Professional Documents
Culture Documents
IDENTITAS PASIEN
Nama: An. D
Umur: 2 tahun 6 bulan
Jenis Kelamin: laki-laki
Kebangsaan: Indonesia
Suku bangsa: Agama: Islam
Alamat: Jalan Bekasi 15 no 6
Ibu
Jenis kelamin
Suku bangsa
Laki-laki
Perempuan
Agama
Islam
Islam
Pendidikan
SMA
Pekerjaan
Polisi
Penghasilan
Alamat
Jalan Bekasi 15 no 6
Nama
Usia
Jalan Bekasi 15 no 6
II. ANAMNESIS
Keterangan didapat secara alloanamnesis dari ibu pasien pada tanggal 18 Maret 2013
Keluhan utama: pucat sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan tambahan: demam dan batuk berdahak
Riwayat perjalanan penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan pucat sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
juga mengalami demam. Demam naik turun dan suhu tidak diukur. Tidak ditemukan kejang
maupun keringat dingin pada pasien. Pasien diberikan terapi paracetamol tapi tidak
mendapatkan perbaikan yang berarti. Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan tidak
mau makan setiap kali diberikan makanan. Apabila pasien makan maka akan dimuntahkan
setelahnya. 5 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami batuk berdahak dengan
sputum berwarna kuning keputihan dan agak kental. Pasien memiliki riwayat rawat di rumah
sakit 2 minggu sebelumnya. Keluhan yang dialami pasien saat itu adalah tampang kuning dan
diagnosis kerja terakhir ditemukan anemia yang disebabkan thalasemia beta mayor. Pasien
datang ke rumah sakit dengan membawa hasil laboratorium analisa hemoglobin.
Riwayat penyakit dahulu:
Penyakit
Faringitis/tonsilitis
Pneumonia
Bronkitis
Morbili
Pertusis
Varicella
Difteri
Malaria
Polio
Enteritis
Disentri basiler
Disentri amoeba
Thyphus abdominalis
Cacing
Operasi
Gegar otak
Fraktur
Reaksi obat
Keterangan
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Riwayat kelahiran
Tempat persalinan: Rumah sakit
Penolong persalinan: dokter
Cara persalinan: spontan per vaginam
Masa gestasi: 9 bulan
Berat badan lahir: 3200 gram
Riwayat postnatal
Pemeriksaan di: rumah sakit
Keadaan anak: sehat
Riwayat perkembangan
Perkembangan psikomotor pasien:
Senyum: 2 bulan
Miring: 4 bulan
Tengkurap: 5 bulan
Duduk: 7 bulan
Merangkak: 10 bulan
Berdiri: 11 bulan
Berjalan: 14 tahun
Riwayat makan
usia
0-3 bulan
4-6 bulan
7-9 bulan
10-12
ASI/PASI
ASI
ASI
ASI + PASI
ASI + PASI
Buah/sayur
(-)
(-)
(+)
(+)
Bubur tim/biskuit
(-)
(-)
(+)
(+)
bulan
13-15
ASI+PASI
(+)
(+)
bulan
16-18
ASI+PASI
(+)
(+)
bulan
> 18 bulan
PASI
(+)
(+)
Riwayat imunisasi
Vaksin
BCG
Hepatitis B
Polio
Campak
Jumlah pemberian
1x
3x
4x
1x
Waktu pemberian
2 bulan
0,1,6 bulan
0,2,4,6 bulan
9 bulan
DPT
3x
2,4,6 bulan
Riwayat keluarga
Riwayat pernikahan orang tua
Ayah: pernikahan pertama
Ibu: pernikahan pertama
Tanda-tanda vital
Laju nadi: 120x/menit
Laju napas: 38x/menit
Suhu: 37,9 0C
Data antropometri
Berat badan: 12 kg
Tinggi badan: 90 cm
WFA: 12/13.2 x 100% = 91.5%
HFA: 90/91 x 100% = 98%
WFH: 12/13.1 x 100% = 91.6%
Thorax:
Jantung:
Paru-paru:
Abdomen:
Hasil
Nilai rujukan
> 13
> 40.0
(-)
2-2.8
2
Pemeriksaa
n
18/3/2013
22/3/201
Hasil
24/3/201
Nilai normal
24/3/2013
27/3/2013
Hematologi
Lengkap
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
4,9
8.200
14
165.000
16.8
4.200
16.9
4.700
48
32.000
48
29.000
17.2
6.000
47
39.000
15.3
6.200
13-16 g/dl
5.000-
43
82.000
10.000/uL
40-48%
150.000450.000
Hitung jenis
leukosit:
Basofil
4
40
50
6
0-1%
1-3%
2-6%
50-70%
20-40%
2-8 %
Monosit
Laju endap
15 mm/jam
darah
Eritrosit
C-Reactive
6.24
Non-
4.5-5.5juta/uL
Non reaktif
Protein
reaktif
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Pemeriksaan elektrolit
Hasil
Nilai rujukan
129
3.6
102
135-145 mmol/L
3.8-5.0 mmol/L
98-106 mmol/L
Pemeriksaan Kimia
Klink
Ureum
Kreatinin
Gula Darah Sewaktu
Hasil
18/3/2013
22/3/2013
18
0.8
97
15
0.6
157
Nilai Rujukan
10-50 mg/dl
0,5-1,5 mg/dl
< 200 mg/dl
Hasil
Nilai rujukan
5.5
3.3
2.2
0.55
0.27
0.28
153.7
24.1
162
15
67
300
6-8.7 g/dl
3.5-5.2 g/dl
2.5-3.1 g/dl
< 1.5 g/dl
< 0.5 mg/dl
< 1.0 mg/dl
< 37 u/L
< 40 u/L
< 200 mg/dl
35-55 mg/dl
< 160 mg/dl
< 200 mg/dl
Pemeriksaan
Hasil
Nilai rujukan
imunoserologi virus
(27 Maret 2013)
Anti Dengue IgG/IgM
Anti dengue IgM
Anti dengue IgG
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan pucat sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
juga mengalami demam. Demam naik turun dan suhu tidak diukur. Tidak ditemukan kejang
maupun keringat dingin pada pasien. Pasien diberikan terapi paracetamol tapi tidak
mendapatkan perbaikan yang berarti. Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan tidak
mau makan setiap kali diberikan makanan. Apabila pasien makan maka akan dimuntahkan
setelahnya. 5 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami batuk berdahak dengan
sputum berwarna kuning keputihan dan agak kental.
TATALAKSANA
IVFD KAEN 3B
Cefixime 2 x 50 mg
Ambroxol syr 3 x 1 mg
Paracetamol syr 4 x 1 cth
Inj cefotaxime 2 x 500mg
Inj amikin 2 x 50 mg
Inj meropenem 2 x 500mg
Inj lasix 10 mg
Inj dexamethasone 3 x 1 mg
Aminofusin pediatri 100 cc
Inhalasi 3x/hari
Candistatin 3 x 1 mg
Transfusi PRC
Curvit syr
VIII. Prognosis
Quo ad vitam: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam: dubia ad malam
Quo ad sanationam: dubia ad malam
IX. PEMANTAUAN HARIAN PASIEN
HR: 120x/menit
RR: 38x/menit
Suhu: 37,9 oC
Mata: KA +/+
Kulit: ikterik
Anemia
e.c
bau asam)
HR: 108x/menit
RR: 36x/menit
Suhu: 39,1 oC
Mata: KA+/+
Ekstremitas: akral pucat
suspek Anemia gravis e.c suspek
thalasemia
BAB
pneumonia
IVFD KAEN 3B 14TPM
IVFD KAEN 3B 14 TPM
IVFD KAEN 3B 14 TPM
Transfusi PRC 50cc (I), Transfusi PRC 100 cc (I), Transfusi PRC 100 cc (I),
75cc (II-III)
Inj cefotaxime 2 x 500mg
Paracetamol syr 4 x 1 cth
150 cc (II-III)
Ambroxol syr 3 x 1 cth
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Cefixime 2 x 50 mg
Inj lasix 10 mg
Inj amikin 2 x 50mg
Inj cefotaxime 2 x 500mg
150 cc (II-III)
Ambroxol syr 3 x 1 cth
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Inj meropenem 2 x 500mg
Inhalasi ventolin amp +
NaCl 1 ml
Inj dexamethasone 3 x 1
mg
Nystatin 3 x 1 mg
Lab
cair
Hb: 4,9
Rontgen
thorax:
bronkopneumonia
Leukosit: 8.200/uL
Ht: 14%
Trombosit: 165.000/uL
Na: 129 mmol/L
K: 3.6 mmol/L
Ureum: 18 mg/dl
Kreatinin: 0.8 mg/dl
GDS: 97 mg/dl
kesan
sudah
membaik,
berwarna
O
dan
HR: 100x/menit
RR: 46x/menit
Suhu: 36 oC
Mata: KA +/+
Hidung: nasal flaring
Paru: ronki +/+
+/+
Ekstremitas: edema pitting
Anus: kemerahan
+/+
daerah pantat
Anus: kemerahan pada
daerah pantat
Anemia e.c thalasemia dan Anemia e.c
beta
HR: 96x/menit
RR: 30x/menit
Suhu: 36,9 oC
Abdomen: hepar
thalasemia Thalasemia
mayor
teraba
pada
beta
HbE
pneumonia
IVFD KAEN 3B 14 TPM
IVFD KAEN 3B 14 TPM
Transfusi PRC 100 cc (I), Paracetamol syr 4 x 1 cth
Inj meropenem 2 x 500mg
150 cc (II-III)
Inhalasi 3x (ventolin
Paracetamol syr 4 x 1 cth
Inj meropenem 2 x 500mg
amp + pulmicort 1/2 amp
Inhalasi 3x (ventolin amp
+ NaCl 1 ml)
+ pulmicort 1/2 amp + NaCl Inj dexamethasone 3 x 1
1 ml)
Inj dexamethasone 3 x 1 mg
Candistatin 3 x 1 mg
Inj lasix 1 x 10 mg
Aminofusin pediatri 100cc
Lab
hijau
berlendir
HR: 96x/menit
RR: 30x/menit
Suhu: 37,2 oC
Mata: KA+/+
Ekstremitas: edema pitting
bronkopneumonia
P
BAB
mg
Candistatin 3 x 1 mg
Inj lasix 1 x 10 mg
Aminofusin pediatri 100cc
Ambroxol 3 x 1 cth
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Hb: 16,8 g/dl
Leukosit: 4.200/uL
mg
Candistatin 3 x 1 mg
Inj lasix 1 x 10 mg
Aminofusin pediatri 100cc
Ambroxol 3 x 1 cth
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Hb: 16,9 g/dl, 17.2 g/dl
Leukosit:
4.700/uL,
Ht: 48%
6.000/uL
Ht: 48%, 47%
Trombosit: 32.000/uL
Trombosit:
39.000/uL
SGOT: 153,7/uL
Trigliserida: 300 mg/dl
29.000/uL,
S
O
A
P
kering
HR: 96x/menit
HR: 96x/menit
RR: 32x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,2 oC
Suhu: 36,8 oC
Lidah: coated tongue
pada Anus: kemerahan pada
daerah pantat
mayor Thalasemia beta
dengan bronkopneumonia
IVFD KAEN 3B 14 TPM
Inj meropenem 2 x 500mg
Inhalasi 2x (ventolin amp
+ pulmicort 1/2 amp + NaCl
1 ml)
Inj dexamethasone 3 x 1 mg
Aminofusin pediatri 100cc
Sangobion syr
Curvit syr
mayor Thalasemia
beta
HbE
dengan pneumonia
IVFD KAEN 3B 14 TPM
Paracetamol syr 4 x 1 cth
Inj meropenem 2 x 500mg
Inj dexamethasone 3 x 1
dengan pneumonia
IVFD KAEN 3B 14 TPM
Paracetamol syr 4 x 1 cth
Inj meropenem 2 x 500mg
Inj dexamethasone 3 x 1
mg
Aminofusin pediatri 100cc
Ambroxol 3 x 1 cth
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Inj lasix 3 x 1 mg
mg
Aminofusin pediatri 100cc
Ambroxol 3 x 1 cth
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Inj lasix 1 x 5 mg
Curvit syr 3 x 1cth
Hb: 15,3 g/dl
Leukosit: 6.200/uL
Ht: 43%
Lab
Trombosit: 82.000/uL
Anti dengue IgM negatif
Anti dengue IgG negatif
X. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik yang disebabkan oleh defek
genetik pada pembentukan rantai globin. Pada thalasemia terjadi kelainan sintesis
hemoglobin secara genetik. Kelainan sintesis hemoglobin heterogen akibat
pengurangan produksi satu atau lebih rantai globin. Hal ini mengakibatkan
ketidakseimbangan produksi rantai globin
Klasifikasi
Secara klinis, thalasemia dibagi menjadi tiga yaitu talasemia mayor, talasemia
minor/karier, dan talasemia intermedia. Pada talasemia mayor, pasien cenderung
tergantung pada transfusi darah, sedangkan pada talasemia minor cenderung sehat atau
tak muncul gejala yang berarti. Bentuk homozigot akan tampak gejala khas talasemia
mayor, sedangkan bentuk heterozigot akan hanya tampak gejala talasemia minor.
Etiologi
Talasemia terjadi karena kelainan hemoglobinopati herediter autosomal resesif
yang mengganggu pembentukan struktur globin. Keadaan ini dipengaruhi oleh letak
dan luas defek yang terjadi di kromosom 11 dan 16.
Jenis
Secara umum terdapat 2 jenis talasemia yaitu talasemia alfa dan beta. Pada
talasemia alfa produksi dari gen alfa globin berkurang atau menghilang, sedangkan
pada talasemia beta produksi gen beta globin menghilang atau berkurang sebagian.
Patofisiologi
Proses terjadinya talasemia alfa dan beta sangatlah berbeda. Pada talasemia
beta terjadi produksi gen beta globin yang inadekuat dan mengakibatkan penurunan
jumlah produksi hemoglobin normal, HbA (22). Selain itu juga terjadi
ketidakseimbangan produksi rantai alfa dan beta globin. Dalam sumsum tulang ,
mutasi talasemia menganggu proses maturasi dari sel darah merah yang berujung pada
eritropoesis yang tidak efektif. Kondisi ini menyebabkan hiperaktivitas dari sumsum
tulang dan pasien memiliki retikulosit yang sedikit dan anemia berat. Pada talasemia
beta, terjadi kelebihan rantai alfa globin dibanding rantai beta dan gama globin
sehingga terbentuklah tetramer alfa globin (4). Tetramer tersebut berinteraksi dengan
membran sel eritrosit dan menurunkan umur ketahanan eritrosit. Selanjutnya kondisi
ini mengakibatkan terjadinya anemia. Selain itu, produksi dari rantai gamma globin
juga meningkat sehingga mengakibatkan produksi HbF (22) yang tinggi. Produksi
rantai globin meningkat dan terbentuklah HbA2 (22) pada talasemia beta.
Pada talasemia alfa, terdapat rantai alfa yang sedikit dan rantai beta dan gamma
globin yang berlebih. Kondisi ini membuat terbentuknya Hb Bart (4) pada masa fetus
dan HbH (4) sesudah kelahiran. Tetramer abnormal ini tidaklah mengancam nyawa
tetapi dapat mengakibatkan hemolisis ekstravaskular.
Pada talasemia alfa, gejala muncul pada masa fetus prenatal karena sifat HbF
yang membutuhkan produksi rantai alfa globulin, sedangkan pada talasemia beta,
gejala cenderung muncul saat postnatal karena anak lebih membutuhkan HbA yang
butuh produksi rantai beta globulin yang adekuat.
Gejala klinis
Gejala klinis pada anak dengan talasemia beta homozigot dan heterozigot akan
memperlihatkan gejala klnis sejak lahir seperti gagal tumbuh, kesulitan makan, infeksi
berulang, dan kelemahan umum. Bayi juga bisa tampak pucat dan didapatkan
splenomegali. Gejala klinis dapat dibagi berdasarkan dapat atau tidaknya transfusi.
Apabila anak cukup dapat transfusi maka pertumbuhan dan perkembangannya
biasanya normal dan tidak ditemukannya splenomegali. Bila terapi kelasi efektif, anak
bisa tumbuh sampai pubertas dan dewasa secara normal. Bila terapi kelasi tidak
adekuat, maka dapat terjadi penumpukan besi dan dapat mengakibatkan pertumbuhan
dewasa tidak tercapai, komplikasi hati, endokrin dan jantung. Diabetes, hipertirodi,
hipoparatiroid dan gagal hati progresif juga dapat tampak. Tanda seks sekunder juga
akan terlambat dan tidak timbul. Kematian juga dapat muncul pada penderita dengan
penimbunan besi dan muncul gagal jantung oleh infeksi atau aritmia yang muncul
akhir dekade dua atau awal dekade tiga.
Pada pasien dengan transfusi yang tidak adekuat, maka pertumbuhan dan
perkembangan
akan
terlambat.
Splenomegali
yang
progresif
dan
diikuti
perawakan pendek. Gejala lain yang dapat muncul seperti hiperpigmentasi kulit dan
pubertas yang terlambat.
Pemeriksaan penunjang yang bermakna dan berguna adalah pemeriksaan darah
tepi. Pasien talasemia memiliki hemoglobin yang rendah. Dari hapus darah tepi
ditemukan bentuk eritrosit mikrositer, hipokrom, anisositosis, poikilositosis, sel
eritrosit muda, fragmentosit serta sel target. MCV, MCH dan MCHC pada pasien juga
mengalami penurunan. Akan tetapi diagnosa pasti dari talasemia adalah menggunakan
tes elektroforesis hemoglobin. Pada pemeriksaan tersebut dapat ditemukan
peningkatan HbA2 dan HbF serta absensi dari HbA. Talasemia beta memiliki kadar
HbF sekitar 20-90%.
Tatalaksana
Beberapa tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien talasemia diantaranya
seperti transfusi darah, terapi kelasi, splenektomi dan transplantasi sumsum tulang.
Transfusi sel darah merah
Pemberian transfusi sel darah merah yang teratur dapat mengurangi komplikasi
anemia dan eritropoeisis yang tidak efektif, membantu pertumbuhan dan
perkembangan dan memperpanjang ketahanan hidup pada pasien talasemia mayor.
Indikasi dari pemberian transfusi darah didasarkan pada kadar hemoglobin < 7 g/dl
yang telah diperiksa 2 kali berurutan dengan jarak 2 minggu. Selain itu transfusi
darah juga diperbolehkan bagi penderita talasemia dengan hemoglobin > 7 g/dl
yang disertai gejala klinis seperti facies cooley, gangguan tumbuh kembang, dan
fraktur tulang. Transfusi tetap diberikan sampai kadar hemoglobin mencapai 10-11
g/dl.
Sebelum dilakukan transfusi pertama, status besi dan folat pasien harus diukur,
vaksin hepatitis b diberikan dan fenotif sel darah merah secara lengkap ditentukan.
Tipe konsentrat darah merah yang baik untuk diberikan dalam bentuk Packed Red
Cell (PRC).
Terapi kelasi
Yang dimaksud sebagai terapi kelasi adalah terapi pengikatan kadar besi.
Kelebihan besi merupakan konsekuensi paling utama dari transfusi pada pasien
talasemia. Kelebihan besi ini bisa membahayakan karena dapat mengakibatkan
berbagai macam komplikasi hingga kematian. Preparat yang digunakan dalam
terapi kelasi seperti deferoksamin, deferiprone dan deferasirox.
Indikasi dimulainya terapi kelasi yaitu kadar feritin 1000ng/ml, saturasi
transferin 55% atau telah menerima 3-5 liter atau 10-20 kali transfusi. Akan
tetapi pemeriksaan serum feritin kurang akurat dalam mengetahui beban besi tubuh
sehingga perlu dilaksanakan pemeriksaan biopsi hati dengan bantuan USG pada
anak dengan talasemia mayor yang telah transfusi teratur selama 1 tahun. Bila
kadar besi hati ideal pada terapi kelasi jangka lama maka transfusi kembali
dilanjutkan.
Splenektomi
Splenektomi dilakukan apabila pasien mengalami hipersplenisme berat.
Dengan dilakukan splenektomi maka kebutuhan sel darah merah diturunkan
sampai 30% pada pasien dengan indeks transfusi melebihi 200ml/kg/tahun.
Splenektomi memiliki resiko infeksi yang tinggi sehingga sebaiknya dilakukan
mulai usia 5 tahun. Sebelum dilakukan splenektomi, pasien sebaiknya divaksinasi
vaksin pneumococal dan Haemophilus influenzae type B dan 1 hari setelah operasi
diberikan penisilin profilaksis.
DAFTAR PUSTAKA
3.
4.
5.
2005. 64-84.
Kliegman, RM, et al. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Saunders; 2007.
Pudjiadi AH, dkk. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid ke-1. IDAI; 2010.
Rund D, Rachimilewitz E. Thalasemia. N Eng J Med. 2005; 353: 1135-46.
Oliveri NF. The Thalasemia. N Eng J Med. 1999; 341: 99-107.