Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan :
Beberapa definisi : Sebagaimana diketahui, pada diagram jaringan dengan metode
arrow diagram, kegiatan disusun berurutan. Padahal dalam kenyataannya dalam
pelaksanaan proyek konstruksi keterkaitan antara kegiatan dapat saja dalam beberapa
bentuk :
Bentuk keterkaitan
Kegiatan berulang
Prioritas
Kegiatan Dummy
Beberapa Definisi :
ES
Garis/Daerah
Mulai
EF
Kegiatan
Garis/Daerah
Selesai
Lead : 3
Lag : 4
Lag : 5
mulai dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Hitungan mundur diambil yang terkecil
mulai dari kegiatan terakhir sampai kegiatan yang pertama.
Perbedaan yang sangat jelas adalah penulisan kegiatan bukan pada anak panah tetapi
pada titik kegiatan (node).
F ij
ESi
EFi
i
LSi
ESj
C ij
EFj
j
LFi
LSj
LFj
S ij
Hubungan precedence dan Lead/Lag
Keterangan :
F ij
C ij
S ij
Lintasan kritis adalah lintasan sepanjang diagram jaring yang mempunyai waktu
terpanjang (durasi proyek), atau lintasan yang melalui kegiatan-kegiatan yang tidak
mempunyai float (waktu jeda).
Float
TF = LET j d ij EET i
TF adalah sejumlah waktu dimana suatu aktivitas non kritis boleh terlambat tanpa
mempengaruhi waktu selesainya proyek.
FF adalah sejumlah waktu dimana suatu aktivitas non kritis boleh terlambat tanpa
mempengaruhi aktivitas yang berikutnya.
Lintasan Kritis
Untuk menentukan lintasan kritis dari jaringan kerja dapat dilakukan dengan 2 (dua)
cara:
Aturan dasar CPM atau AOA mengatakan bahwa suatu kegiatan boleh dimulai
setelah pekerjaan terdahulu (predecessor) selesai, maka untuk proyek dengan
rangkaian kegiatan yang tumpang tindih (overlaping) dan berulangulang akan
memerlukan garis dummy yang banyak sekali, sehingga tidak praktis dan kompleks.
Sebagai contoh, Gambar 13-21a memperlihatkan jaringan kerja AOA proyek
memasang pipa, yang terdiri dari kegiatankegiatan menggali tanah, meletakkan pipa
dan menimbun kembali. Misalkan setelah diteliti untuk mempersingkat waktu,
komponen kegiatan proyek dilaksanakan secara tumpang tindih, yaitu pekerjaan
meletakkan pipa dimulai setelah pekerjaan menggali tanah selesai 40 persen dari
panjang keseluruhan, jadi tidak perlu menunggu selesai 100 persen.
Mp 60%
Demikian halnya pekerjaan berikutnya. Untuk maksud tersebut, bila dipakai metode
CPM, kegiatan harus dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yang dalam contoh di
atas ditunjukkan dengan angka-angka bagian 40persen dan 60 persen. Terlihat bahwa
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
jaringan kerja yang dihasilkan Gambar 13-216 menjadi kompleks dan memerlukan
banyak durnmy. Bila proyek tersebut disajikan dengan metode PDM, seperti pada
Gambar 13-21c, akan menghasilkan diagram yang relatif sederhana. Oleh karena itu,
metode ini banyak dijumpai pada proyek-proyek engineeringkonstruksi yang kaya akan
pekerjaan tumpang tindih dan pengulangan, seperti pemasangan pipa, pembangunan
gedung bertingkat, pengaspalan, dan lain-lain.
Kegiatan, Peristiwa, dan Atribut
Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang berbentuk kotak
segiempat. Definisi kegiatan dan peristiwa sama seperti pada CPM. Hanya perlu
ditekankan di sini
bahwa dalam PDM kotak tersebut men-r,: suatu kegiatan, dengan demikian ha- .
dicantumkan identitas kegiatan dan ku:._waktunya. Adapun peristiwa merupah_ujungujung kegiatan. Setiap node mempur.,
dua peristiwa yaitu peristiwa awal dan ak:Ruangan dalam node dibagi menjadi
komp._temen-kompartemen kecil yang berisi ka rangan spesifik dari kegiatan dan
peristn, yang bersangkutan dan dinamakan atri; -:. Pengaturan denah (lay out)
kompartemen d._: macam serta jumlah atribut yang hend.:, dicantumkan bervariasi
sesuai keperluan ~~ keinginan pemakai. Beberapa atribut ya: . sering dicantumkan di
antaranya adalah kur-_ waktu kegiatan (D), identitas kegiatan (non,.. - dan nama),
mulai dan selesainya kegiatan (ELS, EF, LF, clan lain-lain).
Kadang-kadang di dalam kotak no.: dibuat kolom kecil sebagai tempat me:cantumkan tanda persen (%) penyelesai,:: pekerjaan. Kolom ini akan membantu mer.permudah mengamati clan memonitor progrk - pelaksanaan kegiatan.
ES
LS
Nomor Urut
Nama
Kurun waktu
kegiatan
(D)
(tanggal)
LF
b.
Gambar 13-22 Denah yang lazim pada node PDM.
hari kegiatan terdahulu (i) mulai lon,train semacam ini terjadi bila sebelum kyiatan
terdahulu selesai 100 persen, maka l,t ,~:,iatan (j) boleh mulai. Atau kegiatan (j) huleh
mulai setelah bagian tertentu dari kegiatan w
sele~ai Besar angka b tidak boleh melebihi an4i.J kurun waktu kegiatan terdahulu,
karena iar definisi b adalah sebagian dari kurun w3ktu kegiatan terdahulu. Jadi, di
sini terjadi kegiatan tumpang tindih.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
3.
13-23
memperlihatkan
penulisan
konstrain
pada
PDM,
yaitu
dicantumkan di atas anak panah yang menghubungkan dua kegiatan. Kadangkadang dijumpai satu kegiatan memiliki hubungan konstrain dengan lebih dari satu
kegiatan seperti ditunjukkan oleh Gambar 13-24a atau suatu multikonstrain,
Konstrain FS
Kegiatan (i)
Konstrain SS
Kegiatan (i) ',
Konstrain SF
giatan (j)
Catatan:
Gambar 13-24a Satu kegiatan mempuny_- -. hubungan konstrain dengan lebih dari sa' kegiatan
yang berbeda.
283
Menggali tanah
(Mt )
Meletakkan pipa
(Mp)
Menimbun kembali
(Mk)
8 10 12 14 16 18 20 22
MP
Mk
02
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
PeranRkat,
dan Peser.:
SS(H)
u)
ES
Keterangan
SF(i j )
D(i)
E
FS(i j )
FF(i j )
00
ES
Keterangan
D(j)
EF
Gambar 13-26 Menghitung ES dan EF.
Hitungan Maju
Hitungan Mundur
Berlaku dan ditujukan untuk hal-hal sebagai berikut.
Berlaku dan ditujukan untuk hal-ha: sebagai berikut:
Menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek.
Diambil angka ES terbesar bila lebih satu kegiatan bergabung.
Notasi (i) bagi kegiatan terdahulu (predecessor) dan (j) kegiatan yang sedang ditinjau.
Waktu awal dianggap nol.
1. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES(j), adalah sama dengan
angka terbesar dari jumlah angka kegiatan terdahulu ES(i) atau EF(i) ditambah konstrain
yang bersangkutan. Karena terdapat empat konstrain, maka bila ditulis dengan rumus
menjadi:
ES(j)=
2. Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau EF(j), adalah sama dengan
angka waktu mulai paling awal kegiatan tersebut ES(i'), ditambah kurun waktu kegiatan
yang bersangkutan DU). Atau ditulis dengan rumus, menjadi:
EF(/) = ES(/) + D(/)
Pilih angka terbesar dari
ES(i) + SS(i-j) atau
ES(i) + SF(i j) - D(j) atau
EF(i) + FS(i-j) atau
EF(i) + FF(i-j) - D(j)
Menentukan LS, LF dan kurun waktu flont Bila lebih dari satu kegiatan bergabum: diambil
angka LS terkecil.
Notasi (i) bagi kegiatan yang sedan,: ditinjau sedangkan (j) adalah kegiatar berikutnya.
1. Hitung LF(i), waktu selesai paling akhi.kegiatan (i) yang sedang ditinjau, van,: merupakan
angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF plus konstrain van,: bersangkutan.
LF(i)=
2. Waktu mulai paling akhir kegiatan yan~ sedang ditinjau LS(i), adalah sama
denga:
waktu
selesai paling akhir kegiata:tersebut LF(i), dikurangi kurun wakt.. yang bersangkutan. Atau
LS(i) = LF(i) - D(i)
Jalur dan Kegiatan Kritis
Jalur dan kegiatan kritis PDM mempuma: sifat sama seperti CPM/ AOA, yaitu:
Pilih angka
terkecil dari
LF(j) - FF(i-j)
atau
LS(i') - FS(i-j) atau
LF(j)-SF(i-j) + Di:
atau
LS(j)-SS(i j) + D(
Metode, Te'<mk 1'crencanaan Waktu dan Menyusun /adeual
285
Ss(H)
Keterangan
D(i )
FS(i j )
Keterangan
D(j)
LS
LF
LS
LF
SF(i j )
FF(i j )
Nama Kegiatan
Kurun waktu
(D)
2
3
B
C
6
6
4
5
D
E
7
6
Konstrain
SS(1-2) = 3
FS(1-3) = 2
FF(2-3) = 2
SF(2-4) =
11
FS(2-5) = 1
SF(3-5) = 9
SS(4-5) = 4
SS(5-6) = 5
Hitungan Maju
Kegiatan A
Dianggap mulai awal = 0 ES(1) = 0
EF(1) = ES(1) + D(A) = 0 + 5 = 5
Kegiatan B
ES(2) = ES(1) + SS(1-2) = 0 + 3 = 3 EF(2) = ES(2) + D(B) = 3 + 6 = 9
287
Kegiatan C
ES(3) = pilih EF(2) + FF(2-3) - D(C)
angka =9+2-6=5
ter
besar EF(1) + FS (1-3) _
dari 5+2=7
EF(3) = ES(3) + D(C) = 7 + 6 = 13
. Hitungan Mundur
Dimulai dari kegiatan terakhir F
LF(6) adalah sama dengan EF(6) = 24
(titik proyek)
akhir
.
Kegiatan E
LF(5) = LS(6) - SS(5-6) + D(E)
=76-5+6=17
Kegiatan D
ES(4) = ES(2) + SF(2-1) - D(D)
Kegiatan D
= 3+11-7=7
EF(4) = ES(4) + D(D) = 7 + 7 = 14
Kegiatan E
.
Kegiatan C
Kegiatan B
= 7 + 9 - 6 = 10
Kegiatan F
ES(6) = ES(5) + SS(5-6) = 11 + 5 = 16
EF(6) = ES(6) + D(F) = 16 + 8 = 24
SS(4-5) = 4
Kegiatan A
LF(1) = LS(2) - SS(1-2) + D(A) =3-3+5=5
LF(1) = LS(3) - FS(1-3) = 8 - 2 = 6
Dipakai angka terkecil yaitu LF(1) = 5
Ls(1) = LF(1) - D(A) = 5 - 5 = o
Akhimya, setelah angka-angka ES, EF, LS, dan LF dimasukkan ke dalam node yang bersangkutan, maka diperoleh diagram PDM yang lengkap seperti pada Gambar 13-30.
Kegiatan C bukanlah kegiatan kritis karena LS tidak sama besar dengan ES, demikian
juga LF tidak sama besar dengan EF. Float kegiatan C = LF(3) - EF(3) = LS - ES = 14 - 13 = 8 7 = 1. Jalur kritis mengikuti rangkaian kegiatan dengan konstrain sebagai berikut.
A -~ SS(1-2) --~ B -> SF(2-4) -->
D --~ SS(4-5)
-7
+4
-4
+5
8 = 24
Terlihat bahwa angka 24 hari lebih kecil dari pada angka masing-masing kegiatan kritis
bila dijumlahkan (5 + 6 + 7 + 6 + 8 = 32). Hal ini karena kegiatan-kegiatan tersebut tumpang
tindih.
E. Interupsi Kegiatan
Oleh karena alasan tertentu, dalam PDM kadang-kadang dijumpai suatu kegiatan dihentikan
dan pelaksanaan selanjutnya dari sisa kegiatan tersebut ditunda. Hal ini dikenal sebagai
splitting atau interupsi. Contoh di bawah ini menjelaskan hal tersebut.
Gambar 13-31a Proyek terdiri dari dua kegiatan, yaitu menggali tanah dan meletakkan pipa.
Kedua kegiatan menggali tanah dan mele!.:, kan pipa dikerjakan secara tumpang tir.,: mengikuti konstrain antara keduan . : Penyajian dengan PDM pada Gambar 13-=: dan analisis
selanjutnya dengan CPM/AU ~ pada Gambar 13-31c, akan mengungkapk~beberapa hal yang
perlu diperhatikan, ya:v_ adanya interupsi pada pekerjaan memasar ~ pipa 4-5-6. Ini
disebabkan karena konstra:SS(1-2) = 3, sehingga pekerjaan meletakkapipa harus dimulai 3
hari (bila dipakai hasebagai satuan waktu) sesudah pekerjaa: menggali tanah mulai. Jadi,
konstrain i:menentukan kedudukan peristiwa E(4). Ada
- pun konstrain lain, yaitu FF(1-2) menentukar kedudukan E(6), di mana pekerjaan memasanc
pipa harus selesai 4 hari setelah pekerjaar menggali tanah selesai E(3). Sehingga peristiwa E(6)
jatuh pada hari ke-15 (11 + 4), dar peristiwa E(5) yang waktunya sama dengar E(3), haruslah
terjadi pada hari ke-11. Akibatnya, kegiatan memasang pipa 4-5-6 mengalami penundaan atau
berhenti selama 3 har: (15 - 5 - 4 - 3 = 3). Pada contoh di atas jalur kritis adalah 1 - 2 - 3 - 5 6 dengan tota: waktu 15 hari. Umumnya dikatakan interupsi akan terjadi bila kombinasi
berbagai konstrain terhadap kegiatan yang bersangkutan menghasilkan EF dan ES atau LF
clan LS, yang perbedaannya melebihi kurun waktu kegiatan tersebut. Untuk contoh di atas,
hal ini terlihat konstrain-konstrain FF(1-2) menentukan EF dan SS(1-2) menentukan ES
pekerjaan meletakkan pipa, di mana angka EF - ES = 15 - 3 = 12 lebih besar dari kurun waktu
pekerjaan yang bersangkutan (= 9). Dan ini mengakibatkan interupsi selama 12 - 9 = 3 hari.
SS(1-2) = 3
33
No. 2
MP
9
15 15
FF(1-2) = 4
24
v
10 12 14 16 18
Gambar 13-31c Interupsi kegiatan.