ISBN 978-602-9030-43-3
FORKINAS V
Forum Komunikasi Ilmiah Nasional V
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
ence, Technolog"
Denta :“PENATALAKSANAAN FRAKTUR SIMFISIS MANDIBULA
MENGGUNAKAN MINIPLAT DENGAN ANESTESI LOKAL
MANAGEMENT OF SYMPHYSIS MANDIBULAR FRACTURE USING
MINIPLATE UNDER LOCAL ANESTHESIA
Laporan Kasus
Inwansyah Manurung*, Bambang **, Yustisia Hasan**
*Program Studi IImu Bedah Mulut Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis FKG UGM
**Bagian Bedah Mulut FKG UGM
Abstract
Background, Management of Mandibular Fractures, divided into 2 types, closed reduction methode and
opened reduction methode. Using miniplate is one of the opened reduction technique. Using miniplate in
maxillofacial fractures can repair bone fracture conection with precision to obtain maximum result
anatomically & functionally. However the use of miniplate on maxillofacial fracture has many obstacles,
one of which is using miniplate always performed in the operating room under general anesthesia with the
consideration that the maxillofacial fracture require adequate anesthesia coverage. With some
consideration, nowadays management of maxillofacial fracture with miniplate can be done using local
anesthesia, one of which is fracture of the symphisis mandibular. Purpose: to report management of
symphysis mandibular fracture using miniplate with local anesthesia, Case Report: a female 19 years old
came to the oral surgery clinic for maxillofacial trauma caused by traffic accident, the result of clinical
and radiological examinition showed fracture on symphysis mandibular and fracture condylar. Under
local anesthesia, application of miniplate for symphysis fracture and concervative treatment for condylar
fracture were done. Result, control two months after surgery showed that the maximum reconstruction
anatomically and functionally obtained by this technique same as before the trauma.Conclusion =
Symphysis fracture treatment has been perfomed using miniplate and condylar fracture treatment has
‘been perfomed using intermaxillary fixation. The results after repositioning and fixation achieved ideal
‘occlusion, patient feel normal masticatory function and have no pain complaint in the area of fracture.
Key words: fracture of the symphysis mandibular, local anesthesiaForkinas V FKG Universitas Jember 2013
“PENDAHULUAN
Trauma maksilofacial sering terjadi pada
daerah mandibula'. Etiologi fraktur ‘mandibula
bisa bermacam-macam, seperti kecelakaan [alu
Hintas, Kekerasan dalam rumah tangga,
kecelakaan kerja, akibat olahraga, dan kekeracan
seperti tembakan atau bom’.
Fraktur mandibula lebih sering terjadi
daripada maksila_karena posisinya lebih
menonjol,bentuk twlang seperti busur panah
serta kondisi mandibula terpisah dari kranium?
Tanda tanda umum fraktur mandibula dapat
Gitunjukkan dengan adanya: rasa sakit,
Pembengkakan, nyeri tekan, keterbatasan gerak
Perubahan wara, —deformitas, abnormal
mobility, serta krepitasi*. Salah satu klasifikasi
fraktur mandibula berdasarkan letak anatominya,
yaitu kondilus, angulus, bodi, simfisis, alveolar
ramus dan koronoid’. Insidensi terjadinya fraktuy
mandibula semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya alat transportasi berkecepatan
tinggi’. Sebuah penelitian dari Irwan dkk (2013)
menunjukkan bahwa fraktur mandibula paling
sering terjadi di daerah simfisis/parasimfisis
mandibula yaitu sebesar 43,5% ® Menurut andi
dan masykur (2011) fraktur kondilus lebih
ering terjadi dibanding fraktur lain dimandibula
yaitu sebesar 25-30%". Menurut ajmal (2007)
fraktur yang paling sering terjadi pada region
Parasimfisis diikuti bodi, angulus, kondilus den
ramus',
Fraktur simfisis dan parasimfisis terletak
didacrah anterior dari mandibula diantara gigi
Kaninus. Termasuk daerah dagu ‘dan. insersi
muskulus anterior dasar mulut. Fraktur simfisis
jarang mengalami —dislokasi__schingea
menyebabkan permasalahan saat_menegakkan
diagnosis. Secara klinis hematom sublingual
mungkin hanya merupakan satu-satunya tanda.
Secara radiografis fraktur simfisis tidak terlihat
Karena overproyeksi. Lengkung mandibula yang
meperlibatkan wajah yang melebar tampak pada
fraktur simfisis dengan fraktur subkondilus”*
Tujuan dari perawatan fraktur mandibula
adalah untuk mengembalikan bentuk anatomis
dan’ fungsinya. Karena rahang merupakan
{empat melekatnya gigi geligi, maka yang perly
Giperhatikan dalam perawatan tersebut adalah
mengembalikan hubungan — oklusi um
tuma dan reposisi sendi rahang yang normal
Keduksi fragmen tulang mandibula tap
‘memperhatikan hubungan oklusi igi dan
sendi rahang akan menyebabkan fungsi okluel
yang tidak memuaska
Secara _umum perawatan fraktur dapat
dibedakan menjadi —_perawatan fraktur
konservatif atau operatif. Perawatan fraktur
Konservatif secara terminologi memiliki
beberapa pengertian. Istilah konservatit dapat
diartikan tanpa intervensi bedah dan perawatan
sama sekalimisalnya hanya" dengan
menganjurkan pasien untuk makan makanan
yang lunak (soft diet). Sedangkan defenisi
konservatif yang lain dapat juga berarti
Perawatan fraktur tanpa tindakan bedah
misalnya hanya dengan imobilisasi rahang
menggunakan fiksasi antar maksiler (IMF) atau
biasa disebut juga fiksasi_maksilomandibular
(MMFY.
Perawatan fraktur secara operatif adalah
erawatan fraktur yang memerlukan intervensi
bedah misalnya lewat insisi ataupun lewat lula
yang ‘terdapat pada jaringan Tunak untuk
melakulan eksplorasi dan reposisi dari fraktur di
bawah pengamatan langsung. *. saat ini lebih
banyak digunakan dengan pelat dan sekrup atau
ORIF (Oral rigid intemal fixation) untuk
memperbaiki fraktur dengan lebih rigid dan
menstabilkan segmen segmen tulang’ selama
Penyembuhan':
Keberhasilan operasi atau _pembedahan
sangat tergantung atas keberhasilan_peranan
tindakan anestesi. Anestesi dapat dilakukan
Secara lokal maupun general tergantung dari
berbagai kondisi masing masing individu. Pada
beberapa kasus fraktur yang menggunakan
‘iniplat biasanya dilakukan dibawah anestesi
umum. Pada anastesi lokal, dengan anastesi
yang baik dapat dicapai hasil memuaskan baik
Secara prosedural _medis ataupun kosmetik
Kegagalan pada tindakan anastesi ini akan
memberikan kesulitan dan komplikasi
LAPORAN KASUS
Seorang wanita berumur 21 tahun datang ke
Poli bedah mutut RSGMP Prof. Socdomo
dengan keluhan rahang bawah terasa tertarik Ke
belakang dan tidak dapat_mengatupkan gigi
Seminggu sebelum masuk Rumah Sakit pasien
mengalami kecelakaan lalu lintas, det
Mengendarai sepeda motor, dagu-membentur
aspal. Berdasarkan anamnesis terdapat riwayat
Pingsan, mual dan muntah serta telah dirawat
Pendahuluan di salah satu rumah sakit swasta di
Jogja. Pasien tidak memiliki riwayatpenyakit
sistemik dan riwayatalergiobat-obatan
disangkal. keadaan umum baik, Glasgow ConnSeale (GCS) 15, status
Keadaan baik
Pemeriksaan cksira oral pada daerah wajah
Gidapatiasimetri, bengkak di bagian regio
symphisis dan terdapat jahitan di dagu.
Pemeriksaan intra oral di daerah sublingual
ditemukan adanya pembekakan dan hematoma.
Gigi 31, 32 luksasi disertai maloklusi. Daerah
simfisis terdapat kegoyahan. Hasil ronsen foto
Ortopantomografi (OPG) terdapatfraktur
subkondilus kanan dan fraktur simfisis. Hasit
pemeriksaan subycktif, obyektif dan ronsen foto
ditegakkan didgnosis yaitu fraktur subkondilus
nan dan fraktur simfisis mandibul
i dan fisik dalam
Gambar 2. Open bite posterior disertai
maloklusi
Forkinas FKG Universitas Jember 2013
Gambar 3. Ronsen foto OPG terlihat fraktur
subkondilus kanan dan fraktur
simfisis
Penatalaksanaan kasus ini berdasarkan
diagnosis dimulai dari perencanaan tindakan
pembedahan, instruksi preoperative, jalannya
operasi, instruksi paska operasi, serta kontrol
paska pembedahan. Rencana tindakan yaitu
reposisi dan fiksasi fraktur dengan pemasangan
arch bar rahang atas rahang bawah dan mini
Instruksi_pre operasi adalah penjelasan pada
pasien mengenai tindakan opetasi_ yang. akan
Gilakukan yaitu rencana pemasangan arch bar
dan fiksasimaksilomandibula alu reneana
‘operasi pemasangan miniplat pada hari_ yang
berbeda. Sebelum tindakan operasi diakukan
pasien juga diminta untuk menandatangani surat
persetujuan —tindakan—medik. Tindakan
pemasangan —miniplat = dan_—_fiksasi
maksilomandibula dibawah —anestesi—_lokal
‘dengan target tercapainya oklusi ideal.
Gambar 4. Penggunaan anestesi LokalForkinas V FKG Universitas lember 2013
Gambar 7.
plat 4
Ronsen foto OPG paska ¢
PEMBAHASAN
Fraktur mandibula tebit sering terjadi
dibandingkan dengan fraktur tain pada lang
Wajah. Berdasarkan letak anatominya fraktur
Simfisis mandibula meliputi 22% dari seluru
fraktur mandibula, Mandibula sering mengalami
fraktur Karena bentuk anatominya ~ yang
menonjol. Setiap pukulan keras yang mengenai
wajah dapat mengakibatkan " fraktur pada
ula. Meskipun daya tahan- mandibula
‘erhadap benturan lebih besar dibandingkan
dengan tulang wajah yang lainnya tetapi karena
bentuknya yang —‘menonjol menyebabkan
insidensi fraktur’“mandibula menjadi sangat
tinggi”.
Tujuan perawatan fraktur mandibula adalah
mengembalikan bentuk anatomi dan fungsinya
dengan perhatian utama pada hubungan oklusi
dlan ‘sendirahang. Mengembalikan fragmen
tulang saja_tanpa’_mengembalikan hubungan
oklusal yang tepat tidak jarang menyebabkan
fungsi fumgsi oklusi_ yang tidak nyaman dan
gangguan pada sendi rahang paska operasi,
Oklusi yang baik dapat dicapai dengan
imelakukan pengikatan maksilomandibula, baik
dengan metode tertutup —maupun metode
terbuka’,
Pemeriksaan bimanual palpasi terasa nyeri