Professional Documents
Culture Documents
structural abnormalities of the dynein arms, radial spokes, and microtubules; mutations in heavy
and intermediate chain dynein have been described in a small number of patients. The cilia
become dyskinetic; their coordinated, propulsive action is diminished, and bacterial clearance is
impaired. The clinical effects include recurrent upper and lower respiratory tract infections, such
as sinusitis, otitis media, and bronchiectasis. Because normal sperm motility also depends on
proper ciliary function, males are generally infertile (Chap. 340). Additionally, since visceral
rotation during development depends upon proper ciliary motion, the positioning of normally
lateralized organs becomes random. As a result, approximately half of patients with primary
ciliary dyskinesia fall into the subgroup of Kartagener's syndrome, in which situs inversus
accompanies bronchiectasis and sinusitis.
In CF (Chap. 253), the tenacious secretions in the bronchi are associated with impaired bacterial
clearance, resulting in colonization and recurrent infection with a variety of organisms,
particularly mucoid strains of P. aeruginosa but also S. aureus, H. influenzae, Escherichia coli,
and Burkholderia cepacia.
Noninfectious Causes
Some cases of bronchiectasis are associated with exposure to a toxic substance that incites a
severe inflammatory response. Examples include inhalation of a toxic gas such as ammonia or
aspiration of acidic gastric contents, though the latter problem is often also complicated by
aspiration of bacteria. An immune response in the airway may also trigger inflammation,
destructive changes, and bronchial dilatation. This mechanism is presumably important for
bronchiectasis with allergic bronchopulmonary aspergillosis (ABPA), which is due at least in part
to an immune response to Aspergillus organisms that have colonized the airway (Chap. 249).
In
of panacinar emphysema, but affected individuals may occasionally have bronchiectasis. In the
yellow nail syndrome, which is due to hypoplastic lymphatics, the triad of lymphedema, pleural
effusion, and yellow discoloration of the nails is accompanied by bronchiectasis in
approximately 40% of patients.
TRANSLATE
Bronkiektasis
Definisi
Bronkiektasis merupakan dilatasi abnormal dan permanen pada bronkus, baik fokus, dengan
melibatkan saluran udara yang memasok wilayah terbatas parenkim paru, atau difus, dengan
melibatkan saluran udara dalam distribusi yang lebih luas. Penelitian terbaru memperkirakan
sekitar 110.000 pasien dengan bronkiektasis di Amerika Serikat. Bronkiektasis biasanya terjadi
pada orang yang lebih tua, sekitar dua-pertiga dari pasien adalah perempuan.
Etiologi dan Patogenesis
Bronkiektasis terjadi akibat peradangan dan penghancuran komponen struktural dari dinding
bronkus.
Infeksi
merupakan
penyebab
utama
peradangan.
Mikroorganisme
seperti
Penyebab Infeksi
Adenovirus dan virus influenza adalah virus utama yang menyebabkan bronkiektasis berkaitan
dengan saluran pernapasan bawah. Infeksi bakteri virulen, terutama organisme yang berpotensi
menyebabkan nekrosis seperti Staphylococcus aureus, Klebsiella, dan bakteri anaerob,
merupakan penyebab penting bronkiektasis pada pasien pneumonia tanpa pengobatan
antibiotik atau tertunda secara signifikan. Infeksi Bordetella pertussis, terutama pada masa
anak-anak, kemungkinan berkaitan dengan penyakit saluran napas kronis supuratif.
Bronkiektasis juga dilaporkan pada pasien dengan infeksi HIV, kemungkinan akibat infeksi
bakteri berulang. Tuberkulosis sebagai penyebab utama bronkiektasis di seluruh dunia, dapat
menyebabkan dilatasi saluran nafas karena efek nekrosis pada parenkim paru dan saluran
udara dan secara tidak langsung mengakibatkan obstruksi saluran napas dari bronchostenosis
atau kompresi ekstrinsik karena kelenjar getah bening. Mikobakterium nontuberculosis sering
didapatkan dari kultur pasien dengan bronkiektasis, dari infeksi sekunder atau kolonisasi
organisme. Namun, juga diketahui bahwa organisme ini, terutama kompleks Mycobacterium
avium dapat berfungsi sebagai patogen utama yang terkait dengan perkembangan
bronkiektasis.
Gangguan mekanisme pertahanan host sering terlibat dalam faktor predisposisi terhadap infeksi
berulang. Penyebab utama penurunan pertahanan lokal host adalah obstruksi endobronkial.
Bakteri dan sekret tidak dapat dibersihkan dengan baik dari saluran napas yang terhambat,
sehingga berkembang menjadi infeksi berulang atau infeksi kronis. Perlahan-lahan tumbuh
neoplasma endobronkial seperti tumor karsinoid yang berhubungan dengan bronkiektasis.
Aspirasi adalah penyebab lain dari obstruksi endobronkial, terutama pada anak-anak. Obstruksi
jalan napas juga bisa terjadi akibat bronkostenosis, efek dari sekret, atau dari kompresi
ekstrinsik karena pembesaran kelenjar getah bening.
Penurunan mekanisme pertahanan paru general terjadi dengan defisiensi imunoglobulin,
gangguan silia primer, atau fibrosis kistik. Oleh karena itu, infeksi dan bronkiektasis lebih sering
menyebar. Pada panhypogammaglobulinemia, digambarkan sebagai gangguan imunoglobulin
yang berhubungan dengan infeksi berulang dan bronkiektasis, pasien sering juga memiliki
riwayat sinus atau infeksi kulit. Defisiensi selektif dari suatu subklas IgG, terutama IgG2, juga
didapatkan pada sejumlah kecil pasien dengan bronkiektasis.
Gangguan utama yang terkait dengan disfungsi silia disebut primaryciliary dyskinesia,
menyebabkan 5-10% kasus bronkiektasis. Primary ciliary dyskinesia diturunkan secara resesif
autosomal. Banyak cacat tercakup dalam kategori ini, termasuk kelainan struktur lengan dynein,
jari-jari radial, dan mikrotubulus, mutasi menengah hingga berat pada rantai dynein telah
didapatkan pada sejumlah kecil pasien. Silia menjadi diskinetik, terkoordinasi, efek pendorong
berkurang, dan pembersihan bakteri terganggu. Efek klinis termasuk infeksi berulang saluran
pernapasan atas dan bawah, seperti sinusitis, otitis media, dan bronkiektasis. Karena motilitas
sperma normal juga tergantung pada fungsi silia yang tepat, menyebabkan ketidaksuburan
pada laki-laki. Selain itu, karena rotasi visceral selama pengembangan tergantung pada gerak
silia yang tepat, posisi organ lateral biasanya menjadi acak. Akibatnya, sekitar setengah dari
pasien dengan primary ciliary dyskinesia masuk ke dalam subkelompok sindrom Kartagener, di
mana situs inversus menyertai bronkiektasis dan sinusitis.
Pada fibrosis kistik, sekresi kuat bronkus berhubungan dengan gangguan klirens bakteri,
sehingga kolonisasi dan infeksi berulang dengan berbagai organisme, khususnya mukus strain
seperti P. aeruginosa, S. aureus, H. influenzae, Escherichia coli, dan Burkholderia cepacia.
Penyebab non infeksi
Beberapa kasus bronkiektasis dikaitkan dengan paparan zat beracun yang memicu respon
inflamasi berat. Contohnya menghirup gas beracun seperti amonia atau aspirasi isi lambung,
meskipun masalah tersebut sering dipersulit oleh aspirasi bakteri. Respon imun pada saluran
napas juga dapat memicu peradangan, perubahan, dan dilatasi bronkus. Mekanisme tersebut
penting pada bronkiektasis dengan bronkopulmoner alergi aspergilosis yang disebabkan respon
imun terhadap organisme Aspergillus yang berkolonisasi pada saluran napas.
Pada defisiensi antitrypsin-1, komplikasi pernapasan yang biasa ditemukan adalah
perkembangan awal emfisema panasinar, tetapi individu yang terkena biasanya memiliki
bronkiektasis. Pada sindrom kuku kuning, karena limfatik hipoplasia, dengan trias limfedema,
efusi pleura, dan perubahan warna kuning kuku, pada sekitar 40% pasien juga disertai
bronkiektasis.
Pappalettera M, Aliberti S, Castellotti P, et al.
Bronchiectasis: an update. Clin Respir J 2009;3:
17526981.
HARRISON