Professional Documents
Culture Documents
BAB. 1 Pendahuluan
1. Pengantar
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami perkembangan yang
cukup lama, setiap manusia mengenal kebudayaan dan peradaban, masyarakat manusia sebagai
proses pergaulan hidup yang telah menarik perhatian. Pemikiran terhadap masyarakat lambat
laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu pengetahuan yang kemudian dinamakan sosiologi,
pertama kali terjadi di Eropa. Pada abad 19 Auguste Comte menulis beberapa buah buku yang
berisikan pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia beranggapan
saatnya telah tiba bahwa sumua penelitian terhadap permasalahan kemasyarakatan dan gejalagejala masyarakat memasuki tahap akhir, yaitu tahap ilmiah.
Sosiologi (1839), berasal dari kata latin socius yang berarti kawan dan logos yang berarti
kata atau berbicara. Jadi sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat. Bagi Comte
sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil
perkembangan ilmu pengetahuan dan sosiologi harus di bentuk berdasarkan pengamatan
terhadap masyarakat bukan merupakan spekulasi.
1. Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan
krisis setiap orang lain yang mengetahuinya. Unsur- unsur (element) yang merupakan bagianbagian yang tergabung dalam suatu kebulatan adalah :
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Tersusun secara sistematis
3. Menggunakan pemikiran
4. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (objektif).
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya,
yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstitions) dan peneranganpenerangan yang keliru (misinformations). Ilmu pengetahuan dapat di bedakan menurut sifat dan
objeknya.
Menurut sifat ilmu pengetahuan di kelompokan menjadi :
1. Ilmu pengetahuan yang bersifat eksak
2. Ilmu pengetahuan yang bersifat non-eksak
Menurut objek ilmu pengetahuan di kelompokan menjadi :
1. Ilmu matematika
2. Ilmu pengetahuan alam
3. Ilmu tentang perilaku
4. Ilmu pengetahuan kerohanian
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sosiologi bersifat empiris, ilmu pengetahuan itu didasarkan pada observasi terhadap
kenyataan dan akal sehat serta hasinya tidak bersifat spekulatif.
2. Sosiologi bersifat teoritis, ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha menyusun abstraksi
dari hasil observasi dan menyusunnya menjadi sebuah teori.
3. Sosiologi bersifat komulatif, teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah
ada dalam arti diperbaiki, memperluas dan memperhalus teori yang lama.
4. Sosiologi bersifat non etis, yang mempersoalkan fakta tertentu untuk tujuan menjelaskan
fakta tersebut secara analitis.
Sosiologi mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orangorang dalam masyarakat. Beberapa definisi sosiologi :
1. Pitirim Sorokin,Sosiologi ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik
antara aneka macam gejala-gejala social, gejala social dengan gejala nonsosial, cirri-ciri
umum semua gejala social.
2. Roucek dan WarrenSosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia
dalam antar kelompok-kelompok.
3. William F Ogburn dan Meyer F Nimkoff Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah
terhadap interaksi social dan hasilnya yaitu organisasi social
4. A.A van Doorn dan C.J Lammers Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang strukturstruktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
5. Selo Soemardjan dan Soelaeman Sumardi Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
stuktur social dan proses-proses social, termasuk perubahan social.
Sosiologi merupakan ilmu social yang objeknya adalah masyarakat. Masyarakat mencakup
beberapa unsure berikut.
Seorang filsuf Barat yang pertama kali menelaah masyarakat secara sistemmatis adalah Plato
( 429-347 SM ), bahwa masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari manusia perorangan dan
suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan. Artistoteles (348-322 SM) mengikuti system
analisis secara organis dari Plato. Dalam bukunya politic, Aristoteles mengadakan suatu analisis
mendalam terhadap lembaga-lembaga politik dalam masyarakat.
Pada akhir abab pertengahan muncul ahli filsafat Arab, Ibn Khaldun (1332-1406) yang
mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian social dan
peristiwa dalam sejarah. Prinsip-prinsip yang sama akan dijumpai bila ingin mengadakan analisis
terhadap timbul tenggelamnya Negara-negara. Pada zaman Renaissance (1200-1600), tercatat
nama-nama seperti Thomas More dengan Utopia nya dan Campanella yang menulis City of the
Sun. Mereka masih sangat terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya masyarakat yang
ideal. Berbeda dengan mereka adalah N. Machiavelli yang menganalisis bagaimana
mempertahankan kekuasaan.
Abad ke-17 ditandai dengan munculnya tulisan Hobbes (1588-1679) yang berjudul The
Leviathan. Dia beranggapan bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan manusia didasarkan pada
keinginan-keingginan yang mekanis sehingga manusia sering berkelahi. Akan tetapi, mereka
mempunyai pikiran hidup damai dan tentram adalah jauh lebih baik jika mereka mengadakan
suatu perjanjian atau kontrak. Abad ke-18 muncul ajaran-ajaran seperti John Locke (1632-1704)
dan J.J. Rousseau (1712-1778) yang masih berpegang pada konsep kontrak social dari Hobbes.
Menurut Locke, manusia pada dasarnya memiliki hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup,
kebebasan dan hak atas harta. Rousseau berpendapat bahwa kontrak antara pemerintah dengan
yang diperintah menyebabkan tumbuhnya suatu kolektivitas yang memiliki keinginan-keinginan
sendiri, yaitu keinginan umum.Pada abab ke -19 muncul ajaran seperti Saint Simon (1760-1825)
menyatakan bahwa manusia hendaknya di pelajari dalam kehidupan kelompok.
3. Sosiologi Auguste Comte (1798- 1853)
Auguste Comte adalah orang pertama tama memakai istilah Sosiologi dan yang
membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya. menurut Comte ada 3 tahap perkembangan intelektual :
1. Tahap teologis, yaitu tahap dimana manusia menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya
secara teologis, yaitu dengan kekuatan-kekuatan roh dewa-dewa atau Tuhan Yang Maha
Kuasa.
2. Tahap metafisik, yaitu manusia menganggap bahwa dalam setiap gejala terdapat
kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkap.
3. Ilmu pengetahuan positif, yaitu manusia masih terikat cita-cita tanpa verifikasi karena
adan kepercayaan bahwa setiap cita-cita terikat pada suatu realitas tertentu dan dan tidak
ada usaha untuk menemukan hukum alam yang seragam.
Hal yang menonjol dari sistematika Comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi, yang
merupaka ilmu pengetahuan yang paling kompleks, dan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
akan berkembang dengan pesat sekali. Comte kemudian membedakan antara sosiologis statis dan
dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar
dari adanya masyarakat. Studi ini mempelajari aksi-aksi dan reaksi timbal balik dari systemsistem social. Sosiologi dinamis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti
pembangunan. Ilmu pengetahuan ini menggambarkan cara-cara pokok dalam mana
perkembangan manusia terjadi dari tingkat intelegensia yang rendah ketingkat yang lebih tinggi.
Comte yakin bahwa masyarakat berkembang menuju suatu kesempurnaan.
4. Teori- teori Sosiologi sesudah Comte
Suatu gambararan menyeluruh dan lengkap tentang teori- teori sosiologi sesudah masa comte
akan dipilih beberapa teori saja, yang dikelompokan kedalam beberapa mazhab untuk
memudahkan penyusunan.
1. Mazhab Geografi dan Lingkungan
Mazhab Geografi dan Lingkungan telah lama berkembang. Dengan kata lain, jarang sekali
terjadi para ahli pemikir menguraikan masyarakat manusia terlepas dari tanah atau lingkungan
dimana masyarakat itu berada. Masyarakat hanya mungkin timbul dan berkembang apabila ada
tempat berpijak dan tempat hidup bagi masyarakat tersebut. Teori yang termasuk mazhad ini
adalah ajaran-ajaran dari Edward Buckle yang berasal dari Inggris (1821-1862) dan Le Play dari
Prancis (1806-1888). Dalam karyanya History of Civilization in England, Buckle meneruskan
ajaran-ajaran yang sebelumnya tentang pengaruh keadaan alam terhadap masyarakat.
1. Mazhab Organis dan Evolusiuner
Herbert Spencer adalah orang pertama-tama menulis tentang masyarakat atas dasar data empiris
yang kongkret. Dia telah memberikan suatu model kongkret yang secara sadar maupun tidak
telah diikuti oleh sosiolog setelah dia. Suatu organisme menurut Spencer , akan bertambah
sempurna apabila bertambah kompleks dan dengan adanya diferensiasi antara bagian-bagiannya.
Spencer ingin membuktikan bahwa masyarakat tanpa diferensiasi pada tahap pra industry secara
intern tidak stabil karena terlibat pertentangan-pertentangan diantara mereka sendiri. Selanjutnya
dia berpendapat bahwa masyarakat industry yang telah terdiferensiasi dengan mantap, aka nada
suatu stabilitas yang menuju pada kehidupan yang damai.
Ajaran Spencer berpengaruh besar sekali terutama di Amerika Serikat. Salah satunya W.G
Summer (1840-1910) salah satu hasil karyanya adalah Folkway. Folkway dimaksudkan dengan
kebiasaan-kebiasaan social yang timbul secara tidak sadar dalam masyarakat, yang menjadi
bagian dari tradisi. Division of Labor karya Emile Durkheim termasuk mazhab ini. Durkheim
menyatakan bahwa unsure-unsur dalam masyarakat adalah factor solidaritas. Dia membedakan
masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Masyarakat dengan
solidaritas mekanis, warga-warga masyarakat belum mempunya diferensiasi dan pembagian
kerja, masyarakat memiliki kepentingan dan kesadaran yang sama. Masyarakat dengan
solidaritas organis, yang merupakan perkembangan dari masyarakat solidaritas mekanis, telah
memiliki pembagian kerja yang ditandai dengan derajat spealisasi tertentu.
Sebagaimana halnya dengan Spencer dan Durkheim, Ferdinand Tonnies dari Jerman (1855-1936)
juga terpengaruh oleh bentuk-bentuk kehidupan social yang lain. Hal yang penting bagi Tonnies
adalah bagaimana warga suatu kelompok mengadakan hubungan dengan sesamanya. Tonnies
berpendapat bahwa dasar hungungan tersebut disatu pihak adalah factor perasaan, simpati,
pribadi, dan kepentingan bersama. Di pihak lain dasarnya adalah kepentingan-kepentingan
rasional dan ikatan-ikatan yang tidak permanen sifatnya.
1. Mazhab Formal
Ahli piker yang menonjol pada mazhab ini, kebanyakan dari Jerman yang terpengaruh oleh
ajaran-ajaran Immanuel Kant. Georg Simmel (1858-1918) menyatakan elemen-elemen
masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antara elemenelemen tersebut. Selanjutnya dia berpendapat bahwa pelbagai lembaga di dalam masyarakat
terwujud dalam bentuk superioritas, subordinasi, dan konflik. Menurut Simmel, seseorang
menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi.
Leopold von Wiese (1876-1961) berpendapat bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada
hubungan-hubungan antarmanusia tanpa mengkaitkannya dengan tujuan-tujuan maupun kaidahkaidah. Alfred Vierkandt (1867-1953) menyatakan bahwa sosiologi menyoroti situasi-situasi
mental yang berasal dari hasil perilaku yang timbul sebagai akibat interaksi antar individu dan
kelompok dalam masyarakat.
1. Mazhab Psikologi
Gabriel Tarde (1843-1904) dari perancis. Dia mulai denagnsuatu dugaan atau pandangan awal
bahwa gejala social mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa
individu dimana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan kepercayaan dan keinginan-keinginan.
Keinginan utama Tarde adalah berusaha untuk menjelaskan gejala-gejala social di dalam
kerangka reaksi-reaksi psikis seseorang. Salah satu sosiolog dari Amerika, Richard Horton
Cooley (1864-1926) menyatakan bahwa individu dan masyarakat saling melengkapi, dimana
individu hanya akan menemukan bentuknya di dalam masyarakat.
Di Inggris yang terkenal adalah L.T Hobhouse (1864-1929) yang sangat tertarik pada konsepkonsep pembangunan dan perubahan social. Dia menolak penerapan prisip-prinsip biologis
terhadap studi masyarakat manusia; psikologi dan etika merupakan criteria yang diperlukan
untuk mengukur perubahan social.
1. Mazhab Ekonomi
Di mazhab ini akan dikemukakan ajaran-ajaran dari Karl Marx (1818-1883) dan Max Webber
(1864-1920). Marx telah mempergunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun
suatu teori tentang perubahan yang menunjukan perkembangan masyarakat menuju suatu
keadaan dimana ada keadilan social. Menurut Marx, selama masyarakat masih terbagi atas kelaskelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan
Webber menyatakan bahwa bentuk organisasi social harus diteliti menurut prilaku warganya,
yang motivasinya serasi dengan harapan warga-warga lainnya.
1. Mazhab Hukum
Durkheim menaruh perhatian yang besar tehadap hukum yang dihubungkannya dengan jenisjenis solidaritas yang terdapat di masyarakat. Hukum menurut Durkheim adalah kaidah-kaidah
yang bersanksi yang berat-ringannya tergantung pada pelanggaran, anggapan-anggan serta
keyakinan masyarakat tentang baik buruknya suatu tindakan. Tujuan kaidah-kaidah hukum ini
adalah untuk mengemablikan keadaan pada situasi semula, sebelum terjadi kegoncangan sebagai
akibat dilanggarnya kaidah hukum.
Max Webber yang mempunyai latar belakang prndidikan hukum dapat dimasukan dalam mazhab
ini. Dia telah mempelajari pengaruh politik, agama dan ekonomi terhadap perkembangan hukum.
Disamping itu , dia juga menyoroti pengaruh para cendikiawan hukum, praktikus hukum, dan
para hororatioren terhadap perkembangan hukum. Bagi Webber hukum rasional dan formal
merupakan dasar bagi suatu Negara modern. Konsep budaya hukum di perkenalkan di Amerikan
pada tahun60-an oleh Lawrence M. Friedmann lewat tulisannya yang berjudul Legal Culture
and Social. Menurut Lev, konsepsi budaya hukum menujuk pada nilai-nilai yang berkaitan
dengan hukum (substantif) dan proses hukum (hukum ajektif). Budaya hukum pada hakikatnya
mencakup 2 komponen pokok yang saling berkaitan, yakni nilai-nilai hukum substantif dan nilainilai hukum ajektif. Nilai-nilai hukum hukum substantif beisikan asumsi-asumsi fundamental
mengenai distribusi dan pengunaan sumber-sumber di dalam masyarakat, hal-hal yang secara
social dianggap salah atau benar. Nilai-nilai hukum ajektif mencakup sarana pengaturan social
maupun pengelolaan konflik yang terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan.
Di dalam perkembangan selanjutnya Lev memperkenalkan konsepsi system hukum yang
mencakup struktur hukum, substansi hukum dan budaya hukum. Struktur hukum merupakan
suatu wadah, kerangka maupun system hokum, yakni susunan daripada unsure-unsur system
hukum yang bersangkutan. Substansi hukum mencakup norma-norma atau kaidah mengenai
patokan prilaku yang pantas dan prosesnya. Budaya hukum mencakup segala macam gagasan,
sikap, kepercayaan harapan maupun pendapaty-pendapat mengenai hukum.
Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu metode kualitatif dan metode
kuantitatif. Metode kualitatif mengutamakan bahan yang sukar dapat di ukur dengan angkaangka atai denganukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut terdapat
dengan nyata di dalam masyarakat. Di dalam metode Kualitatif termasuk metode historis dan
metode komparatif. Metode historis menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa masa silam
untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Metode komparatif mementingkan perbandingan
antara bermacam-macam masyarakar berserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaanperbedaan dan persamaan-persamaan serta sebab-sebabnya.
Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka, sehingga
gejala-gejala yang di teliti dapat diukur menggunakan scalar-skalar, indeks, tabel dan formulaformula yang semuanya menggunakan ilmu pasti atau matematika. Yang termasuk metode
kuntitatif adalah metode ststistik yang bertujuan untuk menelaah gejala-gejala social secara
matematis.
Disamping metode-metode diatas, metode sosiologi lainnya berdasarkan penjenisan antara
metode induktif yang mempelajari suatu gejala yang khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah
yang berlakudalam lapang yang lebih luas, dan metode deduktif yang mempergunakan proses
sebaliknya, yaitu mulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap berlaku secara umum untuk
kemudian dipelajari dalam keadaan khusus.
19. Disorganisasi
1. Kontravensi (Contravention)
2. Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses social yang berada antara
persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
3. Tipe- tipe Kontravensi, menurut Von Wiese dan Becker, terdapat tiga tipe umum yaitu,
kontravensi generasi masyarakat, kontravensi yang menyangkut seks, dan kontravensi
parlementer.
4. Tipe- tipe umum tersebut dimasukan dalam katagori kontravensi karena pada umumnya
tidak menggunakan ancaman atau kekerasan, tipe- tipe tersebut antara lain :
5. Kontavensi antarmasyarakat setempat
6. Antagonisme keagamaan
7. Kontravensi Intelektual
8. Oposisi moral
1. Pertentangan atau pertikaian ( Conflict )
2. Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok
berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman
atau kekerasan.
3. Sebab-sebab pertentangan adalah
4. Perbedaan Individu
5. Perbedaan Kebudayaan
6. Perbedaan Kepentingan
7. Perubahan Sosial
8. Pertentangan pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nila atau kepentingan bersifat
positif, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur
sosial tertentu.
9. Bentuk-bentuk pertentangan adalah
10. Pertentangan pribadi
Seorang masyarakat yang masih bersahaja susunannya, secara relatif menjadi anggota pula dari
kelompok kelompok kecil lain secara terbatas. Kelompok sosial termaksud biasanya adalah atas
dasar perbedaan pekerjaan atau kedudukan.
3. In-Group dan Out-Group
In Group adalah kelompok sosial dimana individu mengidentifikasikan dirinya.Out Group adalah
kelompok sosial yang oleh individu diartikan sebagai lawan in gorupnya.Perasaan in group atau
out group didasari dengan sutu sikap yang dinamakan etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa
kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbaik disbanding dengan kelompok lainnya.
4. Kelompok Primer dan kelompok sekunder
Kelompok Primer atau face to face group merupakan kelompok sosial yang paling sederhana,
dimana anggotanya saling mengenal antara lain serta ada kerja sama yang erat.
Contohnya,Keluarga, kelompok sepermainan dan lain lain.Kelompok sekunder adalah kelompok
yang terdiri dari banyak orang, yang sifat hubungannya tidak berdasrkan pengenalan secara
pribadi dan juga tidak langgeng. Contohnya Hubungan kontrak jual beli.
5. Paguyuban dan patembayanPaguyuban( gemeinschaft )
merupakan bentuk kehidupan bersama, dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang
murni, bersifat alamiah, dan kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan
batin yang memang telah dikodratkan. Hubungan seperti ini dapat dijumpai dalam keluarga,
kelompok kekerabatan,rukun tetangga, dan lain lainPatembayan( geselischaft) merupakan ikatan
lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu pendek. Ia bersifat sebagai suatu
bentuk dalam pikiran belaka. Contohnya adalah ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu
pabrik, dan lain-lain.
6. Formal Group dan Informal Group
Formal Group adalah kelompok yang mempunyai aturan tegas dan sengaja diciptakan oleh
anggota-anggotannya untuk membangun hubungan antara sesame. Contohnya organisasi
Informal Group Tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu yang pasti. Kelompok
kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan yang berulangkali yang didasari oleh
kepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya Klik ( Clique)
7. Membership Group dan reference group
Membership group Merupakan suatu kelompok dimanasetiap orang secara fisik menjadi anggota
kelompok tersebut.Reference Group ialah kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi
seseorang ( bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.
8. Kelompok Okupasional dan Volunter
Kelompok Okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya fungsi
kekerabatan, diman kelompok ini timbul karena anggotanya, memiliki pekerjaan yang
anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Contohnya kelompok profesi, seperti asosiasi
sarjana farmasi, ikatan dokter Indonesia, dan lain-lain.Kelompok Volunter adalah kelompok
orang yang memiliki kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat.
Melalui kelompok ini diharapakan akan dapat memenuhi kepentingan anggotanya secara
individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum.
1. Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur
2. Kerumunan ( Crowl )
Kerumunan ( Crowl ) adalah individu-i( individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu
tempat, pada waktu yang bersamaan.
2. Publik
Publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan .Interaksi terjadi secara tidak
langsung melalui alat komunikasi misalnya pembicaraan pribadi yang berantai, desas desus,
surat kabar, radio,televise, film, dan lain sebagainya.
1. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
Empat criteria untuk klasifikasi masyarakat, yaitu :
1. Jumlah penduduk
2. luas,kekayaan, dan kepadatan penduduk daerah pedalaman
3. Fungsi-fungsi khusus dari masyarakat setemapat terhadap seluruh masyarakat.
4. organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.Perbedaan antara masyarakat
pedesaaan dan masyarakat perkotaanMasyarkat Pedesaan Masyarakat PerkotaanWarga
memiliki hubungan yang lebih erat Jumlah penduduknya tidak tentuSistem kehidupan
biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan Bersifat IndividualistisUmumnya hidup
dari pertanian Pekerjaan lebih bervariasi, lebih tegas batasannya dan lebih sulit
batasannya dan lebih sulit mencari pekerjaanGolongan orang tua memegang peranan
penting Perubahan sosial terjadi secara cepat, menimbulkan konflik antara golongan
muda dengan golongan orang tuaDari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa
dan rakyat bersifat informal Interaksi lebih disebabkan faktor kepentingan daripada faktor
pribadiPerhatian masyarakat lebih daripada keutamaan kehidupan Perhatian lebih pada
pengguanaan kebutuhan hidup yang dikaitkan dengan masalah prestiseKehidupan
keagamaan lebih kental Kehidupan keagamaan lebih longgarBanyak berurbanisasi ke
kota karena ada faktor yang menarik dari kota Banyak migrant yang berasal dari dari
daerah dan berakibat negatif di kota, yaitu pengangguran, naiknya kriminalitas, persoalan
rumah, dan lain lain
5. Kelompok-kelompok kecil (Small Group)
Small Group suatu kelompok yang secara teoritis terdiri paling sedikit dari dua orang, dimana
orang-orang saling berhubungan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu dan yang menganggap
hubungan itu sendiri, penting baginya.
1. Dinamika Kelompok Sosial
Dinamika kelompok sosial, setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta
perubahan. Perubahan dalam kelompok sosial, ada yang mengalami perubahan secara lambat,
namun ada pula yang mengalami perubahan secara cepat.
Bab 4. Kebudayaan dan Masyarakat
1. Pengantar
Kebudayaan adalah Kompleks yang mencakup pengetahuan,kepercayaan, kesenian,moral,
hukum, adapt istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
B. Unsur-unsur Kebudayaan
Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai Cultural Unifrsals, yaitu :
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia( Pakaian, perumahan, Alat-Alat Rumah
tangga,senjata,alat-alat produksi, transport dan sebagainya)
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
3. Sistem Kemasyarakatan
4. Bahasa(Lisan maupun tertulis )
5. Kesenian
6. Sistem Pengetahuan
7. Religi ( sistem kepercayaan )
Pengantar
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam
masyarakat yang bersangkutan. Bahkan pada zaman kuno dahul, filosof Aristoteles (Yunani)
mengatakan didalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat,
dan yang berada di tengah-tengahnya.
Sistem lapisan masyarakat tersebut dalam sosiologi dikenal dengan Social Stratification. Social
Stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara
bertingkat (hirarkis).
2.1.2
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan
masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mngejar suatu tujuan
bersama. Pembedaan atas lapisan masyarakat merupakan gejala universal yang merupakan
bagian sistem sosial setiap masyarakat.Untuk meneliti terjadinya proses lapisan dalam
masyarakat, pokok-pokoknya adalah :
1. Sistem lapisan berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat. Sistem demikian
hanya mempunyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi objek
penyelidikan.
2. Sistem lapisan dapat dianalisis sebagai berikut :
3. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya penghasilan, kekayaan,
keselamatan (kesehatan, laju kejahatan)
4. Sistem pertanggaan yang diciptakan oleh para warga masyarakat (prestise dan
penghargaan)
5. Kriteria sistem pertanggaan dapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan, kelompok
kerabat tertentu, milik, wewenang, atau kekuasaan
Sifat sistem lapisan masyarakat dapat tertutup (Closed Social Statification) dan dapat pula
terbuka (Open Social Stratification). Yang bersifat tertutup tidak memungkingkan pindahnya
seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak pindahnya itu ke atas atau ke bawah.
Di dalam sistem yang demikian, satu-satunya jalan untuk masuk menjadi anggota suatu lapisan
dalam masyarakat adalah kelahiran.
Sebaliknya didalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk
berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung,
untuk jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan yang dibawahnya.
2.1.4
Kelas sosial (Social Clases) adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya
didalam suatu lapisan, sedang kedudukan mereka itu diketahui erta diakui oleh masyarakat
umum.
Kurt. B. Mayer berpendapat bahwa istilah kelas hanya dipergunakan untuk lapisan yang
berdasarkan atas unsur-unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan
kemasyarakatan dinamakan kelompok kedudukan (Status Group) selanjutnya dikatakan bahwa
harus diadakan pembedaan yang tegas antara kelas dan kelompok kedudukan tersebut.
Apabila pengertian kelas ditinjau dengan lebih mendalam maka akan dijumpai beberapa kriteria
tradisional, yaitu :
1. Besar atau ukuran jumlah anggot-anggotanya
2. Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya
3. Kelanggengan
4. Tanda-tanda atau lambang-lambang yang merupakan ciri khas
5. Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu terhadap kelompok lain)
6. Antagonisme tertentu
Sehubungan dengan kriteria tersebut diatas, kelas menyediakan kesempatan atau fasilitasfasilitas hidup tertentu. Sosiologi menamakannya life chances.
2.1.5
1. Kedudukan (Status)
Secara abstrak, kedudukan berati tempat seseorang daam suatu pola tertentu. Dengan demikian
seseorang dikatakan mempunyai banyak kedudukan, oleh karena seseorang biasanya ikut serta
dalam pelbagai pola-pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukkan tempatnya sehubungan
dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu :
1. Ascribed-status : kedudukan eseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan
perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena
kelahiran.
2. Achieved-status : kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang
disengaja. Kedudukan ini tidan diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka
bagi siapa saja, ergantug dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai
tujuan-tujuannya.
3. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam keudukan yaitu Assigned-status, yang
merupakan kedudukaan yang diberikan. Assigned-status tersebut sering mempunyai
hubungan yang erat dengan achieved-status dalam arti bahwa suatu kelompok atau
golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggikepada seseorang yang berjasa, yang
telah memperjuangkan suatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Adakalanya antara kedudukan kedudukan yang dimiliki seseorang timbul pertentanganpertentangan atau konflik, yang dalam sosiologi, dinamakan status-conflic.
Kedudukan tertentu yang dimliki seseorang atau yang melekat pada diri seseorang tercermin
pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu. Sosiologi menyebutnya status-cymbol.
1. Peranan (Role)
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hakhak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Suatu
peranan mencakup paling sedikit tiga hal, yaitu :
1. Peranan adalah melupiti norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seeorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturanperaturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang terpenting bagi struktur
sosial.
2.1.7
Chaster I. Barnard secara khusus membahas sistem lapisan yang sengaja disusun dalam
organisasi-organisasi formal untuk mengejar suatu tujuan tertentu. Menurut Barnard, sistem
kedudukan dalam organisasi-organisasi formal timbul karena perbedaan-perbedaan kebutuhan
kepentingan dan kemampuan individu. Sistem pembagian kekuasaan dan wewenang dalam
organisasi-organisasi tersebut, dibedakan kedalam :
1. Sistem fungsional yang merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya
berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.
2. Sistem skala yang merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga kedudukan dari
bawah ke atas.
2.1.8
Dengan gerak sosial yang vertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau objek sosial
dari suatu kedudukan sosial lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat
dua jenis gerak sosial yang vertikal yaitu yang naik (social climbing) dan yang turun (social
sinking).
1. Tujuan Penelitian Gerak Sosial
Para sosiolog meneliti gerak-gerak sosial terutama untuk mendapatkan keterangan-keterangan
perihal kelanggengan dan keluwesan struktur sosial untuk masyarakat tertentu.
1. Beberapa Prinsip Umum Gerak Sosial Yang Vertikal
Prinsip-prinsip umum gerak sosial yang vertikal adalah sebagai berikut:
1. Hampir tak ada masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup secara mutlak.
2. Betapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin gerak sosial
vertikal dilakukan dengan bebas, sedikit banyaknya akan ada hambatan-hambatan.
3. Gerak sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tak ada. Setiap
masyarakat mempunyai ciri-ciri khas bagi gerak sosialnya yang vertikal.
4. Laju gerak sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik serta
pekerjaan adalah berbeda.
5. Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal yang
disebabkan faktor-faktor ekonomi, politik dan pekerjaan, tak ada kecenderungan yang
kontinu perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial.
1. Saluran Gerak Sosial Vertikal
Saluran-saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata, lembaga-lembaga keagamaan,
sekolah, organisasi politik, ekonomi dan keahlian dalam pelaksanaan gerak sosial vertikal di
dalam masyarakat.
2.1.9
Mau tidak mau ada sistem lapisan masyarakat, oleh karena gejala tersebut sekaligus
memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat, yaitu penempatan individu dalam tempattempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan kewajiban
yang sesuai dengan kedudukan serta peranannya.
BAB 7. KEKUASAAN, WEWENANG DAN KEPEMIMPINAN
2.2.1
Pengantar
Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta manusia. Karena itu,
soal kekuasaan (power) amat menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan masyarakat.
Sesuai dengan sifatnya sebagai ilmu pegetahuan, sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagai
sesuatu yang baik atau buruk. Akan tetapi sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
Kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap masyarakat, baik yang masih bersahaja, maupun yang
sudah besar dan rumit susunannya. Adanya kekuaaan tergantung dari hubungan antara yang
berkuasa dan yang dikuasai, atau dengan perkataan lain, antara pihak yang memiliki kemampuan
untuk melancarkan pengaruh dan pihak lain yang menerima pengaruh itu, dengan rela atau
karena terpaksa.
Apabila kekuasaan dijelmamakan pada diri seseorang, maka biasanya orang itu dinamakan
pemimpin, dan mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut-pengikutnya. Bedanya
antara kekuasaan dan wewenang (authority atau legalized power) adalah bahwa setiap
kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang
adalah kekuasaan yang pada seseorang atau sekelompok orang, yang mendapat pengakuan
masyarakat.
2.2.2
Kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang
ada pada pemegang kekuasaan. Kekuasaan tertinggi dalam masyarakat dinamakan pula
kedaulatan (sovereignity) yang biasanya dijalankan oleh segolongan kecil masyarakat. Oleh
Gaetano Mosca diebut the rulig class.
2.2.3
Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih yang
bersifat asosiatf.
1. Pemujaan
Sistem kepercayaan mungkin masih dapat disangkal oleh orang-orang lain. Akan tetapi di dalam
sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang-orang yang memegang kekuaaan,
mempunyai dasar pemujaan dari orang-orang lain. Akibatnya adalah segala tindakan penguasa
dibenarkan atau setidak-tidaknya di anggap benar.
Apabila dilihat dalam masyarakat, maka kekuasaan di dalam kekuasaannya dijalankan melalui
saluran-saluran tertentu, yakni:
1. Saluran militer
2. Saluran ekonomi
3. Saluran politik
4. Saluran tradisional
5. Saluran ideology
6. Saluran-saluran lainnya
2.2.4
Cara-cara atau usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan antara lain
adalah:
1. Dengan jalan meninggalkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang
politik, yang merugikan kedudukan penguasa.
2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan.
3. Melaksanakan administrasi dan birokrasi yang baik.
4. Mengadakan konsolidasi secara hrizontal dan vertikal.
Untuk memperkuat kedudukan, penguasa dapat menempuh jalan sebagai berikut :
1. Menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu.
2. Penguasaan bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat yang di lakukan dengan paksa
dan kekerasan.
2.2.5
Menurut Robert M. Maclver, dalam masyarakat terdapat tiga tipe umum piramida kekuasaan
yang merupakan pola umum, yaitu :
1. Tipe kasta.
2. Tipe oligarkis.
3. Tipe demokratis.
2.2.6
Wewenang
Menurut Max Weber, wewenang adalah suatu hak yang telah di tetapkan dalam suatu tata-tertib
sosial untuk menatapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan
mengenai persoalan-persoalan yang penting, dan untuk menyelesaikan pertentanganpertentangan. Wewenang ada empat macam, yaitu :
1. Wewenang Kharismatis, Tradisional dan Rasional (Legal)
Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma, yaitu suatu
kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang. Wewenang kharismatis tersebut akan dapat
tetap bertahan selama dapat dibuktikan dan rasional keampuhannya bagi seluruh masyarakat.
Wewenang tradisional dapat dipunyai oleh seseorang maupun sekelompok orang. Ciri-ciri utama
wewenang tradisional adalah :
Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang kedudukan seeorang yang hadir secara
pribadi.
Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang di sandarkan pada sistem hukum yang
berlaku pada masyarakat.
1. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi
Wewenang resmi sifatnya sistematis, di perhitungkan dan rasional. Biasanya wewenang tersebut
dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan aturan-aturan tata tertib yang
tegas dan bersifat tetap. Sedangkan wawasan tidak resmi tidak menjalankan semua peraturanperaturan resmi yang segaja dibentuk.
Kepemimpinan (Leadership)
1. Umum
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (pemimpin atau leader) untuk
mempengaruhi orang lain (yaitu yang di pimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang
lain tersebut bertingkah-laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
Kadangkala di bedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai
suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu komplek dari hak-hak
dan kewajiban-kewajiban yang dapat di miliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu
proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang di lakukan seseorang atau sesuatu
badan, yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul
di dalam suatu jabatan, dan ada pula kepemimpinan karena pengakuan masyarakat dan
kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan (informal leadership).
1. Perkembangan Kepemimpinan dan Sifat-sifat Seorang Pemimpin
Menurut mitologi Indonesia, kepemimpinan yang baik tersimpul dalam Asta Brata yang pada
pokoknya menggambarkan sifat-sifat dan kepribadian para dewa, yakni :
Bayu-brata, yang menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak segan-segan untuk
turut merasakan kesukaran-kesukaran pengikut-pengikutnya.
Otoriter
Demokratis
Bebas
Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu: kesenian, ilmu
pengetahuan, tekhnologi, filsafat, dan sebagainya. Bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk
serta aturan dalam organisasi sosial. Sebagai contoh dikemukakan perubahan pada logat bahasa
Aria setelah terpisah dari induknya. Tetapi, perubahan sosial tersebut tidak mempengaruhi
organisasi sosial masyarakatnya. Perubahan tersebut lebih merupakan perubahan kebudayaan
ketimbang kebudayaan sosial
Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, acap kali tidak mudah untuk letak garis pemisah antara
perubahan sosial dan kebudayaan. Hal itu di sebabkan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki
kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan yang tidak terjelma kedalam suatu
masyarakat. Hal itu mengakibatkan garis pemisah didalam kenyataan hidup antara perubahan
sosial dan kebudayaan lebih sukar lagi untuk di tegaskan. Biasanya antara kedua gejala itu dapat
ditemukan hubungan timbal balik sabagai sebab dan akibat
Proses proses pada perubaha perubahan sosial saat ini mempunyai ciri ciri :
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya
2. Perubahan pada lembaga masyarakat akan diikuti pada lembaga lembaha lainnya dan
menjadikan rantai pada tahap selanjutnya.
3. Perubahan yang cepat akan mengakibatkan disorganisasi karena membutuhkan proses
penyesuaian.
2.3.3 Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan
1. Perubahan lambat dan cepat
Perubahan memerlukan waktu yang lama dengan proses rentetan perubahan kecil yang saling
mengikuti dengan lambat yang di namakan evolusi, dan terjadi tanpa ada rencana atau kehendak
tertentu. Dan pada umumnya teori tentang evolusi dapat di golongkan ke dalam beberapa
kategori sebagai berikut :
Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan
tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana, kemudian bentuk yang kompleks
sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor teori tersebut antara lain August Comte, Herbert
Spencer.
Universal Theory of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap-tahap
tertentu yang tetap. Herbert Spencer mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil
perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok heterogen, baik sifat maupun susunannya.
yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapatkan kepercayaan masyarakat sebagai
pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Agent of Change mempengaruhi
masyarakat dengan sistem teratur dan direncanakan terlebih dahulu. Cara-cara tersebut
dinamakan rekayasa sosial (social engineering) atau perencanaan sosial (social planning).
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahanperubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, belangsung di luar jangkauan masyarakat dan dapat
menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.
2.3.4 Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk.
Pertambahan penduduk yang terjadi sangat cepatmenyebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur masyarakat, terutama pada lembaga kemasyarakatnya. Misal, orang lantas mengenal hak
milik individual atas tanah, sewa tanah, bagi hasil dan lain sebagainya yang sebelumnya belum
dikenal. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan karena perpindahan penduduk dari kota
ke desa atau transmigrasi. Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan, misalnya dalam
bidang pembagian kerja yang mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan. perpindahan
penduduk telah berlangsung selama ratusan ribu lamanya didunia ini.
1. Penemuan-penemuan Baru.
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam waktu yang tidak terlalu
lama, adalah inovasi. Proses tersebut meliputi suat penemuan baru, jalannya unsur-unsur
kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan
baru tadi diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.
Penenemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam
pngertian dari discovery dan invention.
Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alasan atau gagasan yang
diciptakan oleh seorang individu. Discovery baru berubah menjadi invention kalau masyarakat
sudah mengakui, menerima dan menerapkan penemuan baru itu.
Apabila ditelaah lebih lanjut lagi tentang penemuan baru, terlihat ada beberapa faktor pendorong
yang dipunyai masyarakat, antara lain adalah:
1. a) Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam kebudayaannya.
2. b) Kualitas ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
3. c) Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
Didalam setiap masyarakat tentu ada individu yang sadar akan adanya kekeurangan dalam
kebudayaan masyarakatnya. Sebagian orang menerima kekurangan-kekurangan tersebut sebagai
hal yang diterima begitu saja. Sebagian orang yang tidak puas dengan keadaan akan tetapi tidak
mampu memperbaiki keadaan tersebut. Mereka inilah yang kemudian menjaci pencipta-pencipta
baru tersebut.
1. Pertentangan Masyarakat
Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu-kelompok, kelompok-kelompok.
Pada umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif. Segala kegiatan didasarkan
pada kepentingan masyarakat. Kepentingan individu walaupun diakui tapi mempunyai
fnganungsi sosial. Banyak timbul pertentangan antara kepentinga individu denga kelompoknya,
yang dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan perubahan-perubahan.
Pertentangan antar kelompok mungkin terjadi pada generasi muda dengan generasi tua.
Pertentangan-pertentangan demekian itu kerap terjadi, apalagi pada masyarakat yang sedang
berkembang dari tahap tradisional menuju ketahap modern. Generasi muda yang belum
terbentuk kepribadiaannya lebih mudah menerima unsur-unsur kebudayan asing atau barat yang
dalam beberapa hal mempunyai taraf yang lebih tinggi. Keadaan demikian dapat menimbulkan
perubahan-perubahan dalam masyarakat. Misalnya, pergaulan bebas antara wanita dengan lakilaki, cara berpakaian, atau derajat wanita yang kian sama di dalam masyarakat dan lain-lain.
1. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi.
Revolusi yang terjadi di Rusia pada 1917 telah menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar
bagi negra rusia yang dulu adalah kerajaan berubah menjadi dictator proletariat yang dilandaskan
pada doktrin marxis. Segenap lembaga kemasyarakatan , mulai dari bentuk egara sampai keulrga
mengalami perubahan yang mendasar.
Suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang berasal
dari luar masyarakat itu sendiri (faktor ekstern) antara lain:
1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar manusia.
Terjadinya gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lain-lain mungkin menyebabkan
masyarakamasyarakat terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Misal, pada waktu dulu
masyarakat dulu berburu kini berpindah ke pertanian.
Sebab yang bersumber pada lingkungan alam, kadang-kadang disebabkan oleh tindakan manusia
itu sendiri. Misalnya penggunaan tanah yang sembrono tanpa memperhitungkan kelestarian
humus tanah, penebanagan hutan yang liar dapat menyebabkan banjir.
Perang dengan negara lain dapat menimbulkan perubahan, karena negara yang menang akan
memaksakan kebudayaannya kepada negara yang kalah.hingga negara tersebut mengalami
perubahan-perubahan besar dalam masyarakat.
1. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Apabila sebab-sebab bersumber pada masyarakat lain, maka mungkin kebudayaan lain
melancarkan pengaruhnya. Hubungan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai
kecerendungan untuk menimbulkan hubungan timbal-balik, artinya masing-masing masyarakat
mempengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain
itu. Apabila salah satu kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih tinggi
maka yang terjadi adalah proses imitasi yaitu peniruan terhadap budaya lain. Mula-mula unsurunsur tersebut ditambahkan kebudaya asli namun lanbat laun kebudayaan asli diubah dengan
kebudayaan asing tersebut.
2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan
Penyebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan terbagi menjadi dua yaitu faktor yang
mendorong dan faktor yang menghambat terjadinya sebuah perubahan. Dan semua akan
diterangkan dalam bentuk poin-poin sebagai berikut :
1. Faktor yang Mendorong Perubahan :
2. Kontak dengan Kebudayaan Lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah difusi (diffussion). Menurut kamus sosiologi
dan kependudukan karya Dra. Hartini dan G. Kartasapoetra, difusi adalah penyebaran sifat
kebudayaan atau kompleks dari suatu masyarakat yang lain. Yaitu cara bagaimana masyarakat
mendapat sebagian benar sifat-sifat barunya. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru
telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas hingga
dapat menikmati kegunaannya bersama.
1. Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan formal dapat mengajarkan manusia berpikir objektif, yang akan memberikan
kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan zaman atau tidak.
1. Sikap Menghargai Karya Seseorang dan Keinginan-Keinginan untuk Maju
Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, hal ini akan mendorong semangat bagi
usaha-usaha penemuan baru. Contohnya Hadiah Nobel, Kalpataru, atau Adipura.
1. Toleransi
Toleransi terhadap sikap-sikap menyimpang, yang bukan perbuatan yang yang dapat dikenakan
hukuman kerana merupakan pelanggaran terhadap undang-undang.
1. Sistem Terbuka Lapisan Masyarakat
Berarti memberi kesempatan kepada individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri.
Integrasi kebudayaan tidak ada yang sempurna. Beberapa kelompok mengkhawatirkan akan
tergoyahnya integrasi kebudayaan lama yang bisa menyebabkan perubahan-perubahan pada
aspek-aspek tertentu masyarakat.
1. Prasangka Terhadap Hal-hal yang Baru
Sikap demikian banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang pernah dijajah bangsabangsa barat kerana tidak bisa melupakan pengalaman pahit selama penjajahan.
1. Hambatan Ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah biasanya usaha yang berlawanan
dengan ideologi masyarakat yang biasanya sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
1. Adat atau Kebiasaan
Apabila adat atau kebiasaan ternyata tidak efektif lagi di dalam memenuhi kebutuhan pokok,
krisis akan muncul. Akan tetapi adat atau kebiasaan yang mencangkup segala bidang didalam
masyarakat begitu kokoh sehingga sukar untuk diubah.
1. Nialai Pasrah
Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki.
2.3.6 Proses-proses Perubahan Sosial dan Kebudayaan
1. Penyesuaian Masyarakat Terhadap Perubahan
Keserasian dalam masyarakat merupakan keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat.
Keserasian masyarakat yang dimaksud adalah sebagai suatu keadaan di mana lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Setiap kali terjadi
gangguan terhadap keserasian, masyarakat dapat menolaknya atau mengubah susunan
kemasyarakatan dengan maksud menerima unsur yang baru. Kadang kala ada unsur baru yang
dipaksakan oleh suatu kekuatan. Akan tetapi, jika ada unsur baru yang tidak dapat ditolak oleh
masyarakat kerana tidak menimbulkan kegoncangan, pengaruhnya tetap ada, tetapi sifatnya
dangkal dan hanya terbatas pada bentuk luarnya. Hal ini tidak akan berpengaruh pada normanorma dan nilai-nilai sosial dan dapat berfungsi dengan wajar.
Terkadang unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan mempengaruhi
norma-norma dan nilai-nilai yang berpengaruh terhadap masyarakat. Itu berarti ada gangguan
yang berkelanjutan terhadap keserasian masyarakat. Hal tersebut berarti bahwa ketegangan dan
kekecewaan di antara masyarakat tidak mempunyai saluran perubahan. Apabila keserasian
kembali dipulihkan setelah terjadinya suatu perubahan, keadaan tersebut dinamakan
penyesuaian (adjusment). Bila sebaliknya terjadi, maka dinamakan ketidak penyesuaian sosial
(maladjusment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie. Anomie dalam kamus
sosiologi dan kependudukan karya Dra. Hartini dan G. Kartasapoetra, adalah lunturnya normanorma yang dianut, atau vakumnya suatu nilai/tata krama.
1. Saluran-saluran Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (Avenue or Channel of Change) merupakan
saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut
adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan,
agama, rekreasi, dan seterusnya. Lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi titik tolak,
tergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa yang tertentu.
Lembaga kemasyarakatan mendapatkan penilaian tertinggi dari masyarakat cenderung menjadi
saluran utama perubahan sosial dan kebudayaan. Perubahan lembaga masyarakat tersebut akan
membawa akibat pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya kerana lembaga-lembaga
kemasyarakatan merupakan suatu sistem yang tergabung menjadi satu.
1. Disorganisasi (Disintegrasi) dan Reorganisasi (Reintegrasi)
Pengertian
Disorganisasi adalah proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat
dikarenakan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Reorganisasi adalah proses pembuatan norma-norma dan nilai-nilai yang baru agar sesuai dengan
lembaga- lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan. Reorganisasi dilaksanakan
apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga (institutionalized) dalam diri
warga.
Suatu Gambaran Mengenai Disorganisasi dan Reorganisasi
Suatu contoh adalah norma-norma dalam lalu lintas. Sopan santun berlalu lintas yang secara
minimal menyangkut ketaatan seseorang pengemudi atau orang yang jalan kaki. Pada umumnya
terlihat adanya suatu kecenderungan untuk melanggar peraturan-peraturan tersebut, padahal
peraturan bertujuan untuk menjaga keselamatan masyarakat, termasuk pengemudi dan orangorang yang berjalan kaki. Hal ini pailng tidak dapat dijadikan suatu indeks terhadap keadaan
sampai di mana disorganisasi masih berlangsung padahal telah ada reorganisasi.
Ketidak Serasian Perubahan dan Ketertinggalan Budaya (Cultural Lag)
Ada unsur-unsur yang cepat berubah, tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah.
Biasanya unsur-unsur kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah daripada unsur-unsur
kebudayaan rohaniah. Misalnya, suatu perubahan dalam cara bertani, tidak berpengaruh pada
tarian-tarian tradisonal.
Suatu teori tentang ketertinggalan budaya (cultural lag) dari William F. Ogburn, menyatakan
kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam keseluruhannya
seperti diurai sebelumnya, sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya lambat. Perbedaan antara
taraf kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat dinamakan
ketertinggalan kebudayaan (cultural lag) dan unsur masyarakat atau kebudayaan yang
mempunyai korelasi, tidak sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya.
Ketertinggalan kebudayaan juga berarti sebagai jangka waktu antara terjadi dan diterimanya
penemuan baru. Atau dipakai untuk menunjukkan pada tertinggalnya suatu unsur lainnya yang
berkaitan erat hubungannya.
2.3.7
Gerak perubahan adalah perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi,
setelah meninggalkan faktor itu, mungkin perubahan bergerak kepada sesuatu bentuk yang sama
sekali baru, atau mungkin pula bergerak ke arah suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu
lampau.
Sebagai contoh, perkembangan industri musik saat ini mengalami kemajuan yang luar biasa.
Banyak jenis-jenis aliran musik yang kita kenal, mulai dari pop, rock, jazz, dangdut, heavy
metal, ska, hip-hop, punk, dan lain-lain. Tapi saat ini ada jenis musik baru yang sedang trend di
kalangan anak muda Indonesia yaitu The Changcuter. Lagu mereka berjenis rock n roll yang
pernah dipopulerkan Rolling Stone dan mengikuti aksi panggung Mick Jagger dan Jim
Morrisson. Akan tetapi lagu mereka rata-rata bertema komedi. Hal tersebut tentu berbeda dengan
dengan generasi sebelum mereka yang biasanya bertema sosial dan cinta.
2.3.8 Modernisasi
1. Pengantar
Secara historis, modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistemsistem sosial, ekonomi, dan politik. Negara-negara atau masyarakat-masyarakat modern pun
yang sedang menjalani proses tersebut telah berkembang dari aneka warna masyarakat
tradisional. Setiap negara-negara atau masyarakat-masyarakat mengalami persolan berbeda-beda
dalam menghadapi modernisasi sesuai dengan hukum situasi, pasti ada unsur-unsur yang sama
dan berlaku universal. Menyangkut Indonesia yang mengalami modernisasi melalui perubahanperubahan yang direncanakan , misalnya dari orde lama ke orde baru, orde baru ke zaman
reformasi.
1. Pengertian
Modernisasi mencangkup suatu tranformasi total kehidupan bersama yang tradisional dalam arti
teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negaranegara barat yang stabil.
Modernisasi merupakan suatu bentuk perubahan sosial. Biasanya merupakan perubahan sosial
yang terarah yang didasarkan pada perencanaan. Modernisasi merupakan suatu persoalan yang
harus dihadapi masyarakat, kerana di dalam prosesnya meliputi bidang yang luas, menyangkut
2)
3)
4)
5)
2.4.1 Pengantar
Masalah-masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial yang mencangkup pula segi moral. Karena
untuk dapat mengklasifikasikan suatu persoalan sebagai masalah sosial, harus digunakan
penilaian sebagai pengukurannya. Apabila suatu masyarakat menganggap sakit jiwa, bunuh diri,
perceraian, penyalahgunaan obat bius sebagai masalah sosial, masyarakat tersebut tidak sematamata menunjuk pada tata kelakuan yang menyimpang. Akan tetapi, sekaligus juga
mencerminkan ukuran-ukuran umum mengenai segi moral.
2.4.2 Masalah Sosial, Batasan dan Pengertian
Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral masalah tersebut merupakan persoalan
karena menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat
merusak oleh sebab itu, masalah-masalah sosial tak akan mungkin ditelaah tanpa pertimbangan
ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap tidak baik.
Sosiologi menyangkup teori yang hanya dalam batas tertentu menyangkut nilai-nilai sosial dan
moral, yang terpokok adalah aspek ilmiahnya. Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian
antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok
sosial.
2.4.3 Klasifikasi Masalah Sosial dan Sebab-sebabnya
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial
yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis, dan kebudayaan.
Klasifikasi yang berbeda mengadakanpenggolongan atas dasar kepincangan-kepincangan dalam
warisan fisik, warisan biologis, warisan sosial, dan kebijaksanaan sosial. Klasifikasi ini lebih luas
ruang lingkupnya daripada yang terdahulu.
2.4.4 Ukuran-ukuran Sosiologis terhadap Masalah Sosial
1. Tidak ada kesesuaian antara ukuran atau nilai-nilai sosial dengan kenyataan sosial.
2. Sumber-sumber sosial dari masalah sosial, yaitu merupakan akibat dari suatu gejala sosial
atau bukan, yang menyebabkan masalah sosial. Contohnya gagal panen.
3. Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan gejala sosial atau
tidak, tergantung dari kerakteristik masyarakatnya.
4. Manifest Social Problems dan Latent Social Problems.
5. Perhatian masyarakat dan masalah sosial.
6. Sistem nilai dan dapatnya suatu masalah sosial diperbaiki.
2.4.5 Beberapa Masalah Sosial Penting
1. Kemiskinan, menyababkan tidak baiknya fungsi lembaga kemasyarakatan di bidang
ekonomi.
Kebutuhan-kebutuhan sosial,
Lapisan sosial,
Pusat-pusat kekuasaan,
1. Tahap pelaksanaan:
1. Tahap evaluasi:
Dalam bukunya The Principles of Sociology ( 3 jilid, 1877), Spencer menguraikan materi
sosiologi secara rinci dan sistematis. Dia mengatakan bahwa objek sosiologi yang pokok adalah
keluarga, politik,agama,pengendalian social dan industry. Dia juga menekankan bahwa sosiologi
harus menyoroti hubungan timbale balik antara unsure-unsur masyarakat seprti pengaruh normanorma atas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga polotik dan lembaga keagamaan. Hasil
karya yang terkenal lainnya :
1. Social Statistic (1850);
2. Principles of Psychology (1955);
3. Principles of Biologis (2 jilid, 1864 dan 1961
4. Principles of Ethics (1893)
3. Emile Durkheim (1858-1917)
Menurut Emile Durkheim, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan prosesproses social. Dalam majalah sosiologi, ia mengklasifikasikan pembagian sosiologi atas tujuh
seksi, yaitu:
1. Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia.
2. Sosiologi agama
3. Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi social,
perkawinan dan keluarga.
4. Sosiologi tentang kejahatan
5. Sosiologi ekonomi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja
6. Demografi yang mencakup masyarakat pedesaan dan perkotaan
7. Sosiologi estetika
Hasil karyanya yang terkemuka :
1. The Social Division of Labor (1893)
2. The Rules of Sociological Method (1895)
3. The Elementary Forms of Religious (1912)
4. Max Webber(1864-1920)
Max Webber, seorang Jerman, berusaha memberikan pengertian mengenai perilaku manusia dan
sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi social. Max juga terkenal dengan teori ideal
typus, yaitu merupakan suatu konstruksi dalam pikiran seorang peneliti yang dapat digunakan
sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat. Karya yang ditulisnya antara
lain :
1. The History of Trading Companies During the Moddle Ages (disertasi,1889)
2. Economy and Society (1920)
3. Collected Essays on Sociology of Region (3 jilid, 1921)
4. Collected Essays on Sociology and Social Problems (1924)
5. From Max Webber : Essays in Sociology (1946)
6. The Theori of Social and Economic Organization (1947)
7. Alex Webber on The Methodology of Social Sciences (1949)
5. Charles Horton Cooley (1864-1929)
Seorang Amerika, Charles Horton Cooley, mengembangkan konsepsi mengenai hubungan
timbale balik dan hubungan yang tidak terpisah antara individu dengan masyarakat. Coooley
dalam mengemukakan teorinya terpengaruh aliran romantic yang mengidamkan kehidupan
bersama, rukun, damai, sebagaimana dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang masih
bersahaja. Hasil-hasil karyanya :
1. Human Nature and Social Order (3 jilid,1902)
2. Social Organization (1909)
3. Social Process (1918)
6. Pierre Guillaurne Frederic Le Play (1806-1882)
Le Play mengenalkan suatu metode tertentu di dalam meneliti dan menganalisis gejala-gejala
social, yaitu dengan jalan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta social dan analisis induktif.
Kemudian ia juga menggunakan metode case study dalam penelitian-penelitian social.
Penelitian-penelitiannya terhadap masyarakat menghasilkan dalil bahwa lingkungan geografis
menentukan jenis pekerjaan dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga, serta
lembaga-lembaga lainnya.
Karangan-karangan yang pernah di buatnya:
1. European Worker (1855);
Spiritual, yang mencangkup watak dan pendidikan dalam penggunaan cara berfikir
1. Penutup
Indonesia merukan masyarakat yang majemk. Dan kemajemukan inilah yang dihadapi dalam
proses pembangunan nasional.
BAB 10. PENUTUP
3.1 PENGANTAR
Setelah mendalami isi buku ini menjadikan kita lebih memperdalam sosiologi sebagai suatu
ilmu, namun masih memiliki kesan bahwa ilmu sosiologi bersifat abstrak. Sebagai ilmu
msyarakat sosiologi mengalami peristiwa-peristiwa tertentu maupun berbagai masa kritis.pada
masa selesai Perang Dunia ke II, banyak masalah muncul konflik konflik realis ,kejahatan dll.
Masalah tersebut selalu di kaitkan atau di dasarkan pada yang terjadi saat ini sehingga di nilai
cepat tanggap terhadap masalah sosial penting sehingga dapat membantu memecahkan masalahmasalah tersebut.
Perkembangan sosiologi di amerika telah di arahkan untuk menyususn program program sosial
serta usaha usaha untuk mengatasi masalah ketertiban dan kemiskinan yang terjadi. Sehingga
perhatiannya lebih tertuju pada kesejahteraan individual daripada struktural yang menyeluruh
yang sanagat mempengaruhu tersedianya kesempatan untuk membenahi dan memperkuat
peranan sosial seseorang.
3.2 KETERKAITAN PUBLIC SPEAKING DENGAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI
1. Pengantar
Publik speaking atau berbicara kepada umum merupakan suatu kegiatan yang berintikan pada
interaksi sosial.Proses interaksi demikian merupakan salah satu lingkup sosiologi sebagai ilmu
dan juga sosiologi komunikasi sebagai salah satu pengkhususannya. Sosiolgi merupakan suatu
ilmu yang menelah dan menganalisis kehidupan bersama manusia serta akibat-akibatnya yang
mungkin dilanjutkan dengan suatu proyeksi.sosiologi berintikan pada komunikasi sehingga
sudah sewajarnya apabila tumbuh pengkhususan dalam wujud sosiologi komunikasi. Dasar
uraian ini adalah semata mata pengalaman sebagai pendidikan dan pengajar yang dalam
pekerjaan sehari-hari banyak berhubungan dengan umum khususnya sivitas akademika dan
pihak-pihak lainnya dalam rangka pengabdian masyarakat.
1. Khalayak yang Dihadapi
Seorang publik speaking akan menghadapi khalayak tertentu, yang terdiri lebih dari satu orang
dengan jumlah maksimal yang kadang-kadang tidak dapat ditentukan batas-batasnya.
Heterogenitasdilihat dari sudut kebudayaan khusus yang dianut, orientasi politik yang berbeda,
latar belakang pendidikan informal dan formal yang berlainan,agama yang tidak sama, suku yang
tidak seragam, dan seterusnya.dipergunakan sebagai patokan umum untuk memberikan public
speech.khalayak yang dihadapi mempunyai taraf kecerdasan yang berbeda beda. Salah satu
akibatnya adalah bahwa taraf kemampuan untuk memahami hal-hal yang disampaikan oleh
pembicara juga berbeda.Karena khalayak terdiri dari orang banyak,sulit diciptakan hubungan
batiniah antara pembicara dengan khalayak.Dengan demikianlah,pembicara dengan khalayak
biasanya bersifat impersonal.Dalam menghadapi khalayak yang beranekaragam latar
belakangnya seorang pembicara harus mampu membuat tolak ukur yang seragam terlebih
dahulu. Di antara sekian banyaknya perbedaan, pasti akan ada hal hal yang sama. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah meminta data mengenai khalayak yang akan dihadapi (artinya,
sebelum publik speaking berlangsung).
1. Usaha Agar Khalayak Menjadi Pendengar yang Aktif
Seseorang pembicara pertama tama harus mengusahakan agar khalayak menjadi pendengar
yang baik.Kemampuan untuk mendengarkan pembicaraan orang dengan baik, merupakan salah
satu landasan bagi adanya pemahaman. Pertama-tama seorang pembicara harus dapat
memberikan pengantaryang menarik perhatian khalayak ,yang hanya dapat dilakukan apabila
pembicara terlebih dahulu telah memperoleh data awal mengenai khalayak yang dihadapinya.
Pengantar yang menarik tersebut bertujuan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan
terutama bagi khalayak.Suasana yang menyenangkan ini biasanya terjadi apabila khalayak
merasa dirinya dihargai oleh pembicara.kadang kadang pembicara perlu menempatkan dirinya
pada posisi yang lebih tinggihendaknya hal itu dilakukan hanya sebagai taktik sajaLangkah
kedua yang perlu dilakukan agar khalayak mendengarkan hal hal yang dibicarakan adalah
menciptakan kewibawaan.yang lebih penting lagi adalah sikap tindakan yang nyata dari
pembicara, atau penampilannya yang simpatik.Langkah yang ketiga adalah menciptakan
landasan pengetahuan yang sama.peKalau itu sudah terciptapembicara berusaha menggiring
khalayak ke taraf pengetahuan yang lebih tinggi dengan jalan membantu khalayak untuk hari
esok. untuk kemudian membimbingnya ke taraf yang lebih tinggi akan merangsang khalayak
untuk bertanya atau memberikan tanggapan pada kesempatan diskusi nantinya.
1. Usaha untuk Memengaruhi Khalayak
Pembicara tentunya harus berusaha untuk memengaruhi khalayak agar tujuan tujuan tertentu
dapat dicapai.Agar diperoleh suatu gambaran yang jelas, akan dikemukakan suatu contoh,
dimana pembicara berfungsi sebagai pembaharu atau pengubah (change agent; agentof
development).Kalau seorang pembicara berfungsi sebagai pembaharu, pertama tama yang
dilakukannya adalah mengembangkan suasana,pembaharu perlu menyadarkan khalayak bahwa
ada sesuatu yang perlu diubah untuk mencapai tingkat kehidupan tertentu.Selain itu, pembicara
juga harus menyakinkan khalayak bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mengubah
keadaan menjadi lebih baik.Sesudah mengemukakan hal itu,pembicara harusmenciptakan
keadaan yang baik.pembicara mencoba dan mengajak khalayak untuk menggadakan diagnosis
terhadap keadaan yang dihadapi.Dalam tahap harus dijelaskan mengapa timbul masalah, dan
mengapa selama ini masalah-masalah tidak dapat ditanggulangi. Namun, diagnosis ini
hendaknya dilandaskan pada kepentingan khalayak dan bukan pembicara.Selanjutnya pada
langkah keempat pembicara berusaha untuk menanamkan keinginan agar keadaan yang dihadapi
diubah.Pada tahap kelima pembicaraberusaha untuk menjelaskan keuntungan dan kerugian
sebagai akibat terjadinya perubahan.Dengan cara demikian, pembicara berusaha membentuk
opini khalayak kearah yang positif bagi pemenuhan kebutuhannya.
3. Subsistem sosial
4. Subsistem budaya
5. Subsistem pertahanan-keamanan
6. Subsistem hukum
1. Indikator Perubahan
Masalah perubahan sosial telah menjadi sorotan penting para sosiolog, semenjak timbulnya
sosiologi modern. Sosiologi modrn dilahirkan dalam masyarakat yang sedang mengalami
perubahan pada unsur-unsur tradisional, sehingga para ssiolog waktu itu menaruh perhatian besar
pada proses-proses perubahan tersebut. Pada masa itu, masalah pokoknya adalah :
1. Dampak Pembangunan
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakn dan dikehendaki. Disamping
tujuan-tujuan yang direncanakan dan dikehendaki tidak mustahil pembangunan mengakibatka
terjadinya dampak pada subsistem kemasyarakatan, misalnya pada subsistem sosial budaya.
1. Penanggulangan Dampak
Penanggulangan terhadap dampak pembangunan sangat penting, karena pelopor pembangunan
maupun masyarakat yang sedang membangun, menginginkan akibat-akibat yang positif dari
pembangunan tersebut. Dampak pembangunan dapat ditekan dengan tahap-tahap sebagai berikut
:
1)
Awareness
2)
Interest
3)
Evaluation
4)
Trial
5)
Adoption
Daftar Pustaka