You are on page 1of 16

I.

Kata Pengantar
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya Penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang Sistem Peradilan di Inggris ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga tak lupa penulis
berterima kasih pada Bapak Artaji, SH, MH selaku Dosen mata kuliah
Perbandingan Hukum Acara yang telah memberikan tugas ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan dan juga khazanah ilmu kita
mengenai sistem peradilan Inggis. Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bandung, 5
Oktober 2015

Penyusun

II. Daftar Isi

Contents
I.

Kata Pengantar..................................................................................................... 1

II.

Daftar Isi............................................................................................................... 2

III.

Pembahasan..................................................................................................... 3

A.

B.

Komponen Lembaga dalam Sistem Peradilan Inggris:.......................................3


1.

Kepolisian....................................................................................................... 3

2.

Solicitor.......................................................................................................... 3

3.

Barristers....................................................................................................... 5

4.

Pengadilan (Courts)....................................................................................... 6

5.

Juri (Jury)...................................................................................................... 10
Komponen Proses dalam Sistem Peradilan Pidana Inggris..............................12

IV. Kesimpulan.......................................................................................................... 13
A. Komponen Lembaga dalam sistem peradilan di Indonesia................................13
B.

Komponen Proses dalam sistem peradilan pidana di Indonesia......................14

Daftar Pustaka

III.

Pembahasan

A. Komponen Lembaga dalam Sistem Peradilan Inggris:1


1. Kepolisian
Pada

kepolisian

Inggris,

wewenangnya

tidak

hanya

melakukan

penyidikan saja, akan tetapi dibeikan pula wewenang untuk melakukan


penuntutan.
Sebagai Negara yang tidak mempunyai badan penuntut, peranan polisi
menjadi sangat penting. Bahkan dalam hal-hal tertentu yang menyangkut
kasus yang serius, Polisi harus melaporkannya kepada seorang pejabat yang
dinamakan The Director of Publict Prosecution (DPP).
Dalam hal ini maka pejabat tersebut bertindak sebagai penuntut dan
perkaranya disebut DPP V Jones. Sedangkan terhadap perkara ringan,
maka seorang Polisi langsung sebagai penuntut, perkaranya biasa disebut
nama Polisi V nama pelaku, misalnya Hart V Jones ( Versus : dibaca and ).
Apabila perkara diperiksa secara on indictment (atas dasar surut tuduhan),
maka perkaranya disebut R V Jones (dibaca Regina and Jones).
2. Solicitor
2.1 Pengertian
Solicitor

merupakan

profesi

hukum

atau

sering

disebut

sebagai

pengacara. Istilah Solicitor ini tidak dikenal di luar Inggris dan negara-negara
persemakmuran

(Commonwealth).

Hal

ini

menjadikan

istilah

Lawyer

(advokat) tidak mempunyai arti dalam praktek peradilan Inggris.

1 Dikutip dari laman http://alsalcunhas.org/mengenal-sistem-peradilan-pidana-dibeberapa-negara-belanda-inggris-amerika-indonesia/ diakses pada tanggal 3


Oktober 2015

2.2 Sejarah Terbentuk


Profesi Solicitor yang sekarang ada berasal dari pengadilan-pengadilan
jaman

pertengahan,

dimana

dikenal

pembela-pembela

yang

disebut

Attorneys, Solicitors, dan Proctors. Mereka ini memberi bantuan kepada


tertuduh dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan secara formal.
Pada abad ke 19 mereka (Attorneys, Solicitors, dan Proctors) terhimpun
dalam The Law Society, dan anggota society ini disebut Solicitors. Dewasa
ini The Law Society, ini bertanggungjawab atas latihan, tingkah laku dan
disiplin dari para solicitors. Di seluruh Inggris jumlah solicitor hampir 30.000
orang, dan sekitar 90 % termasuk law society, dan 10 % masuk dalam
British Legal Association suatu pressure group yang dibentuk pada tahun
1964. Wewenang dari The Law Society tersebut didasarkan pada Solicitors
Act 1974.
2.3

Syarat Menjadi Solicitor

Sejak tahun 1980 seorang Solicitor harus mempunyai Degree (gelar).


Kalau gelarnya bukan dibidang hukum, maka harus lulus ujian Common
Profesional Examination. Peserta kemudian menempuh pelajaran profesi dan
ujian pada Collage of law dan dilanjutkan dengan magang untuk waktu
tertentu. Sesudah lulus ujian-ujian tersebut dan memenuhi masa magang,
maka ada dua tahap lagi yang harus dilalui sebelum bisa praktek sebagai
Solicitor:
1. Masa penerimaan.
Nama solicitor dimasukan dalam terdaftar oleh the Master of the Roll. Dan
Solicitor tersebut berhak untuk menyebut dirinya sebagai Solicitor of the
Suprame Court. Gelar ini mengingatkan kita bahwa Solicitor adalah pegawai
pengadilan.
2. Sertifikat Praktek.

Atas permohonan tertulis kepada Law Society, seorang solicitor yang


diterima mendapat sertifikat untuk bisa berpraktek. Sertifikat ini setiap tahun
diperbaharui.
2.4 Tugas
Hal-hal yang biasanya dikerjakan oleh Solicitor ialah:
1.
2.
3.
4.

membuat surat wasiat (probate),


menjual dan menyewakan tanah (conveyancing),
menyiapkan penuntutan di pengadilan (litigation), dan
mengatur hal-hal yang berhubungan dengan perkawinan.

2.5 Hak-hak Solicitor:


1. Right of Audience, Solicitor boleh menghadap Magistrates Court dan
Country Court atas nama kliennya. Lord Chancellor berwenang
untuk memperluas hak

tersebut, sehingga boleh maju ke Crown

Court.
2. Diangkat sebagai Hakim, seperti Barister, solicitor yang telah
bekerja minimal 10 tahun dapat dianggat sebagai recorder. Setelah
lima tahun jadi recorder bisa dianggat sebagai Circuit Judge, bisa
juga

dianggat

sebagai

Stipendiary

magistrate

(hakim

yang

mendapat gaji) dan menjadi master dari Suprame Court.


3. Conveyasing, mempunyai monopoli dan mendapat upah. Fee, tidak
seperti Barister, Solicitor selalu dapat menuntut upah dan ongkosongkos dari kliennya.

3. Barristers
Sama seperti istilah Solicitor, Barrister ini tidak dikenal di luar Inggris dan
negara-negara persemakmuran (Commonwealth). Peran Barristers tidak
hanya didepan persidangan, melainkan banyak berperan diluar persidangan,
menyusun argument dan pembelaan serta menuliskan saran-saran untuk
Sollicitors.

Barrister melakukan pembelaan perkara di pengadilan High Court, dimana


solicitor tidak boleh menghadap. Bar saat ini dibagi menjadi dua :
1. Barister biasa (ordinary barristers), yang dinamakan junior council
2. Queens Councel yang dinamakan leading councel atau Silks.
Silks tidak menyiapkan dokumen dan mereka maju di pengadilan dengan
didampingi oleh seorang junior. Junior yang dudah bekerja 10 tahun boleh
mengajukan permohonan kepada Lord Chancellor untuk menjadi Silk.
Barrister yang menjalankan praktek harus menjadi anggota Chamber dan
menjadikan praktek ini pekerjaan utamanya.
Pekerjaan Barrister ialah mewakili kliennya di pengadilan (Advocacy),
menyusun pembelaan (drafting pleadings) dan dokumen dokumen lain,
serta memberi nasehat tentang hukum.
Barrister berhak untuk maju ke Superior Court.
Jabatan Hakim di Superior Court disediakan bagi Barristers yang pantas.
Barrister tidak boleh menuntut honorarium dari kliennya.
4. Pengadilan (Courts)
HIRARCHY OF THE
COURTS
HOUSE OF
LORD
COURT OF APPEAL (CRIMINAL
DIVISION)
QUEENS BENCH
DIVISION
CROWN
COURT
MAGISTRATES
COURT

Dalam sistem peradilan sistem hukum Common Law, dikenal dua cara
untuk mengadili yakni:2
1. Pemeriksaan secara

Summary

dalam pengadilan

Magistrates

Court tanpa Jury,


2. Pemeriksaan secara on indictment oleh Hakim dan Jury dalam
pengadilan Crown Court, yaitu sesudah penyerahan untuk diadili
(committal for trial) berdasarkan tuduhan tertulis yang disebut on
idictment.
4.1 Magistrates Court
Pengadilan

Magistrates

Court

dalam

perkara

pidana

merupakan

pengadilan yang paling penting, pengadilan ini disebut juga Police Court.
Pengadilan ini jumlahnya sekitar 1050 buah yang tersebar di seluruh negeri
Inggris, dan terdiri dari hakim-hakim awam (Lay Juctices) atau Justice of
the Peace atau Lay Magistrates.
Para hakim yang terdapat pada pengadilan ini tidak mempunyai
pendidikan hukum. Jumlahnya sekitar 20.000 orang, dan mereka adalah
warga masyarakat setempat yang diusulkan kepada Lord Chancellor oleh
panitia setempat. Atas pertimbangan Lord Chancellor, maka Ratu (Crown)
mengangkat mereka untuk daerah tertentu. Para hakim awam ini bersidang
sedikit-dikitnya

berdua

dan

sebanyak-banyaknya

berlima,

dan

dalam

mejanlankan tugasnya mereka tidak dibayar. Walaupun tidak dibayar Lord


Chancellor dapat memecat mereka apabila diketahui berkelakuan buruk.
Magistrates Court mempunyai 2 (dua) fungsi:3
2 Olliver Wendell Holmes, The Common Law, (United Kingdom: LLC, 1982), pg. 79
3 F. Finlason, The Common Law Procedure Acts, (US: Harvard School Library, 1954),
pg. 78-82

1. Sebagai pengadilan tingkat pertama untuk perkara-perkara pidana yang


diperiksa secara summary tanpa Jury dan dapat banding.
2. Sebagai pintu depan dari Crown Court atau sebagai hakim pemeriksa
pendahuluan

(examining

magistrates).

Acara

ini

desebut

Committal

proceedings.
Committal proceeding ini dilaksanakan apabila magistrates tidak
menyelesaikan sendiri perkaranya, karena merasa tidak berwenang atau
salah satu pihak menghendaki trial on indictment.
Mereka (magistrates/hakim) mendengar keterangan-keterangan dan
mencatatnya. Prosedur ini dimaksudkan untuk menyelidiki apakah ada
prima facie case artinya apakah untuk perkara itu ada bukti-bukti cukup,
sehingga patut diteruskan ke Crown Court yang akan bersidang dengan Jury.
Jadi magistrates bekerja seperti saringan, kalau ada prima facie case, maka
mereka menyerahkan (commit) perkaranya kepada Crown Court. Mereka
bisa menentukan pula apakah terdakwa ditahan sementara atau tidak, atau
dilepaskan dengan Bail (jaminan).
4.2

Crown Court

Crown Court dibentuk berdasarkan Court Act 1971. Sebelumnya


perkara-perkara pidana yang berat diadili dimuka High Court Judges London
di Central Criminal Court (Old Bily) dan di luar London di pengadilan Assizes,
dan oleh recorders di pengadilan Quarter Sesseions. Crown Court itu
menggantikan pengadilan-pengadilan Assizes dan Quarter Session tersebut.
Kewenangan Crown Court sebagai pengadilan tingkat pertama ialah
memeriksa perkara-perkara on indictment, terdiri dari seorang hakim dan
Jury.
Sebagai pengadilan banding ia memeriksa perkara banding dari
Magistrates Court, dalam hal ini Crown Court terdiri dari seorang hakim dan

antra dua dan empat Justice of the peace. Pengadilan ini hanya satu buah
untuk seluruh Inggris dan Wales, tetapi bersidang ditempat dan waktu yang
berlainan. Ia langsung dibawah kontrol dari Lord Chancellor.
Hakim-hakimnya ialah : High Court Judges dan Crown Court Judges (disebut
Circuit Judges dan Recorder ).
Catatan: Crown Court, High Court dan Court of Appeal merupakan suprame Court
of Judicature. Suprame ini bukan pengadilan tertinggi di Inggris

Peradilan dalam Common Law System tidak dikenal perbedaan antara


kejahatan dan pelanggaraan sebagaimana dikenal pada Civil Law System.
Sebagai konsekwensinya maka pada sistem peradilan hukum Common Law
hanya dikenal klasifikasi tindak pidana.4
Secara klasik, tindak pidana diklasifikasikan kepada:
1. Felonies / kejahatan berat
2. Misdemeanors / kejahatan ringan
3. Treason / kejahatan terhadap negara.
Berdasarkan Criminal Law Act 1967, Tindak pidana diklasifikasikan
kepada:
1. Indictable Offences, kejahatan berat yang diadili dengan sistem juri
melalui pengadilan Crown Court. Bandingnya dapat dilakukan ke
Court of Appeal (Criminal Division). Contohnya pembunuhan dengan
pemerkosaan.
2. Summary Offences, kejahatan kurang berat (minor crimes) yang
hanya dapat diadili tanpa Juri didalam pengadilan Magistrate Court.5
Bandingnya dapat dilakukan di Queens Bench Division.
4 Theo Huijbers, Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995), hlm. 49
5 Dikutip dari http://www.attorneygeneral.jus.gov.uk/english/justiceont/family_law.asp diakses pada tanggal 3 Oktober 2015

3. Arristable Offences, kejahatan yang diancam maksimal 5 (lima)


tahun, dan pelakunya baru pertama kali melakukan tindak pidana.
Kejahatan jenis ini boleh menggunakan sistem juri atau tidak
(offences triable either way).
Berdasarkan Criminal Law Act 1977, Tindak pidana diklasifikasikan
kedalam:
1. Offences Triable on Indictment, kejahatan-kejahatan yang tidak
diatur dalam UU seperti Murder, Mansluter, Rape, Roberry.
2. Offences Treable only summarily, tindak pidana yang diatur dalam
UU.
Dengan diatur dalam UU agar mencegah diadili dengan sistem Juri,
dan Magistrate Courtlah yang berwenang mengadili. Tindak pidana
tersebut antara lain: Pelanggaran lalu lintas dengan kadar alkohol
dalam darah melebihi batas
menurut

uu,

malakukan

maksimum yang diperkenankan

kekerasan

terhadap

petugas

polisi,

bartingkah laku yang dapat membahayakan umum dll.


Tujuannya agar mereka yang melakukan tindak pidana tersebut tidak
diperlakukan tidak adil karena harus ditahan dan menunggu untuk diadili
terlalu lama.
Semua

pengadilan

di

Inggris

memperoleh

kewenangannya

secara

langsung atau tidak langsung dari Raja, sedangkan kewenangan Hakim


secara teori adalah perluasan dari hak prerogatif Raja.
5. Juri (Jury)
System Juri merupakan ciri khas dari Common Law yaitu orang-orang
sipil yang mendapatkan tugas dari Negara untuk berperan sebagai juri dalam
sidang perkara. Juri ditunjuk oleh Negara secara acak dan seharusnya adalah
orang-orang yang kedudukannya sangat netral dengan asumsi juri adalah
orang awam yang tidak mengetahui sama sekali latar belakang perkara yang
disidangkan. Kedua pihak dalam perkara kemudian diberi kesempatan untuk

mewawancara dan menentukan juri pilihannya. Seseorang tidak boleh


menolak untuk menjadi juri kecuali untuk alasan-alasan tertentu seperti
adanya conflict interest atau mengenal terdakwa baik secara langsung
maupun tidak langsung
Banyak digunakan diperadilan pidana dipengadilan kerajaan, walaupun
mereka mungkin dipergunakan dalam pengadilan coroner dan jarang sekali
dipergunakan dalam pengadilan perdata/sipil.
Tim juri terdiri dari 12 orang awam, yang harus mendaftar, kemudian
mengikuti tes psikologi. Lalu setelah lulus tes psikologi, akan dipilih 14 orang
(2 orang cadangan) untuk diwawancarai oleh Pengacara, Jaksa dan Hakim.
Umumnya wawancara mengacu kepada latar belakang juri, hubungan juri
dengan terdakwa atau pendapat mereka tentang kasus tersebut. Bisa juga
hanya sekedar perasaan tidak suka Pengacara atau Jaksa secara personal
terhadap juri tersebut, mulai dari wajahnya, rasnya, senyumnya, atau hal-hal
lain yang personal (disebut sebagai based on cause). Baik Pengacara,
Jaksa dan Hakim punya hak untuk mengatakan tidak setuju dengan juri
tersebut. Tapi khusus untuk Pengacara dan Jaksa, tentunya harus cerdik
dalam hal mengeluarkan anggota juri, karena mereka harus berstrategi, kirakira juri mana yang pro pada mereka. Bila Pengacara tidak setuju dengan
salah satu juri, maka Jaksa tidak punya hak untuk memanggil juri itu
kembali. Begitu pula sebaliknya. Pekerjaan jadi Juri sebenarnya tidak terlalu
menguntungkan. Para Juri hanya dibayar 32.47 per 4jam6, dengan jam kerja
tidak jelas, tergantung dengan lama tidaknya sidang, ditambah lagi rapatrapat internal berhubungan dengan sidang. Tentu dapat dibayangkan,
kualitas personal dari para Juri ini seperti apa. Hal tersebut pula yang
menjadi salah satu isu hukum di UK, kualitas para Juri. Rata-rata orang tidak
mau jadi juri, karena bayarannya kecil dan hanya duduk seharian di kursi.
Dalam mengambil keputusan, keduabelas juri tersebut harus bersama-sama
6 Dikutip dari https://www.gov.uk/jury-service/what-you-can-claim diakses pada
tanggal 3 Oktober 2015

(suara mutlak atau tak boleh berpecah suara) mengatakan guilty atau not
guilty. Tidak terdapat voting di dalam system Juri.
Jadi Jury di sini adalah :
-

lay people (orang biasa),

bukan orang orang hukum,

tidak adanya hubungan administrasi dengan keadilan

bukan pemuka agama

bukan orang sakit jiwa

bukan orang jaminan

bukan orang kriminal yang telah diproses.

Hanya untuk Indictable offences. Kritikan terhadap sistem jury ini


adalah:

tidak berkompetensi (lack of competence) juga menjadikan peran


hakim terbatas

bias (gender)

rentan terhadap manipulasi ancaman/suapan dari terdakwa

mahal dan membutuhkan waktu lama.

Trivia

Salah satu ciri dari susunan kekuasaan pengadilan di Inggris adalah tidak
adanya badan Penuntut Umum (Openbare Ministerie/Kejaksaan). Hal ini
dikarenakan lembaga kejaksaan berasal dari tata hukum Perancis.
Dengan

tidak

adanya

lembaga

kejaksaan

tersebut,

membawa

konsekwensi bahwa di Inggris terdapat semacam Private Prosecution,

yakni penuntutan yang dilakukan oleh orang perorangan, biasanya mereka


yang dirugikan atau yang menjadi korban. Namun demikian, Private
Prosecution tersebut dalam prakteknya jarang terjadi, kecuali dalam hal
penyerangan

terhadap

diri

orang

(assault)

dan

pencurian

di

toko

(shoplifting), sebab biaya untuk menuntut mahal dan selalu ada resiko
adanya tututan atas penuntutan palsu/salah (malicious prosecution).
Walaupun di Inggris tidak ada semacam badan penuntut umum (lembaga
kejaksaan), namun tidak berarti disemua negara yang menganut sistem
hukum Common Law tidak ada badan semacam itu. Sebagai contoh di
Skotlandia, Canada, dan sebagian negara bagian Amerika terdapat badan
semacam itu.
B. Komponen Proses dalam Sistem Peradilan Pidana Inggris
Berbeda dengan sistem peradilan lainnya, perkara-perkara pidana dalam
sistem peradilan Inggris, jarang sekali berakhir dipersidangan terdpat
beberapa

tingkatan

proses

sistem

peradilan

pidana

memungkinkan perkara dihentikan.


Komponen proses tersebut ialah:

Penangkapan,
Keputusan untuk melakukan penuntutan,
Penuntutan (by charge atau by summons, dan
Jaminan.

Inggris

yang

IV. Kesimpulan
A. Komponen Lembaga dalam sistem peradilan di Indonesia
Kepolisian,

kejaksaan,

pengadilan,

permasyarakatan

dan

Advokat. Secara struktur, kepolisian pada system peradilan pidana di


Indonesia jauh berbeda dengan struktur kepolisian di Negara-negara yang
telah disebutkan sebelumnya, dimana pada Negara Inggris, Amerika dan
Belanda berada dibawah garis Kordinasi kementrian hukum/ Departtemen
Kehakiman, sedangkan di Indonesia, kepolisian merupakan lembaga nondepartment yang memiliki kedudukan setara dengan kejaksaan dan
langsung dibawah garis kordinasi presiden. Selain perbedaan tersebut, di
Indonesia, alas an untuk menghentikan penyidikan dibatasi sebagaimanan
yang tercantum pada pasal 109 KUHAP, di beberapa Negara yang telah
disebutkan, selain yang terdapat pada pasal 109 KUHAP, kepolisian memiliki
kewenangan untuk melakukan penyelesaian perkara diluar persidangan
asatu

menolaknya

sama

sekali

untuk

dilakukan

proses

penuntutan

persindangan.7
Berbeda

dengan

sistem

peradilan

Inggris

yang

terdiri

dari

Kepolisisian, Solictior, Barristers, Pengadilan, dan Juri. Pada kepolisian


Inggris, wewenangnya tidak hanya melakukan penyidikan saja, akan tetapi
dibeikan pula wewenang untuk melakukan penuntutan. Mengenai Sollictior
dan Barristers merupakan profesi hukum atau sering disebut sebagai
pengacara. Perbedaannya ialah, peran Barristers tidak hanya didepan
persidangan, melainkan banyak berperan diluar persidangan, menyusun
argument dan pembelaan serta menuliskan saran-saran untuk Sollicitors.
Selain

itu,

Barristers

tidak

diperkenankan

untuk

bekerja

7 Sunaryo, Seputar Hukum Pidana, (Jakarta: Visi Media, 2002), hlm. 39

bersama-

sama(partnership)

kecuali

dengan

pengacara

Asing,

tidak

seperti

Sollicitors. Kemudian mengenai Jury yang saat ini banyak digunakan


diperadilan pidana dipengadilan kerajaan, walaupun mereka mungkin
dipergunakan dalam pengadilan coroner dan jarang sekali dipergunakan
dalam pengadiln perdata/sipil.
B. Komponen Proses dalam sistem peradilan pidana di Indonesia
Proses

dalam

system

peradilan

pidana

di

Indonesia

meliputi

penyelidikan dan penyidikan, penuntutan, pemeriksaan disidang


pengadilan, putusan dan pelaksanaan putusan pidana.
Berbeda dengan sistem peradilan lainnya, perkara-perkara pidana
dalam sistem peradilan Inggris, jarang sekali berakhir dipersidangan terdpat
beberapa

tingkatan

memungkinkan

proses

perkara

sistem

dihentikan.

peradilan
Komponen

pidana
proses

Inggris

yang

tersebut

ialah

Penangkapan, Keputusan untuk melakukan penuntutan, Penuntutan


(by charge atau by summons, dan jaminan.

V. Daftar Pustaka

Sunaryo, Seputar Hukum Pidana, (Jakarta: Visi Media, 2002)


Olliver Wendell Holmes, The Common Law, (United Kingdom: LLC, 1982)
F. Finlason, The Common Law Procedure Acts, (US: Harvard School Library,
1954)
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995)
http://www.attorneygeneral.jus.gov.uk/english/justice-ont/family_law.asp
https://www.gov.uk/jury-service/what-you-can-claim
http://alsalcunhas.org/mengenal-sistem-peradilan-pidana-di-beberapanegara-belanda-inggris-amerika-indonesia/

You might also like