You are on page 1of 85

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular dan kronis (menahun)
yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti. Penyakit TB
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch. Kuman ini sangat kecil dan bersifat tahan terhadap
larutan asam sehingga mendapat julukan Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini
dapat ditemukan dalam dahak atau sputum orang yang sedang menderita TB.
Sebagian besar kuman ini menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyerang
organ tubuh lainnya. Kuman ini timbul disebabkan karena lingkungan yang kotor
dan lembab, ekonomi yang rendah dan dari keluarga yang mengidap penyakit TB
Paru. Pada lingkungan yang kotor dan lembab kuman TB dapat bertahan hidup
beberapa jam, kuman ini masuk kedalam tubuh dan tertidur lama selama beberapa
tahun. Dan saat imunitas orang yang diserang rendah, maka orang tersebut akan
menjadi sakit (Misnadiarly, 2006)
Salah satu penyebab kuman ini timbul karena keadaan ekonomi yang
rendah pada keluarga sehingga akan mempengaruhi keadaan gizi, adanya
defisiensi gizi menyebabkan daya tahan tubuh yang lemah sehingga memudahkan
kuman Mycobacterium tuberculosis berkembang biak dengan cepat. Cara
penularan TB Paru terjadi pada waktu penderita itu batuk dan bersin, penderita
menyebarkan kuman keudara dalam bentuk percikan dahak (droplet). Droplet

yang mengandung kuman dapat bertahan diudara dan bila droplet tersebut terhirup
kedalam saluran pernapasan akan beresiko menginfeksi orang tersebut.
Penyakit TB dapat dihindari dengan cara menutup mulut saat batuk dan
bersin, tidak meludah disembarang tempat, tidak merokok dan minum-minuman
beralkohol, berolah raga teratur, menjaga agar tempat tinggal / rumah tidak gelap,
lembab dan ventilasi udara harus cukup baik, sinar matahari bisa masuk ke dalam
ruangan karena kuman TB dapat mati karena cahaya matahari. Dengan demikian
infeksi atau kuman yang masuk ke dalam tubuh lewat pernapasan dapat dicegah
dan dikurangi jumlahnya. Disamping itu daya tahan tubuh harus dijaga dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi baik serta mendapatkan vaksinasi BCG.
Dari hasil System Pencatatan dan Laporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP) dalam kurun waktu 5 bulan terakhir (Januari Mei 2009) menunjukkan
jumlah kunjungan Puskesmas I Denpasar Timur sebanyak 11.905, dimana 25
kasus dengan proporsi 0,20% diantaranya adalah TB Paru.
Berdasarkan data tersebut, masih banyaknya ditemukan kasus TB
Paru. Jika hal tersebut tidak ditanggulangi maka akan timbul berbagai macam
komplikasi yaitu : pasien tidak sembuh, kekambuhan, penyebaran kuman dalam
bentuk percikan dahak (droplet) yang disebabkan karena pasien tidak rajin minum
obat dan tidak menjaga kebersihan lingkungan hal tersebut didukung oleh faktor
kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara penularan penyakit TB
Paru. Namun bagaimana pun tuhan tidak akan menurunkan suatu penyakit tanpa
menurunkan pula obatnya. TB dapat disembuhkan dengan minum obat anti TB
dengan betul yaitu teratur sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik


mengangkat kasus TB Paru pada Klien MS keluarga Bapak KS dengan Alamat JL.
Kecubung Gang Suli, yang merupakan keluarga binaan Wilayah Kerja Puskesmas
I Denpasar Timur dengan harapan ada manfaatnya bagi keluarga dan lingkungan
sekitarnya, tidak terjadi penularan, bisa menekan kasus TB Paru yang ada
dimasyarakat demikian pula bagi bidang pendidikan untuk dapat meningkatkan
asuhan keperawatan pada penderita TB Paru.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan keperawatan
keluarga dengan TB Paru.

2. Tujuan khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan TB Paru.
b. Dapat merencanakan tindakan keperawatan keluarga dengan TB Paru.
c. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan keluarga dengan TB Paru.
d. Dapat melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan TB Paru.

B. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan
kasus ini adalah dengan metode deskriptif yaitu metode mengambil suatu
kasus pada pasien yang sedang mengikuti perawatan dan memberikan
gambaran tentang kasus tersebut dalam asuhan yang diberikan mulai dari

pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi dimana dengan

menggunakan tehnik pengumpulan data, wawancara, observasi, studi


dokumentasi dan pemeriksaan fisik.

C. Sistematika Penulisan
Secara garis besar laporan kasus ini terdiri dari empat bab yaitu Bab I
Pendahuluan yang menguraikan tentang terdiri latar belakang, tujuan umum,
tujuan khusus, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II mencakup
tentang tinjauan teoritis dan tinjauan kasus, tinjauan teoritis menguraikan
tentang konsep dasar keluarga terdiri dari pengertian, keluarga, fungsi
keluarga, tipe-tipe keluarga, dan lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan),
konsep dasar teori penyakit TB Paru terdiri dari pengertian, patofsiologi,
WOC, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan medis. Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan Keluarga terdiri dari Pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan pada tinjauan kasus terdiri dari
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Bab III Pembahasan,
membandingkan antara kesenjangan teori dan kenyataan yang ditemukan di
lapangan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab IV Penutup meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Dasar Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan-ikatan

kebersamaan

dan

ikatan

emosional

dan

yang

mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Friedman


(1998, dalam Suprajitno, 2004).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
Depkes RI (1998 dalam Effendy, 1998).
Sayekti (1994 dalam Suprajitno 2004) berpendapat bahwa
keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan
atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam
sebuah rumah tangga.
b. Fungsi Keluarga
Menurut

Friedman

(1998,

dalam

mengemukakan ada 5 fungsi keluarga yaitu:

Suprajitno,

2004),

1) Fungsi Afektif
Yaitu

berhubungan

dengan

fungsi-fungsi

internal

keluarga,

pelindung dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga


melakukan

tugas-tugas

yang

menunjang

pertumbuhan

dan

perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan memenuhi


kebutuhan-kebutuhan anggotanya.
2) Fungsi Sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin,
norma budaya prilaku melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya
individu mampu berperan dalam masyarakat.
3) Fungsi reproduksi
Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan menambah
sumber daya manusia.
4) Fungsi Ekonomi
Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makan,
pakaian, perumahan dan lain-lain.
5) Fungsi Perawatan Keluarga
Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan
asuhan kesehatan/perawatan, kemampuan keluarga melakukan
asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi
status kesehatan keluarga dan individu.

Selain fungsi diatas ada beberapa fungsi keluarga yang lain menurut
Effendy (1998, dalam Setiadi, 2008), yang dapat dijalankan keluarga
yaitu sebagai berikut :
1) Fungsi biologis
a) Untuk meneruskan keturunan
b) Memelihara dan membesarkan anak
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga
2) Fungsi Psikologi
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d) Memberikan identitas keluarga
3) Fungsi Sosiologi
a) Membina sosialisasi pada anak
b) Membantu norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4) Fungsi Ekonomi
a) Mencari

sumber-sumber

penghasilan

untuk

memenuhi

kebutuhan keluarga.
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan lingkungan.

c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga


dimana yang akan datang, misalnya : pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya.
5) Fungsi Pendidikan
a) Menyekolahkan

anak

untuk

memberikan

pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat


dan minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangan
c. Tipe Keluarga
1) Tipe-tipe keluarga secara umum dikemukakan untuk mempermudah
tentang pemahaman keluarga. Adapun tipe-tipe keluarga menurut
Suprajitno (2004) antara lain:
a) Keluarga inti (konjungal)
Yaitu keluarga yang menikah sebagai orangtua atau pemberian
nafkah, keluarga ini terdiri dari suami, istri dan anak mereka
anak kandung, anak adopsi atau keduanya.
b) Keluarga orentasi (keluarga asal)
Yaitu untuk keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.
c) Keluarga besar
Yaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh
darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi

yaitu salah satu teman keluarga ini. Berikut ini termasuk sanak
keluarga: kakek, nenek, tante, paman dan sepupu.
d. Tipe/Bentuk Keluarga
Ada enam tipe atau bentuk keluarga menurut Effendy (1998)
a) Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b) Keluarga besar (Exstende Family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya,
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
c) Keluarga berantai (Serial family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d) Keluarga duda/janda (single family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e) Keluarga berkomposisi (composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara bersama.
f) Keluarga kabitas (cababitation)
Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.

10

e. Tingkat Perkembangan Keluarga


Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga
mengalami tahap-tahap perkembangan yang berturut-turut.
Adapun delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut
Friedman (1998) antara lain:
1) Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah
atau tahap pernikahan)
Tugasnya adalah :
a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan
b) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai
orang tua)
2) Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua
adalah bayi sampai umur 30 tahun)
Tugasnya adalah :
a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
b) Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang bertentangan
dan kebutuhan anggota keluarga
c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek dan nenek.

11

3) Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua


berumur 2 hingga 6 bulan)
Tugasnya adalah :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah,
ruang bermain, privasi, keamanan.
b) Mensosialisasikan anak.
c) Mengintegrasikan anak yang sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam (hubungan
perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar
keluarga (keluarga besar dan komunitas).
4) Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua
berumur hingga 13 tahun)
Tugasnya adalah :
a) Mensosialisasikan

anak-anak

termasuk

meningkatkan

prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan


teman sebaya yang sehat.
b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13
hingga 20 tahun)
Tugasnya :

12

a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika


remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.
b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anakanak.
6) Tahap VI : keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
(mencakup anak pertama sampai terakhir yang meninggalkan
rumah)
Tugasnya :
a) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anakanak.
b) Melanjutkan

untuk

memperbaharui

dan

menyesuaikan

kembali hubungan perkawinan.


c) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami
maupun istri.
7) Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan,
pensiunan)
Tugasnya :
a) Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan
b) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan
penuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak.

13

8) Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan dan lansia


Tugasnya :
a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
c) Mempertahankan hubungan perkawinan
d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
e) Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi
f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka
f.

Lima Tugas Keluarga dan Bidang Kesehatan


Seperti dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004)
yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi :
1)

Mengenal masalah kesehatan keluarga


Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan
berarti, orang tua perlu mengenal kesehatan.

2)

Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga yang utama


untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai

kemampuan

tindakan keluarga.

memutuskan

untuk

menentukan

14

3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan


Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di
rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama.
4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga.

2. Konsep Dasar TBC


a. Pengertian
1) Penyakit TB Paru
disebabkan

oleh

adalah penyakit menular langsung yang


kuman

Mycobacterium

tuberculosis

yang

menyerang paru-paru dan dapat juga mengenai organ tubuh lainnya


(Depkes RI , 2002)
2) TB Paru adalah suatu penyakit menular kronis yang disebabkan
oleh kuman Mycobakterium tuberculosis yang menyerang paruparu dan organ lain ditandai dengan batuk-batuk lebih dari tiga
minggu, batuk darah, demam nyeri dada dan sesak nafas bila
penyakit sudah lanjut. (Suyono. S, 2001, hal 820).
3)

TB Paru adalah penyakit infeksi kronis (menahun) yang


disebabkan oleh kuman Mycobakterium tuberculosis, dan biasanya

15

terdapat pada paru-paru,tetapi mungkin juga pada organ tubuh


lainnya. (Misnadiarly , 2006)
4) Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobakterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua
organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer. (Mansjoer. A, 2000)
b. Patofisiologi
Penyakit TB paru disebabkan oleh kuman mycobacterium
tuberculosis yang menyerang orang sehat melalui droplet atau percikan
dahak

pada

waktu

penderita

batuk

bersin

atau

berbicara.

Mycobacterium tuberculosis masuk kedalam saluran pernafasan


meningkatkan reaksi radang sehingga leukosit polimofonuklear
memfagosit bakteri tapi tidak dibunuh, alveoli mengalami konsolidasi
dan timbul gejala pneumonia akut bila berlanjut bakteri akan
berkembang

biak

dalam

sel

makrofag

mengadakan

infiltrasi

membentuk sel tuberkel kurang lebih 10-20 hari terjadi nekrosis


koseosa menjadi mencair dalam bronkus timbulkan kavitas kemudian
melepas materi tuberkel kuman masuk cabang trakeobronkial
menyebar melalui getah bening dan pembuluh darah menyebar ke
usus, ke laring, ke hati, ke ginjal. Tanda dan gejala yang biasanya
dikeluhkan pasien dalam penyakit TB paru yaitu batuk berdahak lebih
dari 3 minggu, batuk berdarah, demam lebih dari 1 bulan, berkeringat
pada malam hari, nyeri dada nafsu makan menurun dan BB menurun.

16

Klien tidak menutup mulut saat batuk, tampak tempat dahak klien
tidak tertutup serta tidak memakai desinfektan akan terjadi resiko
penularan sedangkan pasien juga mengeluh gelisah yang disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan keluarga dan ansietas ditandai dengan
adanya keluarga bertanya-tanya tentang penyebab TB paru, tanda
gejala, cara pencegahan dan cara pengobatan TB paru, dimana dapat
mengakibatkan penatalaksanaan pemeliharaan rumah tidak efektif
berhubungan dengan keadaan kamar lembab, kurang pencahayaan,
barang-barang dikamar tampak berantakan dan kotor, lama kelamaan
apabila penyakit TB paru ini tidak ditanggulangi maka akan
menimbulkan berbagai komplikasi seperti : pnemothorak spontan,
hemaptisis, akibat retraksi bronkiektasis, fibrosis paru dan insufisiensi
kardiopulmonal. (Price, A 2005)
c. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Depkes RI (2002) ada tiga jenis pemeriksaan untuk TB paru
yaitu :
1) Pemeriksaan sputum BTA
Diagnosa TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan
ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil
pemeriksaan dirinya akan positif apabila sedikitnya 2 dan 3 sputum
SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) BTA positif. Pemeriksaan sputum
juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah
diberikan.

17

2) Rontgen
Foto rontgen dada dapat menunjang menegakkan diagnosa TB.
Paling mungkin bila ditemukan infiltrat dengan pembesaran
kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal. Gejala lain dari foto
rontgen yang mencurigai TB adalah :
a) Atelektasis
b) Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus / paratrakeal
c) Iconsolidasi (lobus)
d) Reaksi pleura atau efusi pleura
e) Bronkiektasis
f) Destroyed lung
3) Tes Montoux / Tuberculin
Tes ini sering digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa
TB paru anak-anak. Biasanya dipakai montoux tes dengan
menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin secara intrakutan. Pembacaan
dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.
d. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan TB paru menurut Depkes RI (2002) adalah dengan
menggunakan obat anti TB (OAT).Dimana tujuan pemberian OAT
adalah :
1) Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat
mungkin melalui kegiatan bakterisid.

18

2) Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan


dengan kegiatan sterilisasi.
3) Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan
daya tahan imunologis.
Menurut Depkes RI (2002) pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase
yaitu :
1) Fase Awal Intensif
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap
semua OAT. Terutama rifampicin.Bila pengobatan tahap intensif
diberikan secara tepat,biasanya penderita menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu.Sebagian besar penderita TB
BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan
intensif.
2) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obatlebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama.OAT yang bisa
digunakan antara lain isoniasid (INH), rifampisin (R), pirasinamid
(Z) dan Streptomicin (S) yang bersifat bakterisid dan etambutol (E)
yang bersifat bakteriostatik. Penatalaksanaan medis pada penderita
TB yang diberikan dalam kombinasi dan beberapa jenis obat dalam
jumlah yang cukup. Dosis yang tepat diberikan selama 6-8 bulan
supaya kuman dapat terbunuh. Adapun panduan OAT Ysng

19

digunakan adalah : OAT kategori I.II.III serta panduan obat


sisispan, indikasi dan komposisi obat TB paru adalah :
a) Kategori I (2 HRZE / 4 H3R3)
(1) Indikasi :
(a) (a)Penderita baru TB paru BTA positif
(b) (b)Penderita TB paru BTA negatif rontgen positif yang
sakit berat
(c) (c)Penderita TB exstra paru
(2) Komposisi obat :
Tabel 1 :

Tahap
Pengobatan

Komposisi OAT Kategori I

Lamanya
Pengobatan

Tahap
2 bulan
Intensif
(dosis
harian)
Tahap
4 bulan
Lanjutan (3
kali/
minggu)

Dosis Perhari / kali


INH
@
Rifampicin
300 @ 450 mg
mg
1
1

Pirazinamid
@ 500 mg

Ethambutol
@ 250 mg

Jumlah
hari/
kali
minum
obat
60

54

(Depkes RI, 2000)


b) Kategori II (2 HRZE /5 H3R3E3)
(1) Indikasi :
(a) Penderita kambuh (relaps)
(b) Penderita gagal (failure)
(c) Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)

20

(2) Komposisi obat :


Tabel 2 :

Komposisi OAT Kategori II

Tahap
Pengobatan

Lamanya
Pengobatan

INH
@
300
mg

Rifampicin
@ 450 mg

Pirazinamid
@ 500 mg

2 bulan
1 bulan
5 bulan

1
1
2

1
1
1

3
3
-

Tahap
Intensif
Tahap
Lanjutan

Ethambutol
@ 250 mg
@
250
mg
3
3
1

@
500
mg
2

Streptomycin
injeksi (gr)

Jml
hari/
kali
menelan
obat

0,75
-

60
30
60

(Depkes RI, 2000)


c) Kategori III (2 HRZ / 4 H3R3)
(1) Indikasi :
(a) Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit
ringan
(b) Penderita eksta paru ringan yaitu TB kelenjar limfe,
pleuritis eksudatifa unilateral, TB kulit, TB tulang.
(2) Komposisi Obat
Tabel 3 :

Komposisi OAT Kategori III

Tahap
Pengobatan

Lamanya
Pengobatan

INH @ 300
mg

Tahap
2 bulan
1
Insentif
(dosis harian)
Tahap
4 bulan
2
Lanjutan (3
kali/ minggu)
(Depkes RI, 2000)

Jumlah hari
Pirazinamid
/ kali
@ 500 mg
minum
obat
3
60

Rifampicin
@ 450 mg

54

21

d) Panduan OAT Sisipan (HRZE)


Bila pada akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori
I dan kategori II hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif,
diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.
Komposisi Obat sebagai berikut :
Tabel 4: Komposisi OAT Sisipan

Pengobatan
Tahap
Intensif
Tahap
Intensif
(dosis
harian)

Lamanya
Pengobatan
1 bulan

INH
@300
MG
1

Jml
hari /
Rifampicin Pirazinamid Ethambutol
kali
@450 mg
@500 mg
@250 mg
minum
obat
1
3
3
30

(Depkes RI, 2000)


3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
a. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan
norma-norma kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan
kesanggupan untuk mengatasi masalah.
1) Pengumpulan data
Pengkajian data yang dikumpulkan (Friedman, 1998) adalah
a) Data umum
(1) Identitas kepala keluarga

22

(2) Komposisi kelaurga


(3) Genogram
(4) Tipe keluarga
(5) Latar belakang keluarga (etnis)
(6) Agama
(7) Status Sosial Ekonomi
(8) Aktivitas rekreasi keluarga
b) Tahap dan riwayat perkembangan keluarga
(1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
(2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
(3) Riwayat keluarga sebelumnya
c) Data lingkungan
(1) Karakteristik rumah
(2) Karakteristik lingkungan komunitas
(3) Mobilitas geografis keluarga
(4) Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga
(5) Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga
d) Struktur keluarga
(1) Pola komunikasi
(2) Struktur kekuasaan
(3) Struktur peran
(4) Nilai dan normal keluarga

23

e) Pemeriksaan fisik
Yaitu pemeriksaan yang menggunakan pendekatan Head to
toe .
(1) Koping keluarga
(2) Stressor jangka pendek dan jangka panjang
(3) Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi atau
stressor
(4) Penggunaan strategi koping
(5) Strategi adaptasi disfungsional
2) Analisa data
Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam
melihat perkembangan keluarga antara lain :
a) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
b) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
c) Karakter keluarga
3) Rumusan Masalah
Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
keperawatan

keluarga,

perumusan

masalah

kesehatan

dan

keperawatan yang diambil didasarkan kepada penganalisaan


praktek lapangan yang didasarkan pada analisa konsep, prinsip,
teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa
sebelum mengambil keputusan tentang masalah keperawatan
keluarga (Effendy, 1998).

24

4) Skoring
Dalam penyusunan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga harus didasarkan pada beberapa kriteria yaitu :
a) Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi aktual, resiko dan
potensial
b) Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan
kebersihan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah
bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
c) Potensial masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya
masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah
melalui tindakan keperawatan atau kesehatan.
d) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan
menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk
diatasi melalui intervensi keperawatan atau kesehatan.
Menentukan prioritas diangnosa keperawatan keluarga, perlu
disusun skala prioritas dengan teknik skoring sebagai berikut :

25

Tabel 5:

Skoring Masalah Keperawatan

No
1

Kriteria
Sifat masalah
Skala :
a. Aktual
b. Resiko
c. Potensial
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
a. Dengan mudah
b. Hanya sebagian
c. Tidak dapat
3
Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
a. Tinggi
b. Cukup
c. Rendah
4
Menonjolnya masalah
Skala :
a. Masalah berat harus segera
ditangani
b. Masalah yang tidak perlu segera
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan
TOTAL
(Suprajitno, 2004)

Nilai

Bobot

3
2
1

2
1
0

3
2
1

2
1

0
5

Berdasarkan kriteria di atas, maka dapat diprioritaskan suatu


masalah. Masing-masing masalah keperawatan diskoring terlebih
dahulu. Kemudian dari hasil skoring tersebut dijumlahkan nilainya.
Adapun rumus untuk mendapatkan nilai skoring tersebut adalah :
Skor
x
bobot
Nilai Tertinggi

26

5) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul menurut NANDA
(Carpenito L.J. 2001) adalah :
a) Manajemen kesehatan yang dapat diubah
b) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
c) Kurang pengetahuan
d) Konflik keputusan
e) Berduka disfungsional
f) Konflik peran orang tua
g) Isolasi sosial
h) Perubahan dalam proses keluarga
i) Potensial perubahan dalam menjadi orang tua
j) Perubahan penampilan peran
k) Potensial terhadap kekerasan
l) Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga
m) Penatalaksanaan program terapeutik tak efektif
n) Perilaku mencari hidup sehat
o) Berduka diantisipasi
b. Perencanaan
Setelah pengkajian langkah selanjutnya adalah menyusun perencanaan
keperawatan

atau kesehatan

dan keperawatan keluarga

yaitu

sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan,

27

dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah


diidentifikasi.
Tahap-tahap dalam menyusun perencanaan :
1) Prioritas diagnosa keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan atas nilai skor
tertinggi.
2) Rencana perawatan
Dalam penyusunan rencana perawatan terdiri dari tujuan jangka
panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang
mengacu pada masalah dan tujuan jangka pendek yang mengacu
pada lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan, kriteria dan
standar yang menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan
untuk membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya (Effendy,
1998).
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawataan terhadap keluarga didasarkan pada
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
keluarga adalah sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga
dan sarana prasarana yang ada pada keluarga.
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan.
Evaluasi merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh proses

28

sudah berjalan dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak mencapai
tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan melakukan
berbagai perbaikan.
Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :
1) Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai
tujuan tindakan keperawatan.
2) Dimensi ketepatgunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya
3) Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan
kecocokan kemampuan dalam pelaksanan tindakan keperawatan
4) Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan
kecukupan perlengkapan dari tindakan yang telah dilaksanakan
(Effendy, 1998)

29

Web of Caution (WOC) Tuberculosis Paru

Basil tertahan di saluran hidung dan di


cabang besar bronkus

Tidak timbul penyakit

Sembuh

Statis cairan tubuh terjadi


penumpukan sekret
Bersihan jalan nafas
tak efektif
Batuk disertai dahak

Klien tidak menutup mulut saat batuk


Tempat dahak klien tidak tertutup serta
tidak memakai desinfektan

Resiko penularan anggota


keluarga

Keadaan kamar lembab, kurang


pencahayaan, barang-barang kamar
tampak berantakan dan kotor
Resiko penularan anggota
keluarga

Penyakit TB paru

Mycobacterium tuberculosis

Orang sehat

Droplet

Saluran pernafasan

Masuk ke dalam alveolus melalui droplet

Membangkitkan reaksi radang

Leukosit polimorfonuklear memfagosit bakteri tapi


tidak dibunuh

Berlanjut

Bakteri berkembang biak dalam sel

Makrofag mengadakan infiltrasi membentuk sel


tuberkel 10-20 hari

Necrosis casposa

Pencairan dalam bronkus timbulkan karitas

Melepas materi tuberkel

Menyebar melalui getah bening


dan pembuluh darah

Peningkatan suhu tubuh


berkeringat malam hari

Nafsu makan
menurun
BB menurun

Hipertermi
Keluarga bertanya-tanya tentang
penyebab TB paru, tanda dan gejala,
cara pencegahan dan pengobatan
penyakit TB paru
Kurang pengetahuan
keluarga

Sumber : Price, A 2005 & Friedman, 1998

Gelisah

Keluarga cemas dengan


keadaan klien, dan
keluarga bertanya-tanya
kapan penyakit klien
sembuh
Ansietas keluarga

30

B.

Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tangal 23 Juni 2009 pukul 09.00 Wita
di rumah keluarga Bapak KS dengan teknik pengumpulan data
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi
keperawatan di Puskesmas.
a. Pengumpulan Data
1) Data umum
a) Kepala keluarga
(1) Nama

KS

(2) Umur

38 tahun

(3) Jenis kelamin

Laki - laki

(4) Pendidikan

S1

(5) Pekerjaan

PNS

(6) Agama

Hindu

(7) Suku/Bangsa

Bali/Indonesia

(8) Alamat

:Jl. Kecubung Gang Suli

b) Komposisi keluarga
Tabel 6: Komposisi Keluarga Bapak KS Dengan TB Paru BTA (-) Pada Klien
MS di Jalan Kecubung Gang Suli Dentim Wilayah Kerja Puskesmas I
Denpasar Timur Tanggal 23 Juni 2009
No

Nama

L/P

1
2
3
4
5
6
7

LS
PK
MK
NS
LT
NR
MS

P
P
L
L
P
P
L

Umur
(Thn)
33
9
3,5
41
46
74
75

Hubungan
dengan KK
Istri
Anak
Anak
Kakak
Kakak
Ibu
Bapak

Pendi
Dikan
SMA
Pelajar
SD
SD
-

Pekerjaan

Imunisasi

Kondisi

Lengkap
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Lengkap

Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Sakit

Ket

TB Paru

31

c) Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Kasus (klien)
: Tinggal serumah
Gambar 1 : Genogram Keluarga Bapak KS dengan TB Paru BTA (-) Pada klien
MS di Jalan Kecubung Gang Suli Dentim Wilayah Kerja
Puskesmas I Denpasar Timur Tanggal 23 27 Juni 2009

32

Penjelasan genogram :
Keluarga Klien MS tinggal serumah dengan 8 orang, yang
terdiri dari satu orang kepala keluarga (Bapak KS), istri KK
dan 2 orang anaknya yang pertama perempuan dan yang
kedua laki-laki dan 2 orang kakaknya yang belum menikah.
Bapak KS (KK), kakak KK yang no. 6 dan yang no. 8 adalah
mantan penderita TB paru namun hanya Bapak KS yang hasil
BTA (-) negativ sama seperti Klien MS. Selain 3 orang
anaknya dalam keluarga Klien MS maupun istri Klien MS
tidak ada lagi yang menderita penyakit seperti Klien MS.
d) Tipe keluarga
Keluarga Klien MS termasuk dalam keluarga extended family
yang terdiri dari ayah, istri, anak,kakak, nenek dan kakek .
e) Latar belakang budaya
Dilihat dari latar belakang budaya Keluarga klien MS
termasuk ke dalam etnis budaya yang homogen yaitu budaya
Bali, dalam berinteraksi dengan anggota keluarga maupun
tetangga

(masyarakat

sekitarnya),

keluarga

Klien

MS

menggunakan Bahasa Bali.


f) Agama
Semua anggota keluarga Klien MS satu keyakinan yaitu
agama Hindu dan biasa sembahyang setiap hari terutama pada
hari-hari tertentu, seperti Purnama dan Tilem.

33

g) Status sosial ekonomi keluarga (data pendapatan dan


pengeluaran)
Tabel 7 : Data Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Bapak KS dengan TB Paru
BTA (-) pada Klien MS di Jalan Kecubung Gang. Suli Denpasar Timur
Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tanggal 23 27 Juni 2009
No
1

Nama
Anggota
Keluarga
KS

Pekerjaan

Pendapatan
(Rp)

PNS

1.700.000

Pengeluaran
(Rp)
200.000
600.000
200.000
200.000
400.000
1.600.000
100.000

Jumlah
Saldo

Ket
Tetap
Biaya anak sekolah
Biaya dapur
Biaya air, listrik,
telfon
Tabungan
Keperluan lain-lain

Penjelasan tabel :
Bapak KS bekerja sebagai PNS dan mempunyai penghasilan
per bulan Rp. 1.700.000 dan pengeluaran Rp. 1.600.000 untuk
biaya anak sekolah, biaya dapur, air, listrik, telfon, tabungan
dan keperluan lain-lain. Bapak KS mengatakan tidak ada dana
yang sengaja disiapkan apabila ada anggota keluarga yang
sakit, karena Bapak KS memiliki tanggungan Asuransi
Kesehatan.
h) Aktivitas rekreasi dan waktu luang
Keluarga Klien MS mengatakan kebiasaan rutin untuk
rekreasi tidak ada hanya saja dalam mengisi waktu luangnya
diisi dengan menonton TV, mongobrol dengan tetangga

34

disekitarnya dan biasanya lebih banyak menghabiskan waktu


di rumah untuk menjaga keharmonisan keluarganya..
i) Tahap dan riwayat perkembangan keluarga
(1) Tahap perkembangan keluarga Bapak KS saat ini berada
dalam tahap ke-3 dimana tahap perkembangan keluarga
dengan anak sekolah. Anak yang pertama umur 9 tahun
(SD).
(2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Keluarga Bapak KS mengatakan tahap perkembangan
berada dalam tahap Ke-3, yaitu pada tahap perkembangan
anak sekolah dan tidak mengalami hambatan.
j) Riwayat keluarga
Keluarga Klien MS mengatakan dalam keluarganya tidak ada
yang mengikat tali perkawinan yang masih ada hubungan
darah atau keluarga.
2) Data lingkungan
a) Karakteristik rumah
Keluarga Klien MS mengatakan mereka hidup di rumah milik
sendiri dengan luas pekarangan 2 are dengan tipe rumah
permanen. Jumlah kamar ada 7 kamar tidur dengan masingmasing kamar terdapat 1 jendela dengan ukuran 80 x 60 m ,
lantai 2m x 2m, ventilasi masing-masing kamar 10 %,
terdapat

2 dapur, 1 WC. Dapur pada no. 13 digambar

35

bersebelahan dengan WC. Keluarga mengatakan biasa


menyapu halaman 2 kali sehari pagi dan sore. WC dibersihkan
2 kali seminggu. Penerangan menggunakan lampu listrik
malam hari 20 watt. Keluarga mengatakan jarang membuka
jendela rumah namun pintu kamar selalu terbuka. Lantai
terbuat dari tehel dan cukup bersih, barang-barang tertata
kurang rapi baik yang di luar maupun di dalam kamar,
keadaan dalam kamar tampak lembab dan pengap, sinar
matahari tidak menyinari seluruh kamar, bantal dan kasur
jarang dijemur. Halaman depan tampak becek. Pembuangan
tinja pada septic tank. Sedangkan limbah dapur langsung di
got depan rumah. Pembuangan sampah dikumpulkan dengan
kantong plastik kemudian dibuang ke TPA setempat. Kondisi
rumah kurang rapi dan atap rumah terbuat dari genteng dan
dinding rumah terbuat dari batako yang dilapisi cat berwarna
putih pada tembok.

36

10

11
5
4

12
2

13

14
15

1
16

Keterangan :
Pintu masuk
Kamar tidur
Kamar tidur
Kamar tidur
Gudang Tower
Sanggah
Kamar tidur Klien MS
Kamar tidur
Kamar tidurKamar tidur
Gambar
WC 2 : Denah Rumah Keluarga Bapak KS dengan TB Paru BTA (-) Pada
klien MS di Jalan Kecubung Gang Suli Denpasar Timur Wilayah
Dapur
Kerja Puskesmas I Denpasar Timur Tanggal 23-27 Juni 2009
Dapur
Septic tank
Got
b) Karakteristik lingkungan dan komunitas
Dilihat dari segi geografis tempat tinggal keluarga Klien MS
berada di tempat yang cukup ramai, dekat dari pusat kota tapi
rumah bapak jauh dari jalan raya. Untuk melewati rumah
Klien MS harus melewati gang kecil dan masuk ke dalam.
Jarak rumah Klien MS dengan pelayanan kesehatan seperti
Puskesmas I Denpasar Timur 2 km.

37

c) Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Klien MS tinggal di rumah milik sendiri yang
ditempatinya sejak tahun 1934 (75 tahun) dan sudah masuk
banjar adat. Keluarga Klien MS adalah penduduk asli Jl.
Kecubung Gang Suli. Keluarga Klien MS mengatakan tidak
pernah pindah rumah.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Klien MS mengatakan selalu aktif dalam mengikuti
kegiatan organisasi yang ada. Keluarga mengatakan hubungan
dengan tetangga dan lingkungan baik.
e) Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga
Keluarga Klien MS mengatakan saat keluarga mendapat
masalah dan kesusahan apabila mampu keluarga berusaha
sendiri untuk menyelesaikannya namun tidak luput dari
dukungan kerabat dekat dan tetangga di lingkungan sekitar.
Dalam bidang kesehatan keluarga bapak mendapat dukungan
dari petugas kesehatan (Puskesmas I Denpasar Timur) dimana
hubungan keluarga dengan lembaga kesehatan sangat baik. Ini
dilihat dari sikap positif keluarga terhadap kunjungan petugas
kesehatan. Keluarga mengatakan sangat mendukung klien MS
untuk menjalani pengobatan yang dilakukan sekarang demi
kesembuhannya.

38

3) Struktur peran
Masing-masing keluarga dapat melakukan perannya masingmasing. Bapak KS dijadikan panutan dalam keluarga. Tidak ada
pengaruh kelas sosial, ekonomi, budaya, perkembangan keluarga
serta masalah kesehatan terhadap peran keluarga. Tidak ada
penyimpangan peran dan konflik dalam keluarga dan menghargai
satu sama lainnya.
4) Nilai dan norma keluarga
Etika dalam keluarga ditanamkan sejak dini pada anak-anaknya.
Keluarga menerapkan sistem demokrasi dengan memberikan
kebebasan

kepada

anggota

keluarganya

terutama

dalam

mengungkapkan masalahnya dengan selalu melihat aturan yang


ada. Dan apabila salah satu keluarga melakukan kesalahan yang
melanggar peraturan maka akan mendapatkan hukuman yang
setimpal

dengan

perbuatannya,

agar

menyadari

apakah

perbuatannya salah atau benar. Sistem nilai keluarga tidak


membentuk nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan.
Menurut keluarga, masalah kesehatan adalah hal yang terpenting.
Dimana tidak ada aturan dalam keluarga yang melarang anggota
keluarganya untuk berobat ke unit pelayanan kesehatan. Klien MS
mengatakan penyakit yang ia derita saat ini yakni sebagai
penyakit medis dan tidak ada hubungannya dengan magic.

39

5) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Dalam menanggulangi masalah keluarga yang biasanya saling
bertukar pikiran untuk membina keakraban dan saling
menyayangi satu sama lain. Dimana keluarga sangat
mendukung klien MS menjalani pengobatan yang dilakukan
sekarang. Keluarga mengatakan klien MS rajin minum obat
dan rajin kontrol ke Puskesmas I Denpasar Timur.
b) Fungsi sosialisasi
Dalam hal ini yang tua mengajarkan kepada yang muda
bagaimana berperilaku sesuai ajaran agama yang dianutnya.
Saat ini Bapak KS sebagai tulang punggung sekaligus kepala
keluarga bertugas menjaga keharmonisan dan membina kasih
sayang dalam merawat seluruh anggota keluarga serta
mendidik anak-anaknya dalam berperilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
(1) Keyakinan nilai dan prilaku keluarga
Keluarga mengatakan kesehatan adalah hal yang paling
penting dan utama. Apabila ada anggota keluarga yang
sakit keluarga mengatakan akan segera mengajak berobat.
(2) Definisi keluarga tentang sehat sakit
Keluarga

mengatakan

sehat

adalah

mereka

bisa

beraktivitas untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan

40

dikatakan sakit bila tidak mampu melakukan kegiatan


sehari-hari. Keluarga mengatakan mengetahui tentang
penyakit yang diderita Klien MS, kerena sebelumnya 3
orang anak dari Klien MS juga menderita penyakit yang
sama dengan Klien MS. Keluarga mengatakan mengerti
tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara
penularan dan pengobatan TB Paru.
(3) Status kesehatan dan kerentanan sakit yang dirasakan
keluarga
Keluarga

mengatakan

saat

ini

Klien

MS

sedang

melakukan pengobatan karena menderita TB Paru.


Keluarga mengatakan Klien MS rajin minum obat secara
teratur demi kesembuhan dirinya dari sakit yang sudah
dirasakan dari 5 bulan yang lalu.
(4) Praktik diit keluarga
Keluarga Klien MS mengatakan di dalam keluarganya
tidak ada yang pantang terhadap makanan tertentu.
(5) Kebiasaan tidur dan istirahat
Klien mengatakan biasa tidur pada pukul 21.00 Wita dan
bangun pada pukul 05.00 wita. Klien MS selalu
menyempatkan diri untuk istirahat tidur siang demi
kesembuhannya.

41

(6) Latihan dan rekreasi


Keluarga Klien MS mengatakan tidak mempunyai
kebiasaan rutin untuk rekreasi dimana rekreasi turinnya
diisi dengan menonton TV atau duduk di depan kamarnya
pada sore hari sambil berbincang-bincang dengan tetangga
atau keluarga lainnya.
(7) Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga
Keluarga mengatakan dalam keluarga ini tidak ada yang
menggunakan obat sembarangan, apalagi penyalah gunaan
obat seperti alkohol, sabu-sabu dan lain-lain. Bila ada
anggota keluarga yang sakit biasanya diantar berobat ke
pelayanan kesehatan atau puskesmas.
d) Perawatan diri
Keluarga Klien MS masing-masing anggota keluarga mampu
merawat diri dengan baik, mandi 2 kali sehari, gosok gigi
setelah makan, keramas 2 kali seminggu serta ganti pakaian 1
kali sehari.
e) Praktik lingkungan
Keluarga mengatakan dalam lingkungan tempat tinggalnya
tidak ada yang mengucilkan keluarga Klien MS (penderita TB
paru). Hubungan dengan lingkungan di sekitar baik-baik saja.
Klien MS dulu adalah seorang perokok berat namun semenjak
sakit Klien MS sudah tidak merokok lagi. Tidak ada

42

ditemukan bahaya yang dirasakan baik dari air, udara, barangbarang tertata kurang rapi, bantal dan kasur jarang dijemur,
alat-alat makan Klien MS dengan anggota keluarga lainnya
berbeda, lingkungan kurang bersih dan rapi, halaman rumah
tampak becek.
f) Pemeriksaan kesehatan secara teratur
Klien MS mengatakan rajin kontrol ke puskesmas setiap
obatnya habis. Klien MS juga mengatakan setiap kali
mengalami keluhan tentang kesehatan segera datang ke
pelayanan kesehatan (puskesmas) untuk berobat.
(1) Kesehatan gigi
Keluarga Klien MS mengatakan dalam perawatan gigi
seluruh anggota keluarga menggunakan pasta gigi, dan
apabila ada masalah pada gigi segera datang ke
puskesmas.
(2) Persepsi / perasaan terhadap pelayanan kesehatan
Keluarga Klien MS mengatakan pelayanan kesehatan
yang diterima saat berkunjung ke puskesmas dan praktek
dokter cukup memuaskan.
(3) Sumber pembiayaan pelayanan kesehatan
Keluarga Klien MS mengatakan biaya yang diperlukan
untuk pelayanan

kesehatan

gratis

menggunakan asuransi kesehatan.

karena keluarga

43

(4) Riwayat kesehatan keluarga


Klien MS mengatakan dalam keluarganya ada 3 orang
mantan penderita penyakit TBC yaitu anak perempuan
klien MS yang no. 6, anak laki-lakinya yang no. 8 dan 9.
Namun hanya anak laki-lakinya yang no. 9 yang hasil
BTAnya (-) negatif sama seperti Klien MS. Klien MS
mulai merasakan gejala batuk-batuk berkepanjangan sejak
bulan Januari dan sesak dirasakan mulai bulan mei.
Kemudian pada tanggal 15 Mei 2009 seperti biasa klien
MS hendak melakukan aktivitasnya setiap hari dengan
berjemur di pantai, saat akan pulang ke rumah klien MS
digigit anjing liar, oleh keluarga klien MS segera dibawa
ke RSUP Sanglah untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut. Klien MS mendapat VAR (Vaksin Anti Rabies) dan
saat itu juga sesaknya kambuh, klien MS segera
mendapatkan bantuan O2. Setelah diperiksa oleh dokter
klien

disarankan untuk foto rontgen. Hasil dari foto

rontgen (+) positif, oleh dokter

klien MS dicurigai

menderita TB paru kemudian klien MS disarankan oleh


dokter untuk melakukan test ulang yaitu test BTA (dahak).
Klies MS melakukan test BTA 3x (Sewaktu Pagi Sewaktu)
yaitu pada tanggal 18-20 Mei 2009 di RSUP Sanglah
dimana dari hasil 3x tes BTA (-) negatif. Pada tanggal 23

44

Mei 2009 klien mulai mengkonsumsi obat anti TB, yaitu


Rifampicin 150 mg dan Pirazinamid 75 mg.
(5) Logistik untuk mendapatkan perawatan
Keluarga

mengatakan

jarak

antara

rumah

dengan

pelayanan Puskesmas I Denpasar Timur 2 km. Dengan


sarana transportasi yang digunakan adalah kendaraan
sepeda motor untuk menjangkaunya ( 10 menit).
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
(1) Bentuk tubuh
(2) Bangun tubuh
(3) Kesadaran

: tegak
:

sedang

: CM

(4) Tinggi badan dan berat badan :

165 cm dan 60 kg

b) Gejala kardinal
(1) Suhu

: 360C

(2) Nadi

: 84 x/mnt

(3) Tekanan darah


(4) Respirasi

130/80 mmHg

: 20x/mnt

c) Keadaan fisik
(1) Kepala
Bentuk simetris, benjolan tidak ada, lesi dan nyeri tekan
tidak ada, kebesihan cukup.

45

(2) Mata
Bentuk simetris, pupil isokor, sklera putih, konjungtiva
merah muda, pergerakan bola mata terkoordinasi.
(3) Hidung
Bentuk simetris, mukosa hidung merah muda, tidak
terdapat sekret, tidak ada lesi dan nyeri tekan, perdarahan
hidung tidak ada.
(4) Mulut
Bentuk simetris, tidak ada luka, mukosa bibir kering, lidah
cukup bersih, terdapat carises, gusi tidak berdarah,
kebersihan cukup.
(5) Telinga
Bentuk simetris, benjolan tidak ada, lesi dan nyeri tekan
tidak ada, pendengaran cukup baik dimana pertanyaan
yang diberikan dapat dijawab kebersihan cukup.
(6) Leher
Bentuk simetris, bendungan vena jugularis tidak ada,
pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, nyeri tekan tidak
ada.
(7) Thorak
Bentuk simetris, retraksi otot dada tidak ada, pergerakan
dada simetris, ronchi -/-, whezing -/-, bunyi nafas
vaskuler, bunyi jantung S1S2 tunggal reguler.
(8) Abdomen

46

Bentuk simetris, distensi tidak ada, nyeri tekan tidak ada,


pergerakan terkoordinasi
(9) Ekstremitas
Atas

: Bentuk simetris, oedema tidak ada, lesi tidak


ada, pergerakan terkoordinir

Bawah

: Bentuk simetris, oedema tidak ada, nyeri


tekan tidak ada, lesi tidak ada, pergerakan
terkoordinir

(10) Genetalia
Kebersihan cukup, tidak ada nyeri tekan.
(11) Anus
Tidak ada haemoroid, kebersihan cukup, tidak ada nyeri
tekan
7) Pemeriksaan penunjang
Test foto thorax PA, tanggal 15 Mei 2009
Pulmo :

Gerakan bronkovaskuler normal


Tampak bercak kesuraman pada apeks paru kanan
Tak tampak pembesaran kelenjar perihiler

8) Koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan panjang
Stresor yang dialami oleh keluarga sering berkaitan dengan
faktor ekonomi, penghasilan keluarga yang pas-pasan dan
perkembangan zaman.
b) Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi/stressor

47

Keluarga mampu menghadapi masalah yang ada dapat


bertindak secara obyektif dan realistis seperti datang berobat
bila mengalami gangguan kesehatan ke puskesmas atau pusat
pelayanan lainnya.
c) Penggunaan strategi koping
Keluarga mengatakan apabila ada masalah dalam keluarga
maka keluarga akan mencari pemecahan masalah bersamasama anggota keluarga ataupun keluarga lainnya, dan yang
mengambil keputusan tetap bapak KS sebagai kepala
keluarga.
d) Strategi adaptasi disfungsional
Dalam keluarga tidak ada yang bersifat otoriter dan
melakukan tindakan kekerasan. Tidak terdapat perlakuan
kejam terhadap anak. Namun apabila mereka salah akan
mendapatkan

sekedar

hukuman

agar

mereka

membedakan mana yang benar dan mana yang salah

bisa

48

b. Analisa data
TABEL 8
ANALISA DATA KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK KS
DENGAN TB PARU BTA (-) PADA KLIEN MS
DI JALAN KECUBUNG GANG SULI DENPASAR TIMUR
WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TANGGAL 23 JUNI 2009
No

Data Subjektif

Data Objektif
-

Keluarga mengatakan
jarang membuka
jendela, bantal dan
kasur jarang dijemur.

Klien MS mengatakan
rajin kontrol untuk
berobat ke Puskesmas
Keluarga klien MS
mengatakan klien MS

3
Saat batuk klien MS tidak
menutup mulut
Di dalam rumah klien MS
terdapat anak, menantu,
cucu dan istrinya yang
biasa bergaul dengan
klien
Klien MS berludah tidak
menggunakan tempat
yang tidak diisi larutan
desinfektan
Bantal dan kasur jarang
dijemur, kamar tampak
lembab, pengap
Ventilasi masing-masing
kamar 10 %

Masalah
Keperawatan
4
Resiko
penularan
penyakit

Kondisi rumah kurang


bersih dan rapi
Barang-barang tertata
kurang rapi (berantakan)
Halaman depan rumah
tampak becek
Keadaan kamar lembab
dan pengap

Penatalaksanaan
Pemeliharaan
rumah tak
efektif

Klien MS dapat
menunjukkan obat yang
didapat dari Puskesmas
yang terdiri dari :
Rifampisin 150 mg

Potensial
penatalaksanaan
therapeutik yang
efektif
Dilanjutkan

49

Lanjutan
1
-

2
rajin minum obat secara
teratur
Keluarga klien MS
mengatakan setiap
anggota keluarganya
yang sakit segera
dibawa ke Puskesmas
Keluarga mengatakan
sangat mendukung klien
MS untuk menjalani
pengobatan yang
dilakukan sekarang,
demi kesembuhannya

Pirazinamid 75 mg yang
diminum
Klien MS mulai
mengikuti pengobatan
sejak tanggal 23 Mei
2009

c. Rumusan masalah
1) Resiko penularan penyakit.
2) Penatalaksanaan pemeliharaan rumah tak efektif.
3) Potensial penatalaksanaan therapeutik yang efektif

50

d. Skoring
Tabel 9 : Skoring Masalah Potensial Penatalaksanaan Therapeutik Yang Efektif
No

Kriteria

1
1

2
Sifat masalah
(potensial)

Perhitungan Skor
3
1/3x1

4
1/3

Kemungkinan
masalah
dapat
diubah
(dengan mudah)

2
x2
2

Potensial
masalah
dicegah
(cukup)

2
x1
3

2
3

1
x1
2

1/2

untuk

Menonjolnya
masalah
(masalah tidak
perlu
segera
ditangani)

Total skor

3 1/2

Pembenaran
5
Pengobatan penyakit TB paru
bisa sembuh bila klien
mengikuti program pengobatan
secara teratur terlihat dari
keterangan klien minum obat
secara teratur dan apabila obat
habis, klien segera mengambil
obat kepuskesmas
Masalah dapat diubah dengan
mudah karena Klien sudah
teratur minum obat dan
pengobatan sudah berlangsung 1
bulan
Potensial masalah untuk dicegah
cukup karena telah mengikuti
pengobatan secara teratur dan
berusaha menjaga kondisinya
tubuhnya agar daya tahan tubuh
klien tetap stabil
Keluarga menyadari adanya
masalah tetapi hanya
pengobatan ini yang bias
dilakukan dan keluarga sudah
melakukan penanganan terhadap
penyakit klien agar tidak lebih
parah

51

Tabel 10 :Skoring masalah penatalaksanaan pemeliharaan rumah tak efektif


No Kriteria
1
1

2
Sifat masalah
(resiko)

Kemungkinan
masalah dapat
diubah
(hanya sebagian)

Potensial
masalah untuk
dicegah
(cukup)

Menonjolnya
masalah
(masalah berat
harus ditangani)

Total skor

Perhitungan
3
2
x1
3

1
x2
2

Skor Pembenaran
4
2/3

2/3 x1

2/3

2
x1
2

3 1/3

5
Lingkungan rumah yang tidak
sehat dapat menimbulkan
penyakit dan berdampak buruk
pada keluarga
Fasilitas dan sarana prasarana
yang kurang mendukung
keadaan lingkungan
Potensial masalah untuk dicegah
cukup karena sudah ada
keinginan untuk menata /
memperbaiki rumah tetapi
sumber daya yang tidak
memungkinkan untuk
melaksanakannya
Keluarga menyadari adanya
masalah yang harus ditangani
namun perlu waktu dan
perencanaan yang matang agar
penyakit dapat dicegah lebih
lanjut

52

Tabel 11 :Skoring masalah keperawatan Resiko penularan penyakit


No Kriteria
1
1

2
Sifat masalah
(Resiko)

Kemungkinan
masalah dapat
diubah
(dengan mudah)

Potensial
masalah untuk
dicegah
(cukup)
4
Menonjolnya
masalah
(masalah berat
dan harus
ditangani)
Total skor

Perhitungan
3

Skor Pembenaran
4

2
x1
3

2
3

2
x2
2

2
x1
3

2
3

2
x1
2

5
Masalah yang bersifat nyata
sudah terjadi. Yang perlu diatasi
segera yaitu penularan TB paru
lebih lanjut
Keluarga sangat kooperatif
dalam mendengarkan
penyuluhan tentang cara
penularan TB Paru dan akan
berusaha untuk melaksanakan
anjuran-anjuran yang disarankan
dalam upaya penyembuhan
Potensial masalah untuk dicegah
cukup karena keinginan
keluarga untuk tahu tentang cara
penularan penyakit TB Paru
Keluarga menyadari tentang
masalahnya dan perlu segera
ditangani sebelum terjadi
penyebaran lebih lanjut

1
3

e. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko penularan penyakit ditandai dengan ketidakmampuan
keluarga dalam menjaga lingkungan, saat batuk klien MS tidak
menutup mulut, klien MS tinggal bersama anak, istri, menantu dan
cucunya yang biasa bergaul dengan Klien MS. Klien MS berludah,
bantal dan kasur jarang dijemur, kamar tampak lembab, pensgap,
masing-masing kamar ventilasi 10%.
2) Penatalaksanaan pemeliharaan rumah tak efektif berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan

53

dalam mengatasi masalah kesehatan ditandai dengan kondisi


rumah kurang rapi dan bersih, barang-barang kurang tertata rapi,
halaman rumah tampak becek, keadaan kmar lembab dan pengap.
tidak menggunakan tempat yang berisi larutan desinfektan.
3) Potensial penatalaksanaan therapeutik yang efektif berhubungan
dengan keadekuatan keluarga dalam merawat anggota keluarga
ditandai dengan klien mengatakan rajin kontrol ke puskesmas,
keluarga mengatakan klien MS rajin minum obat secara teratur,
Klien MS mulai mengikuti pengobatan sejak tanggal 23 Mei 2009,
keluarga mengatakan setiap anggota keluarga yang sakit segera
dibawa ke puskesmas. Keluarga sangat mendukung klien MS untuk
menjalani

pengobatan

yang

dilakukan

sekarang,

demi

kesembuhannya, klien MS dapat menunjukkan obat yang


didapatkan dari puskesmas yaitu Rifampisin 150 mg, Pirazinamid
75 mg.
2. Perencanaan
a.

Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan skoring tertinggi


1) Resiko penularan penyakit
2) Penatalaksanaan pemeliharaan rumah tak efektif
3) Penatalaksanaan therapeutik yang efektif

b.

Rencana Keperawatan
TABEL 12

54

RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK KS


DENGAN TB PARU BTA (-) PADA KLIEN MS
JL. KECUBUNG GANG SULI DENPASAR TIMUR
lanjutan
WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TANGGAL 23 27 JUNI 2009
No.

Diagnosa

Tujuan

2
Resiko penularan
ditandai dengan
ketidakmampuan
keluarga dalam
menjaga
lingkungan

3
Tupan :
Setelah diberikan
askep selama 4
hari diharapkan
keluarga dapat
mengerti tentang
penularan
penyakit TB paru
dan tidak terjadi
penularan lebih
lanjut

Evaluasi
Kriteria
Standar
4
5

Tupen :
Verbal
1. Setelah
diberikan
perawatan
selama 1 kali
kunjungan
selama 30
menit
diharapkan
keluarga
mampu
mengenal
penularan TB
paru

2. Setelah
diberikan
perawatan

Verbal

Intervensi
6

Keluarga dapat
memahami dan
menyebutkan
cara penularan
TB paru
-

Kaji tingkat
pengetahuan
keluarga tentang
cara penularan TB
Paru
Diskusikan
dengan keluarga
tentang cara
penularan TB
paru
- Anjurkan
keluarga untuk
menjaga
lingkungan agar
tetap bersih
- Memotivasi
keluarga untuk
menghindari halhal yang dapat
menularkan TB
Paru
Keluar- Diskusikan
dilanjutkan
ga mengerti
dengan
keluarga
tentang
manfaat

dilanjutkan

55

1
lanjutan

3
selama 1 kali
kunjungan
selama 30
menit
diharapkan
keluarga
mampu
mengambil
keputusan
mengenai
pengobatan
pada klien

4
-

5
pemberian obat
secara teratur
Pemberian lama
pengobatan
selama 6 - 8 bulan
Keluar
ga mampu
memotivasi
klien untuk
berobat secara
teratur
Keluarga mampu
merawat klien
MS
Dapat menghindari
hal-hal yang
dapat
menularkan
penyakit TB
paru

3. Setelah
Psikomotor diberikan
perawatan
selama 1 kali
kunjungan
selama 30
menit
diharapkan
keluarga
mampu
merawat
anggota
keluarga yang
sakit
4. Setelah
Psikomotor Keluardiberikan
ga selalu
perawatan
membersihkan
selama 1 kali
rumah, menata
kunjungan
barangselama 30
barangnya dan
menit
membedakan
diharapkan
peralatan untuk
keluarga
makan
mampu
Sinar memelihara
matahari dapat
lingkungan
menyinari
rumah
seluruh
ruangan

6
pengobatan secara
teratur
Beri pujian
tentang keputusan
yang diambil
Motivasi
keluarga untuk
selalu
mengingatkan
klien minum obat

Diskusikan
dengan keluarga
cara penularan TB
Paru
Ajarkan keluarga
merawat diri dan
klien
Jelaskan pada
keluarga cara
menghindari halhal yang dapat
menularkan TB
paru
Anjurkan
keluarga agar
selalu menjaga
kebersihan rumah,
manata barangbarang dan
membedakan
peralatan untuk
makan
Motivasi
keluarga untuk
memelihara
lingkungan rumah
agar tetap bersih
dan membuka
jendela setiap hari
agar sinar
matahari

dilanjutkan

56

lanjutan

5. Setelah
Psikomotor Keluardiberikan
ga dapat
perawatan
memanfatkan
selama 1 kali
fasilitas
kunjungan
kesehatan yang
selama 30
ada
menit
Keluar
diharapkan
ga dapat
keluarga
mengajak
mampu
anggota
memanfaatka
keluarga yang
n fasilitas
sakit untuk
pelayanan
berobat
kesehatan
yang ada
Penatalaksanaan Tupan :
pemeliharaan
Setelah diberikan
rumah tak efektif askep selama 4
berhubungan
hari diharapkan
dengan
keluarga mampu
ketidakmampuan menata atau
keluarga untuk
mempertahankan
memodifikasi
lingkungan rumah
lingkungan dalam yang efektif
Verbal
Keluar
usaha mengatasi
ga mengerti
masalah
Tupen :
tentang
kesehatan
1. Setelah
pengertian
ditandai dengan
diberikan
rumah sehat
kondisi rumah
perawatan
Syarat kurang rapi dan
selama 1 kali
rumah sehat
bersih
kunjungan
Manfaa
selama 30
t rumah sehat
menit
Akibat
diharapkan
bila lingkungan
keluarga
rumah yang
mampu
tidak sehat
mengenal
lingkungan
yang sehat
2. Setelah
diberikan

Psikomotor -

6
menyinari seluruh
kamar
Diskusikan
dengan keluarga
tentang
pentingnya
fasilitas kesehatan
dalam perawatan
kesehatan
keluarga
Motivasi
keluarga untuk
mengajak anggota
keluarga yang
sakit berobat ke
puskesmas

- Diskusikan
dengan
keluarga manfaat
lingkungan yang
sehat
Jelaskan pada
keluarga tentang
pengertian, syarat
rumah sehat dan
akibat bila
lingkungan tidak
sehat
Motivasi
keluarga untuk
menjaga
lingkungan yang
sehat

Keluar- Diskusikan
ga termotivasi dengan keluarga

dilanjutkan

57

3
perawatan
selama 1 kali
kunjungan
selama 30
menit
diharapkan
keluarga
mampu
mengambil
keputusan
untuk menata
rumah sehat
bagi keluarga

5
untuk menata
lingkungan
rumah sehat
bagi keluarga
-

3. Setelah
Psikomotor Keluardiberikan
ga menata
perawatan
perabotan agar
selama 1 kali
rapi dan bersih
kunjungan
Keluar
selama 30
ga menyapu dimenit
dalam dan di
diharapkan
luar rumah
keluarga
setiap hari
mampu
menata dan
memelihara
lingkungan
rumah
4. Setelah
Psikomotor - Keluarga
diberikan
dapat membuat
perawatan
kamar tidak
selama 1 kali
lembab dan
kunjungan
pengap
selama 30
Sinar
menit
matahari dapat
diharapkan
masuk
keluarga
keseluruh
mampu
ruangan
memodifikasi
Jendela
lingkungan
terbuka setiap
rumah untuk
hari
meningkatkan
Peralat
kesehatan
an tertata rapi

6
untuk
mempertahankan
lingkungan yang
sehat
Motivasi
keluarga untuk
tetap menjaga
lingkungan yang
sehat
Beri pujian
terhadap
keputusan yang
diambil oleh
keluarga
Diskusikan
dengan keluarga
tentang akibat
dari lingkungan
yang kotor
Berikan
dorongan pada
keluarga untuk
membersihkan
lingkungan rumah
Anjurkan
keluarga untuk
menyapu di dalam
dan di luar kamar
setiap hari
Memotivasi
keluarga agar
mampu
memodifikasi
lingkungan rumah
agar tampak
bersih dan rapi
Anjurkan
keluarga untuk
meningkatkan
kesehatan
keluarga dengan
cara
membersihkan
lingkungan,

58

lanjutan

lanjutan

Potensial
penatalaksanaan
terapeutik yang
efektif
berhubungan
dengan
keadekuatan
keluarga dalam
merawat anggota
keluarga yang
sakit ditandai
dengan klien
mengatakan rajin
1.
kontrol
kepuskesmas

3
keluarga

5
Bantal
dan kasur
dijemur
minimal 2 kali
seminggu
5. Setelah
Psikomotor Keluardiberikan
ga
perawatan selama
memanfaatkan
1 kali kunjungan
fasilitas
selama 30 menit
kesehatan yang
diharapkan
ada sesuai
keluarga mampu
dengan
memanfaatkan
kebutuhan
fasilitas kesehatan
yang terkait
dengan kesehatan
lingkungan

Tupan :
Setelah diberikan
askep selama 4
hari diharapkan
keluarga mampu
melaksanakan
program
pengobatan
keluarga yang
efektif
Verbal
Tupen :
Setelah
diberikan
perawatan selama
1 kali kunjungan
selama 30 menit
diharapkan
keluarga mampu
mengenal
penyakit TB paru
tersebut

Keluarga mengerti
tentang
penyakit TB
paru
- Keluarga
mengerti
tentang
penyebab,
tanda dan
gejala TB
paru, cara
penularan TB -

6
barang-barang
tertata rapi dan
menjemur bantal,
kasur minimal 2
kali seminggu
Diskusikan untuk
menentukan
fasilitas kesehatan
yang tepat untuk
dipilih
Anjurkan
keluarga untuk
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
yang ada
Motivasi
keluarga untuk
memeriksakan
anggota
keluarganya yang
sakit kepelayanan
kesehatan
terdekat

Kaji tingkat
pengetahuan
keluarga tentang
penyakit TB paru
Jelaskan pada
keluarga tentang
pengertian,
penyebab, tanda
dan gejala, cara
pencegahan dan
pengobatan TB
paru
Diskusikan
dilanjutkan

dilanjutkan

59

lanjutan

2.

Setelah
Verbal
diberikan
perawatan selama
1 kali kunjungan
selama 30 menit
diharapkan
keluarga mampu
mengambil
keputusan dalam
pengobatan yang
sedang dijalani
oleh MS
3.
Setelah
Psikomotor diberikan
perawatan selama
1 kali kunjungan
selama 30 menit
diharapkan
keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang
menderita TB
paru
4.
Setelah
Psikomotor diberikan
perawatan selama
1 kali kunjungan
selama 30 menit
diharapkan
keluarga mampu
mempertahankan
suasana rumah
yang sehat bagi
anggota keluarga
yang sakit

5
6
paru, cara
dengan keluarga
pencegahan
tentang akibat bila
dan pengobatan tidak minum obat
TB paru, cara
minum obat
yang benar
Dan akibat bila
tidak minum
obat
Keluarga mengerti
tentang akibat
bila putus obat
dan bila minum
obat tidak
teratur
Keluarga termotivasi
dalam
perawatan klien
MS
Keluarga mengerti
tentang
manfaat minum
obat secara teratur
Keluar
ga mengambil
obat di
puskesmas bila
obat klien habis
Keluarga membuka
Jendela setiap
hari, kamar
tidak lembab
dan pengap,
barang-barang
tertata rapi,
membuang ludah pada
tempat
pembuangan

Diskusikan
dengan keluarga
tentang manfaat
minum obat
secara teratur dan
akibat bila putus
obat
Motivasi
keluarga untuk
menjaga dan
mengawasi klien
saat minum obat
Motivasi klien
MS untuk tetap
minum obat
secara teratur
Anjurkan
keluarga untuk
mengambil obat
bila obat klien
sudah habis
Diskusikan
dengan keluarga
tentang manfaat
mempertahankan
lingkungan rumah
yang sehat bagi
anggota keluarga
yang sakit
Anjurkan
keluarga
membuka jendela
setiap hari,

60

5.

5
ludah yang
sudah diisi
larutan
desinfektan,
halaman rumah
tidak becek
-

6
membuang ludah
pada tempat
pembuangan
ludah yang sudah
diisi larutan
desinfektan
Motivasi
keluarga untuk
menata rumah
yang sehat agar
sinar matahari
dapat masuk ke
seluruh ruangan
sehingga kamar
tidak lembab dan
pengap

Setelah
Psikomotor Keluardiberikan
ga mengajak
perawatan selama
klien kontrol
1 kali kunjungan
dan
selama 30 menit
melanjutkan
diharapkan
pengobatan keluarga mampu
apabila obat
memanfaatkan
habis
sumber dan
fasilitas kesehatan
yang ada

Motivasi klien
agar kontrol ke
puskesmas untuk
mendapatkan
pengobatan
Anjurkan
keluarga untuk
selalu mengontrol
obat klien

61

3. Pelaksanaan
TABEL 13
PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK
KS DENGAN TB PARU BTA (-) PADA KLIEN MS
JL. KECUBUNG GANG SULI DENPASAR TIMUR
WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TANGGAL 23 27 JUNI 2009
No.
Pelaksanaan
Evaluasi
Paraf
Dx
2
3
4
5
6
Selasa,
I
Tupen 1
S = Keluarga
Yuli
23 Juni 2009
- Mengkaji tingkat
mengatakan
Pkl.
09.00
pengetahuan
mengerti
Wita
keluarga tentang
tentang cara
cara penularan TB
penularan TB
Paru
paru dan akan
- Mendiskusikan
menghindari
dengan keluarga
hal-hal yang
tentang
cara
dapat
penularan
TB
menularkan
Paru
TB Paru
- Memotivasi
O = Keluarga
keluarga
untuk
mampu
menghindari halmenjelaskan
hal yang dapat
kembali
menularkan TB
tentang cara
Paru
penularan TB
paru
A = Tupen
1
tercapai
P = Lanjutkan ke
tupen
2
diagnosa II

No. Hari/Tgl/Jam
1
1.

Selasa,
I
23 Juni 2009
Pkl.
09.30
Wita

Tupen 2
S = Keluarga
Yuli
- Mendiskusikan
mengatakan
dengan keluarga
mengerti
manfaat
tentang
pengobatan secara
manfaat
teratur
pengobatan
- Beri
pujian
secara teratur
tentang keputusan
dan
akan
yang diambil
selalu
Dilanjutkan

62

Lanjutan
1
2

3
-

Selasa,
I
23 Juni 2009
Pkl.
10.00
Wita

4
5
6
Memotivasi
mengingatkan
keluarga
untuk
klien
untuk
selalu
minum obat
mengingatkan
O = Klien tampak
klien minum obat
minum obat
tepat
pada
waktunya
A = Tupen
2
tercapai
P = Lanjutkan ke
tupen
3
diagnosa II

Tupen 3
S = Keluarga
Yuli
- Mendiskusikan
mengatakan
dengan keluarga
mengerti
cara penularan TB
tentang cara
Paru
merawat diri
- Mengajarkan
dan klien dan
keluarga
untuk
mengerti
merawat diri dan
tentang halklien
hal yang dapat
- Jelaskan
cara
menularkan
menghindari halTB paru
hal yang dapat O = Keluarga
menularkan TB
dapat
paru
menjelaskan
kembali
tentang cara
penularan TB
Paru dan cara
menghindari
hal-hal yang
dapat
menularkan
TB Paru
A = Tupen
3
tercapai
P = Lanjutkan ke
tupen
4
diagnosa II
Dilanjutkan

63

Lanjutan
1
2
3
4
Selasa,
I
23 Juni 2009
Pkl.
10.30
Wita

Selasa,
I
23 Juni 2009
Pkl.
11.00
Wita

5
6
Keluarga
Yuli
mengatakan akan
berusaha
untuk
memelihara
lingkungan rumah
agar tetap bersih
Barang-barang
tampak
belum
tertata rapi, kamar
masih lembab dan
pengap, peralatan
makan
klien
dibedakan
Tupen 4 belum
tercapai
Lanjutkan
ke
tupen 5 diagnosa
II

Tupen 4
- Menganjurkan
keluarga agar
selalu menjaga
kebersihan
rumah
dan
membedakan
peralatan
makan
- Memotivasi
keluarga untuk
memelihara
lingkungan
rumah
agar
tetap bersih dan
membuka
jendela setiap
hari agar sinar
matahari
menyinari
seluruh ruangan

S =

Tupen 5
- Mendiskusikan
dengan
keluarga
tentang
pentingnya
fasilitas
kesehatan
dalam
perawatan
kesehatan
keluarga
- Memotivasi
keluarga untuk
mengajak
anggota
keluarga yang
sakit berobat ke
pelayanan
kesehatan

S = Keluarga
YulI
mengatakan akan
datang
ke
pelayanan
kesehatan apabila
ada
anggota
keluarga
yang
sakit atau obat
klien habis
O = Keluarga tampak
termotivasi untuk
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
A = Tupen 5 tercapai
P = Pertahankan dan
tingkatkan
kesehatan
keluarga

O =

A =
P =

Dilanjutkan

64

Lanjutan
1
2
3
6
Selasa,
II
23 Juni 2009
Pkl.
16.00
Wita

4
Tupen 1 :
S =
- Mendiskusikan
dengan keluarga
manfaat
lingkungan yang
sehat
- Menjelaskan pada
keluarga tentang
pengertian, syarat
rumah sehat dan
akibat
bila
lingkungan tidak
sehat
O =
- Memotivasi
keluarga
untuk
menjaga
lingkungan yang
sehat
A =
P =

Rabu,
II
24 Juni 2009
Pkl.
16.30
Wita

Tupen 2
- Mendiskusikan
dengan keluarga
untuk
mempertahankan
lingkungan yang
sehat
- Memotivasi
keluarga
untuk
tetap
menjaga
lingkungan yang
sehat
- Memberi pujian
terhadap
keputusan yang
diambil
oleh
keluarga

S =

O =

A =
P =

5
6
Keluarga
Yuli
mengatakan
mengerti
tentang syarat
rumah
sehat,
akibat
bila
lingkungan
tidak sehat dan
akan berusaha
untuk menjaga
lingkungan
yang sehat
Keluarga
mampu
menjelaskan
kembali syarat
rumah
sehat,
akibat
bila
lingkungan
tidak sehat
Tupen
1
tercapai
Lanjutkan
ke
tupen
2
diagnosa III
Keluarga
YulI
mengatakan
akan berusaha
mempertahanka
n
lingkungan
yang sehat
Keluarga
mampu kembali
menjelasksan
bagaimana
mempertahankan lingkungan
yang sehat
Tupen
2
tercapai
Lanjutkan
ke
tupen
3
diagnosa III
Dilanjutkan

65

Lanjutan
1
2
3
8
Rabu,
II
24 Juni 2009
Pkl.
17.00
Wita

Rabu,
II
24 Juni 2009
Pkl.
17.30
Wita

5
6
Keluarga
Yuli
mengatakan
akan berusaha
menjaga
lingkungan
Keluarga
mampu
kembali
menjelaskan
cara menjaga
kesehatan
lingkungan,
lingkungan
rumah tampak
cukup bersih
Tupen
3
tercapai
Lanjutkan ke
tupen
4
diagnosa III

Tupen 3
- Mendiskusikan
dengan keluarga
tentang
akibat
dari
lingkingan
yang kotor
- Memberikan
dorongan
pada
keluarga
untuk
membersihkan
lingkungan yang
ada di luar dan di
dalam rumah
- Menganjurkan
keluarga
untuk
menyapu
di
dalam dan di luar
rumah setiap hari

S =

Tupen 4
- Memotivasi
keluarga
agar
mampu
memodifikasi
lingkungan rumah
yang benar
- Menganjurkan
keluarga
untuk
meningkatkan
kesehatan
keluarga dengan
cara
membersihkan
lingkungan,
barang-barang
tertata rapi dan
menjemur bantal,
kasur minimal 2
kali seminggu

S = Keluarga
Yuli
mengatakan
akan berusaha
untuk
memodifikasi
lingkungan
rumah yang
benar
O = Barang-barang
tampak belum
tertata
rapi,
kamar masih
lembab
dan
pengap
A = Tupen
4
belum tercapai
P = Lanjutkan ke
tupen
5
diagnosa III

O =

A =
P =

Dilanjutkan

66

Lanjutan
1
2
3
10 Rabu,
II
24 Juni 2009
Pkl.
18.00
Wita

11

Kamis,
III
25 Juni 2009
Pkl.
09.00
Wita

4
Tupen 5
S =
- Mendiskusikan
untuk
menentukan
fasilitas kesehatan
yang tepat untuk
dipilih
- Menganjurkan
keluarga
untuk
memanfaatkan
fesilitas kesehatan O =
yang ada
- Memotivasi
keluarga
untuk
memeriksakan
anggota
keluarganya yang
sakit
kepelayananan
kesehatan
A =
terdekat
P =

5
6
Keluarkan
YulI
mengatakan
akan datang
ke pelayanan
kesehatan
apabila
ada
anggota
keluarga yang
sakit atau obat
klien habis
Tanggal
23
Juni
2009
klien
MS
mengambil
obat
di
Puskesmas
karena
obat
klien
sudah
habis
Tupen
5
tercapai
Lanjutkan ke
tupen
1
diagnosa II

Tupen 1
S = Keluarga
Yuli
- Mengkaji tingkat
mengatakan
pengetahuan
mengerti
keluarga tentang
tentang cara
cara penularan TB
penularan TB
Paru
paru dan akan
- Mendiskusikan
menghindari
dengan keluarga
hal-hal yang
tentang
cara
dapat
penularan
TB
menularkan
Paru
TB Paru
- Memotivasi
O = Keluarga
keluarga
untuk
mampu
menghindari halmenjelaskan
hal yang dapat
kembali
menularkan TB
tentang cara
Paru
penularan TB
paru
Dilanjutkan

67

Lanjutan
1

5
A = Tupen
1
tercapai
P = Lanjutkan ke
tupen
2
diagnosa II

12

Kamis,
III
25 Juni 2009
Pkl.
09.30
Wita

Tupen 2
S = Keluarga
Yuli
- Mendiskusikan
mengatakan
dengan keluarga
mengerti
manfaat
tentang
pengobatan secara
manfaat
teratur
pengobatan
- Beri
pujian
secara teratur
tentang keputusan
dan
akan
yang diambil
selalu
- Memotivasi
mengingatkan
keluarga
untuk
klien
untuk
selalu
minum obat
mengingatkan
O = Klien tampak
klien minum obat
minum obat
tepat
pada
waktunya
A = Tupen
2
tercapai
P = Lanjutkan ke
tupen
3
diagnosa II

13

Kamis,
III
25 Juni 2009
Pkl.
10.00
Wita

Tupen 3
S = Keluarga
YulI
- Mendiskusikan
mengatakan
dengan keluarga
mengerti
cara penularan TB
tentang cara
Paru
merawat diri
- Mengajarkan
dan klien dan
keluarga
untuk
mengerti
merawat diri dan
tentang halklien
hal yang dapat
- Jelaskan
cara
menularkan
menghindari halTB paru
hal yang dapat O = Keluarga
menularkan TB
dapat
paru
menjelaskan
Dilanjutkan

68

Lanjutan
1

14

Jumat,
III
26 Juni 2009
Pkl.
16.30
Wita

5
kembali
tentang cara
penularan
TB Paru dan
cara
menghindari
hal-hal yang
dapat
menularkan
TB Paru
A = Tupen
3
tercapai
P = Lanjutkan
ke tupen 4
diagnosa II

Tupen 4
S = Keluarga
Yuli
- Menganjurkan
mengatakan
keluarga
agar
akan
selalu
menjaga
berusaha
kebersihan rumah
untuk
dan membedakan
memelihara
peralatan makan
lingkungan
- Memotivasi
rumah agar
keluarga
untuk
tetap bersih
memelihara
O = Baranglingkungan rumah
barang
agar tetap bersih
cukup
dan
membuka
tertata,
jendela setiap hari
lembab pada
agar
sinar
kamar sudah
matahari
berkurang,
menyinari seluruh
peralatan
ruangan
makan klien
dibedakan
A = Tupen
4
tercapai
sebagian
P = Lanjutkan
ke tupen 5
diagnosa II
Dilanjutkan

69

Lanjutan
1
2
3
15 Jumat,
III
26 Juni 2009
Pkl.
17.00
Wita

5
6
Tupen 5
S = Keluarga
Yuli
- Mendiskusikan
mengatakan
dengan keluarga
akan datang
tentang
ke pelayanan
pentingnya
kesehatan
fasilitas kesehatan
apabila
ada
dalam perawatan
anggota
kesehatan
keluarga yang
keluarga
sakit atau obat
- Memotivasi
klien habis
keluarga
untuk O = Keluarga
mengajak anggota
tampak
keluarga
yang
termotivasi
sakit berobat ke
untuk
pelayanan
memanfaatkan
kesehatan
fasilitas
kesehatan
A = Tupen
5
tercapai
P =
Pertahankanda
n tingkatkan
kesehatan
keluarga

70
4. Evaluasi
TABEL 14
EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK KS
DENGAN TB PARU BTA (-) PADA KLIEN MS
JL. KECUBUNG GANG SULI DENPASAR TIMUR
WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
TANGGAL 27 JUNI 2009
Hari/tgl/ jam
1
Sabtu,
27-6-2009
Pk. 16.00 Wita

Diagnos
Evaluasi
a
2
3
III
S = - Keluarga mengatakan mengerti
tentang pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, cara penularan dan
pengobatan
TB
paru,
klien
mengatakan akan minum obat
secara teratur dan akibat bila tidak
minum obat, Keluarga mengatakan
mengerti tentang penjelasan yang
diberikan serta mau menjalankan
pengobatan secara teratur, keluarga
mengatakan akan mengajak klien
kontrol ke puskesmas, keluarga
mengatakan akan berusaha menata
rumah yang sehat dan akan
memberi larutan desinfektan pada
tempat klien meludah
O = Keluarga mampu penjelasan kembali
tentang pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, cara penularan dan
pengobatan TB paru. Barang-barang
cukup tertata, tempat membuang
ludah sudah diisi larutan desinfektan,
klien termotivasi untuk kontrol ke
puskesmas
A = Tupen 1,2,3,5 tercapai, Tupen 4
belum tercapai, Tujuan Panjang
Penatalaksanaan
Pemeliharaan
Rumah Tak Efektif Tercapai Sebagian
P = Anjurkan dan motivasi keluarga agar
tetap melaksanakan tupen 4 untuk
mengurangi resiko penularan

Paraf
4
Yuli

Dilanjutkan

71
Hari/tgl/ jam
Lanjutan
Sabtu,
27-6-2009
Pk. 16.00 Wita

Sabtu,
27-6-2009
Pk. 16.00 Wita

Diagnos
a
II

Evaluasi

Paraf

S = Keluarga
mengatakan
mengerti Yuli
tentang syarat rumah sehat dan
akibat bila lingkungan tidak sehat,
keluarga mengatakan akan berusaha
mempertahankan lingkungan yang
sehat, keluarga mengatakan akan
berusaha
menjaga
kesehatan,
keluarga mengatakan akan beusaha
untuk memodifikasi lingkungan
rumah yang benar
O = Keluarga mendengarkan penjelasan
yang diberikan, keluarga mampu
kembali menjelaskan bagaimana
mempertahankan lingkungan yang
sehat, barang-barang cukup tertata,
lembab pada kamar sudah berkurang
dan peralatan makan klien dibedakan
A = Tupen 1,2,3,5 tercapai
Tupen 4 tercapai sebagian, Tujuan
Panjang Penatalaksanaan Terapeutik
Yang Efektif Tercapai Sebagian
P = Motivasi keluarga agar mampu
menjaga
kesehatan
lingkungan
(lanjutkan tupen 4)
S = Keluarga
mengatakan
mengerti Yuli
tentang cara penularan TB paru,
keluarga
mengatakan
mengerti
tentang manfaat pengobatan secara
teratur,
keluarga
mengatakan
mengerti tentang cara merawat diri
dan klien, keluarga mengatakan akan
berusaha untuk menjaga kebersihan
rumah, keluarga mengatakan akan
datang ke pelayanan kesehatan
apabila ada anggota keluarga yang
sakit atau obat klien habis
O = Keluarga
mampu
menjelaskan
kembali tentang cara penularan TB
paru, klien tampak minum obat tepat
pada waktunya, keluarga tampak
termotivasi untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan, barang-barang
cukup tertata, lembab pada kamar
sudah berkurang
A = Tupen 1,2,3,5 tercapai
Tupen 4 tercapai sebagian, Tujuan
Panjang Resiko Penularan Penyakit
Dilanjutkan
Teracapai Sebagian

72

Lanjutan
Hari/tgl/ jam

Diagnos
a

Evaluasi
P = Lanjutkan tupen 4
Memotivasi keluarga agar mampu
memodifikasi lingkungan rumah agar
bersih dan rapi.

BAB III
PEMBAHASAN

73

Paraf

73

Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan antarateori yang didapat
dengankenyataan yang ditemukandi lapangan. Pembahasan ini akan diuraikan dalam
empat tahap dari proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
A.

Pengkajian
Pada tahap awal dari proses keperawatan ini tidak semua terlaksana
berdasarkan teori. Pada saat melakukan pengkajian tidak menemukan data yang
sesuai dengan teori dimana pada teori data yang harus muncul adalah batuk
berdahak dari 3 minggu, demam lebih dari 1 bulan berkeringat pada malam hari,
nyeri dada, nafsu makan menurun dan berat badan menurun. Sedangkan data yang
ditemukan pada kasus adalah Batuk berdahak lebih dari 3 minggu dan tanda gejala
yang tidak ditemukan pada kasus yaitu demam lebih dari 1 bulan berkeringat pada
malam hari, nyeri dada, nafsu makan menurun. Sehingga dari data diatas penulis
melaksanakan pengkajian sesuai dengan masalah yang muncul dan yang
diungkapkan keluarga saat ini.
Pada Pengkajian data yang harusnya muncul sesuai teori adalah 15
diagnosa keperawatan keluarga, sedangkan data yang muncul pada kasus
ditemukan 3 diagnosa keperawatan yaitu diagnosa kerusakan penatalaksanaan
pemeliharaan rumah dan kurang pengetahuan. Untuk 13 diagnosa yang ada pada
teori, tidak ditemukan pada kasus karena data yang mendukung untuk munculnya
diagnosa tersebut tidak ditemukan pada keluarga MS. Pada kasus ditemukan 1
diagnosa tambahan yaitu diagnosa potensial penatalaksanaan therapeutik keluarga
yang efektif. Hal ini disebabkan karena keluarga Bapak KS terutama klien MS
sudah mengikuti program pengobatan TB Paru sesuai dengan tahap pengobatan

74
yang sudah ditentukan dan sudah mengikuti peraturan program pengobatan TB
Paru terutama dalam hal minum obat. Disamping itu keluarga sudah
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimana dapat dilihat dari kesadaran
keluarga untuk mengajak anggota keluarga yang sakit ke puskesmas.

B.

Perencanaan
Dalam memprioritaskan diagnosa keperawatan penulis berpedoman
pada nilai skor tertinggi. Dimana dari hasil skoring yang dibuat bersama keluarga
didapatkan diagnosa yang menjadi prioritas ketiga adalah diagnosa potensial
penatalaksanaan therapeutik yang efektif (3). Prioritas diagnosa keperawatan
yang kedua adalah penatalaksanaan pemeliharaan rumah tak efektif (3 1/3). Dan
prioritas diagnosa keperawatan yang utama adalah resiko penularan penyakit (4
1/3).
Dalam penyusunan rencana keperawatan Klien MS dilakukan bersamasama dengan keluarga sehingga rencana yang akan dilaksanakan merupakan
rumusan keluarga dan penulis hanya memberikan arahan serta bimbingan. Dalam
penyusunan rencana tindakan keperawatan lebih menekankan pada kemandirian
keluarga dalam melaksanakan dan mengemban lima tugas keluarga bidang
kesehatan dengan memberikan penyuluhan dan motivasi, hal ini disebabkan
karena penyebab timbulnya masalah berkaitan erat dengan pengetahuan dan
prilaku keluarga.
Dalam penyusunan rencana keperawatan penulis menemukan sedikit kesulitan
dalam menyusun rencana yang akan di laksanakan pada keluarga, namun untuk
sementara dapat di atasi berkat kerjasama keluarga yang aktif dalam mengajukan
pendapatnya untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami, serta dalam

75
penyusunan rencana keperawatan tersebut sudah disesuaikan dengan potensi yang
ada dalam keluarga Klien MS.

C.

Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan antara tinjauan teori dengan kasus
sudah dianggap sesuai walaupun masih ada sedikit kekurangan. Yang dimaksud
adalah dalam kenyataan di lapangan tidak sepenuhnya rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan baik mengingat sumber daya yang ada dari keluarga seperti
ukuran kamar yang tidak sebanding dengan banyaknya barang-barang. Melihat
dari keadaan rumah klien tidak mungkin dalam sekian hari bisa dirubah karena
keterbatasan waktu, sehingga untuk sementara hal ini bisa ditanggulangi dengan
mengurangi barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan
Dari tindakan keperawatan yang direncanakan tidak semua sesuai dengan
pelaksanaan sehingga dapat dikatakan belum sepenuhnya terlaksana sehingga
perlu dilanjutkan oleh puskesmas terutama dalam pengawasan minum obat karena
klien MS sudah mengikuti program pengobatan secara teratur pada tahap awal.

D.

Evaluasi
Dari hasil evaluasi di atas dapat dikatakan tidak berhasil sepenuhnya,
walaupun penulis tidak dapat merawat klien sepenuhnya karena keterbatasan
waktu, dimana kita ketahui pengobatan pasien TB memerlukan waktu 6-8 bulan,
yang terdiri dari 2 bulan fase awal dan 4 bulan fase lanjutan dan kondisi dari
rumah klien tidak mungkin dalam sekian hari bisa dirubah. Hal ini bisa di lihat
dari diagnosa 1 dimana Tupen 1,2,3,5 tercapai sedangkan tupen 4 tercapai
sebagian sehingga

tujuan panjang penatalaksanaan terapeutik yang efektif

76
tercapai sebagian, diagnosa 2 dimana Tupen 1,2,3,5 tercapai sedangkan tupen 4
tercapai sebagian sehingga tujuan panjang penatalaksanaan pemeliharaan rumah
tak efektif tercapai sebagian dan diagnosa 3 tupen 1,2,3,5 tercapai sedangkan
tupen 4 tercapai sebagian sehingga tujuan panjang resiko penularan penyakit
tercapai sebagian. Dari hasil evaluasi diatas diperlukan pengawasan dari petugas
puskesmas dan dukungan dari keluarga untuk tetap mengawasi pengobatan klien
MS terutama peraturan dalam minum obat.

77
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas maka penulis dapat
menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
Pada pengkajian dari proses keperawatan ini tidak semua terlaksana
berdasarkan teori. Saat melakukan pengkajian penulis tidak menemukan data
sesuai dengan teori terutama pada pengumpulan data, hal ini disebabkan kerena
bapak MS sudah mengikuti program pengobatan TB Paru secara teratur, sehingga
penulis melaksanakan pengkajian sesuai dengan masalah yang muncul dan yang
diungkapkan keluarga saat ini.
Dari rencana keperawatan penulis menemukan sedikit kesulitan, namun
untuk sementara dapat di atasi berkat kerjasama keluarga yang aktif dalam
mengajukan pendapatnya untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami,
Sehingga

dalam rencana keperawatan penulis mengangkat 3 diagnosa yaitu

diagnosa 3 adalah Penatalaksanaan aturan therapeutik yang efektif (31/2),


diagnosa 2 adalah Penatalaksanaan pemeliharaan rumah tak efektif (31/3) dan
diagnosa 1 adalah Resiko penularan penyakit (41/3). Dimana dalam penyusunan
rencana keperawatan tersebut sudah disesuaikan dengan potensi yang ada dalam
keluarga Klien MS.
Pelaksanaan tindakan keperawatan antara tinjauan teori dengan kasus
sudah dianggap sesuai walaupun masih ada sedikit kekurangan, kekurangan yang
dimaksud dengan kekurangan adalah dalam kenyataan di lapangan tidak
77
sepenuhnya rencana tindakan dapat dilaksanakan
dengan baik mengingat sumber

78
daya yang ada dari keluarga seperti ukuran kamar yang tidak sebanding dengan
banyaknya barang-barang. Melihat dari keadaan rumah klien tidak mungkin dalam
sekian hari bisa dirubah mengingat terbatasnya waktu, sehingga untuk sementara
hal ini bisa ditanggulangi dengan mengurangi barang-barang yang tidak terlalu
dibutuhkan.
Dan dari hasil evaluasi di atas dapat dikatakan tidak berhasil sepenuhnya,
walaupun penulis tidak dapat merawat klien sepenuhnya karena keterbatasan
waktu, dimana kita ketahui pengobatan pasien TB memerlukan waktu 6-8 bulan,
yang terdiri dari 2 bulan fase awal dan 4 bulan fase lanjutan dan dilihat dari
kondisi rumah klien tidak mungkin dalam sekian hari bisa dirubah.

B. Saran
1. Kepada Perawat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) I Denpasar Timur
hendaknya lebih meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat khususnya
asuhan keperawatan keluarga terutama dalam memberikan penyuluhan
kesehatan serta tetap memberi motivasi kepada keluarga.
2. Kepada Keluarga Bapak KS untuk tetap menjadi pengawas minum obat Klien
MS dengan cara memberi motivasi kepada klien MS untuk selalu ingat minum
obat dan tetap menjaga kebersihan lingkungan rumah dengan tetap membuka
jendela setiap hari,menyapu kamar dan halaman rumah tiap hari, menjemur
bantal dan kasur serta tetap membuang ludah pada tempat yang sudah diisi
larutan desinfektan.

79

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2001). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC


Dep.Kes.RI.(2002). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan 5.
Jakarta.
Effendy, N. (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
EGC.
Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Mansjoer, A.(2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Ausculapius.
Misnadiarly. (2006). Penyakit Infeksi TB Paru dan TB Extra Paru. Jakarta : Pustaka
Populer Obor.
Price, A.S. (2005). Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Puskemas I Denpasar Timur. (2009). Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas. Denpasar Timur.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Surabaya : Graha Ilmu.
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktek. Jakarta :
EGC.
Suyono, H.S. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta ;
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

80
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik

: Penyakit Sistem Pernapasan

Sub topik

: Tuberculosis Paru

Sasaran

: Keluarga KS

Waktu

: Pkl. 09.00 Wita

Hari/tanggal

: Selasa, 23 Juni 2009

Tempat

: Jalan Kecubung Gang Suli Denpasar

1. Tujuan
a. Tujuan intruksional umum
Setelah diberikan penyuluhan tentang TB Paru selama 30 menit dengan
metode ceramah, diskusi, demonstrasi, redemonstrasi, diharapkan keluarga
mampu memahami tentang perawatan TB Paru yang benar.
b. Tujuan instruksional khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang TB Paru selama
30 menit dengan metode ceramah, diskusi, demonstrasi, redemonstrasi,
diharapkan keluarga mampu :
1. Menyebutkan Pengertian serta penyebab TB Paru
2. Menyebutkan tanda dan gejala TB Paru
3. Menyebutkan cara penularan TB Paru
4. Menyebutkan cara pencegahan dan pengobatan TB Paru
5. Menyebutkan cara perawatan klien TB Paru dirumah (demonstrasi cara
pembuatan larutan desinfektan untuk tempat dahak).

81
2. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Demonstrasi
3. Media
Leaflet
4. Materi (terlampir)
a. Pengertian dan penyebab TB Paru
b. Tanda gejala TB Paru
c. Cara penularan TB Paru
d. Cara pencegahan serta pengobatan TB Paru
e. Cara batuk efektif
5. Evaluasi
Kegiatan penyuluhan
Hari/Tgl/
Jam
Selasa
23 Juni 2009
Pk. 09.00
Wita

Selasa
23 Juni 2009
Pk. 09.05

Tahapan
kegiatan
Penyuluhan
1. Pembukaa
n
(5 Menit)

2. Inti

Kegiatan
Penyuluhan

Kegiatan Penyuluhan

Memulai
dan
mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri

Menjelaskan
tujuan
penyuluhan

Menyebutkan
materi
penyuluhan

Menjawab salam
Mendengarkan
Mendengarkan

Menjelaskan pengertian
TB Paru

Menjelaskan penyebab

Mendengarkan &
memperhatikan

82
Wita

Selasa
23 Juni 2009
Pk. 09.15
Wita

TB Paru

Menyebutkan tanda dan


gejala TB Paru

Menyebutkan
dan
menjelaskan
cara
pencegahan TB Paru &
pengobatan

Mendemonstrasi
kan
cara batuk efektif
3. Penutup
(10 menit)

Menyatakan pengertian
& penyebab TB Paru
Menyatakan tanda dan
gejala
Menyatakan
cara
penularan TB Paru
Menyatakan
cara
pencegahan dan pengobatan
TB Paru
Mendemonstrasikan
cara
batuk efektif
Memberi
kesempatan
bertanya hal yang belum
jelas
Mengucapkan terima kasih
atas waktu dan perhatiannya
Mengucapkan salam penutup

Mendengarkan
dan
memperhatikan

Mendengarkan
Memperhatikan

Menjawab
pertanyaan
Menjawab
pertanyaan
Menjawab
pertanyaan
Menjawab
pertanyaan
Memperhati
kan
Keluarga
mengajukan
pertanyaan

MATERI PENYULUHAN

1.

Pengertian penyakit TB Paru


Tuberculosis Paru (TB Paru) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan

83
oleh

kuman mycobacterium tuberculosis. Bagian tubuh yang paling umum

diserang adalah paru-paru.


2.

Penyebab TB Paru
Disebabkan oleh kuman yang dinamakan mycobacterium tuberculosis

3. Tanda dan gejala penyakit TB Paru


Batuk berdahak lebIh dari 3 minggu
Batuk darah/dahak bercampur darah
Rasa sakit di dada dan sesak nafas
Nafsu makan menurun, badan lemas
Berat badan menurun
Demam lebih dari 1 bulan
Berkeringat di malam hari, meskipun tidak melakukan kegiatan
4. Cara penularan TB Paru
Penularan penyakit TB Paru adalah melalui percikan dahak (droplet) yang
berasal dari penderita TB saat batuk dan bersin. Bila penderita batuk atau bersin
tanpa menutup mulut, maka kuman mycobacterium tuberculosis akan tersebar
diudara. Apabila ada orang yang berada di sekitar penderita bisa tertular kuman
mycobacterium tuberculosis hanya dengan menghirup udara yang mengandung
kuman tersebut.
5. Cara pencegahan penyakit TB Paru :
Menutup mulut saat batuk dan bersin dengan sapu tangan atau tissue.
Tidak meludah disembarang tempat, tetapi di wadah yang berisi air sabun
atau lysol, kemudian dibuang pada lubang dan ditimbun dengan tanah.
Menjemur alat tidur secara teratur pada pagi hari.

84
Membuka jendela pada pagi hari agar rumah dapat udara bersih dan cahaya
matahari yang cukup.
Dan diberikan imunisasi BCG.
6.

Cara pengobatan penyakit TB Paru :


Cara pengobatan TB Paru yaitu dengan obat anti TB (OAT) yang didapatkan di
pelayanan kesehatan secara gratis, yang harus diminum secara teratur tidak boleh
putus selama 6-8 bulan dan dosis yang diminum sesuai dengan petunjuk petugas
kesehatan. Dan pada saat minum obat perlu adanya orang yang mengawasi atau
PMO (pengawas minum obat).
Cara minum obat yang benar :
Sebaiknya satu papan obat (blister) diminum sekaligus sesudah makan
pagi/malam hari sebelum tidur .
Jika sulit minum obat boleh ditelan satu persatu akan tetapi harus dalam
waktu 2 jam.
Minum obat harus didampingi oleh PMO (pengawas minum obat)
Jangan selesai minum obat /putus obat sebelum pada waktu yang ditentukan

Akibat bila minum obat tidak teratur /putus obat :


Tidak sembuh/ menjadi lebih berat penyakitnya bahkan bisa meninggal.
Sukar diobati karena kemungkinan kuman menjadi kebal sehingga diperlikan
obat yang lebih ampuh/mahal harganya.
Dapat menularkan kepada anggota keluarga atau orang lain.
7. Perawatan klien TB Paru di rumah ( mendemonstrasikan cara batuk efektif)
Siapkan tempat dahak dalam keadaan terbuka (tempat dahak harus tertutup)

85
Klien menarik nafas melalui hidung dan tahan selama kurang lebih 3 detik
kemudian dihembuskan melalui mulut (lakukan 3x)
Segera batukan keluar dari dada bukan dari tenggorokan
Tampung dahak pada wadah yang telah diberikan larutan sabun, lysol atau
bayclin kemudian ditutup.

You might also like