You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang unik, karena selain memiliki
ketertarikan terhadap makhluk di sekitarnya, secara alamiah manusia juga memiliki
ketertarikan yang besar pada dirinya sendiri. Hal ini secara mudah dapat diamati
ketika kita sedang melihat hasil foto. Ketika melihat foto, secara refleks pasti kita
akan mencari dan melihat diri kita sendiri, baru kemudian memperhatikan wajah dan
gaya dari teman-teman kita. Inilah salah satu bukti bahwa kita sebagai manusia
memiliki ketertarikan yang besar pada diri kita sendiri.
Sebagai makhluk sosial, tentu kita akan senantiasa berhubungan dengan
orang lain. Dalam berinteraksi dengan orang lain, setiap ucapan dan tindakan kita
(baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar) sangat dipengaruhi oleh
kepribadian. Kepribadian manusia secara umum dapat diketahui melalui beberapa
macam tes dan teori yang telah dikembangkan oleh para ahli, namun sampai hari ini
belum ada teori maupun alat (tes) yang bisa menjelaskan secara pasti mengenai
kepribadian (dan sikap) manusia. Hal ini sangat erat kaitannya dengan keunikan
manusia, yang mana hampir tidak ada manusia yang sama satu dengan yang lain,
walaupun saudara kembar identik sekalipun.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengupas apa saja jenis-jenis
kepribadian yang dimiliki oleh manusia, faktor-faktor penentu kepribadian dan
bagaimana cara untuk mengetahui tipe kepribadian manusia. Selain membahas halhal yang berkaitan dengan kepribadian dan kaitannya dengan lingkungan kerja,
dibahas juga mengenai sikap yang menjadi cerminan dari kepribadian manusia dan
kaitannya dengan lingkungan kerja.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kepribadian
2.1.1 Definisi Kepribadian
Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam individu yang memiliki sistem
psikologis dan menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungannya (Gordon
Allport, 2006:126).
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, dan temperamen yang
terwujud dalam tindakan apabila seseorang dihadapkan pada situasi tertentu
(Horton, 1982:12).
Kepribadian adalah tingkah laku khas dan sifat seseorang yang membuatnya
berbeda dengan orang lain (Kartini dan Dali, 2006).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah
segala corak perilaku yang khas dan unik yang dimiliki atau ada pada diri seseorang
yang terwujud dalam tindakan dan dipergunakan sebagai reaksi alami atau sebagai
alat untuk menyesuaikan diri terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya.
2.1.2 Faktor-Faktor Penentu Kepribadian
Kepribadian seseorang lahir dan berkembang melalui interaksinya dengan
banyak faktor. Dalam buku yang berjudul Perilaku Organisasi karangan Stephen P.
Robbins dijelaskan beberapa faktor penentu kepribadian meliputi:
a. Keturunan
Keturunan merujuk pada faktor-faktor genetika seseorang, misalnya saja
bentuk wajah, bentuk rambut, temperamen, bahkan hingga sifat dan penyakit tertentu
yang umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, fisiologis, dan psikologis
inheren dari orang tua kita.
Faktor keturunan memang memerankan bagian penting dalam membentuk
kepribadian seseorang, namun menurut para ahli di bidang genetika, gen yang berasal
dari orang tua tidak sepenuhnya dapat membentuk kepribadian, faktor lingkunganlah
yang memegang peranan penting dalam membentuk pribadi seseorang. Akan tetapi,

dengan adanya faktor biologis, pembentukan kepribadian tertentu akan semakin


mudah dengan lingkungan yang pas.
b. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk
kepribadian seseorang, karena dalam lingkunganlah seorang pribadi dapat menangkap
nilai-nilai atau norma-norma yang akan dia terapkan dalam hidupnya. Faktor
lingkungan dapat memberikan tekanan pada kepribadian seseorang melalui kultur
masyarakat (dimana seseorang dibesarkan), norma-norma keluarga, kelompok sosial,
dan pengaruh-pengaruh lain. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan menetapkan
parameter atau batas luar, sedangkan potensi penuh individu akan ditentukan oleh
seberapa baik dia menyesuaikan diri dengan lingkungan tempatnya berada.
Sebagai contoh, ketika seorang anak yang berasal dari keluarga baik-baik
dan taat beragama tinggal di lingkungan yang memberikan pengaruh negatif
(misalnya saja di lingkungan pencuri atau pemabuk) sedangkan dia tidak dapat
beradaptasi dengan baik, maka anak tersebut bisa jadi akan memiliki kepribadian
yang buruk juga. Sebaliknya, apabila anak tersebut tinggal di lingkungan yang
memberikan pengaruh positif, maka dia akan menjadi anak yang taat dan lebih baik
lagi. Ini adalah bukti bahwa faktor lingkungan memegang peranan yang sangat besar
terhadap pembentukan kepribadian seseorang.
c. Situasi
Faktor situasi adalah faktor yang dapat mempengaruhi efek dari faktorfaktor keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Kepribadian individu,
meskipun umumnya relatif stabil dan konsisten dapat berubah dalam situasi-situasi
yang berbeda. Tuntutan yang berbeda pada situasi yang berbeda dapat menimbulkan
reaksi dan aspek yang berbeda pada kepribadian seseorang. Oleh karena itu,
sebaiknya kita tidak melihat corak kepribadian seseorang secara terisolasi, tetapi juga
mengetahui bahwa situasi-situasi tertentu lebih relevan dari situasi-situasi lain dalam
mempengaruhi kepribadian, sehingga dapat dilihat adanya perbedaan yang signifikan
dalam diri individu.

Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang mempunyai kebiasaan terlambat


datang ketika perkuliahan karena faktor X dihadapkan pada dua situasi, dimana dia
akan diberikan nilai E pada beberapa mata kuliah apabila datang terlambat lagi atau
dia bisa mengikuti perkuliahan apabila datang tepat waktu. Dalam situasi ini,
mahasiswa tersebut pasti akan memilih untuk bisa hadir tepat waktu, sehingga dia
akan meminimalisir bahkan menghilangkan faktor X yang menyebabkan dia
terlambat dengan sekuat tenaga.
2.1.3 Sifat-Sifat Dasar Kepribadian
a. Kepribadian mencerminkan perbedaan individu
Kepribadian merupakan konsep yang berguna karena memungkinkan kita
menggolongkan individu-individu ke dalam berbagai kelompok yang berbeda atas
dasar satu atau beberapa perbedaan sifat. Perbedaan sifat ini dapat ditelusuri karena
karakteristik dalam diri yang membentuk kepribadian individu merupakan kombinasi
unik dari berbagai faktor, sehingga tidak ada dua individu yang benar-benar sama.
b. Kepribadian bersifat konsisten dan bertahan lama
Suatu kepribadian umumnya sudah terlihat sejak manusia masih anak-anak.
Hal ini cenderung akan bertahan secara konsisten membentuk kepribadian ketika
mereka dewasa. Walaupun individu memiliki kepribadian yang mungkin konsisten,
tetapi perilaku mereka seringkali sangat bervariasi karena berbagai faktor psikologis,
sosio-budaya, lingkungan, dan situasi-situasi yang mempengaruhi perilaku lainnya.
c. Kepribadian dapat berubah
Kepribadian dapat mengalami perubahan pada berbagai keadaan tertentu.
Hal ini dapat terjadi karena adanya berbagai peristiwa hidup seperti kelahiran,
kematian, dan lain sebagainya. Kepribadian seseorang berubah tidak hanya sebagai
respon terhadap berbagai peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba, tapi juga sebagai
bagian dari proses menuju kedewasaan secara berangsur-angsur.

2.1.4 Ciri-Ciri Kepribadian


Ciri-ciri kepribadian merupakan karakteristik abadi yang dimiliki dan
digunakan untuk menggambarkan perilaku individu. Ciri-ciri kepribadian tersebut
dibagi dalam enam belas ciri utama yang dikelompokkan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Ciri Utama Kepribadian
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Keterangan
Dingin
Kurang cerdas
Terpengaruh
perasaan
Mengalah
Serius
Ceroboh
Penakut
Keras hati
Percaya
Praktis
Langsung

VS.
VS.
VS.
VS.
VS.
VS.
VS.
VS.
VS.
VS.
VS.
VS.

12.
13.
14.

Keterangan
Ramah
Lebih cerdas
Secara emosional
stabil
Dominan
Ringan hati
Cermat
Petualang
Sensitif
Curiga
Imajinatif
Penuh
pertimbangan
Cemas
Suka mencoba
Mandiri

Percaya diri
VS.
Konservatif
VS.
Tergantung
VS.
kelompok
15.
Tidak terkendali
VS.
Terkendali
16.
Santai
VS.
Tegang
*) Sumber: Perilaku Organisasi Stephen P. Robbins
A. Cara Mengukur Kepribadian Seseorang
a. The Myers-Briggs Type Indicator (MBTI)

MBTI adalah salah satu tes kepribadian dengan 100 pertanyaan yang
menanyakan kepada seseorang bagaimana mereka biasanya bertindak atau merasa
dalam situasi-situasi tertentu. Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan, para
individu tersebut akan diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, yang meliputi:
ekstrovert (E) dan intovert (I), tajam (S) atau intuitif (N), pemikir (T) atau perasa (F),
dan memahami (P) atau menilai (J). Kategori-kategori tersebut kemudian akan

digabungkan menjadi enam belas tipe kepribadian (berbeda dengan enam belas ciri
utama dalam tabel 1).
Kelompok INTJ adalah kaum visioner. Mereka biasanya memiliki pikiran
asli dan dorongan yang kuat atas gagasan dan tujuan mereka sendiri. Mereka
dicirikan sebagai skeptis, kritis, independen, tekun, dan seringkali keras kepala.
Kelompok ESTJ adalah kaum pengorganisasi. Mereka realistik, logis, analitis, tegas,
dan mempunyai kemampuan alamiah untuk bisnis dan mekanik. Mereka suka
berorganisasi dan menjalankan aktivitas. Kelompok ENTP adalah kaum penggagas.
Mereka inovatif, individualistik, cakap dalam berbagai hal, dan tertarik ke gagasangagasan kewirausahaan. Mereka cenderung dapat dapat diandalkan dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan yang menantang tetapi bisa melupakan tugastugas rutin.
b. Model lima besar
Model lima faktor kepribadian atau yang biasa dikenal dengan istilah
Lima Besar adalah lima dimensi dasar hasil riset terbaru yang melandasi semua ciri
dan meliputi sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia, yang
meliputi:
Ekstroversi: Dimensi ini mencakup tingkat kesenangan seseorang akan
hubungan. Orang-orang yang ekstrovert akan cenderung suka berkelompok,
tegas, dan mampu bersosialisasi. Sedangkan kaum introvert atau tertutup
cenderung pendiam, malu-malu, dan tenang.
Kemampuan untuk bersepakat: Dimensi ini merujuk pada kecenderungan
individu untuk tunduk pada orang lain. Orang-orang yang berkemampuan tinggi
akan memiliki sifat kooperatif, hangat, dan percaya. Sedangkan orang-orang
yang berkemampuan rendah akan cenderung dingin, tidak mampu bersepakat,
dan antagonistik.
Kemampuan untuk mendengarkan suara hati: Dimensi ini merupakan ukuran
dari keandalan. Orang yang peka terhadap suara hatinya sendiri akan memiliki
sifat bertanggung jawab, terorganisir, dapat dipercaya, dan gigih. Sebaliknya,

orang yang tidak peka terhadap suara hatinya akan mudah bingung, tidak
terorganisir dan tidak dapat diandalkan.
Stabilitas emosional: Dimensi ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk
bertahan terhadap stress atau tekanan. Orang-orang dengan stabilitas emosi
positif akan cenderung memiliki sifat tenang, percaya diri, dan merasa aman.
Sebaliknya, orang-orang dengan stabilitas emosi negatif akan cenderung
memiliki sifat gelisah, cemas, gugup, mudah tertekan, dan merasa tidak aman.
Keterbukaan terhadap pengalaman: Dimensi ini merujuk pada minat dan
kekaguman individu terhadap hal baru. Orang-orang yang terbuka cenderung
memiliki sifat kreatif, ingin tahu, dan sensitif secara artistik. Sebaliknya, orangorang yang tertutup akan memiliki sifat konvensional dan menemukan
kenyamanan hanya bila telah akrab.
B. Kepribadian Utama yang Mempengaruhi Perilaku Organisasi
a. Lokus Kendali (Locus of Control)
Lokus kendali adalah persepsi seseorang tentang sumber nasibnya, di mana
mereka percaya bahwa perilaku mereka mempunyai dampak riil terhadap apa yang
akan terjadi pada diri mereka. Ada dua tipe dalam lokus kendali, tipe yang pertama
adalah tipe yang meyakini bahwa individu adalah pengendali nasib mereka sendiri
(internal locus of control). Sedangkan tipe yang kedua adalah tipe yang meyakini
bahwa hidup mereka dikendalikan oleh kekuatan dari luar diri mereka (eksternal
locus of control).
Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa individu-individu yang lebih
mengarah ke tipe kedua cenderung kurang puas dengan jabatan mereka, terasing dari
tempat kerja, dan kurang terlibat pada pekerjaan-pekerjaan mereka dibanding kaum
tipe pertama. Hal ini terjadi karena mereka menganggap diri mereka sendiri memiliki
sedikit kendali atas hasil-hasil organisasi tempat mereka bekerja.
b. Machiavellinisme
Machiavellinisme adalah tingkat di mana seorang individu yang bersifat
pragmatis akan cenderung mempertahankan jarak emosional dan yakin bahwa hasil
lebih penting daripada proses (mencapai tujuan dengan menghalalkan segala cara).

Orang-orang yang tingkat Mach-nya tinggi cenderung lebih banyak melakukan


manipulasi dan kurang bisa dibujuk daripada orang-orang dengan tingkat Mach
rendah.
Orang-orang dengan Mach tinggi bisa saja menjadi karyawan yang baik,
tergantung pada jenis pekerjaan dan pertimbangan implikasi etis dalam mengevaluasi
kinerja. Misalnya saja dalam pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tawarmenawar orang-orang dengan Mach tinggi akan lebih produktif, karena mereka lebih
mahir untuk berinteraksi tatap muka dengan orang lain. Selain itu, di saat situasi
dengan kaidah dan aturan yang minimal terjadi, mereka akan berimprovisasi dengan
baik.
c. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah sejauh mana individu meyakini bahwa dia adalah
individu yang berharga dan berhak memperoleh pencapaian. Orang-orang dengan
harga diri tinggi akan menempuh risiko yang lebih besar dalam seleksi pekerjaan dan
lebih mungkin untuk memilih pekerjaan-pekerjaan berstatus tinggi dan menikmati
kepuasan batin yang lebih tinggi dari suatu pencapaian.
Harga diri berhubungan langsung dengan harapan akan keberhasilan.
Orang-orang dengan harga diri tinggi yakin bahwa mereka memiliki kemampuan
yang mereka butuhkan untuk berhasil dalam bekerja, sehingga mereka dapat
mencapai dan meningkatkan prestasi kerja dengan lebih cepat dan lebih baik daripada
orang-orang yang memiliki harga diri rendah.
d. Pemantauan Diri (Self Monitory)
Pemantauan diri adalah kemampuan individu untuk menyesuaikan
perilakunya

dengan

faktor-faktor

situasi

eksternal. Individu

dengan

tingkat

pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam
menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasi eksternal. Mereka sangat peka
terhadap isyarat-isyarat eksternal dan dapat berperilaku secara berbeda dalam situasi
yang berbeda.
Orang-orang dengan tingkat pemantauan diri tinggi cenderung lebih
banyak bergerak dalam karir mereka, mendapat lebih banyak promosi (baik internal

maupun lintas organisasi), dan lebih mungkin untuk menduduki posisi sentral dalam
organisasi.
e. Pengambilan Risiko (Risk Propensity)
Pengambilan risiko adalah sejauh mana individu bersedia mengambil risiko
dan membuat keputusan-keputusan yang beresiko. Seorang manajer dengan risk
propensity yang tinggi cenderung lebih mau bereksperimen dengan ide-ide baru dan
berjudi dengan produk-produk baru. Dia juga akan membawa organisasi ke arah baru
yang berbeda. Di sisi lain, dia juga bisa membahayakan kesehatan organisasi jika
keputusan berisiko yang dibuat ternyata berakibat buruk. Seorang manajer dengan
risk propensity rendah bisa menyebabkan organisasi menjadi stagnan dan terlalu
konservatif , atau bisa jadi membantu organisasi mengatasi kekacauan dan kondisi
tak-menentu dengan mempertahankan stabilitas dan ketenangan.
f.

Kepribadian Tipe A
Kepribadian tipe A memiliki keterlibatan secara agresif dalam perjuangan

terus-menerus untuk mencapai lebih banyak hal dalam waktu yang lebih sedikit dan
melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain. Ciri-ciri kepribadian
tipe A adalah selalu bergerak, berjalan, dan makan dengan cepat, mudah merasa tidak
sabaran, berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat
bersamaan, tidak dapat menikmati waktu luang, terobsesi dengan angka-angka,
mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang bisa mereka peroleh.
Kontras dengan kepribadian tipe A adalah kepribadian tipe B, yang persis
sebaliknya. Ciri-Ciri kepribadian tipe B adalah selalu tenang, tidak pernah membahas
prestasi yang didapatkan, melakukan segala sesuatu atas dasar kesenangan dan bukan
karena situasi, bisa santai tanpa merasa bersalah.
Dalam lingkungan kerja, orang-orang dengan tipe A lebih banyak
ditemukan pada bagian penjualan atau pemasaran barang. Hal ini karena mereka
berfokus pada jumlah atau kuantitas. Sedangkan orang-orang tipe B lebih banyak
ditemukan pada eksekutif senior karena mereka dinilai lebih bijaksana dan
diplomatis.

2.1.5 Kepribadian dan Pekerjaan


Teori kecocokan kepribadian dan pekerjaan mengidentifikasikan enam tipe
kepribadian dan mengusulkan bahwa kecocokan antara kepribadian dan lingkungan
kerja menentukan kepuasan dan pengunduran diri individu dari pekerjaannya.
Holland mengemukakan bahwa kepuasan dan kecenderungan individu meninggalkan
pekerjaannya tergantung pada sejauh mana individu tersebut berhasil mencocokkan
kepribadian mereka dengan lingkungan pekerjaan. Berikut enam tipe kepribadian dan
kesesuaiannya dengan pekerjaan.
Tabel 2. Tipologi Kepribadian dan Pekerjaan yang Kongruen
No.
Tipe Kepribadian
1.
Realistic: Lebih menyukai
kegiatan-kegiatan fisik
yang mensyaratkan
keterampilan, kekuatan,
dan koordinasi
2.
Investigative: Lebih
menyukai kegiatankegiatan yang melibatkan
pemikiran,
pengorganisasian dan
pemahaman
3.
Social: Lebih menyukai
kegiatan-kegiatan yang
melibatkan pemberian
pertolongan dan
pengembangan orang lain
4.
Konvensional: Lebih
menyukai kegiatankegiatan yang
berperaturan, tertata, dan
tidak bermakna ganda
5.
Inovatif: Lebih menyukai
aktivitas-aktivitas verbal
yang di dalamnya terdapat
peluang untuk
mempengaruhi orang lain

Ciri Kepribadian
Pemalu, tulus, stabil,
patuh, praktis

Pekerjaan yang Kongruen


Mekanik, operator pengeboran,
pekerja lini perakitan, petani

Analitik, tulus,
penasaran,
independen

Ahli biologi, ekonom, ahli


matematika, reporter berita

Supel, ramah,
kooperatif,
memahami

Pekerja sosial, guru, konsultan,


psikolog klinis

Patuh, efisien,
praktis, tidak
imajinatif, tidak
fleksibel

Akuntan, manajer korporasi,


kasir bank, petugas
administrasi

Percaya diri,
ambisius, enerjik,
mendominasi

Pengacara, agen real-estate,


spesialis hubungan masyarakat,
manajer usaha kecil

10

dan meraih kekuasaan


Artistik: Lebih menyukai
Imajinatif, tidak
aktivitas-aktivitas yang
tertata, idealis,
bermakna ganda yang
emosional, tidak
memungkinkan ekspresi
praktis
kreatif
*) Sumber: Perilaku Organisasi Stephen P. Robbins

6.

Pelukis, musisi, penulis, penata


interior

2.2 Sikap
2.2.1 Definisi Sikap
Sikap adalah pernyataan-pernyataan evaluatif (baik yang diinginkan maupun
yang tidak diinginkan) mengenai obyek, orang atau peristiwa (Robbins, 2007).
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak terhadap obyek tertentu (Soetarno, 1994).
Sikap adalah organisasi pendapat dan keyakinan seseorang mengenai objek atau
situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan
dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara
tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2001).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu
keadaan dalam diri manusia yang menggerakkannya untuk bertindak atau berbuat
dengan perasaan tertentu dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan
sekitarnya. Sikap memberikan kesiapan untuk merespon hal-hal yang bersifat positif
atau negatif terhadap obyek atau situasi. Sikap juga mencerminkan bagaimana
individu merasakan sesuatu. Misalnya saja ketika seseorang mengatakan Saya
menyukai pekerjaan saya, itu berarti dia mengungkapkan sikap positif terhadap
pekerjaannya.

2.2.2 Komponen-Komponen Sikap


11

a. Komponen Kognitif
Komponen kognitif adalah komponen yang berhubungan dengan aspek
intelektual, pandangan, dan persepsi manusia terhadap suatu objek. Komponen ini
berkaitan dengan apa yang diketahui individu dan berisi kepercayaan mereka
terhadap apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan
itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar harapan individu terhadap objek
tertentu.
b. Komponen Afektif
Komponen afektif adalah komponen yang bersifat evaluatif dan
berhubungan dengan rasa senang serta tidak senang. Komponen ini merupakan aspek
emosional dari faktor sosio-psikologis yang menyangkut masalah emosional
subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum, komponen ini dapat
disamakan dengan perasaan yang dimiliki oleh obyek tertentu.
c. Komponen Konatif
Komponen konatif adalah komponen yang berhubungan dengan kebiasaan
dan kecenderungan individu bertindak terhadap objek sikap. Komponen konatif atau
komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan erat dengan
obyek sikap yang dihadapi.
Dalam organisasi, sikap bersifat penting karena mereka mempengaruhi
perilaku. Jika para pekerja percaya (misalnya), bahwa penyali, auditor, bos, dan
perekayasa waktu dan gerak semuanya bersekongkol untuk membuat karyawan
bekerja lebih keras dengan bayaran uang yang sama atau lebih sedikit, maka cukup
masuk akal untuk mencoba memahami bagaimana sikap-sikap ini dibentuk,
hubungan sikap tersebut dengan perilaku jabatan aktual dan bagaimana sikap tersebut
mungkin diubah.

2.2.3 Ciri-Ciri Sikap


a. Sikap tidak dibawa sejak lahir
12

Manusia dilahirkan dengan tidak membawa sikap tertentu pada suatu


objek. Oleh karenanya, sikap terbentuk dan dapat dipelajari selama perkembangan
individu yang bersangkutan, namun kecenderungannya bersifat tetap.
b. Sikap selalu berhubungan dengan objek
Sikap dapat terbentuk melalui persepsi individu dan hubungannya dengan
objek-objek tertentu.
c. Sikap dapat tertuju pada satu objek dan sekumpulan objek
Bila individu memiliki sikap negatif pada satu orang yang duduk bersamasama dengan kelompoknya, maka ia akan menunjukkan sikap yang negatif pada
kelompok orang tersebut.
d. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar
Jika sikap sudah menjadi nilai dalam kehidupan individu, maka sikap
tersebut akan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Tetapi sebaliknya, apabila
sikap yang ada belum merasuk dalam diri individu maka sikap mereka relatif dapat
berubah.
e. Sikap mengandung perasaan atau motivasi
Sikap terhadap sesuatu akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif
maupun negatif. Sikap juga mengandung motivasi atau daya dorong untuk
berperilaku.
2.2.4 Tipe-Tipe Sikap
Terdapat tiga tipe sikap yang berkaitan erat dengan pekerjaan, antara lain:
a. Kepuasan Kerja (Job Satisfaction)
Kepuasan kerja adalah sikap umum individu terhadap pekerjaannya.
Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif
terhadap pekerjaannya, sedangkan seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya
akan menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu.
b. Keterlibatan Bekerja (Job Involvement)

13

Keterlibatan bekerja adalah tingkat pengenalan dan keterlibatan diri


individu dengan pekerjaannya, serta menganggap kinerjanya penting bagi dirinya
sendiri. Seseorang dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi akan lebih
memperhatikan pekerjaannya daripada yang tingkat keterlibatan kerjanya rendah.
c. Komitmen pada Organisasi (Organizational Commitment)
Komitmen pada organisasi adalah tingkat pengenalan, keterlibatan dan
kesetiaan individu terhadap organisasi dan sasaran-sasarannya, serta harapan dapat
mempertahankan status keanggotaan dalam organisasi tersebut.
2.2.5 Sikap dan Konsistensi
Penelitian umumnya menyimpulkan bahwa orang-orang mengusahakan
konsistensi diantara sikap-sikapnya serta antara sikap dan perilakunya. Hal ini berarti
bahwa individu-individu berusaha menyatukan sikap-sikap yang berbeda dan
memadukan sikap dan perilaku mereka sehingga tampak rasional dan konsisten.
Apabila terjadi ketidakkonsistenan, maka digunakan kekuatan untuk mengembalikan
konsistensi sikap dan perilaku individu-individu tersebut.
Pada akhir dasawarsa 1950-an, Leon Festinger mengemukakan teori
Disonansi Kognitif. Teori ini berusaha menjelaskan hubungan antara sikap dan
perilaku. Disonansi berarti ketidakkonsistenan. Disonansi kognitif mengacu pada
setiap ketidaksesuaian yang mungkin ditemukan oleh seorang individu di antara dua
atau lebih sikapnya, atau antara perilaku dan sikapnya. Festinger berpendapat bahwa
setiap bentuk inkonsistensi tidak menyenangkan, dan bahwa individu-individu akan
berupaya untuk mengurangi disonansi itu.
Pada akhir dasawarsa 1960-an, hubungan yang diasumsikan ada antara
sikap (attitude) dan perilaku (behaviour) ditantang oleh kajian ulang terhadap riset
tersebut. Berdasarkan evaluasi terhadap sejumlah studi yang menyelidiki hubungan
A-B, kajian ulang menyimpulkan bahwa sikap tidak terkait dengan perilaku, atau
kemungkinan terbaiknya, hanya sedikit berhubungan. Penelitian yang lebih baru
memperlihatkan bahwa hubungan A-B dapat diperbaiki dengan memperhatikan
variabel-variabel pelunak yang mungkin. Variabel-variabel pelunak yang paling

14

berpengaruh yang telah ditemukan adalah arti penting sikap, spesifitas sikap,
aksebilitas sikap, apakah terdapat tekanan sosial, dan apakah seseorang mempunyai
pengalaman langsung mengenai sikap.
2.2.6 Survei Sikap
Survei sikap adalah menggali tanggapan karyawan melalui kuesioner
tentang bagaimana perasaan mereka terhadap pekerjaan, kelompok kerja, pengawas,
dan organisasi mereka.

Penggunaan survei-survei sikap yang teratur akan

memberikan umpan balik yang berharga bagi para manajer mengenai bagaimana
karyawan mempersepsikan kondisi kerja mereka. Kebijakan dan praktik yang
dianggap objektif dan adil oleh manajemen mungkin tampak tidak adil oleh karyawan
secara umum atau oleh kelompok-kelompok karyawan tertentu. Jika persepsi-persepsi
terdistorsi membuahkan sikap negatif terhadap pekerjaan dan organisasi, maka sangat
penting bagi para manajer untuk mengetahuinya. Mengapa? Karena perilaku
didasarkan pada persepsi, bukan kenyataannya. Berikut adalah contoh survei singkat
dalam bentuk kuesioner:
Tabel 3. Survei Sikap Sampel
Harap jawab setiap pertanyaan berikut ini dengan menggunakan skala pemeringkatan
berikut:
5 = Sangat Setuju
4 = Setuju
3 = Ragu-Ragu
2 = Tidak Setuju
1 = Sangat Tidak Setuju
Pernyataan
Peringkat
1. Perusahaan ini adalah tempat yang sangat baik untuk bekerja.
2. Saya dapat meraih kemajuan dalam perusahaan ini jika saya
berusaha.
3. Tingkat upah perusahaan ini kompetitif dengan upah-upah
di perusahaan lain.
4. Keputusan promosi karyawan ditangani dengan adil.
5. Saya memahami berbagai tunjangan yang ditawarkan perusahaan.
*) Sumber: Perilaku Organisasi Stephen P. Robbins
2.2.7 Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan

15

A. Dampak Kepuasan Kerja pada Kinerja Karyawan


Ketertarikan para manajer terhadap kepuasan kerja cenderung berdampak
terhadap kinerja karyawan. Para peneliti telah menangkap ketertarikan tersebut,
sehingga kita dapat menemukan banyak penelitian yang dirancang untuk menilai
dampak kepuasan kerja pada hal-hal berikut:
a. Kepuasan dan Produktivitas
Jika kita bergerak dari level individu ke level organisasi, akan terdapat
pendukung baru terhadap hubungan kepuasan-kinerja yang asli. Ketika data kepuasan
dan produktivitas dikumpulkan pada organisasi secara keseluruhan (dan bukan pada
level individu), kita akan menemukan bahwa organisasi yang mempunyai lebih
banyak karyawan yang merasa puas cenderung lebih efektif daripada organisasiorganisasi yang mempunyai lebih sedikit karyawan yang merasa puas.
b. Kepuasan dan Keabsenan
Kita dapat menemukan hubungan negatif yang konsisten antara kepuasan
dan keabsenan, namun korelasi tersebut moderat kurang dari +,40. Meski tentu masuk
akal bahwa karyawan yang tidak puas memiliki kemungkinan yang lebih besar absen
dari pekerjaannya, faktor-faktor lain juga mempunyai dampak pada hubungan
tersebut dan mengurangi koefisian hubungan ini.
c. Kepuasan dan Pengunduran Diri
Kepuasan juga mempunyai korelasi negatif dengan pengunduran diri,
namun hubungan tersebut lebih kuat dari apa yang kita temukan untuk keabsenan.
Namun, faktor-faktor lain seperti kondisi bursa kerja, harapan-harapan tentang
peluang pekerjaan alternatif dan panjangnya masa kerja pada organisasi tertentu
merupakan rintangan-rintangan penting bagi keputusan aktual untuk meninggalkan
pekerjaan seseorang saat ini.

B. Cara Karyawan Mengungkapkan Ketidakpuasan


16

Ketidakpuasan karyawan dapat diungkapkan dalam sejumlah cara.


Misalnya, daripada mengundurkan diri dari perusahaan atau organisasi karyawan
dapat mengeluh, menjadi tidak patuh, mencari properti organisasi atau menghindari
sebagian tanggungjawab kerja mereka. Berikut adalah tanggapan-tanggapan yang
berbeda

antara

satu

orang

dengan

orang

lainnya

dalam

dua

dimensi

(konstruktif/destruktif dan aktif/pasif):


Keluar: Perilaku diarahkan dengan cara meninggalkan organisasi, yang dapat

dilakukan dengan mencari posisi baru sekaligus mengundurkan diri.


Suara: Perilaku diarahkan dengan cara aktif dan konstruktif berupaya untuk
memperbaiki kondisi, yang dapat dilakukan dengan menyarankan perbaikan,
mendiskusikan masalah dengan atasan dan sebagian bentuk kegiatan

perserikatan.
Kesetiaan: Perilaku diarahkan dengan cara pasif namun optimis menunggu
perbaikan kondisi, yang dapat dilakukan dengan membela organisasi dari
kritikan eksternal dan mempercayai organisasi dan manajemennya untuk

melakukan hal yang benar.


Pengabdian: Perilaku diarahkan dengan cara pasif membiarkan keadaan
memburuk, yang dapat dilakukan dengan absen atau terlambat datang,
penurunan usaha, dan peningkatan kesalahan.

C. Kepuasan Kerja dan Kepuasan Pelanggan


Dalam pekerjaan di bidang jasa, karyawan sangat sering berinteraksi
dengan pelanggan dan mereka harus melayani serta memperlakukan pelanggan
dengan baik. Hal ini karena dalam organisasi-organisasi jasa, kesetiaan dan
ketidaksetiaan pelanggan sangat tergantung pada bagaimana cara karyawan melayani
mereka. Karyawan yang puas berkemungkinan lebih besar untuk ramah, ceria, dan
responsif. Dan karena karyawan yang puas berkemungkinan lebih kecil untuk
mengundurkan diri, maka pelanggan akan lebih sering menjumpai wajah-wajah akrab
dan menerima pelayanan yang lebih berpengalaman. Hal inilah yang akan
membangun kepuasan dan kesetiaan pelanggan.

BAB III

17

STUDI KASUS
Di sebuah dusun kecil di pedalaman Pulau Seram Maluku tinggallah
seorang gadis belia bernama Udi. Udi adalah anak sulung dari tiga bersaudara yang
lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang kurang harmonis. Ayahnya adalah
seorang pemabuk yang bekerja sebagai PNS di dusun setempat. Seluruh gajinya
selalu digunakan untuk bersenang-senang dan tidak pernah diberikan kepada istrinya.
Kebutuhan keluarganyapun selalu diabaikan.
Dalam proses pertumbuhannya, Udi kurang mendapat kasih sayang dari
orang tuanya. Bahkan, Udi tidak pernah diberi kesempatan bergaul dengan temanteman dan jarang berkomunikasi dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Udi pun
sering dipukuli oleh ayahnya tanpa alasan yang jelas. Selama masa remaja, Udi selalu
memendam keinginannya dan memilih menghindar dari hukuman dengan
menunjukkan sikap yang selalu patuh terhadap ayah dan ibu. Seringkali terlintas di
pikiran Udi untuk mencoba bunuh diri, namun Udi teringat pada kisah tokoh-tokoh
agama yang kokoh dalam penderitaan dan perjuangan, sehingga muncullah kekuatan
untuk kembali tegar menghadapi permasalahan keluarganya.
Seiring berjalannya waktu, Udi tumbuh menjadi gadis yang pesimistik dan
tertutup. Ia menghabiskan waktunya untuk belajar dan bekerja di sela-sela waktu
luangnya Di sekolah Udi juga selalu memilih untuk menyendiri dan tidak pernah
membicarakan perihal keluarganya di depan teman-temannya karena takut dan malu
akan diejek.
ANALISIS STUDI KASUS
Dari Segi Kepribadian:
Kepribadian Udi yang pesimis dan tertutup sangat dipengaruhi oleh faktor
keluarga. Permasalahan dan perlakuan yang diterima Udi sejak ia kecil hingga
dewasa sangat membekas dan membuatnya menjadi orang yang pendiam dan
cenderung tertutup. Selain faktor keluarga, faktor religius yang ia miliki juga turut

18

mempengaruhi kepribadian Udi. Dengan adanya faktor religius yang menjadi sumber
semangatnya, Udi tumbuh menjadi gadis yang lebih bersemangat dan mandiri.
Dari Segi Sikap:
Dari uraian kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa Udi memiliki sikap
introvert. Orang-orang introvert cenderung pendiam, tertutup dan suka menyendiri.
Ciri-ciri ini dapat ditemukan pada diri Udi yang cenderung tertutup dan memendam
segala sesuatunya sendiri. Udi memilih menyibukkan diri belajar dan bekerja untuk
menghabiskan waktunya daripada berkumpul bersama dengan teman-temannya
karena takut dan malu atas kondisi keluarganya.

19

BAB IV
TES KEPRIBADIAN
1. Di suatu hari yang cerah, kamu sedang berjalan ke suatu daerah yang belum pernah
kamu kunjungi sebelumnya dan terkagum-kagum melihat sebuah rumah di
seberangnya, tapi pintu depannya setengah terbuka. Apa yang kamu pikirkan?
a. Jangan-jangan rumah itu di rampok!
b. Wah pemiliknya lupa mengunci pintu tuh!
c. Mungkin saja pemilik rumahnya sedang di dalam, sedang menyapu di dekat pintu
masuk.
2. Ada sebuah cangkir keramik putih polos yang siap untuk dihias dengan lapisan cat
warna biru. Kira-kira pola seperti apa yang akan kamu pilih?
a. Garis garis
b. Bulat bulat
c. Garis berombak
d. Kotak - kotak seperti papan catur
3. Kita sedang membayangkan diri kita memakai parasut dan sedang menikmati detik
demi detik melayang turun di angkasa. Pemandangan seperti apa yang kamu lihat dari
atas sana?
a. Hamparan padang rumput berhias bunga-bunga cantik.
b. Dari kiri ke kanan, yang terlihat cuma tumpukan batu.
c. Wow! Ada binatang liar super ganas yang sudah siap menyambut kita dengan
mulut terbuka!
d. Sebuah sungai yang mengalir.
4. Kamu menemukan sebuah koper tertutup di jalan dan tidak ada siapapun di situ,
dan saat kamu membukanya untuk menemukan identitas pemilik koper, ada buntalan
uang disitu dan tanpa KTP. Uang itu sedikit lagi jadi milikmu. Apa reaksimu?

20

a. Wah hari ini aku beruntung banget!


b. Aduh! aku harus ngapain ya?
c Aku butuh waktu semalaman untuk memikirkan ini!
d. Tuhan pasti ingin aku memiliki ini.
5. Kamu kembali ke zaman di mana semua hal masih di cuci dengan tangan dan di
jemur sampai kering. Hari ini baju kotormu sudah menumpuk dan kamu harus
mencuci hari ini juga. Tapi saat melihat ke langit, kamu melihat awan gelap pertanda
akan turun hujan. Apa yang ada di pikiranmu ?
a. "Yah kok bisa sih. Masa aku harus nunggu sampe besok? Mau pake baju apa aku?"
b. "Mending aku nunggu sebentar dan lihat apakah langit akan jadi cerah."
c. "Hmm, kayaknya aku gak harus nyuci hari ini deh."
d. "Aku harus mencuci baju-baju ini gak peduli mau hujan apa enggak."
6. Saat kamu pergi keluar dari pintu pada pagi hari, bagaimana caramu biasanya
berjalan?
a. Dengan cepat keluar tanpa melihat ke belakang.
b. Melangkah seperti biasa, tapi setelah ingat meninggalkan beberapa hal akhirnya
balik lagi.
c. Melupakan benda-benda penting beberapa kali dan kembali ke rumah setiap kali
ingat.
d. Tetap di rumah dan memutuskan untuk tidak pergi keluar rumah.
COCOKKAN JAWABANMU
1. Membayangkan kenapa sebuah pintu terbuka berhubungan dengan cara kita
bereaksi terhadap keadaan darurat.
a. Menggambarkan orang yang tidak sempat panik karena sibuk mencari solusi.
b. Orang yang sangat santai, bahkan dalam situasi genting sekalipun.
c. Orang yang walaupun terlihat santai, tapi tidak pernah lengah.

21

2. Pola yang kita pilih menggambarkan hubungan kita dengan orang lain.
a. Garis-Garis = Bisa memecahkan masalah dengan cepat dan tajam, merupakan
tumpuan harapan apabila terjadi kesulitan.
b. Bulat-Bulat = Menunjukkan kemampuan artistik bahkan eksentrik. Sedikit aneh
tapi sering memiliki jawaban unik untuk memecahkan suatu masalah.
c. Garis berombak = Mempunyai segudang cinta untuk di sebarkan kepada semua
orang di sekitarnya.
d. Kotak papan catur = Selalu tampak seperti punya waktu dan perhatian untuk di
bagikan kepada semua orang sehingga melupakan masalahnya sendiri.
3. Pemandangan ini adalah bayangan tingkat optimisme dan pesimisme kita dalam
hidup.
a. Menunjukkan tingginya rasa optimis.
b. Menggambarkan sikap yang selalu waspada.
c. Tidak pernah melewatkan kesempatan untuk tertawa bahkan saat ditimpa suatu
masalah.
d. Terlalu sibuk berfikir dan lebih memanfaatkan energi yang ada untuk bersiap
menyambut apapun yang terjadi.
4. Pertanyaan ini memberi petunjuk sikap anda saat menghadadapi masalah
mendadak.
a. Tingkah laku anda seperti anak kecil.
b. Bingung itu tidak masalah, tapi pada akhirnya keputusan ada di tangan anda.
Jangan ragu terlalu lama, seseorang mungkin saja lebih dulu membawa
keberuntungan anda pergi.
c. Anda adalah orang yang tenang dan jarang mengandalkan insting. Pernahkah anda
mengambil resiko?
d. Anda sangat menganggap semuanya campur tangan Tuhan (secara langsung).

22

5. Pertanyaan ini memberi petunjuk level stress yang anda rasakan dalam hidup anda.
a. Level Stress: 80. Anda telah membiarkan dan melakukan semua hal yang bisa saja
memburuk dan sekarang tingkat stress anda menguat dan muncul dari gangguan kecil
dan membuat anda ketakutan seharian.
b. Level Stres: 50. Anda tidak terlalu di ganggu oleh stress dalam hidup, dan anda
berusaha berfikir positif saat sesuatu berada di luar rencana.
c. Level Stres: hampir 0. Anda tidak membiarkan masalah kecil mengganggu dan
tidak mau bersusah payah.
d. Level Stres: hampir 100. Anda merasa sangat stress dalam hidup karena menolak
kenyataan dan mencoba mencapai ketidakmungkinan, dan saat anda gagal, anda
berakhir dengan masalah yang lebih besar dan jadi lebih stress.
6. Pertanyaan ini memberi petunjuk seberapa tinggi harga diri dan kepercayaan diri
anda.
a. Anda sangat yakin dan cenderung sangat ramah.
b. Anda cukup yakin, tapi terkadang tidak yakin pada kemampuan diri anda.
c. Anda bukan orang yang yakin dan cenderung tidak percaya diri, anda suka mencari
kekurangan pada diri anda sendiri.
d. Anda sangat tidak yakin, mungkin anda di anggap "terbuang" dan tidak terlalu
percaya siapapun.

23

BAB V
KESIMPULAN
Kepribadian adalah segala corak perilaku yang khas dan unik yang dimiliki
atau ada pada diri seseorang yang terwujud dalam tindakan dan dipergunakan sebagai
reaksi alami atau sebagai alat untuk menyesuaikan diri terhadap segala sesuatu yang
terjadi di sekitarnya. Dalam perkembangannya, terdapat tiga faktor penentu
kepribadian, yaitu faktor keluarga, faktor lingkungan, dan faktor situasi.
Kepribadian seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan yang akan
digeluti. Ada beberapa tipe kepribadian yang sesuai dengan pekerjaan tertentu yang
apabila mereka memilih jenis pekerjaan yang salah dapat menyebabkan rasa kurang
puas dan ketidaknyaman, dan pada akhirnya akhirnya meninggalkan pekerjaan
mereka. Misalkan saja orang-orang introvert yang pendiam dan cenderung tertutup
cenderung tidak bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan kerja sosial yang
menuntut mereka untuk lebih banyak berkomunikasi dan bersosialisasi.
Sikap adalah suatu keadaan dalam diri manusia yang menggerakkannya
untuk bertindak atau berbuat dengan perasaan tertentu dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Sikap memberikan kesiapan untuk
merespon hal-hal yang bersifat positif atau negatif terhadap obyek atau situasi. Sikap
juga mencerminkan bagaimana individu merasakan sesuatu. Terdapat tiga komponen
sikap, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
Tingkat kepuasan kerja karyawan tercermin dalam sikap yang mereka
tunjukkan pada lingkungan kerja dan lingkungan sosial mereka. Ada banyak
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara tingkat kepuasan
karyawan dengan kinerja karyawan dan kepuasan pelanggan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepuasan karyawan terhadap perusahaan
tempatnya bekerja, maka semakin tinggi pula angka produktivitas kerja dan
kedisiplinan mereka. Imbasnya pun juga dapat dirasakan pada tingginya tingkat

24

kepuasan pelanggan. Hal ini dikarenakan orang-orang dengan tingkat kepuasan kerja
tinggi cenderung akan memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan
mereka.

25

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

Oktober

2015.

Pengertian

Kepribadian,

(Online),

(http://www.apapengertianahli.com/2014/09/pengertian-kepribadian-apaitu-kepribadian-faktor-pengaruh.html)
Anonim. 7 Oktober 2015. Sikap: Pengertian, Definisi dan Faktor yang
Mempengaruhi, (Online), (http://www.psychoshare.com/file-821/psikologikepribadian/sikap-pengertian-definisi-dan-faktor-yangmempengaruhi.html)
Craz88, 7 Oktober 2015. Pengertian, Sifat dan Ciri Kepribadian, (Online),
(https://www.wattpad.com/4249528-pengertian-perilaku-konsumenpengertian-sifat-dan)
Maharani, Serly. 7 Oktober 2015. Games Kuis: Mengenal Diri Sendiri, (Online),
(http://fanfactionkorea.blogspot.co.id/2013/03/games-kuis-mengenal-dirisendiri.html)
Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Jakarta: PT Indeks
kelompok Gramedia

26

You might also like