You are on page 1of 12

MAKALAH MULTIVIBRATOR

MONOSTABLE

Disusun oleh:

EKO FIRLY FIRMANSYAH


NIM. 30601501774
RIZA NANDA JP
NIM.30601301465

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Multivibrator adalah suatu rangkaian regeneratif dengan dua
buah piranti aktif, yang dirancang sedemikian sehingga salah satu
piranti bersifat Penghantar pada saat piranti lain terpancung.
Multivibrator dapat menyimpan bilangan biner, mencacah pulsa,
menyerempakkan operasi-operasi aritmatika, serta melaksanakan
fungsi-fungsi pokok lainnya dalam sistem digital. Multivibrator
merupakan osilator. Sedangkan osilator adalah rangkaian elektronika
yang menghasilkan perubahan keadaan pada sinyal output. Osilator
dapat menghasilkan clock / sinyal pewaktuan untuk sistem digital
seperti komputer. Osilator juga bisa menghasilkan frekuensi dari
pemancar

dan

penerima

radio.Rangkaian

lain

yang

mampu

menghasilkan bentuk gelombang kotak yang berasal dari suatu


inputan ialah schmitt trigger. Rangkaian ini banyak dipakai pada
saklar elektronik, pembangkit gelombang asimetris. Multivibrator
dikelompokkan kedalam bistabil, monostabil dan astabil. Pada
pembahasan ini akan dibahas terlebih khususnya pada multivibrator
monostabil.

BAB II
PEMBAHASAN

MULTIVIBRATOR MONOSTABIL

Rangkaian multivibrator monostabil mempunyai keluaran


dengan satu keadaan stabil (mantap). Rangkaian tersebut tetap
dalam keadaan stabilnya sampai ada pemicu. Sekali dipicu,
keluarannya berubah dari keadaan stabilnya tadi ke keadaan tak
stabil (keadaan baru). Keadaan tak stabil itu bertahan selama waktu
tertentu, dan setelah itu dengan sendirinya kembali ke keadaan
stabilnya lagi. Ternyata monostabil merupakan rangkaian yang
penting bahkan sangat penting untuk membangkitkan pulsa output
yang lebarnya dan amplitudonya tetap.. Sebutan lain untuk
monostabil adalah eka-mantap, oneshot, atau monoflop. Monostabil
dapat dibuat dengan menggunakan gerbang logika NAND yang
dilengkapi dengan resistor dan kapasitor sebagai komponen
pewaktunya.
Terdapat dua jenis monostabil yaitu
1. Monostabil terpicu positif
2. Monostabil terpicu negatif.

1. Monostabil Terpicu Positif

Prin
sip kerja rangkaian diatas adalah pemicu mula-mula dianggap T=0,
keluaran =1, dan keluaran Q=0. perhatikan keluaran dari NAND-2
dalam keadaan 1 sehingga K=1. pada saat masukan T berubah
dari 0 ke 1 (terpicu positif), tentu saja kedua masukan NAND-1 ada
pada keadaan 1, sehingga berubah dari 1 ke 0. tetapi begitu T
berubah dari 0 ke 1, maka keluaran dari NAND-2 juga berubah
menjadi 0. muatan pada kapasitor C yang mula-mula memberikan
K=1 sedikit demi sedikit dikosongkan melalui resistor R sehingga
tegangan pada K turun menjadi 0. perubahan K dari 1 ke 0 ini akan
melewati tegangan ambang yang akan menyebabkan K dianggap
0. pada saata ini, keluaran NAND-1, yaitu akan kembali ke keadaan
1 lagi (keadaan sebelum dipicu). lama pulsa t (keadaan tak stabil)
di tersebut tergantung pada resistansi R dan kapasitansi C yang
terpasang, berlaku t=RC. Karena NAND-3 berperan sebagai NOT,
maka antara dan Q saling komplemen, artinya =1 maka Q=0, dan
sebaliknya jika =0 maka Q=1. Kelemahan dari monostabil terpicu
positif adalah adanya syarat agar pulsa pemicu di T harus lebih
lama dari pulsa keluaran di hal ini dikarenakan oleh adanya
hubungan langsung antara T dengan salah satu masukan NAND-1
yang menyebabkan jika T=0 maka =1. Sehingga jika T berubah ke
0 lagi sebelum pulsa pemicu T mencapai tegangan ambang maka
lebar pulsa keluaran tidak cepat samadengan R.C dan tentu saja
harga t (lama tak stabil) pasti kurang dari R.C.

2. Monostabil Terpicu Negatif

Prinsip kerja rangkaian diatas Mula-mula T=1 dan = 1, keadaan ini


adalah stabil. jika T berubah dari 1 ke nol maka keluaran NAND-4
dalam keadaan 1(A=1). Karena masukan NAND-1 keduanya dalam
keadaan 1 maka = 0. selanjutnya tegangan di titik B semakin lama
semakin turun akibat lucutan muatan pada C melalui R . sehingga
pada saat melewati tegangan ambang membuat =1 kembali
semula. dengan demikian keluaran menjadi tidak tergantung pada
perubahan masukan T dari 0 ke 1, oleh karenanya benar-benar
berlaku bahwa lama keadaan tak stabilnya adalah t = R.C. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat bentuk pulsa monostabil terpicu positif
dan terpicu negative pada gambar berikut:
Sinyal Keluaran dari kedua rangkaian diatas

(a) Monostabil picu negative (b) monostabil picu posistif


Skema rangkaian monostabil

Pada

saat

tegangan DC diberikan

pertama

kali

sumber

ke rangkaian multivibrator

monostable diatas. Awalnya tidak ada pulsa masukan pemicu, Q2


mendapatkan bias maju dari rangkaian pembagi tegangan R2, D1
dan R5. Harga R2 dipilih agar Q2 mencapai titik jenuh. Resistor R1
dan R3 masing-masing membuat kolektor Q1 dan Q2 mendapat bias
mundur. Dengan basis Q2 mendapat bias maju, maka transistor
menjadi jenuh dengan cepat. Tegangan kolektor Q2 drop kenilai
sangat rendah dan terhubung ke basis Q1 melalui R4. Namun VB
tidak cukup besar untuk membuat Q1 berkonduksi. Karenanya
rangkaian akan tetap berada pada kondisi ini selama daya masih
diberikan, sehingga rangkaian berada pada kondisi stabil sampai ada
sinyal picu (triger) yang diberikan ke jalur input rangkaian
multivibrator monostabil. Untuk mengawali suatu perubahan, pulsa
pemicu harus diberikan pada jalur input rangkaian monostable
multivibrator. C2 dan R5 pada rangkaian masukan membentuk
jaringan deferensiator. Tepi kenaikan (leading edge) dari pulsa
pemicu menyebabkan terjadinya aliran arus yang besar melalui 5 R .
Setelah C2 mulai termuati arus lewat R5 mulai menurun. Saat pulsa
pemicu sampai pada tepi penurunan (trailing edge), tegangan C2
jatuh ke nol. Dengan tidak adanya sumber tegangan yang dikenakan

pada C2 , kapasitor akan terkosongkan melalui R5. Karena pulsa


dengan polaritas berkelablikan terjadi pada tepi penurunan pulsa
input. Pulsa input kemudian berubah ke positif dan suatu pulsa
negatif tajam (negative spike) muncul pada R5. D1 hanya
berkonduksi selama terjadi negative spike dan diumpankan pada
basis Q2. Ini mengawali terjadinya perubahan pada multivibrator.
Gambar berikut merupakan diagram waktu antar pulsa pemicu dan
keluaran

yang

dihasilkan

monostable

multivibrator.

Sinyal Triger Dan Output Monostable Multivibrator

Saat basis Q2 pada rangkaian multivibrator monostable


menerima negative spike, ini akan membawa transistor ke arah
cutoff. Ini akan mengakibatkan tegangan kolektor Q2 naik dengan
cepat ke harga +VCC dan membuat basis Q1 menjadi positif. Saat
Q1 berkonduksi, sehingga resistansi sambungan kolektor-basis
menjadi sangat rendah. Arus pengisian mengalir melewati Q1, C1

dan R2. Kaki R2 bagian bawah menjadi negatif akibat pengisian C1


dan mengakibatkan basis Q2 negatif. Q2 tetap berada pada keadaan
cutoff. Proses ini akan tetap berlangsung sampai C1 terisi.
Arus pengisian lewat R2 kemudian akan menurun dan bagian
atas R2 menjadi positif. Q2 secepatnya menjdi berkonduksi dan
membawa Q1 cutoff. Rangkaian multivibrator monostable kembali
berubah pada kondisi stabil dan akan terus dipertahankan sampai
ada pulsa masukan pemicu berikutnya datang.

BAB III
APLIKASI MONOSTABIL

A. Aplikasi pada Timer dengan menggunakan IC NE555


Membuat timer secara elektronik dapat menggunakan IC NE555
yang didesain khusus sebagai timer atau multivibrator. Timer yang
dibuat dengan IC NE555 ini sangat sederhana dan dioperasikan
menggunakan sumber tegangan DC yang fleksibel dari 4,5 VDC
hingga 15VDC sehingga memudahkan kita dalam meberikan sumber
tegangan untuk timer tersebut. Timer yang dibuat menggunakan IC
NE555 memiliki seting waktu timing berdasarkan waktu pengisian
kapasitor pada bagian tank circuitnya. Semakin besar kapasitas
kapasitor yang digunakan maka semakin lama waktu timingnya.
Pada dasarnyamembuat timer menggunakan IC NE 555 adalah
mengoperasikan IC timer 555 ini sebagai monostabil multivibrator.
Salah satu rangkaian timer dengan IC NE 555 dapat dilihat pada
gambar rangkaian berikut.

Keterangan :

S1 digunakan untuk set/reset timer


R5 digunakan untuk mengatur waktu timer yang di inginkan

Pengaturan waktu dari Rangkaian Timer 10 menit dengan IC


555ini diatur oleh konfigurasi C2, R4 dan R5. Semakin besar nilai C2
pada Rangkaian Timer 10 menit dengan IC 555 ini maka waktu aktif
timer akan semakin lama. Nilai hambatan total antara R4 dan R5
juga menentukan aktifnya Rangkaian Timer 10 menit dengan IC 555
ini, dimana semakin besar nilainya maka semakin lama juga waktu
aktifnya. Inti pengaturan aktifnya timer di tentukan dari waktu
pengisian C2 pada Rangkaian Timer 10 menit dengan IC 555.
Sehingga dengan nilai C2 tetap maka dengan waktu timing pada
Rangkaian Timer 10 menit dengan IC 555 ini dapat di atur dengan
mengubah nilai resistansi R4+R5. Indikator aktifnya timer pada
Rangkaian Timer 10 menit dengan IC 555 ini menggunakan LED D2
dan D3 yang hanya akan menyala salah satu saja untuk
mengidentifikasikan timer aktif dan timer belum terpenuhi.
Dari gambar rangkaian timer 10 menit menggunakan IC time
NE555

cukup

keberhasilan

sederhana

dan

dalam membuat

mudah

untukdibuat.

timer dengan

Tingkat

gambar rangkaian

timer 10 menit dengan IC NE 555 diatas sangat tinggi,

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu:
1. Multivibrator monostable disebut juga multivibrator one-shoot,
menghasilkan pulsa output tunggal pada waktu pengamatan
tertentu saat mendapat trigger dari luar.
2. Monostabil dapat dibuat dengan menggunakan gerbang logika
NAND yang dilengkapi dengan resistor dan kapasitor sebagai
komponen pewaktunya.
3. Multivibrator monostabil adalah suatu rangkaian yang banyak
dipakai untuk membangkitkan pulsa output yang lebarnya dan
amplitudonya tetap.

DAFTAR PUSTAKA

http://ecturer.eepisits.edu/~prima/elektronika
%20digital/elektronika_digital2/bahan-ajar/bab5-multivibrator.pdf

http://labdasar.ee.itb.ac.id/modul/modul_el2007_2.pdf

http://e-belajarelektronika.com/membuat-timer-dengan-ic-555/

http://all-thewin.blogspot.co.id/2011/07/rangkaian-monostable-ic-555rangkaian.html

You might also like