standard of hospital minimum service, provide standard operational procedure,
standard facilities and found hospital quality assurance team as well as give socialization and
understanding on regulation about the limit and authority in making anesthesia nursing
intervention.
Keywords: quality of service, workload, anesthesia nursing, authority, regulation
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan
setiap orang. Para ahli kedokteran dan kesehatan termasuk profesi keperawatan senantiasa
berusaha meningkatkan mutu dirinya, profesinya, maupun peralatan kedokteran, khususnya
manajemen mutu pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan. Keperawatan sebagai salah satu profesi,
mempunyai kedudukan penting dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan serta merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan di Indonesia.1
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang berfungsi untuk
melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang.
Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan
prima rumah sakit, Adapun faktor yang dominan yang mempengaruhi mutu adalah sumber daya
manusia. Sumber daya manusia yang terlibat secara langsung dalam pemberian pelayanan kepada
pasien yang paling banyak jumlahnya adalah perawat dan bidan yaitu 40%.2
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
Dengan
sempurna
Pre anestesi
Pemeriksaan pasien sebelum
tindakan anestesi di ruang
perawatan
Serah terima pasien di kamar
operasi
Memeriksapersiapan/identitas
pasien sebelum operasi
dilaksanakan
Menerima pelimpahan
wewenang dalam melakukan
tindakan anestesi
Mengecek mesin dan alat
anestesi
dilaksanakan
Menanyakan riawayat
penyakit lain dan obat yang
dilaksanakan
pernah dipakai
Inform concent
dilaksanakan
Penjelasan tentang
bahaya/resiko tindakan
dilaksanakan
anestesi
Premedikasi
-
Dilaksanakan
Tidak dengan
sempurna
tidak
tidak
tidak
tidak
dilaksanakan
dikamar operasi
Maintenance anestesi
Perawat anestesi didampingi
oleh dokter anestesi
Perawat anestesi
Tidak selalu
didampingi oleh perawat
didampingi
anestesi lain
Tindakan anestesi sesuai
dilaksanakan
sop
sesuai standar
tidak
13.
14
15.
16.
17.
18.
19.
Memonitor tanda-tanda
vital pasien selama anestesi
Pasca anestesi
Memberikan obat analgetik
Memantau tanda-tanda
vital di RR
Serah terima pasien pindah
keruangan
Menilai alderete score
Membereskan alat-alat
setelah tindakan anestesi
Membuat laporan kegiatan
tindakan anestesi
profesi
dilaksanakan
dilaksanakan
dilaksanakan
dilaksanakan
dilaksanakan
dilaksanakan
dilaksanakan
Dari hasil observasi pelaksanaan tindakan keperawatan anestesi di RSUD Sanggau, dapat
disimpulkan bahwa umumnya proses kegiatan pre, maintenance, dan pasca anestesi yang
dilakukan perawat anestesi dilaksanakan dengan sempurna, kepatuhan perawat anestesi terhadap
standar profesi secara terstruktur dilakukan dengan baik, beberapa proses pelayanan tidak dengan
sempurna dilakukan, menunjukan kegiatan tersebut tidak harus dilaksanakan dan tidak berdampak
resiko terhadap pelayanan keperawatan anestesi. Tidak dilaksanakan proses pelayanan
keperawatan anestesi karena keterbatasan tenaga perawat anestesi di RSUD Sanggau.
Ketepatan dan kepatuhan dalam melakukan tindakan anestesi yang dilakukan oleh perawat
anestesi dalam menghindari kejadian yang tidak diharapkan adalah:
kejadian kematian dalam melakukan tindakan anestesi, tergantung dari kasus yang
dtangani dan mempunyai resiko yang berat, yang tak memungkinkan untuk dirujuk.
(Responden 7).
No
1.
2.
3.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan keperawatan anestesi yang
dilakukan oleh perawat anestesi di kamar operasi, menunjukkan kualitas pelayanan membaik,
ditandai dengan jumlah kematian (death) dimeja operasi dalam melakukan tindakan anestesi
cenderung menurun, dari laporan tahunan kegiatan anestesi dan wawancara didapatkan data
jumlah kematian tahun 2006 dari jumlah 853 pasien, yang meninggal dimeja operasi sebanyak 2
pasien atau 0,23%, tahun 2007 dari jumlah 799 pasien, yang meninggal dimeja operasi sebanyak 3
Selain jumlah perawat anestesi yang kurang, jumlah operasi yang ditangani oleh perawat
anestesi dalam satu hari 2-3 pasien, termasuk cito dengan jumlah perawat 4 orang dengan
sistem oncall, danjam kerja perawat anestesi melebihi dari 8 jam kerja. (Responden 7)
Tabel 5. Pembedahan dan Anestesi di Kamar Operasi RSUD Sanggau tahun 2006
Spesialis
Bedah
Obgin
Jumlah
Khusus
elekt dar
if
urat
3
7
3
7
Golongan Pembedahan
Besar
Sedang
elekt dar elekt dar
if
urat
if
urat
318 131 114
45
108
98
29
426 229 143
45
Jumlah
Kecil
elekt dar
if
urat
-
elekti
f
435
137
572
daru
rat
183
98
281
Tabel 6. Pembedahan dan Anestesi di Kamar Operasi RSUD Sanggau tahun 2007
Spesialis
Bedah
Obgin
Jumlah
Khusus
elekt dar
if
urat
2
2
-
Golongan Pembedahan
Besar
Sedang
elekt dar elekt dar
if
urat
if
urat
201 112
98
22
98
109 107
48
299 221 205
70
Jumlah
Kecil
elekt dar
if
urat
2
2
-
elekti
f
303
205
508
daru
rat
134
157
291
Tabel 7. Pembedahan dan Anestesi di Kamar Operasi RSUD Sanggau tahun 2008
Spesialis
Golongan Pembedahan
Jumlah
Khusus
Besar
Sedang
Kecil
elekt dar elekt dar elekt dar elekt dar elekti daru
if
urat
if
urat
if
urat
if
urat
f
rat
287 141 127
35
414
176
Bedah
102 179
25
33
127
212
Obgin
389 320 152
68
541
388
Jumlah
Tindakan anestesi di kamar operasi tahun 2006 dengan tindakan darurat adalah 32,94
persen, sedangkan tindakan operasi elektif adalah 67,06 persen dari jumlah 853 pasien, tahun 2007
dengan tindakan darurat adalah 36,42 persen, tindakan operasi elektif adalah 63,58 persen dari
jumlah 799 pasien, tahun 2008 dengan tindakan darurat/ adalah 41,77 persen, tindakan operasi
elektif adalah 58,23 persen dari jumlah 929 pasien, semua tindakan dilakukan oleh perawat
anestesi tanpa dokter anestesi.
Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang
digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu, atau
dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah personalia dan
berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang petugas11.
8
Selama tindakan anestesi maka peran perawat anestesi adalah berkolaborasi dengan
dokter spesialis anestesi dalam memberikan pelayanan anestesi, apabila dokter anestesi
ada. Apabila tidak ada dokter anestesi maka peran perawat berdasarkan kompetensinya
dalam memberikan pelayanan anestesi, mulai prosedur pre, intra dan pasca anestesi
(recovery room). (Responden 7)
Peran perawat anestesi dalam pelayanan keperawatan anestesi adalah membantu dokter
anestesi/mitra dokter anestesi dalam melakukan tindakan anestesi, serta berkolaborasi dengan
dokter anestesi. Tanpa dokter anestesi peran/tanggung jawab tersebut diambil alih operator,
perawat anestesi melakukan tindakan anestesi sesuai dengan kompetensi dan batas kewenangan.
3. Standar Pelayanan Keperawatan Anestesi di RSUD Sanggau
a. Standar Tenaga Perawat anestesi
Ketenagaan keperawatan di RSUD Sanggau yang ada saat ini adalah 130 perawat terdiri
dari DIII keperawatan 107 perawat, SPK 23 perawat, berdasarkan formulasi perhitungan Gillies12,
jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 66 perawat, rasio kebutuhan Permenkes 262/1979 kelas
rumah sakit tipe C adalah 1(satu) tenaga perawat berbanding 1(satu) tempat tidur, kelebihan tenaga
perawat di RSUD Sanggau dikarenakan tidak dilakukan analisis kebutuhan tenaga. Sehingga
dalam pergantian shift pagi, sore dan malam melebihi dari 2(dua) perawat.
Formula Permenkes 262/1979 dengan metode rasio tidak dapat menghitung kebutuhan
tenaga secara menyeluruh hanya menggunakan jumlah Tempat Tidur (TT), di kamar operasi
sebagai denominator yang dilakukan oleh perawat anestesi. Kelebihan tenaga perawat di RSUD
Sanggau tidak seimbang dengan jumlah tenaga perawat anestesi yang hanya 4 orang perawat
anestesi. Kebutuhan tenaga perawat anestesi 5 (lima) orang perawat anestesi, ditambah perawat
RR yang terampil dalam penangganan gawat darurat 1(satu) orang13.
Depkes, memperhitungkan jumlah tenaga perawat anestesi berdasarkan jumlah jenis
operasi, jumlah kamar operasi dan pemakaian kamar operasi yang diprediksikan 6 jam sehari, serta
tingkat ketergantungan pasien operasi besar, sedang dan kecil, dengan jumlah operasi 3 pasien
sehari termasuk darurat, yang dibutuhkan 3 (tiga) orang perawat anestesi dengan 1(satu) orang
cadangan dari tim inti. Di RR yang dibutuhkan tenaga perawat anestesi 1(satu) orang perawat
anestesi14.
Tenaga perawat anestesi segi efektivitas dan efisiensi dari sumber daya manusia RSUD
sanggau, berdasarkan formulasi kebutuhan tenaga perawat anestesi belum mencukupi dari aspek
jumlah/kuantitas tenaga 4(empat) orang perawat anestesi, kompetensi seorang perawat sangat
ditentukan kualitas dalam melakukan tindakan anestesi, dimana 2(dua) perawat pendidikan DIII
keperawatan anestesi, 2 (dua) perawat pelatihan anestesi, selain bekerja berdasarkan tugas pokok
selaku pembiusan pasien, perawat anestesi merangkap pada ruang recovery room. Bekerja sistem
oncall dan tidak berdasarkan shift.
b. Standar Sarana Prasarana Kamar Operasi RSUD Sanggau
Kelengkapan sarana prasarana dalam penelitian ini adalah ala-alat yang dibutuhkan
perawat anestesi untuk melaksanakan tindakan anestesi. Hasil observasi dilakukan perawat
anestesi terhadap kelengkapan fasilitas dari aspek kuantitas dan kualitas alat cukup memadai,
terutama pada kamar operasi 1(satu), mesin anestesi sudah standar, sementara kamar operasi
2(dua) belum standar sehingga frekwensi tindakan anestesi lebih banyak dilakukan pada kamar
9
No
1.
2.
Tidak ada
3.
Tidak ada
4.
Tidak ada
5.
Tidak ada
6.
Tidak ada
7.
8.
Tidak ada
9.
Tidak ada
10.
Tidak ada
11.
Tidak ada
12.
13.
14.
Sop premedikasi
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Permasalahan yang dihadapi rumah sakit dalam membuat standar operasional prosedur
(SOP) untuk menciptakan mutu pelayanan keperawatan anestesi yang baik tentunya memiliki
komitmen rumah sakit tersebut, ada lima faktor yang dapat menghambat dalam pembuatan SOP15,
yaitu:
1) Kurangnya waktu bagi tenaga kesehatan untuk melaksanakan SOP, meskipun pada akhirnya
dengan dengan melaksanakan SOP dapat mengurangi terjadinya komplikasi dan rujukan
sehingga akan menghemat waktu dalam penanganan pasien.
2) Kurangnya dana, menyebabkan pelayanan menjadi tidak menyenangkan.
3) Faktor organisasi, misalnya kurangnya dukungan dari rumah sakit atau adanya prioritas yang
berbeda.
4) Faktor professional, yaitu adanya konflik antara keperluan yang berbeda dari tiap-tiap tenaga
kesehatan dengan kebutuhan pasien.
5) Faktor individual, yaitu kurangnya pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan.
11
12
13
DAFTAR PUSTAKA
1.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1982) Sistem Kesehatan Nasional: Jakarta:
Depkes RI.
2.
Departemen Kesehatan Reoublik Indonesia (2002) Standar Tenaga Keperawatan di Rumah
Sakit: Jakarta: Depkes RI.
3.
Suyanto (2008) Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit:
Yoyakarta: Mitra Cendikia.
4.
Sabarguna, S.B. (2008) Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit: Jakarta: Sagung Seto.
5.
Koentjoro.T. (2007) Regulasi Kesehatan di Indonesia: Yogayakarta: Penerbit Andi.
6.
Ratminto dan Winarsih. (2008) Manajemen Pelayanan Kesehatan. : Yogyakarta: Pustaka
pelajar.
7.
Yin, R.K (2008) Studi Kasus Desain dan Metode.Penerjemah, M.Djauzi. Mudzakir (2002):
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
8.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik (2007) Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta:
Depkes RI.
9.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Standar Pelayanan Anestesiologi dan
Reanimasi di Rumah Sakit: Jakarta: Depkes RI.
10. Pohan,I. (2002) Jaminan Mutu Layanan Kesehatan Dasar-dasar Pengertian dan Penerapan:
Jakarta: EGC.
11. Badan Kepegawaian Negara (2004) Pengukuran kapasistas Kelembagaan di Lingkungan
Badan
Kepegawaian
Negara
(internet),
Available
From:
Jakarta.
BKN:http//www.bkn.go.id/buku penelitian /2004/BAB II (accessed 20 Mei 2009)
12. Gillies. (1994) Nursing Management; A System to Approach, third edition, W.B.Saunders
Co. Philadelphia.
13. Ilyas.Y. (2004) Perencanaan SDM Rumah Sakit Teori, Metode, dan Formula. Fakultas
Kesehatan Masyarakat-Universitas Indonesia. Jakarta
14.
15