You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa
yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukannya sebagai
barang buangan yang disebut sampah. Sampah secara sederhana diartikan
sebagai sampah organik dan anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari
berbagai lokasi di suatu daerah. Sumber sampah umumnya berasal dari
perumahan dan pasar. Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat
penduduknya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
volume sampah yang sangat besar sehingga melebihi kapasitas daya tampung
tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial. Penanganannya tidak
memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Sementara kebijakan
pemerintah, dalam memanfaatkan produk samping dari sampah dirasakan belum
maksimal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh
tertumpuknya sampah diberbagai sisi kehidupan, khususnya di kota-kota besar.
Berdasarkan perkiraan, volume sampah yang dihasilkan oleh manusia ratarata sekitar 0,5 kg/perkapita/hari, sehingga untuk kota besar seperti Jakarta yang
memiliki penduduk sekitar 10 juta orang menghasilkan sampah sekitar 5000
ton/hari. Bila tidak cepat ditangani secara benar, maka kota-kota besar tersebut
akan tenggelam dalam timbunan sampah berbarengan dengan segala dampak
negatif yang ditimbulkannya seperti pencemaran air, udara, tanah, dan sumber
penyakit.
Dewasa ini lingkungan yang dikaitkan dengan produk pertanian
sedemikian kuatnya diluncurkan terutama di negara-negara maju, sehingga
penduduknya menuntut agar produk pertanian bebas dari cemaran bahan kimia,
dan mereka mulai lebih suka mengkonsumsi produk yang dihasilkan melalui
proses alami yang dikenal dengan pertanian organik (organic farming).

Pertanian organik merupakan salah satu alternatif budidaya pertanian yang


berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yang bebas dari segala bentuk bahan
inorganik seperti pupuk buatan, pestisida dan zat pengatur tumbuh. Pertanian
organik memadukan berbagai cara seperti pergiliran tanaman, tumpangsari,
penggunaan sisa bahan organik sebagai pupuk, serta pengendalian hama secara
terpadu dengan mengoptimalkan cara biologis
B. Tujuan praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah pemanfaatan bahanbahan organik atau alami seperti sisa-sisa tanaman untuk dijadikan sebagai
kompos pada1t maupun kompos cair.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau alami.
Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi pupuk organik

padat dan pupuk organik cair. Beberapa pupuk organik yang diolah dipabrik misalnya
adalah tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan. Pupuk organik cair antara lain
adalah ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan fermentasi limbah cair peternakan,
fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain (Anonim, 2013).
Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari sampah organik yaitu bahan
organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa
buah-buahan atau sayur- sayuran. Selain mudah terkomposisi, bahan ini juga kaya
akan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Semakin besar kandungan selulosa dari bahan
organik (C/N rasio) maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama
(Anonim, 2013).
Hal yang perlu diingat dalam memilih sampah organik untuk diolah menjadi
pupuk yaitu kandungan bahan organiknya. Ada sebagian bahan organik yang
bergetah dan tidak baik untuk menjadi bahan baku pupuk organik, misalnya daun
damar, pinus, daun bambu, serta daun tembakau(Anoni, 2013).
Menurut Sinaga (2009), berdasarkan cara pembuatannya pupuk organik terbagi
menjadi dua kelompok yaitu :
1. Pupuk organik alami. Jenis pupuk yang tergolong dalam kelompok pupuk organik
alami benar-benar langsung diambil dari alam, seperti sisa hewan, tumbuhan,
tanah baik dengan atau tanpa sentuhan teknologi yang berarti. Pupuk yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain: pupuk kandang, kompos, pupuk hijau,
humus dan pupuk burung.
2. Pupuk organik buatan. Jenis pupuk ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan pupuk
tanaman yang bersifat alami atau non kimia, berkualitas baik, dengan bentuk,
ukuran, dan kemasan praktis, mudah didapat, didistribusikan, dan diaplikasikan,
serta dengan kandungan unsur hara yang lengkap dan terukur. Berdasarkan
bentuknya ada dua jenis pupuk organik buatan yaitu: padat dan cair.
Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang
diperlukan tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan
membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi
lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik.

Hasilnya bunga-bunga berkembang, halaman menjadi asri dan teduh. Hawa menjadi
segar karena oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan (Ono, 2011).
Penggunaan Effective Microorganism (EM4) dalam pembuatan pupuk cair
adalah untuk mempercepat proses fermentasi. Effective Microorganism merupakan
kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri
fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi aktinomisetes dan jamur fermentasi) yang dapat
meningkatkan keragaman mikroba tanah. Pemanfaatan EM4 dapat memperbaiki
pertumbuhan dan hasil tanaman.
EM merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari
lima kelompok, 10 Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM
berupa larutan coklat dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan
anaerob. Meski berbeda, dalam tanah memberikan multiple efect yang secara
dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino,
sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman. Kandungan EM terdiri
dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi dan jamur
fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang menghasilkan
asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya dan
berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk
fermentasi bahan organik jadi asam laktat, percepat perombakan bahan organik,
lignin dan cellulose, dan menekan pathogen dengan asam laktat yang dihasilkan
(Ono, 2011).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal
: Sabtu, 04 Januari 2014
Pukul
: 13.00 s.d 17.30 WITA

Tempat

: Green House Biologi bagian Barat FMIPA UNM

B. Alat dan bahan


1. Alat
a. Parang
b. Gerobak
c. Sekop
d. Panci
Pupuk cair
a. Ember cat ukuran 25 kg + tutup
b. Botol ukuran 1,5 liter
c. Kantong plastik
Pupuk padat
a. Keranjang sampah
b. kardus
2. Bahan
a. Kangkung air (Ipomea aquatica)
b. Kol (Brassica oleracea)
c. Lamtoro (Leucaena leucocephala)
d. Serbuk gergaji
e. Sekam
f. Gula pasir
g. EM4
C. Prosedur Kerja
1. Mencacah sampai halus kangkung, kol dan lamtoro.
2. Mencampur cacahan sayuran dengan serbuk gergaji dan sekam ke dalam
3.
4.
5.
6.
7.

gerobak.
Melarutkan 500 gram gula pasir di dalam air mendidih kemudian didinginkan.
Menambahkan larutan gula ke dalam campuran sayuran.
Menambahkan 2 tutup botol EM4 ke dalam gerobak.
Mengaduk sampai rata campuran sayuran dengan larutan gula dan EM4.
Membagi dua campuran untuk difermentasi menjadi pupuk cair dan pupuk

padat.
Pupuk cair
1. Memasukkan campuran sayuran ke dalam kantong plastik yang sebelumnya
sudah dilobangi menggunakan jarum pentul atau paku kecil kemudian diikat.
2. Memasukkan kantongan ke dalam ember kemudian menekan kantongan
dengan batu agar tenggelam saat ember diisi air.
3. Mengisi ember dengan air bersih kira-kira sampai sejengkal orang dewasa
sebelum bibir ember.

4. Menutup ember dengan rapat kemudian disimpan selama satu minggu di


tempat yang aman dan terlindung dari sinar matahari secara langsung.
5. Menyaring pupuk dari ampas sayuran.
6. Pupuk cair siap digunakan.
Pupuk padat
1. Memasukkan kardus ke dalam keranjang sampah.
2. Memasukkan campuran sayuran ke dalam kardus kemudian ditutup.
3. Menyimpan keranjang selama satu minggu di tempat yang aman dan
terlindung dari sinar matahari secara langsung.
4. Pupuk siap digunakan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Pengamatan
Pupuk cair

Pupuk padat

B Pembahasan
Proses fermentasi dapat dipercepat dengan penambahan bioaktivator yang
merupakan sumber mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh
Konsentrasi gula, karena sukrosa yang terkandung dalam larutan gula merupakan
substrat

yang

mudah

dicerna

dan

dimanfaatkan

untuk

pertumbuhan

mikroorganisme.
Pembuatan pupuk organik cair dengan proses fermentasi keberhasilannya
ditandai dengan adanya lapisan putih pada permukaan, bau yang khas, dan warna
berubah dari hijau menjadi coklat dan pupuk yang dihasilkan berwarna kuning
kecoklatan. Lapisan putih pada permukaan pupuk merupakan actinomycetes,
yaitu jenis jamur tumbuh setelah terbentukya pupuk.
Semakin banyak larutan gula yang digunakan pada pembuatan pupuk, maka
akan semakin cepat pembentukan pupuk. Hal ini menunjukkan larutan gula
merupakan sumber nutrisi sehingga pertumbuhan mikroorganisme selama proses

fermentasi semakin tinggi. Dengan demikian mikroorganisme yang akan


memecah substrat semakin banyak sehingga pupuk akan lebih cepat terbentuk.
Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis
mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini
memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok
kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 6 minggu sudah jadi.
Apabila sampah organik ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi
kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas karena aktivitas
mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organik dan merubahnya
menjadi kompos. Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat
mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh
lingkungan yang optimal untuk berkembang biak.
Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari sampah organik yaitu bahan
organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti
sisa buah-buahan atau sayur- sayuran. Selain mudah terkomposisi, bahan ini juga
kaya akan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Semakin besar kandungan selulosa
dari bahan organik (C/N rasio) maka proses penguraian oleh bakteri akan
semakin lama.
Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang
diperlukan tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan
membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan
menjadi lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh
lebih baik. Hasilnya bunga-bunga berkembang, halaman menjadi asri dan teduh.
Hawa menjadi segar karena oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau
alami. Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari sampah organik yaitu
bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi
seperti

sisa

buah-buahan

atau

sayur-

sayuran.

Penggunaan

Effective

Microorganism (EM4) dalam pembuatan pupuk cair adalah untuk mempercepat


proses fermentasi.
B. Saran
Bagi mahasiswa maupun masyarakat yang ingin membuat pupuk organik
hendaknya memperhatikan dengan baik faktor apa saja yang dapat menunjang
maupun menyebabkan tidak berhasilnya produk yang akan dibuat diantaranya
adalah pemilihan bahan baku.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Pupuk Cair Organik dari Sampah Organik . http://repository.


usu.ac.id/bitstream/123456789/20206/4/chapterii. Diakses pada tanngal 23
Novermber 2013.
Ono, Suyono. 2011. Cara Pembuatan Pupuk Organik Cair dan Kompos. http://
gendonklayan - agrobisnisalagendonbae . blogspot . com/2011/06/carapembuatan-pupuk - organik - cair dan . html. Diakses pada tanngal 23
Novermber 2013.
Zulkarnain. 2010. Dasar-dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta.

You might also like