You are on page 1of 16

MODUL

FIELDTRIP MODEL ENDAPAN MINERAL

MUHARDI JAYA
D621 14 008

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2016

MINERALISASI BIJIH BESI DI BONE SELATAN


Modul Field Trip Model Endapan Mineral (225D6202)
Libureng, Kabupaten Bone, 6-7 Mei 2016
Oleh:
Dr. Irzal Nur
Laboratorium Eksplorasi Mineral, Program Studi Teknik Pertambangan, Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Kampus Fakultas Teknik UNHAS, Gowa.

1. Pendahuluan
Kegiatan field trip (studi lapangan) mata kuliah Model Endapan Mineral
pada semester akhir tahun ajaran 2015-2016 ini akan dilakukan di lokasi eksplorasi
bijih besi PT. Wijaya Eka Sakti, yang wilayah IUP-nya berada di Kecamatan
Libureng dan Kecamatan Patimpeng, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
Outline rencana lokasi field trip dapat dilihat pada Gambar 1.A.
Sebagai gambaran tentang kondisi umum mineralisasi bijih besi yang akan
dikunjungi pada field trip ini, maka pada modul ini akan diuraikan hasil-hasil studi
dan penyelidikan terdahulu tentang mineralisasi bijih besi yang telah dilakukan di
daerah-daerah yang berdekatan dengan lokasi eksplorasi perusahaan tersebut di
atas, yaitu di daerah Pakke dan Tanjung (Kecamatan Bontocani dan Kahu), yang
terletak sedikit di sebelah selatan dari lokasi field trip (Gambar 1.B). Hasil-hasil
studi atau penyelidikan terdahulu tersebut, terutama adalah yang ditulis/dilaporkan
oleh Widi et al. (2007) dan van Leeuwen and Pieters (2011, 2012). Sedangkan
uraian tentang kondisi geologi regionalnya didasarkan pada Peta Geologi
Bersistem Skala 1 : 250.000, Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai,
Sulawesi (Sukamto dan Supriatna, 1982).
2. Geologi Regional
Secara stratigrafi, satuan-satuan batuan yang menyusun daerah Pakke dan
Tanjung dan sekitarnya, dari yang tertua ke yang termuda adalah sebagai berikut
(Sukamto dan Supriatna, 1982; Gambar 1.B):
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 2

(A)

Outline rencana
lokasi field trip

PAKKE

(B)

TANJUNG

Gambar 1. (A). Peta administrasi Kabupaten Bone yang memperlihatkan outline rencana
lokasi field trip, dan indeks lokasi peta geologi. (B). Cropped-out peta geologi (Sukamto dan
Supriatna, 1982) yang memperlihatkan blok-blok lokasi Tanjung dan Pakke.
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 3

Batuan Metamorfik (S); dominan disusun oleh sekis dan sedikit genes;
secara megaskopis terlihat mengandung mineral glaukofan, garnet, epidot, mika,
dan klorit; di bawah mikroskop dikenali sekis glaukofan, eklogit, sekis garnet,
sekis amfibol, sekis kiorit, sekis muskovit, sekis muskovit-tremoilit-aktinolit,
genes albit-ortoklas, dan genes kuarsa-felspar; eklogit tidak ditemukan dalam
bentuk singkapan, tetapi dalam bentuk bongkah-bongkah besar; sebagian sekis
mengandung grafit; berwarna kelabu, hijau, coklat, dan biru; umumnya
berpendaunan miring ke timurlaut, sebagian terbreksikan, dan tersesar-naikkan ke
arah baratdaya; di blok Tanjung, Satuan Batuan Metamorfik ini dibatasi di bagian
barat dan timurnya oleh dua buah sesar (patahan) yang hampir berarah utaraselatan, yang merupakan batas kontaknya dengan Satuan Batuan Gunungapi
Formasi Camba (Tmcv), dan di bagian utaranya diterobos oleh intrusi granodiorit
(gd) (Gambar 1.B); Satuan ini merupakan satuan batuan tertua di daerah ini, yang
berumur Kapur Awal (111 juta tahun yang lalu), dan tebalnya 2000 m.
Formasi Marada (Km); batuan sedimen flysch yang terdiri atas perselingan
batupasir, batulanau, arkose, graywacke, serpih, dan konglomerat; bersisipan
batupasir dan batulanau karbonatan, tufa, lava, dan breksi yang tersusun oleh
basal, andesit dan trakit; batupasir dan batulanau kelabu muda sampai kehitaman;
serpih kelabu tua sampai coklat tua: konglomerat tersusun oleh kerikil andesit dan
basal: lava dan breksi terpropilitkan kuat dengan mineral sekunder karbonat,
silikat, serisit, klorit dan epidot; formasi batuan sedimen ini tebalnya > 1000 m,
berumur Kapur Akhir, dan terendapkan di lingkungan neritik (laut dangkal);
formasi ini tersebar di sebelah timur Blok Tanjung (Gambar 1.B).
Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv); terdiri atas breksi, lava dan tufa;
di bagian atas lebih banyak tufa, di bagian bawah lebih banyak lava; umumnya
bersifat andesitik, sebagian trakitik dan basaltik; bagian atas bersisipan serpih
merah dan batugamping; komponen breksi bervariasi, dari beberapa cm sampai
> 50 cm, tersemen oleh tufa dengan persentasi < 50%; lava dan breksi berwarna
kelabu tua sampai kelabu kehijauan, sangat terbreksikan dan terpropilitkan,
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 4

mengandung banyak karbonat dan silikat; satuan ini tebalnya sekitar 400 m,
berumur Paleosen (58,5-63 juta tahun yang lalu), ditindih tak-selaras oleh Formasi
Tonasa (Temt) dan diterobos oleh intrusi granodiorit (gd); satuan ini lebih dominan
tersebar di Blok Pakke; pada peta geologi yang disusun oleh Sukamto dan
Supriatna (1982), pada ini terdapat indikasi endapan mangan (Mn) di Blok Pakke
(Gambar 1.B); oleh van Leeuwen (1974), Batuan Gunungapi Terpropilitkan ini
dinamakan Formasi (Batuan Gunungapi) Langi.
Formasi Tonasa (Temt); batugamping koral pejal, sebagian terhablurkan
(terkristalisasi), berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastika dan
kalkarenit berwarna putih, coklat muda dan kelabu muda; sebagian berlapis baik,
berselingan dengan napal globigerina tufaan; bagian bawahnya mengandung
batugamping

berbitumen,

setempat

bersisipan

breksi

batugamping

dan

batugamping pasiran; terdapat batugamping yang mengandung glaukonit, dan di


beberapa tempat mengandung sepaian (hancuran) sekis dan batuan ultramafik;
batugamping berlapis sebagian mengandung foraminifera besar, napalnya banyak
mengandung foraminifera kecil dan beberapa lapisan napal pasiran mengandung
kerang (pelecypoda) dan siput (gastropoda) besar; batugamping pejal pada
umumnya terkekarkan kuat; formasi ini berumur Eosen Awal - Miosen Tengah,
lingkungan pengendapan neritik dangkal hingga dalam dan laguna; tebalnya tidak
kurang dari 3000 m; di peta geologi pada Gambar 1.B, Formasi Tonasa (Temt) ini
tersebar

di

bagian

baratlaut,

menindih

tak-selaras

Batuan

Gunungapi

Terpropilitkan (Tpv) dan tertindih tak-selaras oleh Batuan Gunungapi Formasi


Camba (Tmcv).
Batuan Gunungapi Formasi Camba (Tmcv); batuan gunungapi bersisipan
batuan sedimen laut; terdiri atas breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi,
dan tufa berbutir halus hingga lapili; bersisipan batupasir tufaan, batupasir
karbonatan, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal;
batuan volkanik ini berkomposisi andesitik dan basaltik; sedikit terpropilitkan,
sebagian terkersikkan (berbutir pasir kasar), amigdaloidal dan berlubang-lubang;
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 5

diterobos oleh retas, sill dan stok berkomposisi basaltik dan dioritik, berwarna
kelabu muda, kelabu tua dan coklat, di bawah mikroskop dikenali batuan-batuan
fonolit nefelin, sienit nefelin porfiri, diabas hipersten, tufa, andesit, trakit, basal
leusit, tefrit leusit, basanit leusit, leusitit, dan dasit; batuan gunungapi ini berumur
Miosen Tengah - Miosen Akhir; terendapkan pada lingkungan laut neritik,
menindih tak-selaras batugamping Formasi Tonasa; sebagian terbentuk pada
lingkungan darat; tebalnya diperkirakan tidak kurang dari 4000 m; di bagian
selatan (Gambar 1.B), batuan gunungapi ini diterobos oleh intrusi granodiorit (gd).
Formasi Walanae (Tmpw); batupasir berselingan dengan batulanau, tufa,
napal, batulempung, konglomerat, dan batugamping; berwarna putih keabuan,
kecoklatan dan kelabu muda; batupasir berbutir halus sampai kasar, umumnya
tufaan dan karbonatan, terdiri terutama oleh sepaian batuan beku dan sebagian
mengandung kuarsa; komponen batuan gunungapi terdiri atas butiran abu hingga
lapili, tufa kristal, setempat mengandung banyak batuapung dan biotit;
konglomerat tersusun terutama oleh kerikil dan kerakal andesit, trakit dan basal;
fosil foraminifera kecil banyak ditemukan di dalam napal dan sebagian
batugamping; setempat moluska ditemukan melimpah pada batupasir, napal dan
batugamping; berumur Miosen Tengah - Pliosen; pada umumnya terlipat lemah,
dengan kemiringan lapisan < 15; terlipat kuat di sepanjang jalur sesar, dengan
kemiringan sampai 60; bagian bawah formasi ini diperkirakan menjemari dengan
Formasi Camba; tebalnya diperkirakan 4.500 m; di peta geologi (Gambar 1.B),
formasi ini tersebar setempat di bagian timurlaut (berwarna kuning pada peta).
Batuan intrusi granodiorit (gd); berwarna kelabu muda, di bawah
mikroskop terlihat mengandung felspar, kuarsa, biotit, sedikit piroksen dan
horenblende, dengan mineral ikutan zirkon, apatit, dan magnetit; mengandung
xenolith bersusunan diorit dan diterobos oleh aplit; sebagian diorit terkaolinkan;
berumur Miosen Awal (19 juta tahun yang lalu); di peta geologi (Gambar 1.B),
granodiorit ini terlihat umumnya mengintrusi Batuan Gunungapi Terpropilitikan
(Tpv), serta sebagian Formasi Marada (Km) dan Batuan Metamorfik (S).
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 6

Struktur geologi yang berkembang umumnya adalah sesar, dengan arah


umum utara-selatan hingga hampir baratlaut-tenggara. Struktur perlipatan juga
terjadi pada Batuan Gunungapi Formasi Camba (Tmcv), di mana di sekitar Desa
Pammusureng kemiringan perlapisan batuannya saling berlawanan, dengan sumbu
perlipatan berarah baratlaut-tenggara (Gambar 1.B).
3. Geologi Lokal Daerah Pakke dan Tanjung
3.1. Morfologi dan fisiografi
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh Widi et al. (2007), daerah
Pakke, Tanjung dan sekitarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua satuan
morfologi, yaitu satuan morfologi terjal dan satuan morfologi landai. Satuan
morfologi terjal dicirikan oleh slope yang curam dan lembah yang dalam, yang
tersebar luas di daerah Pakke, dan dominan disusun oleh batuan volkanik dan
batuan sedimen (batugamping). Sedangkan satuan morfologi landai terutama
tersebar di bagian selatan (Tanjung dan sekitarnya), dengan slope yang < 25 o.
Secara umum kisaran elevasi adalah 300-640 m di atas permukaan laut.
Salah satu kenampakan morfologi di daerah Pakke dan sekitarnya terlihat
pada Gambar 2. Di bagian timur disusun oleh batuan volkanik andesit, sedangkan
di bagian utara disusun oleh batugamping tersilisifikasi yang memanjang dari
timurlaut ke baratdaya. Sungai utama yang mengalir di daerah Pakke adalah
Sungai Garupa, yang memotong batuan volkanik andesit dan batuan intrusi
granodiorit.
Secara fisiografis, daerah Tanjung, Pakke dan sekitarnya merupakan bagian
dari Lembah Walanae yang secara tektonik membentuk cekungan (depresi) yang
memanjang dari daerah Koro ke Palu (Sulawesi Tengah) dan terus ke bagian
selatan Sulawesi Selatan, sebagai produk pergerakan Sesar Palu-Koro. Salah satu
bagian dari sistem ini adalah daerah Bontocani dan sekitarnya (termasuk Tanjung
dan Pakke), yang merupakan suatu tinggian (high land) yang berlokasi di ujung
selatan Zona Depresi Palu-Koro (Gambar 3).
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 7

Gambar 2. Satuan morfologi terjal berelevasi tinggi di daerah Pakke, difoto ke utara
(Widi et al., 2007).

Gambar 3. Blok diagram yang memperlihatkan kenampakan fisiografi daerah Pakke,


Tanjung dan sekitarnya, yang terletak pada salah satu zona tinggian di ujung selatan
Depresi/Lembah Walanae (Widi et al., 2007).
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 8

3.2. Stratigrafi
3.2.1. Stratigrafi daerah Tanjung
Secara stratigrafi, daerah Tanjung dan sekitarnya disusun oleh unit-unit
batuan sebagai berikut (Widi et al., 2007):
Andesit; merupakan batuan tertua yang ditemukan tersingkap; berwarna
abu-abu hingga coklat muda, bertekstur porfiritik, disusun oleh mineral plagioklas,
amfibol, dan opak yang hadir sebagai mineral sekunder dalam jumlah kecil dan
mengisi rekahan-rekahan pada mineral primer.
Tufa; terletak di atas andesit, secara megaskopis berwarna coklat, setempat
berlapis, umumnya telah mengalami pelapukan.
Skarn; tersebar dengan arah umum utara-selatan, memanjang dari Bukit
Cakempong di bagian selatan blok hingga ke Lembah Ilham di bagian utara; unit
ini dibatasi oleh andesit yang membentuk bukit di bagian utara Lembah Ilham;
pada unit skarn ini banyak ditemukan bongkah-bongkah magnetit, di mana pusat
sebarannya diperkirakan berlokasi di Desa Tanjung.
Diorit; merupakan batuan intrusif yang tersingkap baik di Sungai Galogo
dan cabang-cabangnya, di sekitar Desa Tanjung; di lapangan, diorit ini sangat jelas
terlihat mengintrusi unit-unit andesit dan skarn.
3.2.2. Stratigrafi daerah Pakke
Secara stratigrafi, daerah Pakke dan sekitarnya disusun oleh unit-unit batuan
sebagai berikut (Widi et al., 2007):
Batuan andesit-basaltik; secara megaskopis, dalam kondisi segar,
memperlihatkan warna abu-abu hingga hitam, brittle; pada kondisi lapuk,
berwarna merah hingga coklat; setempat abu-abu kehijauan; berkristal halus-kasar,
tekstur afanitik hingga porfiritik; di bagian timur, batuan ini tersingkap di tepi
jalan yang menghubungkan Desa Matajang dan Langi, dengan warna merah;
bagian atas singkapan batuan ini menampakkan indikasi alterasi yang kuat, dan
juga memperlihatkan fractures dan pelapukan yang kuat, sedangkan bagian
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 9

bawahnya berwarna abu-abu dan masif, setempat terkekarkan, yang dijumpai di


sepanjang jalan yang menghubungkan Pakke dan Tanjung; sedangkan batuan yang
masif dan segar umumnya dijumpai di Sungai Garupa; di beberapa lokasi dijumpai
juga singkapan-singkapan batuan yang teralterasi propilitik, berwarna kuning
kehijauan, dan setempat berasosiasi dengan kuarsa; batuan ini ditindih tak-selaras
oleh tufa, batulempung, dan batugamping; tebal satuan batuan ini diperkirakan
sekitar 100 m, dengan luas sebaran mencakup 80% dari daerah Pakke.

Gambar 4. Singkapan andesit di daerah Tanjung, Kecamatan Bontocani


(Widi et al., 2007).

Tufa; berwarna coklat, berbutir halus, mudah hancur, tidak memperlihatkan


ketebalan yang signifikan seperti pada satuan andesit-basaltik, kehadirannya
sangat sedikit, hanya pada daerah-daerah tertentu saja, terendapkan di atas satuan
andesit-basaltik.
Batulempung; berwarna abu-abu tua hingga hitam, setempat karbonatan,
sangat keras dan kompak, mirip serpih jika lapuk, berlapis dengan kedudukan
N230oE/70o.
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 10

4. Mineralisasi Bijih Besi


Mineralisasi bijih besi dijumpai di daerah Tanjung dan Pakke, dengan
karakteristik yang sangat berbeda, walaupun terdapat di dua lokasi yang relatif
berdekatan. Berikut diuraikan karakteristiknya masing-masing, yang terutama
dirujuk dari Widi et al. (2007) dan van Leeuwen and Pieters (2011, 2012).
4.1. Mineralisasi Bijih Besi di Daerah Tanjung
Di daerah Tanjung (Gambar 1.A), dijumpai asosiasi mineral alterasi
karbonat-silikat berupa garnet (berwarna coklat dan hijau), piroksen, dan epidot; di
mana garnet tersebut berasosiasi dengan tubuh-tubuh kecil magnetit yang sebagian
ditutupi oleh malakit; mineralisasi magnetit ini terjadi dalam bentuk masif dan
tersebar (disseminated) dalam diorit. Setempat, magnetit membentuk struktur
layer-bergradasi dengan garnet. Hasil assay menunjukkan kisaran kadar:
Fe 59-67%, SiO2 0,7-4%, Mn 0,08-1,4%, S 0-2%, dan P 0-0,09%. Asosiasi mineral
bijih magnetit dengan mineral garnet (calc-silicate) yang terbentuk pada
temperatur relatif tinggi ini, disertai kadar Fe-total yang tinggi (mencapai 67%)
dan silika yang rendah (SiO2 tertinggi 4%), mengindikasikan mineralisasi
hidrotermal tipe skarn (Widi et al., 2007).
Van Leeuwen and Pieters (2011, 2012) melaporkan bahwa mineralisasi skarn
ini terbentuk di dalam blok tektonik kecil batuan metamorfik Pra-Tersier (Jaya and
Nishihawa, 2011), yang diintrusi oleh Kompleks Intrusi Biru. Kompleks Intrusi
Biru ini telah di-dating dengan metode K-Ar, dan menunjukkan umur Eosen
Tengah hingga Miosen Akhir (van Leeuwen, 1981; Elburg et al., 2002).
4.2. Mineralisasi Bijih Besi di Daerah Pakke (Biru)
Di daerah Pakke (sekitar 5 km baratlaut Tanjung; Gambar 1.A), terbentuk
mineralisasi bijih besi dengan tipe/karakteristik yang sangat berbeda. Di daerah ini
mineralisasi bijih besi terbentuk pada batuan karbonat (batugamping), yang
membentuk zona bijih dengan arah timurlaut-baratdaya. Selain hematit, mineral
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 11

mangan (yang berasosiasi dengan hematit) juga dijumpai (indikasi mineralisasi


mangan di daerah Pakke ini telah dilaporkan oleh Sukamto dan Supriatna, 1982
seperti terlihat pada peta geologi regional, Gambar 1.A). Alterasi silisifikasi
terbentuk di sekitar tubuh bijih. Urat (vein) kuarsa juga dijumpai setempat, yang
mempenetrasi batugamping dengan arah yang sama dengan arah zona bijih hematit
tersebut di atas. Di daerah Pakke ini tidak ditemukan garnet dan magnetit seperti di
daerah Tanjung. Hematit di Pakke ini berwarna abu-abu metalik hingga coklat
kemerahan, sangat keras, sebagian membentuk struktur menjarum (needle-like)
dan colloform. Hasil assay menunjukkan kisaran kadar: Fe 30-54%, SiO2 2-24%,
Mn 0,19-12%, S 0-0,04%, dan P 0-0,08%.
Mineralisasi bijih besi di daerah Pakke ini sangat berbeda karakteristiknya
dengan mineralisasi bijih besi di daerah Tanjung. Mineralisasi di Pakke dicirikan
oleh kandungan Fe-total yang relatif rendah (maksimum hanya 54%) dan silika
yang tinggi (SiO2 mencapai 24%), dengan asosiasi mineral logam hematit dan
mangan; garnet tidak ditemukan, sedangkan magnetit hanya dijumpai sangat
sedikit. Berdasarkan perbedaan karakteristik ini, diasumsikan bahwa pembentukan
mineralisasi berkembang dari lingkungan kedalaman yang bertemperatur tinggi
(tipe skarn?) di daerah Tanjung, ke lingkungan dangkal yang bertemperatur rendah
(tipe epitermal?) di daerah Pakke, yang dicirikan dengan kehadiran bijih besi
dalam bentuk fissure filling (pengisian rekahan) pada batugamping dengan
intensitas alterasi lemah hingga sedang pada country rocks (andesit). Tipe
mineralisasi yang sangat kontras yang terbentuk di region ini, pada dua daerah
yang relatif berdekatan (daerah Tanjung dan Pakke), menunjukkan fenomena yang
unik dari segi geologi, di mana kasus seperti ini jarang ditemukan di lokasi lain di
Indonesia (Widi et al., 2007).
Menurut van Leeuwen and Pieters (2011, 2012), mineralisasi/endapan bijih
besi di daerah Pakke (yang oleh kedua penulis ini dinamakan daerah Biru)
adalah batu-besi manganis sekunder (secondary manganiferous ironstones), yang
terbentuk setelah terendapkannya magnetit- dan sulfida hidrotermal. Prospek di
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 12

daerah Biru ini telah diinvestigasi pada pertengahan tahun 1970-an oleh Rio Tinto
dengan melakukan pemboran terbatas (limited drilling), dengan mineralisasi logam
dasar di kedalaman sebagai target. Baru-baru ini sebuah perusahaan domestik
mulai melakukan eksplorasi untuk menguji potensi bijih besi di prospek ini
(PT. Wijaya Eka Sakti?).
Di daerah Biru, tersebar banyak tubuh batu-besi manganis pada areal seluas
5 km2 dan setempat mengandung mineral-mineral Pb dan Ag sekunder dalam
jumlah yang signifikan. Daerah ini dilapis-bawahi (underlain) oleh batuan
volkanik Eosen dan batugamping Eosen hingga Miosen Tengah (Formasi Tonasa),
yang telah diintrusi oleh retas-retas andesitik dan sebagian ditutupi oleh batuan
volkanik Neogen. Tubuh-tubuh batu-besi manganis tersebut terkonsentrasi di
sepanjang tiga zona sesar yang berarah timur hingga timurlaut. Tubuh-tubuh
individual bervariasi panjangnya, dari 10 hingga 200 m, dan secara total
panjangnya sekitar 4 km, dengan lebar 2-50 m. Singkapan-singkapan yang lebar,
yang ditindih secara tak-selaras oleh batuan-batuan volkanik dan volkaniklastik
berumur Miosen Akhir dan lebih muda, ukurannya menurun/mengecil dengan
cepat dengan bertambahnya kedalaman. Di bagian selatan daerah ini, endapan
batu-besi membentuk massa-massa besar yang berserakan. Kedalamannya
bertambah tergantung pada host rock-nya: sekitar 36 m pada batuan volkanik dan
> 80 m pada batugamping. Batu-besi manganis ini terbentuk di atas suatu seri urat
(vein) yang diskontinyu dan berkemiringan terjal, pada daerah kontak antara retasretas andesit Miosen Tengah, dan di sepanjang zona-zona fracture pada batuan
volkanik Paleogen dan batugamping. Urat-urat ini umumnya memiliki tebal < 5 m,
dan terdiri atas diseminasi, gelembung kecil (blebs), dan veinlets galenamengandung perak, pirit, arsenopirit, magnetit, serta sedikit kalkopirit dan
pirrhotit. Galena juga terbentuk sebagai lensa-lensa dan urat-urat pendek. Mineral
gangue yang dominan adalah kuarsa dan karbonat. Di samping itu, tubuh-tubuh
magnetit dan hematit-silika (primer) yang diameternya mencapai 10 x 15 m juga
terbentuk pada batugamping, yang kemungkinan besar merupakan cavity fillings.
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 13

Berdasarkan hubungan-hubungan geologisnya, umur mineralisasi ini diperkirakan


Miosen Tengah.
Berdasarkan kelimpahannya, batu-besi ini terdiri atas goetit, mangan oksida
(terutama pirolusit dan koronadit), kuarsa sekunder, hematit, magnetit, serusit, dan
tembaga- serta timbal-arsenat. Kisaran kadarnya adalah: besi 30-54%, mangan
0,2-12%, dan silika 2-24%.
Studi petrografi menunjukkan sejarah oksidasi dan reduksi yang kompleks;
sebagian magnetit tergantikan (replaced) dan dikelilingi oleh hematit, yang
kemudian diikuti oleh fasa di mana sebagian hematit terubah kembali menjadi
magnetit, sebelum batuan mengalami oksidasi permukaan yang lebih lanjut.
Berdasarkan hal ini, sejarah kompleksnya dapat diurut sebagai berikut: pelapukan
(wethering), lalu penimbunan (burial), lalu pelapukan kembali (Gambar 5).
Kehadiran kerakal-kerakal (pebles) batu-besi di dalam batuan volkaniklastik
Miosen Akhir yang menindih tak-selaras sekuens volkanik-batugamping
mengindikasikan bahwa pelapukan awal dan pembentukan batu-besi terjadi
sebelum pengendapan batuan volkaniklastik tersebut (Tahap 1). Massa-massa
batu-besi besar yang berserakan di bagian selatan, kemungkinan terbentuk
langsung di permukaan atau lebih memungkinkan lagi terbentuk setelah
pengendapan batuan volkanik Miosen Akhir dimulai (Tahap 2). Telah diketahui
bahwa ketidak-selarasan pada daerah datar dekat permukaan bumi merupakan
zona yang baik (favourable) bagi terbentuknya endapan batu-besi yang berbentuk
cendawan (mushrooming ironstone deposits). Zona di sepanjang kontak
ketidak-selarasan dan perbedaan komposisi kimia dari unit-unit batuan di kedua
sisi ketidak-selarasan tersebut, memfasilitasi terjadinya sirkulasi. Selama terus
berlangsungnya penimbunan, terjadi perubahan kondisi, dari oksidasi menjadi
reduksi. Pengangkatan dan erosi yang terjadi kemudian, me-removed sebagian
besar batuan volkanik yang ada di bagian atas dan juga sebagian dari batu-besi
yang sudah terbentuk, yang kemudian mengalami oksidasi lagi (renewed
oxidation); Tahap 3 (van Leeuwen and Pieters, 2011, 2012).
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 14

Gambar 5. Diagram yang memperlihatkan sekuens pembentukan batu-besi


manganis di daerah Biru (van Leeuwen and Pieters, 2012).
Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 15

Daftar Pustaka
Elburg, M.A., van Leeuwen, T.M., Foden, J., and Muhardjo, 2002. Origin of
geochemical variability by arc-continent collision in the Biru area,
Southern Sulawesi (Indonesia). Journal of Petrology, 43, p.581-606.
Jaya, A. and Nishikawa, O., 2011. Deformation microstructures of
metamorphic rocks in the Biru area South Sulawesi, Indonesia.
Proceedings of JCM Makassar 2011, The 36th HAGI and 40th IAGI Annual
Convention and Exhibition, Makassar, 26-29 September 2011, 10 p.
Sukamto, R. dan Supriatna, S., 1982. Peta geologi lembar Ujung Pandang,
Benteng dan Sinjai, Sulawesi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
van Leeuwen, T.M., 1981. The geology of southwest Sulawesi with special
reference to the Biru area. In Barber, A.J. and Wiryosujono, S. (Eds.), The
geology and tectonics of eastern Indonesia. Geological Research and
Development Centre, Bandung, Special Publication, 2, p.277-304.
van Leeuwen, T.M. and Pieters, P., 2011. Mineral deposits of Sulawesi.
Proceedings of the Sulawesi Mineral Resources MGEI-IAGI Seminar,
Manado, North Sulawesi, Indonesia, 28-29 November 2011, p.78-79.
van Leeuwen, T.M. and Pieters, P., 2012. Mineral deposits of Sulawesi. Geological
Agency Publ., Ministry of Energy and Mineral Resources, Republic of
Indonesia, Bandung, p.90-93.
Widi, B.N., Pardiarto, B. and Mulyana, 2007. Mineralization system of the iron ore
deposits in Bontocani District and its adjacent Bone Regency, South
Sulawesi Province. Proceedings of HAGI-IAGI-IATMI Joint Convention
Bali 2007, 13-16 November 2007, p.864-870.

Irzal Nur Modul Field Trip Model Endapan Mineral, Bijih Besi di Bone Selatan, 6-7 Mei 2016 - 16

You might also like