You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam makalah ini akan menjelaskan konsep dari mekanisme koping
dengan menggunakan terapi koping. Terapi kognitif dikembangkan pada tahun
1960-an oleh Aaron Beck dan berkaitan dengan terapi rasional emotif dari
Albert Ellis. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika digabung dengan
pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini di disatukan dan dikenal dengan terapi
perilaku kognitif (cognitive behavior therapy). Terapi ini memperlakukan
individu sebagai agen yang berpikir positif dan berinteraksi dengan dunianya.
Individu membentuk sudut pandang dan keyakinan serta memiliki afek atau
perasaan mengenai apa yang dianggap benar bagi diri sendiri, lingkungan, dan
mengenia pikiran serta perasaannya pada interaksi yang luas dengan perilaku
atau tindakan dalam rangkaian interaksi. Setiap interaksi memperngaruhi
interaksi lain.
Berdasarkan kognisi dan pengalaman masa lalu, individu membentuk
pandangan dan skema kognitif yaitu cara berpikir atau perspektif kebiasaan
mengenai

diri

sendiri,

dunia

dan

masa

depan.

Misalnya,

individu

mengembangkan pandangan psimistis mengenai cara mengontrol takdirnya


sendiri atau merasa takdirnya mampu dikontrol oleh orang lain dan tidak mampu
mengontrolnya sendiri. Dalam situasi tersebut, individu mengembangkan
pandangan negative serta merasa tidak berharga (disebut pikiran otomatis
negative) yang dapat menimbulkan stress, emosi, kecemasan dan depresi.
Individu cenderung mengolah keyakinan yang tidak masuk akal tentang
kemampuan dan berhubungan dengan orang lain. Hasil persepsi dan distorsi
yang salah ini ditandai oleh harapan yang tidak realistis terhadap diri sendiri dan
orang lain, metode koping yang tidak efektif, dan pandangan tentang diri sendiri
sebagai orang yang tidak mampu.

B. Rumusan Masalalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apakah pengertian terapi modalitas?


Apakah prinsip pelaksanaan terapi modalitas?
Apakah dasar pemberian terapi modalitas?
Apa sajakah jenis jenis terapi modalitas
Bagaimanakah terapi modalitas: terapi kognisi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian terapi modalitas.
2. Untuk mengetahui prinsip pelaksanaan terapi modalitas.
3. Untuk mengetahui dasar pemberian terapi modalitas.
4. Untuk mengetahui jenis jenis terapi modalitas.
5. Untuk mengetahui terapi modalitas: terapi kognisi.
D. Manfaaat Penulisan
Dengan disusun makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memahami
tentang mekanisme koping: terapi kognitif dan mahasiswa mampu menerapkan
kepada klien.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang
masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan, sistematika
penulisan, dan metode penulisan.
Bab II. Pembahasan, berisi pembahasan yang menjelaskan tentang konsep
dan asuhan keperawatan pada hiperbilirubin.
Bab III. Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. TERAPI MODALITAS
1. Pengertian
Terapi modalitas

merupakan

metode

pemberian

terapi

yang

menggunakan kemampuan fisik atau elektrik. Terapi modalitas bertujuan


untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi keluhan yang dialami
oleh klien. (Laundry & Jenes, 2009 dalam Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep baik di
institusi maupun di masyarakat yg bermanfaat dan berdampak terapeutik.
Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan yang diterapkan pada
dengan tanpa disadari dapat menimbulkan respons tubuh berupa energi
sehingga mendapatkan efek penyembuhan (Starkey, 2004). Terapi modalitas
yang diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri, perawatan gangren, perawatan
luka baru, perawatan luka kronis, latihan peregangan, range of motion, dan
terapi hiperbarik. Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan
jiwa. Terapi ini di berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari
perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Terapi modalitas mendasarkan
potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau
penyembuhannya. Terapi modalitas adalah suatu tehnik terapi dengan
menggunakan pendekatan secara spesifik, suatu sistem terapi psikis yang
keberhasilannya sangat tergantung pada adanya komunikasi atau perilaku
timbal balik antara pasien dan terapis. Terapi yang diberikan dalam upaya
mengubah perilaku mal adaptif menjadi perilaku adaptif.
2. Prinsip Pelaksanaan
Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai
titik tolak terapi atau penyembuhan.
3.

Dasar Pemberian Terapi Modalitas


a. Gangguan jiwa tidak merusak seluruh kepribadian atau perilaku
manusia
3

b.

Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan dibina ke arah kondisi

c.

yang mengandung reaksi( respon yang baru )


Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada atau tidak adanya
faktor-faktor yang sifatnya menimbulkan tekanan sosial pada individu

d.

sehingga reaksi indv tersebut dapat diprediksi ( reward dan punishment )


Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam

e.

menunjuang dan menghambat perilaku individu dalam kelompok social


Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi fisik mental emosional
dan sosial ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan secara holistic.

4.

Jenis - JenisTerapi Modalitas


Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
a. Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan
pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang
klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan
klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah
hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan
tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi
perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di
awal hubungan. Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan
agar klien mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu
klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress)
emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi
b.

kebutuhan dasarnya.
Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar
terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi
perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit
dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien
untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai

c.

terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.


Terapi Biologis
4

Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model


medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ada
beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat
(medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy
(ECT), foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai
sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi
d.

medikasi psikoaktif dan ECT.


Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan
adalah

membantu

mempertimbangkan

stressor

dan

kemudian

dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang


tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat
klien mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk
itu salah satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola
berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus asuhan adalah membantu klien
untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan
kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.
e. Logo Terapi
Logo terapi dapat digambarkan sebagai corak psikologi yang
mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia disamping simensi
kejiwaan serta beranggapan bahwa makna hidup dan hasrat untuk hidup
bermakna merupakan motivasi utama manusia yang meraih taraf
f.

kehidupan yang bermakna.


Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi
keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk
itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami
disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh
anggotanya. Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang
dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota
5

keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian


terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa
masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masingmasing terhadap
timbulnya

masalah,

mempertahankan
g.

untuk

keutuhan

kemudian
keluarga

mencari
dan

solusi

meningkatkan

untuk
atau

mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.


Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk
dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media
kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan
sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan
kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan
mengubah perilaku maladaptive. Terapi Perilaku Anggapan dasar dari
terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses
pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan
dalam terapi jenis ini adalah: Role model, Kondisioning operan,
Desensitisasi sistematis, Pengendalian diri dan Terapi aversi atau rileks

h.

kondisi.
Terapi Psikoreligius
Terapi dengan pendekatan terhadap kepercayaan yang dianut oleh
klien, pendekatan ini dilakukan oleh seorang pemuka agama dengan
cara memberikan pencerahan, kegiatan ini dilakukan minimal 1 kali

i.

seminggu.
Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anakanak akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari
pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji
tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa diagnostiknya,

j.

serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.


Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku
timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat
6

dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar
yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
1) Role model
2) Kondisioning operan
3) Desensitisasi sistematis
4) Pengendalian diri
5) Terapi aversi atau releks kondisi
B. TERAPI MODALITAS: TERAPI KOGNISI
1. Pengertian Terapi Kognitif
Kognisi adalah suatu tindakan atau proses memahami. Terapi kognitif
menjelaskan bahwa bukan suatu peristiwa yang menyebabkan kecemasan
dan tanggapan maladaptif melainkan harapan masyarakat, penilaian, dan
interpretasi dari setiap peristiwa ini. Sugesti bahwa perilaku maladaptif dapat
diubah oleh berhubungan langsung dengan pikiran dan keyakinan orang
(Stuart, 2009).
Secara khusus, terapis kognitif percaya bahwa respon maladaptif
muncul dari distorsi kognitif. Distorsi kognitif merupakan kesalahan logika,
kesalahan dalam penalaran, atau pandangan individual dunia yang tidak
mencerminkan realitas. distorsi dapat berupa positif atau negatif. Misalnya,
seseorang yang secara konsisten dapat melihat kehidupan dengan cara yang
realistis positif dan dengan demikian mengambil peluang berbahaya, seperti
menyangkal masalah kesehatan dan mengaku sebagai "terlalu muda dan
sehat untuk serangan jantung". distorsi kognitif mungkin juga negatif, seperti
yang diungkapkan oleh orang yang menafsirkan semua situasi kehidupan
disayangkan sebagai bukti kurang lengkap diri. Distorsi kognitif umum
tercantum dalam tabel di bawah ini (Stuart, 2009)
Tabel Bentuk Distorsi Kongnisi (Stuart, 2009)
No
1

Kelainan Kongnisi
Overgeneralization

Pengertian
Mengrkan
kesimpulan
7

Contoh
Seseorang

mahasiswa

secara yang gagal dalam satu

menyeluruh
sesuatu

Personalization

segala ujian

mengatakan

berdasarkan kayaknya saya enggak

kejadian tunggal.

akan lulus dalam setiap

Menghubungkan

ujian.

atasan

kejadian

diluar mengatakan

terhadap

dirinya produktivitas

saya

meskipun hal tersebut perusahaan


tidak beralasan.

sedang

menurun tahun ini, saya


yakin kalau pernyataan
ini ditujukan pada diri

Dichotomus

Berfikir

thinking

menganggap

segala meninggalkan

sesuatunya

selalu saya pikir saya lebih

sangat
4

saya.
ekstrim, Bila

Catastrophizing

bagus

suami

saya
saya,

atau baik mati.

buruk.
Berfikir sangat buruk saya lebih baik tidak
tentang
kejadian.

orang

dan mengisi

formulir

promosi

jabatan

sebab

saya

itu,
tidak

menginginkan dan tidak


akan
5

nyaman

dengan

jabatan itu.
Selective abstraction Berfokus pada detail, Seorang istri

percaya

tetapi tidak relavan bahwa suaminya tidak


dengan
yang lain.

informasi mencintainya sebab ia


datang terlambat dari
pekerjaannya, tetapi ia
mengabaikan
perasaannya, hadiah dari

suaminya tetap diterima


dan libur bersama tetap
6

Arbitary inference

direncanakan.
Teman saya tidak pernah

Menggambarkan
kesimpulan

yang lama

salah tanpa didukung sebab


7

data.
Percaya

Mind reading

menyukai

saya

ia

mau

tidak

diajak pergi.
bahwa Mereka pasti

berfikir

seseorang

bahwa dirinya terlalu

mengetahui

kurus

atau

terlalu

pemikiran orang lain gemuk.


tanpa
8

mengecek

kebenarannya.
Exaggregating

Magnification

the Saya

importance of events.

telah

meninggalkan

makan

malam saya, hal ini


menunjukkan
9

Externalization

tidak kompetennya saya.


of Menentukan tata nilai Saya sudah berusaha

self worth

sendiri
diterapkan

untuk untuk

kelihatan

baik

pada setiap

waktu

tetapi

orang lain.

Terapi

betapa

kognitif

merupakan

teman-teman saya yang

terapi

tidak

menginginkan

saya

berada

sampingnya.
jangka pendek

di

terstruktur

berorientasi terhadap masalah saat ini dan bersifat individu. Terapi kognitif
adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif, direktif dan
berjangkan waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam
kepribadian, misalnya ansietas atau depresi (Singgih, 2007).

2. Sejarah Terapi Kognitif


Mekipun beberapa teori psikoterapi menekankan aspek kognitif dari
pengobatan, terapi kognitif diasosiasikan dengan karya Aaron Beck. Ia lahir
pada tahun 1921, menerima gelar sarjana dari Brown University dan gelar
dokter

tentang

obat

dari

Universitas

Yale

pada

tahun

1946.

Beck menerapkan konsep-konsep dari pemikiran otomatis, keyakinan


yangmenyimpang, dan skema kogniti dari gangguan lain. sebagai contoh, ia
menjelaskan gangguan kecemasan sebagai dominasi ancaman kegagalan atau
tertinggal. Dari observasi pasien dan sesi transkip, Beck mengidentifikasikan
skema kognitif yang umum untuk orang yang berbeda-beda tipe gangguan
emosinya dan mengembangkan strategi untuk menyembuhkannya.
Teori yang Mempengaruhi
Meskipun banyak teori psikoterapi kognitif Beck yang didasarkan
pada pengamatan dari pekerjaan klinis, Ia dan rekan-rekannya juga telah
dipengaruhi oleh teori-teori lain dari psikoterapi, psikologi kognitif dan ilmu
pengetahuan kognitif. Karena pelatihannya sebagai psikoanalis, Beck
membuat beberapa konsep dari psikoanalisis dalampekrjaannya. Selain itu ada
kesamaan antara terapi kognitif dan dan karya Albert Ellis dan Alfred Adler,
terutama mereka menekankan pada pentingnya kepercayaan. Juga, teori
kepribadian George Kelly dan karya Jean Piagetpada perkembangan kognisi
mempunyai peran dalam memahami kognisi dalam kepribadian. Upaya untuk
mengembangkan model komputer dari pemkiran intelektual, suatu aspek dari
ilmu

pengetahuan

kognitif,

juga

berkonstribusi

untuk

melanjutkan

perkembangan psikoterapi kognitif.


Pengaruh Saat Ini
Penelitian dalam psikologi kognitif dan bidang terkait adalah penting
dalam memajukan teknik baru dalam terapi kognitif. Seperti terliaat
kemudian, hasil penelitian adalah bagian penting dari perkembangan metode
baru danpengujian efektivitas terapi kognitif. Penelitian ini dipublikasikan
secara luas di jurnal terapi kognitif seperti terapi Perilaku Kognitif, Terapi
Kognitif dan Penelitian, Jurnal Psikoterapi Kognitif, dan Praktek Kognitif dan
Perilaku.
10

3. Ciri Terapi Kognitif


Ciri utama terapi kognitif
a. Batas waktu 15-22 kali pertemuan selama 3-4 bulan
b. Struktur tiap pertemuan berlangsung 1jam
c. Agenda tiap pertemuan disusun dengan menggunakan agenda untuk
d.

mengoptimalkan penggunaan waktu yang ada


Berorientasi pada terapis dan pasien memusatkan pada perumusan dan

e.

masalah pemecahan masalah


Keterbukaan proses terapis tidak diliputi hal-hal yang mistik tetapi
bersifat
jelas dan terbuka. Terapis dan pasien sama-sama mengerti apa yang
berlangsung dalam terapi.

4. Tujuan Terapi Kognitif


Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011) beberapa mekanisme koping
dengan menggunakan terapi kognitif adalah sebagai berikut:
a. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menentang
keakuratan kognisi negative klien. Selain itu, juga untuk memperkuat
persepsi yang lebih akurat dan mendorong perilaku yang dirancang
untuk mengatasi gejala depresi. Dalam beberapa penelitian, terapi ini
b.
c.

sama efektifnya dengan terapi depresan.


Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap uji realitas.
Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien

d.

mengubah cara berpikir atau mengembangkan pola piker yang rasional.


Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang
maladaptive, pikiran yang mengannggu secara otomatis, serta proses
pikir tidak logis yang dibesar-besarkan. Berfokus pada pikiran individu

e.

yang menentukan sifat fungsionalnya.


Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan. Tanda dan
gejala depresi dihilangkan melalui usaha yang sistematis yaitu
mengubah cara berpikir maladaptive dan otomatis. Dasar pendekatannya
adalah suatu asumsi bahwa kepercayaan-kepercayaan yang mengalami
distorsi tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan yang dapat
menyebabkan depresi. Klien menyadari kesalahan cara berpikirnya.
11

Kemudian klien harus belajar cara merespon kesalahan tersebut dengan


cara yang lebih adaptif. Dengan perspektif kognitif, klien dilatih untuk
mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran dan harapan-harapan
negative. Cara lain adalah dengan membantun klien mengidentifikasi
kondisi negative, mencari alternative, membuat skema yang sudah ada
menjadi lebih fleksibel, dan mencari kognisi perilaku baru yang lebih
f.

adaptif.
Membantu

menargetkan

proses

berpikir

serta

perilaku

yang

menyebabkan dan mempertahankan panik atau kecemasan. Dilakukan


dengan cara penyuluhan klien, restrukrisasi jognitif, pernapasan rileksasi
terkendali, umpan balik biologis, mempertanyakan bukti, memeriksa
g.

alternative, dan reframing.


Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku
gangguan obsesif kompulsif dan selanjutnya mencegah responsnya.
Misalnya

dengan

cara

pelimpahan

atau

pencegahan

respons,

mengidentifikasi, dan merestrukturisasi distorsi kognitif melalui


h.

psikoedukasi.
Membantu individu mempelajari respons rileksasi, membentuk hirarki
situasi fobia, dan kemudian secara bertahap dihadapkan pada situasinya
sambil tetap mempertahankan respons rileksasi misalnya dengan cara
desensitisasi sistematis. Restrukturisasi kognitif bertujuan untuk

i.

mengubah persepsi klien terhadap situasi yang ditakutinya.


Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil
bertahan hidup dan bukan sebagai korban, misalnya dengan cara

j.

restrukturisasi kognitif.
Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system

k.

keyakinan yang salah.


Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan

l.

praktik untuk meningkatkan aktivitas sosialnnya.


Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal.

5. Indikasi Terapi Kognitif

12

Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011) terapi kognitif efektif untuk


sejumlah kondisi psikiatri yang lazim, terutama:
a. Depresi (ringan sampai sedang).8
b. Gangguan panic dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan.
c. Indiividu yang mengalami stress emosional.
d. Gangguan obsesif kompulsif (obsesessive compulsive disorder) yang
sering terjadi pada orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi
perilaku dan antidepresan jarang terjadi pada awal masa anak-anak,
e.
f.
g.
h.
i.
j.

meskipun kompulsi terisolasi sering terjadi.


Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik).
Gangguan stress pascatrauma (post traumatic stress disorder).
Gangguan makan (anoreksia nervosa).
Gangguan mood.
Gangguan psikoseksual
Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya.

6. Teknik Terapi Kognitif


Menurut Yosep (2009) ada beberapa teknik kognitif terapi yang harus
diketahui oleh perawat jiwa. Pengetahuan tentang teknik ini merupakan
syarat agar peran perawat jiwa bisa berfungsi secar optimal. Dalam
pelaksanaan teknik-teknik ini harus dipadukan dengan kemampuan lain
seperti teknik komter, milieu therapy dan counseling. Beberapa teknik
tersebut antara lain:
a. Teknik Restrukturisasi Kongnisi (Restructuring Cognitive)
Perawat berupaya untuk memfasilitasi klien dalam melakukan
pengamatan terhadap pemikiran dan perasaan yang muncul. Teknik
restrukturasasi dimulai dengan cara memperluas kesadaran diri dan
mengamati perasaan dan pemikiran yang mungkin muncul. Biasanya
dengan menggunakan pendekatan 5 kolom. Masing-masing kolom
terdiri atas perasaan dan pikiran yang muncul saat menghadapi masalah
terutama yang dianggap menimbulkan kecemasan saat ini.
Tangga

Situasi emosi

Pikiran otomatis

Respon rasional

13

hasil

Tanggal1.

kejadian nyata
1.

Pikiran otomatis
1.

saat

yang menyebabkan yang

masalah

ketidaknyamanan

khususnya

Tulis

respon
1.

Tulis kembali tingkat

muncul rasional terhadap kepercayaan


sedih, pemikiran

terhadap

persentase

pikiran

dirasaka emosi.
cemas, marah.
otomatis
yang otomatis 1-100%
2.
Pokok pikiran,
2.
Skala emosi dalam
n
muncul
khayalan
yang rentang 0% - 100 %2.
Tuliskan
menyebabkan

persentase

ketidaknyamanan

kepercayaannya

emosi.

dalam rentang 0100%


Perawat jiwa dapat memberikan blanko restructuring cognitive, untuk
kemudian diisi oleh klien. Setelah mendapat penjelasan seperlunya,
maka hasil analisa klien dan blanko yang sudah terisi dibahas secara
bersama.
b. Teknik Penemuan Fakta-Fakta (Questioning the evidence)
Perawat jiwa mencoba memfasilitasi klien agar membiasakan
menuangkan pikiran-pikiran abtraknya secara konkrit dalam bentuk
tulisan untuk memudahkan menganalisanya. Tahap selanjutnya yang
harus dilakukan perawat saat memfasilitasi kognitif terapi adalah
mencari fakta untuk mendukung keyakinan dan kepercayaannya. Klien
yang mengalami distorsi dalam pemikirannya seringkali memberikan
bobot yang sama terhadap semua sumber data atau data-data yang tidak
disadarinya, seringkali klien menganggap data-data itu mendukung
pemikiran buruknya. Data bisa diperoleh dari staf, keluarga atau anggota
lain dalam masyarakat sebagai support dalam lingkungan sosialnya.
Lingkungan tersebut dapat memberikan masukan yang lebih realistik
kepada klien dibanding dengan pemikiran-pemikiran buruknya. Dalam
hal ini penemuan fakta dapat berfungsi sebagai penyeimbang pendapat
klien tentang pikiran buruknya. Berdasarkan data-data yang bisa
dipercaya klien bisa mengambil kesimpulan yang tepat tentang
perasaanya selama ini.
14

c. Teknik penemuan alternatif ( examing alternatives)


Banyak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena
tidak adanya alternative pemecahan lagi. Khususnya pada pasien
depresi dan percobaan bunuh diri. Latihan menemukan dan mencari
alternatif-alternatif pemecahan masalah klien bisa dilakukan antara klien
dengan

bantuan

perawat.

Klien

dianjurkan

untuk

menuliskan

masalahnya. Mengurutkan masalah-masalah paling ringan dulu.


Kemudian mencari dan menemukan alternatifnya. Klien depresi atau
klien klien gangguan jiwa lain menganggap masalahnya rumit karena
akumulasi berbagai masalah seperti: listrik belum dibayar, suami
selingkuh, anak sakit, genteng bocor dan lain-lain. Bila diurutkan dari
yang paling ringan biasanya klien bisa menemukan alternatif alternatif
yang bisa dilakukan. Sebagai contoh alternatif listrik belum dibayar
klien boleh memikirkan tentang : mungkin perlu surat keterangan tidak
mampu, menerima pemutusan sementara, mengganti dengan alat
penerangan lain, gabung dengan tetangga, bermusyawarah dengan
keluarga yang lebih mampu dan sebagainya. Disini penting sekali bagi
perawat jiwa untuk merangsang klien agar berani berfikir lain dari
yang biasany atau berani berpikir beda.
d. Dekatastropik (decatastrophizing)
Teknik dekatastropik dikenal juga dengan teknik bila dan apa ( the
what-if then ). Hal ini meliputi upaya menolong klien untuk melakukan
evaluasi

terhadap

situasi

dimana

klien

mencoba

memandang

masalahnya secara berlebihan dari situasi alamiah untuk melatih


beradaptasi dengan hal terburuk debngan apa-apa yang mungkin terjadi.
Pertanyaan pernyataan yang dapat diajukan perawat adalah:
apa hal terburuk yang akan terjadi bila
apakah akan gawat sekali bila hal tersebut memang betul-betul
terjadi?
tindakan pemecahan masalah apabila hal tersebut benar-benar
terjadi?

15

Tujuannya adalah untuk menolong klien melihat konsekuensi dari


kehidupan. Dimana tidak selamanya sesuatu itu terjadi atau tidak terjadi.
Sebagai contoh klien yang tinggal dipantai harus berani berfikir : apa
yang akan saya lakukan bila tsunami tiba-tiba datang?; gempa tiba-tiba
melanda?; suami tiba-tiba tenggelam?; dan sebagainya.
e. Reframing
Reframing adalah strategi dalam merubah persepsi klien terhadap
situasi atau perilaku. Hal ini meliputi memfokuskan terhadap sesuatu
atau aspek lain dari masalah atau mendukung klien untuk melihat
masalahnya dari sudut pandang saja. Perawat jiwa penting untuk
memperluas kesadaran tentang keuntungan-keuntungan dan kerugiankerugian dari masalah. Hal ini dapat menolong klien melihat masalah
secara seimbang dan melihat dalam prespektif yang baru. Dengan
memahami aspek positif dan negatif dari masalah yang dihadapi klien
dapat memperluas kesadaran dirinya. Strategi ini juga dapat memicu
kesempatan pada klien untuk merubah dan menemukan makna baru,
sebab begitu makna berubah maka akan berubah perilaku klien. Sebagai
contoh, PHK dapat dipandang sebagai stressor tetapi setelah klien
merubah makna PHK, ia dapat berfikir bahwa PHK merupakan
kesempatan untuk belajar bisnis, menemukan pengalaman baru,
banyaknya waktu bersama keluarga, saatnya belajar home industry dan
meraih peluang kerja yang lainnya.
f. Thought Stopping
Kesalahan berpikir sering kali menimbulkan dampak seperti bola
salju bagi klien. Awalnya masalah tersebut kecil, tetapi lama kelamaan
menjadi sulit dipecahkan. Teknik berhenti memikirkannya (thought
stoping) sangat baik digunakan pada saat klien mulai memikirkan
sesuatu sebagai

masalah.

Klien

dapat

menggambarkan

bahwa

masalahnya sudah selesai. Menghayalkan bahwa bel berhenti berbunyi.


Menghayalkan sebuah bata di dinding yang digunakan untuk
menghentikan berpikir dysfunctional. Untuk memulainya, klien diminta
16

untuk

menceritakan

masalahnya

dan

mengatakan

rangkuman

masalahnya dalam khayalan. Perawat menyela khayalan klien dengan


cara mengatakan keras-keras berhenti. Setelah itu klien mencoba
sendiri untuk melakukan sendiri tanpa selaan dari perawat. Selanjutnya
klien mencoba menerapkannya dalam situasi keseharian.
g. Learning New Behavior With Modeling
Modeling adalah strategi untuk merubah perilaku baru dalam
meningkatkan kemampuan dan mengurangi perilaku yang tidak dapat
diterima. Sasaran perilakunya adalah memecahkan masalah-masalah
yang disusun dalam beberapa urutan kesulitannya. Kemudian klien
melakukan observasi pada seseorang yang berhasil memecahkan
masalah yang serupa dengan klien dengan cara modifikasi dan
mengontrol lingkungannya. Setelah itu klien meniru perilaku orang yang
dijadikan model. Awalnya klien melakukan pemecahan secara bersama
dengan fasilitator. Selanjutnya klien mencoba memecahkannya sendiri
sesuai dengan pengalaman yang diperolehnya bersama fasilitator.
Sebagai contoh pada klien yang memiliki stressor kesulitan ekonomi,
klien bisa ikut magang dulu sambil belajar bisnis atau berdagang dengan
orang lain, setelah mendapat pengalaman klien bisa melakukannya
sendiri.
h. Membentuk Pola ( shaping )
Membentuk pola perilaku baru oleh perilaku yang diberikan
reinforcement. Misalnya anak yang bandel dan tidak akur bdengan orang
lain berniat untuk damai dan hangat dengan orang lain, maka pada saat
niatnya itu menjadi kenyataan, klien diberi pujian.
i. Token Economy
Token economy adalah bentuk reinforcement positif yang sering
digunakan pada kelompok anak-anak atau klien yang mengalami
masalah psikiatrik. Hal ini dilakukan secara konsisten pada saat klien
mampu menghindari perilaku buruk atau melakukan hal yang baik.
Misalnya setiap berhasil bangun pagi klien mendapat permen, setiap
bangun kesiangan mendapat tanda silang atau gambar bunga berwarna
17

hitam. Kegiatan berlangsung terus menerus sampai suatu saat jumlahnya


diakumulasikan.
j. Role Play
Role play memungkinkan klien untuk belajar menganalisa perilaku
salahnya melalui kegiatan sandiwara yang bisa dievaluasi oleh klien
dengan memanfaatkan alur cerita dan perilaku orang lain. Klien dapat
menilai dan belajar mengambil keputusan berdasarkan konsekuensikonsekuensi yang ada dalam cerita. Klien biasa melihat akibat-akibat
yang akan terjadi melalui cerita yang disuguhkan. Misalnya klien
melihat role play tentang seorang pasien yang tidak mau makan obat,
tidak mau mandi dan sering merokok
k. Social skill Training.
Teknik ini didasari oleh sebuah keyakinan bahwa keterampilan
apapun diperoleh sebagai hasil belajar. Beberapa prinsip untuk
memperoleh keterampilan baru bagi klien adalah:
Feedback
Sebagai contoh bagi klien pemalas ( abulia ), dapat diajarkan
keterampilan membersihkan lantai, perawat mendemonstrasikan cara
membersihkan lantai yang baik, selanjutnya perawat mengupayakan
agar klien mempraktikkan sendiri. Perawat melakukan feedback dengan
cara menilai dan memperbaiki kegiatan yang masih belum selesai
harapan.
l. Anversion Theraphy
Anversion theraphy bertujuan untuk menghentikan kebiasankebiasan buruk klien dengan cara mengaversikan kegiatan buruk
tersebut dengan sesuatu yang tidak disukai. Misalnya kebiasaan
menggigit penghapus saat boring dengan cara membayangkan bahwa
penghapus itu dianggap sebagai cacing atau ulat yang menjijikan. Setiap
klien kegemukan melakukan kebiasaan ngemil makanan, maka ia
dianjurkan untuk membayangkan kotoran kambing yang dimakan terus.
m. Contingency Contracting
Contingency contracting berfokus pada perjanjian yang dibuat
antara therapist dalam hal ini perawat jiwa dengan klien. Perjanjian
18

dibuat dengan punishment dan reward. Misalnya bila klien berhasil


mandi tepat waktu atau meninggalkan kebiasaan merokok maka pada
saat bertemu dengan perawat hal tersebut akan diberikan reward.
Konsekuensi yang berat telah disepakati antara klien dengan perawat
terutama bila klien melanggar kebiasaan buruk yang sudah disepakati
untuk ditinggalkan.
Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011) teknik yang digunakan dalam
melakukan terapi kkognitif adalah sebagai berikut:
a. Mendukung klien untuk mengidentifikasi kognisi atau area berpikir dan
b.

keyakinan yang menyebabkan khawatir.


Menggunakan teknik pertanyaan Socratic yaitu meminta klien untuk
menggambarkan, menjelaskan dan menegaskan pikiran negative yang
merendahkan dirinya sendiri. Dengan demikian, klien mulai melihat

c.

bahwa asumsi tersebut tidak logis dan tidak rasional.


Mengidentifikasi interpretasi yang lebih realities mengenai diri sendiri,
nilai diri dan dunia. Dengan demikian, klien membentuk nilai dan
keyakinan baru, dan distress enmosional menjadi hilang.

7. Langkah-Langkah Melakukan Terapi Kognitif


Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011) terapi kognitif dipraktikan
diluar sesi terapi dan menjadi modal utama dalam mengubah gejala. Terapi
berlangsung lebih kurang 12-16 sesi yang terdiri atas:
a. Fase awal (sesi 1-4)
1) Membentuk hubungan terapeutik dengan klien.
2) Mengajarkan klien tentang bentuk kognitif yang salah serta
pengaruhnyan terhadap emosi dan fisik.
3) Menentukan tujuan terapi.
4) Mengajarkan klien untuk mengevaluasi pikiran-pikirn yang
b.

otomatis.
Fase pertegahan (sesi 5-12)
1) Mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang salah.
2) Membantu klien mengenal akar kepercayaan diri. Klien diminta
mempraktikan keterampilann berespons terhadap hal-hal yang

menimbulkan depresi dan memodifikasinya.


c. Fase akhir (13-16)
19

1) Menyiapkan klien untuk terminasi dan memprediksi situasi beresiko


tinggi yang relevan untuk terjadinya kekambuhan.
2) Mengonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-tugas terapi sendiri.
8. Strategi Pendekatan
Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011) strategi pendekatan terapi kognitif
antara lain:
a. Menghilangkan pikiran otomatis.
b. Menguji pikiran otomatis.
c. Mengidentifikasi asumsi maladaptive.
d. Menguji validitas asumsi maladaptive.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan
terstruktur, aktif, direktif dan berjangkan waktu singkat, untuk menghadapi
berbagai hambatan dalam kepribadian, misalnya ansietas atau depresi. Terapi
kognitif digunakan untuk mengidentifikasi, memperbaiki gejala perilaku yang
malasuai, dan fungsi kognisi yang terhambat, yang mendasari aspek kognitif
yang ada. Terapis dengan pendekatan kognitif mengajarkan pasien atau klien
agar berpikir lebih realistik gejala yang berkelainan yang ada.
Terapi kognitif di indikasikan kepada klien dengan depresi (ringan sampai
sedang), gangguan panic dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan,
indiividu yang mengalami stress emosional, gangguan obsesif kompulsif
(obsesessive compulsive disorder) yang sering terjadi pada orang dewasa dan
memiliki respon terhadap terapi perilaku dan antidepresan jarang terjadi
pada awal masa anak-anak, meskipun kompulsi terisolasi sering terjadi,
gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik), gangguan
stress pascatrauma (post traumatic stress disorder), gangguan makan
(anoreksia nervosa), gangguan mood, gangguan psikoseksual, mengurangi
kemungkinan kekambuhan berikutnya.
20

Beberapa teknik dalam terapi kognitif yaitu teknik restrukturisasi kongnisi


(restructuring cognitive), teknik penemuan fakta-fakta (questioning the
evidence), teknik penemuan alternatif (examing alternatives), dekatastropik
(decatastrophizing), reframing, thought stopping, learning new behavior with
modeling, membentuk pola (shaping), token economy, role play, social skill
training, anversion theraphy, contingency contracting.

B. Saran

Sebagai mahasiswa dan calon tenaga medis kita mampu menerapkan


mekanisme koping dengan menggunakan terapi kognitif kepada klien sehingga
jumlah kasus penderita gangguan jiwa di Indonesia dapat menurun.

21

DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
Setyoadi & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Starkey, H. (2004). Citizenship Education and Cultural Diversity in France and
England. Jack Demaine (ed.). Citizenship and Political Education today.
New York; Palgrave Macmillan, PP.1-23.
Stuart, G.W. (2009). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis:
Mosby.
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditamam.

22

You might also like