You are on page 1of 7

Pajak atas Pegawai Tidak Tetap (Upah

Harian/Mingguan/Satuan/Borongan)
Contoh Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) Pegawai Tidak Tetap/ Tenaga Kerja
Lepas Penerima Upah Borongan
Dasar Hukum:

Peraturan Menteri Keuangan PMK-162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Penghasilan


Tidak Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 206/PMK.011/ 2012 Tentang Penetapan


Bagian Penghasilan Sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan serta
pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan.

Pendahuluan
Penghitungan pajak atas penghasilan mempunyai cara perhitungan yang berbeda-beda, berikut ini
akan dibahas mengenai tata cara penghitungan pajak atas pegawai tidak tetap berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan. Letak perbedaan penghitungan pajak atas
pegawai tidak tetap ini terletak pada jumlah waktu pegawai tersebut. Pegawai tidak tetap biasanya
bekerja dengan waktu yang tidak menentu atau dapat dikatakan berubah-ubah tergantung kondisi
yang terkait, seperti dilihat dari banyaknya unit yang dikerjakan atau tergantung selesainya pekerjaan
dan sebagainya. Lain halnya dengan pegawai tetap yang sudah pasti diberikan gaji setiap bulan.
Definisi
Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan bila bekerja, menurut jumlah
hari bekerja, menurut jumlah unit hasil pekerjaan, dan menurut penyelesaian suatu pekerjaan.
Penghasilan pegawai tidak tetap berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan
atau upah yang dibayarkan secara bulanan. Berikut merupakan pengertian dari jenis pegawai tidak
tetap:
1. Upah harian adalah upah atau imbalan yang
diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan secara harian.
2. Upah mingguan adalah upah atau imbalan
yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan secara mingguan.
3. Upah satuan adalah upah atau imbalan
yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit
hasil pekerjaan yang dihasilkan.

4.

Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.

Teknis
Perhitungan
Dalam melakukan pengitungan pajak penghasilan pegawai tidak tetap berupa upah harian,
mingguan, satuan maupun borongan dapat dikenakan pajak dengan batas penghasilan lebih dari
Rp200.000 dalam satu hari. Berikut adalah tabel yang menguraikan batas penghasilan yang
dikenakan pajak:
Tabel 1 Penjelasan Tentang Batas Pajak Penghasilan

Untuk lebih memahami tabel


harian/mingguan/satuan/borongan:
1.

Jika

total

diatas,

upah

berikut

sebulan

merupakan

lebih

teknis

penghitungan

dari

upah

Rp2.025.000

Gambar 1 Skema Penghitungan PPh Jika Upah Sebulan Lebih dari Rp2.025.000
2.

Jika total upah sebulan lebih dari Rp7.000.000

Gambar 2 Skema Penghitungan PPh Jika Upah Sebulan Lebih dari Rp7.000.000
Contoh
Perhitungan
Berikut merupakan contoh penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
pegawai tidak tetap berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan.

Gambar 3 Penghitungan Upah Harian 1

Gambar 4 Penghitungan Upah Harian 2

Gambar 5 Penghitungan Upah Satuan

Gambar 6 Penghitungan Upah Borongan

Gambar 7 Penghitungan Upah Dibayarkan Secara Bulanan


Penutup
Dari uraian diatas untuk penghasilan pegawai tidak tetap bagi upah harian, upah mingguan, upah
satuan dan upah borongan yang jumlah kumulatifnya dalam 1 bulan kalender belum melebihi
Rp2.025.000 maka berlaku ketentuan sebagai berikut:
1.

Tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 apabila penghasilan sehari belum melebihi
Rp200.00

2.

Dikenakan pemptongan PPh Pasal 21 apabila penghasilan sehari sudah melebihi Rp200.000,
serta jumlah Rp200.000 tersebut merupakan jumlah yang dapat dikurangi dari penghasilan bruto.

Sedangkan jika jumlah kumulatifnya dalam 1 bulan kalender melebihi Rp2.025.000 maka dapat
dikurangkan sejumlah PTKP yang sebenarnya. PTKP yang dimaksud adalah PTKP setahun dibagi
360 hari. Sedangkan jika jumlah penghasilan kumulatif dalam 1 bulan kalender sudah melebihi Rp
7.000.000, maka PPh pasal 21 dihitung berdasarkan tarif pasal 17 ayat 1 UU KUP atas jumlah

penghasilan

kena

pajak

yang

disetahunkan

dikalikan

12.

Referensi
1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat


Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

2.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 206/PMK.011/2012 Tentang


Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan Dari Pegawai Harian Dan
Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya Yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak
Penghasilan

3.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata
Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi

You might also like