You are on page 1of 10

Media Farmasi Indonesia Vol 8 No 1

PROFIL FARMAKOKINETIKA NATRIUM DIKLOFENAK


SETELAH PEMBERIAN JUS SAWI HIJAU (Brassica rapa var.
parachinensis L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
1,3)

Ika Puspitanigrum(1), Endang Sri Sunarsih(2), Puspita Sari (3)


Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi
2)
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRACT

Induction of the enzyme is an important rule that has found implications in


pharmacology and toxicology of a drug. Due to the induction of biotransformation
enzymes, the rate as will increase. Mustard green (Brassica rapa var. parachinensis L.)
is one of vegetable which is liked by the people of Indonesia. The content of indole in
the mustard green can act as enzyme in the biotransformation of diclofenac. So it can
decrease the number of active diclofenac inflammatory therapy. this research is an
experiment using 21 white male rats of wistar strain fasted for 12 hours divided into 3
groups each group contains 7 animals,than in their blood taken through orbital vein at
0, 0.5, 0.75, 1, 1.5, 2, 3, 4, 6, 8, 11 hours. Determination of diclofenac sodium performed
with UV spectrophotometer at wavelength of 278 nm. Calculated pharmacokinetic
parameters are (Ke, t , Ka, tmaks, AUC, Cpmaks, Vd, Cl). The parameters are
calculated based on a compartment and analyzed statistically by anova test using SPSS
version 13:00. The results showed the provision of mustrad green juice for 1 day with a
dose of 35.28 g / kg weight for rats and 7 days with a dose of 5.04 g / kg weight for rats
before given diclofenac sodium, the Clereance of diclofenac sodium can increase by
24.3479%, and 33, 38% (P <0.05) and Cpmaks decreased by 50.90% and 68.57% (P>
0.05).
Key words: mustard greens, induction, sodium diclofenac, pharmacokinetics
PENDAHULUAN

perubahannya (metabolit) menjadi tidak

Induksi enzim memegang peranan

atau kurang aktif lagi. Akibat adanya

penting dan mempunyai implikasi yang

induksi enzim maka laju biotransformasi

besar baik dalam farmakologi maupun

akan

toksikologi suatu obat. Biotransformasi

biotransformasi

sebagian besar obat terjadi di dalam hati

jumlah metabolit inaktif yang dihasilkan

karena hati bertindak sebagai organ

meningkat sehingga terjadi penurunan

utama yang bertanggung jawab terhadap

dalam kerja farmakologi obat. Keadaan

biotransformasi obat. Di dalam hati,

tersebut dapat disebabkan oleh senyawa

sebagian atau seluruh obat mengalami

yang mempunyai sifat menginduksi

perubahan dan pada umumnya hasil

enzim pemetabolisme yang diberikan

meningkat.

Peningkatan
ini

laju

mengakibatkan

510

Media Farmasi Indonesia Vol 8 No 1


bersama-sama dengan obat (Katzung,
2001 : 96).

Natrium diklofenak

merupakan

obat yang dimetabolisme pada fase I dan

Sawi hijau (Brassica rapa var.

fase II. Kandungan sawi hijau yang

parachinensis L.) adalah salah satu jenis

diduga

sayuran yang sangat digemari oleh

metabolisme na.diklofenak adalah indol

masyarakat

Indonesia,

dan sulforafan. Indol bekerja dengan

diklofenak

merupakan

sedangkan
derivat-

dapat

meningkatkan

meningkatkan

laju

sintesis

sitesis

fenilasetat yang termasuk NSAID dan

sitokrom P450 pada metabolisme obat

mempunyai efek farmakologi seperti

fase I di hati, sedangkan sulforafan

efek

bekerja meningkatkan enzim mikrosome

analgesik,

antiradang

antipiretik. (Tjay dan

dan

Kirana, 2007 :

332). Absorbsinya melalui saluran cerna

yang

bekerja

untuk

konjugasi

glukoronat pada metabolisme fase II.

dan mempunyai waktu paruh yang

Hal ini dianggap menarik untuk

singkat 1-3 jam (Ganiswara 2007 : 240).

diteliti apakah ada pengaruh sawi hijau

Kandungan indol yang terdapat

yang

termasuk

dalam

familia

pada berbagai macam sayuran hijau

Brassicaceae terhadap biotransformasi

khususnya familia Brassicaceae mampu

obat

bertindak sebagai induktor yang mampu

diklofenak

meningkatkan

farmakokinetikanya.

biotransformasi

suatu

lain

khususnya
dilihat

obat
dari

natrium
parameter

obat (Smith dan Yang 1994 : 21-27).


Penelitian yang dilakukan oleh Indriati

METODOLOGI PENELITIAN

(2008) menyimpulkan bahwa kubis

Obyek Penelitian

bunga

(Brassica

oleracea

L.

var.

Obyek

yang

digunakan

dalam

ini

adalah

profil

botrytis L.) mampu menurunkan daya

penelitian

anti inflamasi dari natrium diklofenak

farmakokinetika natrium diklofenak.

sehingga

Variabel Penelitian

natrium

terapi

inflamasi

diklofenak

tidak

Variabel bebas pada penelitian ini

maksimal. Zulfia (2002) melaporkan

adalah dosis dan lama pemberian jus

bahwa sawi hijau mampu menginduksi

sawi hijau. Variabel tergantung pada

biotransformasi konjugasi glukuronat

penelitian

serta

farmakokinetika

asetilasi

sehingga

dari

menjadi

dengan

sulfametoksazol

mempengaruhi

farmakokinetikanya.

profil

ini

adalah

profil

natrium diklofenak

yang meliputi Ka, Ke, t, tmaks, Cpmaks,


Vd, Cl, AUC. Variabel terkendali yang
harus dikendalikan adalah dosis sawi
511

Media Farmasi Indonesia Vol 8 No 1


hijau dan natrium diklofenak, waktu

dihitung untuk menentukan validitas

sampling darah, tikus putih, umur, ras,

metode.

berat badan, jenis kelamin, makanan,

Dua puluh satu tikus putih jantan

minuman, suhu, lingkungan, tempat

galur

dibagi ke dalam 3 kelompok,

tumbuh sawi hijau.

yaitu

kelompok

kontrol,

kelompok

praperlakuan 1 hari dosis 35,28g/kg BB


tikus (P-I) dan kelompok praperlakuan 7
Bahan dan Alat

hari dosis 5,04 g/kg BB (P-II) . Tikus

Bahan yang digunakan dalam


penelitian

ini

adalah

sawi

pada

kelompok

kontrol

diberi

hijau

Na.diklofenak dengan dosis 6,3 mg / Kg

(Brassica rapa var. parachinensis L ),

BB tikus, sedangkan kelompok P-I dan

natrium

LKT

P-II masing-masing diberi jus sawi hijau

yang

kemudian diberi Na.diklofenak dengan

digunakan tikus putih jantan galur

dosis yang sama dengan kelompok

wistar jumlah 21 ekor, umur 2-3 bulan

kontrol. Cuplikan darah diambil pada

dengan berat 150-250 gram.

jam ke 0 ; 0,5 ; 0,75 ; 1 ; 2,5 ; 3 ; 3.5 ;

diklofenak

laboratories,inc.

Hewan

uji

Alat yang dipakai adalah beaker

4 ; 5 ; 8 ; 11 lalu kadar na.diklofenak

glass, gelas ukur, labu takar, corong

dalam sampel darah ditetapkan. tmaks, Cp

kaca, eppendrof, scalpel, sonde, mortir,

maks,

stemper, panci, vortex, triple beam

kelompok dihitung, selanjutnya data

balance (ohaus), spektrofotometer UV-

diuji secara statistik. SPSS 13.00.

Visibel,

Apabila

timbangan

digital

dan

dan AUC dari masing-masing

data

farmakokinatika

timbangan analitik.

diperoleh

Prosedur Kerja

homogen, maka dilakukan uji anova..

Larutan stok natrium diklofenak

Apabila

terdistribusi
data

normal

yang

farmakokinetika

dan
yang

dibuat, lalu diencerkan menjadi deret

diperoleh tidak terdistribusi normal dan

baku dengan kadar 6 g/ml, 10 g/ml,

tidak homogen, maka dilakukan uji

14 g/ml, 16 g/ml, 18 g/ml, 22 g/ml

Kruskal Wallis.

g/ml. Serapan deret baku diukur pada


panjang gelombang maksimal. Larutan
dengan kadar 10 dan 14 g/ml dibuat

HASIL DAN PEMBAHASAN


Langkah

pendahuluan

yang

dan dibaca serapannya pada panjang

dilakukan dalam penelitian ini adalah

gelombang

Recovery,

validasi metode yang bertujuan untuk

kesalahan acak, dan kesalahan relatif

mengetahui kevalidan dari suatu metode

yang

sama.

512

Media Farmasi Indonesia Vol 8 No 1


penetapan kadar Na- diklofenak dalam

absorban

darah.

telah

Panjang gelombang maksimal yang

parameter-

diperoleh dari penelitian ini adalah 278

Jika

dinyatakan

suatu
valid,

parameter

metode

maka

farmakokinetik

yang

nm.

yang

Langkah

paling

maksimal.

selanjutnya

adalah

diperoleh dari metode tersebut dapat

membuat kurva baku yang digunakan

dipercaya.

yaitu

sebagai acuan dalam penetapan kadar

sensistivitas, spesifisitas, akurat, presisi,

na.diklofenak dalam sampel darah. Dari

dan praktis.

kurva baku diperoleh persamaan regresi

Kriteria

validasi

Langkah awal validasi metode

linier

antara

kadar

Na-diklofenak

adalah penetapan panjang gelombang

terhadap absorbansi adalah y = 0,02016

() maksimal yang bertujuan untuk

x 0,0240 dengan koefisien korelasi (r)

memperoleh panjang gelombang yang

adalah 0,9931.

memiliki kepekaan dalam pembacaan

Tabel 1.

Harga perolehan kembali (recovery) dan kesalahan acak natrium


diklofenak dalam plasma darah tikus putih jantan galur wistar
Kadar
sebenarnya
(g/ml)

No
1
2
3
4
5

10,00
Purata SD

1
2
3
4
5

14,00
Purata SD

Metode

Kadar Terukur
(g/ml)

Recovery (%)

Kesalahan
sistematik (%)

9,5204
9,7188
9,4708
9,5700
9,9750
9,651 0,2035
13,3888
12,8432
12,8928
13,3392
12,8432
13,0614 0,28

94,88
96,90
94,80
95,01
95,94
95,510,90
95,73
92,29
91,92
95,01
91,72
93,33 1,89

5,12
3,10
5,20
4,99
4,06
4,49 0,90
4,27
7,71
8,08
4,99
8,28
6,67 1,89

2,11%

2,12%

kadar

sistematiknya kurang dari 10 % (Pachla,

yang

1986 : 333). Hasil validasi metode dapat

ini

dilihat pada tabel 1. Penentuan jadwal

dinyatakan valid karena mempunyai

sampling pada penelitian ini awalnya

recovery

mengacu

Na.diklofenak
digunakan

kesalahan

penetapan

Kesalahan
Acak (%)

dalam
pada

sebesar
acak

darah
penelitian

80-120
serta

dan

kesalahan

pada

Na.diklofenak

t
secara

eliminasi

teori

yaitu
513

Media Farmasi Indonesia Vol 8 No 1


berkisar 1-3 jam (Ganiswara, 2007:
240).

Berdasarkan

hasil

Penentuan

orientasi,

jadwal

sampling

untuk penelitian selanjutnya didasarkan

diperoleh hasil t eliminasi 3,02 jam

pada

dan tmaks dicapai pada 1,68 jam. Secara

didapat, yaitu tiap fase minimal 3 titik

teoritis, lama waktu sampling untuk

pencuplikan dan 3 titik pencuplikan di

sampel data darah yang ideal adalah

sekitar puncak. Hasil kurva hubungan

selama 3-5 t eliminasi, karena obat

log kadar dengan waktu pada penentuan

diasumsikan

dari

jadwal sampling menunjukkan bahwa

tubuh sebesar 99,9 % dalam rentang

natrium diklofenak mengikuti model 1

waktu tersebut sehingga kadar obat yang

kompartemen terbuka yang ditampilkan

tersisa dalam tubuh sangat kecil.

pada gambar 2.

telah

tereliminasi

t eliminasi dan tmaks yang

waktu sampling
100
10
1
0.1

Cp (g/ml)

Gambar 2.

Kurva semilogaritma waktu (jam) terhadap kadar natrium


diklofenak dalam darah (g/ml) pada penentuan model
kompartemen dan jadwal sampling

Berdasarkan data yang diperoleh dari

perhitungan

penelitian ini, tampak pada Gambar 3

farmakokinetika

praperlakuan sawi hijau

masing-masing kelompok.

dosis 35,28

parameter-parameter
na.diklofenak

pada

g/kg BB sekali sehari (P-I) dan dosis

Kecepatan absorbsi (Ka) pada

5,04 g/kg BB sekali sehari selama 7 hari

kelompok kontrol sebesar 1,4171

(P-II) dapat berpengaruh pada profil

0,3015 jam-1, sedangkanpada kelompok

kadar

kadar

P-I dan P-II mengalami penurunan

na.diklofenak dalam darah mengalami

menjadi 0,8885 0,0528 dan0,7085

penurunan. Untuk melihat lebih lanjut

0,0425

seberapa besar pengaruh pemberian sawi

dikarenakan

hijau maka pada Tabel 2 diberikan hasil

mengandung zat besi (Fe), kalsium (Ca)

na.diklofenak

dimana

jam-1.

Hal

pada

ini
sawi

mungkin
hijau

514

Media Farmasi Indonesia Vol 8 No 1


dan Unsur logam Ca, Fe tersebut dapat

dan P-II meningkat menjadi 1,8808

membentuk

dengan

0,0879 dan 2,2328 0,1080 jam dimana

diserap,

antar kelompok terdapat perbedaan yang

sehingga menyebabkan penurunan laju

signifikan (P < 0,05). Cpmaks kelompok

absorbsi na.diklofenak di saluran cerna.

kontrol

Adanya perubahan Ka maka waktu obat

g/ml. Sedangkan kelompok P-I dan P-

maksimum (tmaks) dan kadar puncak

II mengalami penurunan yang signifikan

(Cpmaks) mengalami perubahan pula. tmaks

secara menjadi 12,9671 1,2297 dan

kelompok

8,3012 0,4892 g/ml.

kompleks

na.diklofenak

yang

kontrol

sulit

sebesar1,5186

sebesar, 26,4106 7,9910

0,1559 jam, sedangkan kelompok P-I

Antar kelompok
100
kontrol +

10

1 hari
7 hari

Cp (g/ml)
1

0.1
0.5

Gambar 3.

Kurva Semilogaritma Hubungan Waktu (jam) Terhadap Kadar


Natrium Diklofenak (g/ml) Dalam Darah Tikus Putih Jantan
Galur wistar Antar Kelompok

Harga luas daerah di bawah


kurva kadar terhadap waktu (AUC)
kelompok

sebesar,

perbedaan yang bermakna.

76,2331

Harga volume distribusi (Vd)

g.jam.ml-1 sedangkan kelompok P-I

kelompok kontrol sebesar 337,93

dan P-II mengalami penurunan menjadi

15,55 ml kg/BB, sedangkan kelompok

61,8404

kontrol

berdasarkan data statistika tidak terdapat

g.jam.ml-1

dan

57,1831

P-I dan P-II mengalami peningkatan

g.jam.ml-1. Penurunan purata AUC

yang signifikan secara statistik menjadi

yang dipengaruhi oleh penurunan Cp, Cl

354,7356 12,92 dan 426,0030 14,51

dan Ka pada kedua kelompok perlakuan

ml kg/BB. Hal ini berarti bahwa


515

Media Farmasi Indonesia Vol 8 No 1


pemberian

jus

sawi

hijau

tidak

mempengaruhi efektivitas penyebaran

Na.diklofenak

dalam

tubuh

secara

bermakna.

Tabel 2. Nilai purata parameter farmakokinetika natrium diklofenak dengan dosis


6,3 mg/kg BB pada tikus kelompok kontrol dan kelompok uji I
(pemberian jus sawi hijau dosis 35,28 g/kg BB selama 1 hari sebelum
pemberian natrium diklofenak) dan kelompok uji II (pemberian jus sawi
hijau dosis 5,04 g/kg BB selama 7 hari sebelum pemberian natrium
diklofenak)
Parameter
Farmakokinetika
K (jam-1)

Kontrol
0,2452 0,0158

t (jam)

2,8367 0,1846

Ka (jam-1)

1,4171 0,3015

tmaks (jam)

1,5186 0,1559

Cpmaks(g/ml)

26,4106 7,9910

AUC (g.jam.ml-1)

76,2331 1,8873

Vd (ml. kg. BB-1)

337,9296 15,5508

Cl (ml, jam-1.kg BB-1)

82,6682 2,0346

Kelompok
Uji I
0,2877 0,0121
+ 17,3328*
2,4127 0,0997
- 14,9469*
0,8885 0,0528
- 37,3015*
1,8808 0,0879
+ 23,8509*
12,9671 1,2297
- 50,90*
61,8404 1,6601
- 18,8798*
354,7356 12,9230
+ 5,8609*
102,7962 3,04551
+ 24,3479*

Uji II
0,2597 0,0078
+ 5,9135*
2,6787 0,0989
- 5,5698*
0,7085 0,0425
- 50,0035*
2,2328 0,1080
+47,0301*
8,3012 0,4892
- 68,5687*
57,1831 1,7533
- 24,9891*
426,0030 14,5097
+ 26,0626*
110,2632 3,4372
+ 33,3804*

Keterangan :
* : merupakan persentase beda antara kelompok perlakuan terhadap kelompok kontrol
+ : terjadi kenaikan
- : terjadi penurunan
Kinetika eliminasi pada nilai

menjadi 2,4127 0,0997dan 2,6787

kecepatan eliminasi (Ke) dan waktu

0,0989 jam yang mana secara statistik

paruh

terjadi

mengalami perbedaan signifikan antara

peningkatan Ke secara signifikan yaitu

kelompok kontrol dengan kelompok P-I

sebesar 0,2452 0,0158 jam-1 menjadi

dan P-II.

(t),

menunjukkan

0,2877 0,0121dan 0,2597 0,0078

Nilai purata clearance (Cl) pada

pada kelompok P-I dan P-II. Sedangkan

kedua kelompok perlakuan mengalami

t kelompok kontrol sebesar 2,8367

peningkatan yaitu sebesar 82,6682

0,1846

2,0346 ml/jam kg BB menjadi 102,7962

jam

mengalami

penurunan

516

Media Farmasi Indonesia Vol 8 No 1


3,04551 dan 110,2632 3,4372ml/jam

meningkatnya Keliminasi, tmaks, Cl secara

kg

bermakna

bermakna, menurunya t

clearance

Cpmaks, AUC secara berbeda bermakna

BB

secara

(>0,05).

berbeda

Parameter

eliminasi

, Ka,

bermanfaat untuk menilai keefektifan

serta meningkatkan

pengurangan obat, maka pemberian jus

bermakna. Pemberian jus sawi hijau

sawi hijau 1 hari dosis 35,28 mg/kg BB

dosis 7 hari dengan dosis 5,04 g/kg bb

dan 7 hari dosis 5,04 g/kg BB berturut-

tikus dengan praperlakuan 1 hari dengan

turut

dosis

sekali

mempengaruhi

sehari

ternyata

kemampuan

tubuh

(efektivitas) untuk mengeliminasi obat.


Kenaikan

nilai

Cl

akan

35,28

g/kg

bb

Cl

dan

meningkatkan
Cpmaks

Vd secara tidak

natrium

tikus

dapat

menurunya

diklofenak

secara

bermakna ( p>0,05 ) sebesar 33,38%

menyebabkan Cpmaks dan AUC menurun.

dan 24,35% serta 68,57% dan 50,90% .

Peristiwa ini dapat menggambarkan

DAFTAR PUSTAKA

terjadinya

induksi

enzim

yang

ditunjukkan dengan adanya obat yang

Indriati.2008 Pengaruh praperlakuan jus

dimetabolisme dalam hati dalam jumlah

kubis bunga terhadap aktivitas

yang banyak, sehingga makin sedikit

natrium

obat yang berada di dalam tubuh. Nilai

Semarang : Sekolah Tinggi Ilmu

Ke yang semakin besar pada kedua

Farmasi

kelompok perlakuan juga menunjukkan

Semarang.

adanya induksi enzim karena obat

Katzung,

B.G.

diklofenak.
Yayasan
2001.

Skripsi.
Pharmasi

Farmakologi

menjadi semakin singkat berada di

Dasar

dalam tubuh. Adanya perubahan nilai-

Diterjemahkan

nilai parameter Ke, Cpmaks, AUC yang

Farmakologi

bermakna, maka dapat menyebabkan

Universitas Airlangga. Jakarta :

penurunan

Salemba Medika

efek

terapi

natrium

diklofenak. Pengukuran menggunakan


HPLC

sebaiknya

digunakan

untuk

keakuratan data.

Pachla,

L.A.,
Reynolds,

dan

Klinik.
oleh

Bagian

Kedokteran

Wright,

D.S.,

D.L.

dan
1986.

Bioanalytic Cosideration For


Pharmacokineticand

KESIMPULAN
Pemberian

jus

Biopharmaceutic
sawi

hijau

dapat

mempengaruhi profil farmakokinetika

Studies.

J.

Clin. Pharmacol. Nomor 26 :


332-335

natrium diklofenak dibuktikan dengan


517

Media Farmasi Indonesia Vol 8 No 1


Shargel, L., Wu-Pong, S., dan Yu, A.B.C.
2005.

Applied

Sampingnya.

Jakarta

Gramedia

Biopharmaceutics

and

Zulfia. 2002. Pengaruh Praperlakuan

Pharmacokinetics.

Fifth

Sawi hijau Terhadap Profil

Edition.The

McGraw-Hill

Companies

Sulfametoksazol.

Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2007. ObatObat

Penting

Pengunaan,

Farmakokinetika

dan

Khasiat,

Skripsi.

Yogyakarta : Universitas Islam


Indonesia

Efek-Efek

518

You might also like