You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia otomotif yang semakin pesat, menuntut industri otomotif untuk
selalu mengedepankan kemajuan teknologinya masing-masing.Supaya mampu mengikuti
perkembangan tersebut maka setiap industry terutama dibidang otomotif dituntut untuk
melakukan terobosan bahkan menemukan teknologi baru agar produk yang dihasilkan tidak
ketinggalan zaman.
Rem merupakan salah satu bagan utama Dari setiap kendaran, mengingat fungsinya
sangat berperan dalam pengoperasian kendaraan. Pada umumnya kendaraan harus memiliki
tenaga yang cukup untuk bergerak pada berbagai kondisi atau keadaan, tenaga tersebut
dihasilkan dari motor melalui pembakaran bahan bakar dalam selinder. Diketahui bahwa
kendaraan bergerak dan berjalan pada jalan yang tidak selalu rata, namun terkadang mendaki
atau menurun. Demikian juga tidak selalu berjalan yang lurus terkadang kendaraan berbelok di
tikungan dan berhenti secara tiba-tiba. Untuk mengtasinya, maka setiap kendaraan harus
dilengkapi dengan sistem pengereman yang lebih aman pada saat pengemudi menginginkan
kendaraan berhenti secara tiba-tiba atau ingin memperlambat laju kendaraan, maka rem sangat
dibutuhkan untuk mengontrol kecepatan kendaraan.
Deawasa ini menurut para ahli permobilan, rem merupakan kebutuhan sangat penting
untuk keamanan berkendara.Perkembangan teknologi rem yang hingga saat ini semakin
berkembang yaitu ABS (Anti-Lock Brake System) yang sudah di aplikasikan pada seluruh mobil
keluran terbaru.Pada kendaraan yang sudah dilengkapi sistem rem ABS maka hasil pengereman
menjadi lebih mantab dan akurat pada saat-saat pengereman darurat (emergency) tanpa
memandang kondisi jalan.Apalagi pengereman berlaku secara tiba-tiba, sistem rem ABS ini
sangat membantu untuk menstabilkan arah kendaraan.
Semua sistem pada ABS dikontrol secara otomatis oleh ABSCM (Anti-Lock Brake
System Control Module), penanganan masalah serta perawatan pada sistem ABS masih kurang
memadai, karena kurangnya pengetahuan mekanik atau individu tentang sisten rem ABS, hal ini
tentunya sangat dikhwatirkan apabila pada sistem rem ABS tidak diperhatikan kondisi dan
perawatannya secara rutin akan menyebabakan kerusakan dan malfungtion pada sistem rem
ABS.

Apabila terjadi kerusakan dan malfungtion pada sistem rem ABS akan menyebabkan
kinerja pada rem kurang maksimal dan dapat membahayakan pengemudi. Oleh sebab itu
diperlukan perawatan pada sistem rem ABS sebelum terjadi kerusakan yang fatal.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk mencari cara perawatan
yang benar pada sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System).
B. Pembatasan Masalah
Untuk lebih terarahnya karya tulis ini maka permasalahan akan di batasi pada perawatan
sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System) pada kendraan roda empat (mobil)
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut
:
1. Bagaimanakah cara kerja rem ABS (Anti-Lock Brake System)?
2. Bagaimanakah perawatan sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System)?
D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan tentang :
1. Cara kerja sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System).
2. Perawatan Sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System).
E. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Sebgai wacana baru terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
perawatan sistem rem A BS (Anti-Lock Brake System).
2. Sebagai bahan penulisan lebih lanjut dalam perawatan sistem rem ABS (Anti-Lock Brake
System).

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sistem Rem
Rem merupakan salah satu bagian kendaraan yang sangat penting pada sebuah kendaraan
baik roda dua maupun roda empat yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat dari
perkotaan sampai pedesaaan.

Rem ini dapat mengatur kecepatan ataupun menghentikan lajunya kendaraan sesuai dengan
yang kita harapkan, pengaturan kecepatan ataupun diberhentikannya lajunya kendaraan ini diatur
melalui suatu gesekan antara komponen rem dengan roda yang berputar. Syaratsyarat sebuah
rem adalah sebagai berikut:
1. Dapat bekerja dengan cepat.
2. Apabila beban pada semua roda sama, maka daya pengereman harus sama dengan atau gaya
pengereman seimbang dengan beban yang di terima oleh masing-masing roda.
3. Dapat dipercaya dan mempunyai daya tahan cukup.
4. Mudah disetel dan diperbaiki pengemudi waktu pengereman
Cara kerja rem adalah pengubah tenaga mekanik menjadi tenaga gesekan dengan jalan
menekan sepatu rem (kanvas) terhadap tromol yang berputar
B. Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System)

Gambar 1. Sistem ABS (Anti-Lock Brake System)


ABS (Anti-Lock Brake System) adalah sebuah sistem pada kendaraan bermotor yang
mencegah terjadinya roda menjadi terkunci pada saat pengereman. Tujuannya adalah

memungkinkan pengemudi untuk mempertahankan kontrol pengendalian pada saat pengereman


mendadak dan digunakan untuk memperpendek jarak pengereman (dengan memperbolehkan
pengemudi menginjak pedal rem secara penuh tanpa perlu khawatir kendaraan akan selip dan
lepas kendali seperti bila kita melakukan pengereman pada kendaraan non ABS (Anti-Lock
Brake System ). Cara kerjanya adalah pada kendaraan terdapat electronic unit, speed sensor dan
hydraulic valve pada brake circuit. Electronic unit memonitor kecepatan dari roda pada saat
pengereman,jika berbeda maka rem akan merelease, dan selanjutnya mengerem lagi. Hampir
sama dengan apabila kita melakukan pengereman sedikit-sedikit atau dalam artian tekan-lepastekan lepas. ABS tersebut bisa melakukan pengereman dalam artian tekan-lepas sebanyak 20
kali per detik. Jadi dengan teknologi ini berguna untuk mencegah ban terkunci.
Anti-lock Brake Systems dirancang untuk mencegah terjadinya penguncian roda (wheel
lockup) saat pengeman mendadak di segala medan jalan. Hasil saat pengeraman adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mobil tetap stabil.


Arah kemudi stabil (Vehicle Stability).
Mengerem lebih cepat (jarak pengereman lebih dekat, kecuali jalan tanah, bersalju).
Penguasaan kontrol kendaraan menjadi maksimal (tinggat kestabilan).
Jika roda depan terkuci, mobil tidak mungkin bisa di arahkan
Jika roda belakang terkunci, mobil bisa tidak stabil dan tergelincir ke salah satu sisi.
Jika permukaan jalan saat pengereman tidak rata, roda2 yang mengalami selip akan
mudah terkunci dan mobil akan berputar putar .namun dengan sistem ABS mobil akan tetap
stabil sampai mobil tersebut berhenti .

C. Komponen-Komponen Rem ABS (Anti-Lock Brake System)


1. Master selinder
Master selinder berfungsi :
a. Membangun tekanan hidraulis sesuai dengan gaya tekan pengemudi.
b. Tekanan hidraulis ini mengalir ke unit tekanan.
2. Unit control tekanan (akuator)
Unit control tekanan (akuator) berfungsi mengatur tekanan hidraulis rem untuk setiap roda
sesuai dengan perintah computer.
3. ABS control module
ABS control module berfungsi :
a. Mendapat informasi dari sensor putaran.
b. Menghitung tekanan ideal pada roda.

c. Mengirimkan perintah pengatur ke unit control tekanan rem


d. ABS control module selalu memeriksa fungsi diri secara otomatis
e. Bila fungsinya salah, ABS control module akan member tahu aliran dengan lampu control
pengemudi.
4. Sensor putran roda
Sensor putran roda berfungsi menyensor kondisi putaran roda, dan dari sensor tersebut
menghasilkan signal.
5. Selinder roda
Selinder roda berfungsi untuk menggerakkan atau menekan sepatu rem. Selinder roda
dihubungkan dengan master selinder dengan menggunakan pipa-pipa.
6. Lampu control
Lampu control berfungsi sebagai indicator ABS, bila terjadi kerusakan pada sisitem rem
ABS. lampu indicator akan menyala.
7. Sensor putran aksel belakang
Sensor putran aksel belakang berfungsi menghitung putran roda secara induktif dan
mengirim signal ke ABS control module.
D. Jenis-jenis ABS (Anti-Lock Brake System)
Pada sistem rem yang menggunakan ABS terdapat bebrapa jenis ABS, dintaranya :
1. 4-Sensor 4-Chanel
Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving) yang memakai Xbrake lines. Roda depan dikontrol tersendiri dan kontrol roda belakang biasanya mengikuti
select-low logic agar mobil bisa stabil saat ABS bekerja.
Jenis ABS ini mempunyai empat wheel sensor dan 4 hydraulic control channel dan
masingmasing mengontrol secara tersendiri. Sistem ini mempunyai tingkat keamanan dan jarak
pemberhentian yang lebih pendek di berbagai macam kondisi jalan. Namun apabila permukaan
jalannya licin, besar gaya rem antara kanan dan kiri yang tidak rata akan mengakibatkan terjadi
gerakan Yawing pada bodi kendaraan sehingga bisa mengurangi kestabilan. Karena itulah,
kebanyakan mobil yang dilengkapi dengan tipe 4 channel ABS memasukkan satu select low
logic pada roda belakang agar mobil tetap stabil, di berbagai macam kondisi jalan.
2. 4-Sensor 3-Chanel
Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FR (Front engine Rear driving) yang memakai Hbrake lines. Roda depan dikontrol tersendiri dan roda belakang dikontrol secara bersamaan pada
brake pipe dengan dasar select-low logic.
Dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving), kebanyakan berat kendaraan terpusat di
roda depan dan berat titik tengah kendaraan saat direm juga berpindah ke depan hampir 70%,

gaya pengereman ini dikontol oleh roda depan. Artinya adalah kebanyakan tenaga pengereman
dibangkitkan oleh roda depan, sehingga agar ABS bisa efektif, maka diperlukan pengaturan
tersendiri (independent control) pada roda depan.
Namun demikian, roda belakang yang gaya pengeremannya lebih sedikit, juga sangat penting
untuk memastikan kendaraan aman saat dilakukan pengereman. Karena itulah apabila saat ABS
roda belakang bekerja di permukaan jalan yang licin, maka independent control pada roda
belakang mengatur agar gaya pengereman roda belakang tidak merata sehingga mobil
mengalami yawing.
Untuk menhindari gerakan yawing ini dan untuk menjaga agar mobil tetap aman saat ABS
bekerja di berbagai kondisi jalan, maka tekanan rem roda belakang diatur berdasarkan
kecenderungan roda mana yang mengalami lock-up. Konsep pengaturan ini dikenal dengan
Select-low control.
3. 3-Sensor 3-Chanel
Roda depan dikontrol tersendiri namun untuk roda belakang dikontrol secara bersamaan oleh
satu wheel speed sensor (khususnya differential ring gear).
Mobil yang dilengkapi dengan H-bake line system mempunyai sistem kontrol ABS jenis ini.
2 channel untuk roda depan dan satunya lagi untuk roda belakang. Roda belakang dikontrol
bersama dengan select low control logic. Untuk X-brake line system, diperlukan 2 channels (2
brake port di dalam unit ABS) untuk mengatur roda belakang dikarenakan masing-masing roda
belakang mempunyai jalur rem yang berbeda.
4. 1-Sensor 1-channel
Hanya mengatur tekanan roda belakang oleh satu sensor.Dipakai Untuk mobil yang
dilengkapi dengan H-bake line system, hanya untuk mengontrol tekanan roda belakang.Pada rear
diffirential dipasang satu wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi kecepan roda.
Cara kerjanya adalah saat dilaukan pengeraman mendadak roda depan akan terkunci,
sehingga kestabilan kemudi mobil akan hilang dan jarak henti pada permukaan jalan yang
mempunyai daya gesek rendah (low- ) juga akan bertambah jauh. Sistem ini hanya akan
membantu untuk penghentian lurus.
E. ABSCM (Anti-Lock Brake System Control Module)

ABS terdiri dari wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi kecenderungan
suatu roda mengalami penguncian, HCU (Hydraulic Control Unit) mensuplai tekanan rem ke
setiap roda berdasarkan output signal dari ABSCM (control module).
Dari sinyal wheel speed sensor, ABSCM akan menghitung dan memperkirakan akselerasi,
deselerasi dan slip rasio, pengaturan solenoid valve dan return pump, gunanya adalah adalah
untuk mencegah terjadinya wheel lock-up. ABSCM dapat mengatur sistem monitoring pada
sirkuit dan mematikan dirinya sendiri apabila sistem mengalami kegagalan.Pengemudi dapat
mengetahui adanya kegagalan sistem pada ABS apabila lampu peringatan ABS menyala.
1. Komposisi Dasar ABSCM (Anti-Lock Brake System Control Module)
Apabila ABS mengalami kegagalan, ABSCM akan mematikan kerja sistem untuk
memastikan keselamatannya. Karena apabila kerja dari solenoid valve tidak normal, dapat
mempengaruhi tekanan rem terhadap roda.Karena alasan inilah ABSCM dapat menganalisa dan
mengantisipasi semua kemungkinan kegagalan pada sistem. Untuk memasang ABSCM secara
langsung pada HCU (Hydraulic Control Unit), semiconductor yang ada di dalam ABSCM harus
tahan pada suhu antara - 40 s/d 125 derajat celsius.
Berkat pengembangan teknologi semiconductor dan ukurannya yang kecill, sekarang ini
yang popular banyak dipakai adalah tipe (ABSCM + HCU). Misalnya Bosch ABS versi 5.0 atau
yang lebih tinggi, versi MK-20i atau yang lebih tinggi keluaran TEVES dan EBC 325 Kelsey
Hayes mewakili integrated ABS. Semua masukan merupakan double-monitored dan doublecalculated. Input-nya juga doublemonitored.Untuk menghindari kesalahan pengoperasian pada
ECU, maka dipasang dua microprocessor yang membandingkan dan memonitor hasilnya, dan
ECU sebagai tambahan dimonitor oleh SAS (Safety Assurance System) atau intelligent WatchDog untuk mencegah kesalahan pengoperasian pada ECU.
Satu IC mengatur solenoid2 untuk setiap channel-nya dan Power MOSFET dengan proteksi
sirkuit yang bisa diandalkan sebagai pengganti relay yang mengatur kerja solenoid dan arus
besar saat motor bekerja. Selanjutnya untuk mengurangi pumping dan pengaruh kick-back yang
berlebihan, maka dipakai motor speed control dengan mircopocessor 16 bit agar perhitungan
kecepatan roda dan performa ABS menjadi lebih baik, dengan kemampuan 5 millidetik per siklus
kerja.
a. Sirkuit penguat input wheel speed sensor
Dari setiap wheel speed sensor yand dipasang pada roda, di dalam sirkuitnya dipasang
bentuk gelombang arus. Bentuk gelombang tersebut dikuatkan dan dirubah menjadi bentuk

gelombang persegi, dan dikirim ke Microcontroller. Sesuai dengan jenis ABS, jumlah wheel
speed sensor akan berubah dan jumlah sirkuit penguatnya juga akan berubah.
b. Microcontroler
Acuan kecepatan, rasio selip, rata2 akslerasi/deselerasi dan kerja solenoid dan motor
dihitung berdasarkan informasi dari setiap rodanya. Sirkuit ini mendeteksi gelombang sensor
kecepatan roda setiap detiknya.Microcontroller menghitung acuan kecepatan berdasarkan
kecepatan rodanya, kemudian membandingkan kecepatan referensi dan momen kecepatan roda
untuk memperkirakan rasio selip dan rata2 akselerasi dan deselerasinya. Solenoid valve
mengaktifkan output sirkuit untuk pressure dump, hold, menaikkan sinyal ke solenoid pada roda
yang terkunci sesuai dengan perkiraan sinyal pengaturan seperti slip ratio, akselerasi/deselerasi.
c. Sirkuit Mengaftikan Solenoid Valve
Sirkuit ini gunanya adalah untuk mengatur arus solenoid valve dan menghidupkan atau
d.

mematikan pressure dump, hold, menaikkan sinyal Microcontroller.


Voltage Regulator, Motor Relay dan Failsafe Driver Circuit, Lamp Driver circuit,
Communication Circuit
Memonitor tegangan suplai (5V, 12V) yang sedang dipakai untuk ABSCM dalam
keadaan stabil berdasarkan batasan tegangannya.Alat ini dapat mendeteksi adanya kegagalan
sistem dan mengaktifkan valve relay, motor relay. Apabila ada kerusakan pada sistem ABS, maka
sistem akan dihentikan dikarenakan valve/motor relay menjadi off dan lampu peringan ABS akan
menyala untuk memberitahukan kepada si pengemudi bahwa ada kerusakan pada sistem ABS.
Bila adakerusakan pada ABS, maka rem yang bekerja adalah normal, seperti pada rem biasanya.

2. Safety Circuit
Saat Ignition switch diputar ke ON, ABSCM akan melakukan self-test sampai kecepatan
kendaraan mencapai batas kecepatan normal dan juga memonitor sistem saat mobil melaju. Jika
terdeteksi ada kerusakan, pertama yang dilakukannya adalah menghentikan fungsi ABS dan
menyalakan lampu peringatan ABS. Meskipun ABS tidak dapat bekerja, namun rem
konvensional mesih tetap bekerja.setelahtidak terdeteksi lagi adanya kerusakan pada sistem,
maka lampu peringatan akan mati dan sistem kembali berjalan normal.
a. Initial Self-Testing setelah IG ON (mobil berhenti)
Ketika kunci kontak diputar ke ON maka arus akan mengalir ke ABSCM, dan melakukan
1)
a)
b)
c)

prosedur kerja sebagai berikut :


Mengecek fungsi microprocessor
Membuat Watchdog Error dan memeriksa jika ada kesalahan
Memeriksa data ROM
Memeriksa data RAM apakah penulisan dan membacaan data normal

d)
e)
2)
a)
3)
b)
b.

Memeriksa kerja converter A/D (Analog /Digital)


Memeriksa komunikasi diantara dua microprocessor
Memeriksa fungsi valve relay
Mengaktifkan valve relay dan memeriksa kerjanya
Memeriksa fungsi fail memory circuit microprocessor
Memeriksa fail memory circuit microprocessor
Initial Self-Testing saat mobil bergerak
Ketika mobil mulai bergerak, ABSCM akan melakukan tes fungsi actuator sebagai berikut :
1) Tes fungsi solenoid valve
Memeriksa fungsi solenoid valve dan memonitor kerjannya.
2) Tes fungsi motor
Menjalankan motor dan memeriksa kondisinya. Tergantung dari si pembuat ABS, waktu self
testing pada motor dapat berbeda, namun kebanyakan self testing dilakukan saat mobil mulai
berjalan atau pada akhir ABS bekerja.
3) Memeriksa sinyal wheel speed sensor
Memeriksa semua sinyal wheel speed sensor
c.

Tes sistem saat mobil melaju


Setelah proses inisial self-test selesai, sistem ABS diperiksa oleh dua microprocessor dan
sirkuit lain disekitarnya. Jika ada kesalahan, microprocessor akan mengkonfirmasikannya dan

kode kesalahan tersebut akan disimpan di dalam ABSCM.


1) Tes tegangan (12V, 5V)
Periksa apakah suplai tengannya 12volt dan tegangan di dalam ABSCM adalah 5 volt. Namun
perlu diperhatikan suatu saat tegangan bisa turun dikarenakan beroperasinya ABS atau motor
saat sedang memonitor tegangan.
2) Tes kerja valve relay
Saat ABS bekerja, valve relay diaktifkan.ABSCM menjaga kerja valve relay.
3) Perhitungan menghasilkan perbandingan antara dua microprocessor
Biasanya ada dua microprocessor di dalam ABSCM dan melakukan fungsi kerja dalam waktu
yang sama. Keduanya saling membandingkan hasil satu sama lainnya dan mengenalikesamaan
diantara keduanya. Konsep perbandingan ini bisa menjamin bahwa sistemberjalan sebagaimana
mestinya dan dapat mendeteksi secara dini adanya kerusakan.
4) Tes kerja microprocessor
Memonitor microprocessor
5) Memeriksa data ROM
Melakukan pemeriksaan jumlah data ROM dan memastikan bahwa program berjalan dengan
d. Menampilkan Self Diagnosis
Apabila ada kesalahan yang dideteksi oleh safety circuit, fungsi ABS akan berhenti dan
lampu peringatan ABS menyala. ABSCM akan menampilkan kode kerusakan melalui alat Scan.
Alat scan dapat mengaktifkan solenoid valves dan motor.

BAB III
METODOLOGI PENULISAN
A. Metode Penulisan
Metode yang digunakan pada penulisan makalah ini adalah metode deskriptif
kualitatif.Metode deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk membuat gambran
secara sistematis mengenai hubungan antara fenomena yang diselidikidan hasilnya tidak
dinyatakan dengan angka.
Metode deskriptif kualitataif digunakan karena dapat membantu tujuan yang ingin
dicapai yaitu menggambarkan beberapa hal tentang perawatan pada sistem rem ABS (Anti-Lock
Brake System).
B. Teknik pengumpulan Data

Data penulisan makalah ini dengan teknik studi pustaka.Penulis mengkaji sejumlah
referensi berupa buku-buku, jurnal ilmiah, artikel dan karya tulis lainnya yang relevan dengan
judul karya tulis ini.Maksud dari studi pustaka ini adalah untuk menemukan teori yang dapat
menunjang keabsahan penulisan.
C. Jenis Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku dan
karya tulis lainya yang relevan dengan penulis angkat.
D. Sistematika Penulisan
1. Pendahuluan
Pendahuluan berisi gambaran umum tentang kurangnya pengetahuan mekanik atau
individu tentang sisten rem ABS, hal ini tentunya sangat dikhwatirkan apabila pada sistem rem
ABS tidak diperhatikan kondisi dan perawatannya secara rutin akan menyebabakan kerusakan
dan malfungtion pada sistem rem ABS.
2. Kajian Pustaka
Merupakan uraian tentang metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini dan
sistematika penulisan.
3. Metodologi Penulisan
Merupakan uraian tentang metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini dan
sistematika penulisan.
4. Pembahasan
Merupakan inti dari penulisan karya tulis ini, dimana dasar teori yang diperoleh dikaitkan
satu sama lain. Dalam pembahasan diuraikan gagasan kreatif perawatan sitem rem ABS (Anti5.

Lock Brake System).


Penutup
Merupakan bab yang berisi simpulan dan saran dari perawatan sistem rem ABS (Anti-Lock
Brake System).

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Cara Kerja Sistem ABS (Anti-Lock Brake System)
Keempat roda di control oleh ABS untuk anti-lock dan cara kerjanya dijelaskan pada gambar di
bawah ini.
1. Saat ABS tidak bekerja (pengereman normal)
Karena tidak ada signal dari ABS control module dan solenoid valve tidak bekerja maka flow
control valve tertekan oleh spring sehingga ABS tidak bekerja, pada kondisi ini cairan ditekan
dari master selinder menuju flow control valve dan menuju port 1 port 2 selanjutnya menuju
cyilender roda.
2. Saat ABS bekerja (model tekanan reduksi)
Saat roda mengunci (direm) ABS control module membuka solenoid valve, maka sisa cairan
rem dengan tekanan yang rendah mengalir ke reservoir dan menekan Flow control valve ke
bawah sehingga saluran port 2 menutup dan cairan rem tidak mengalir ke cylinder roda.
Ketika perbedaa tekanan antara bawah dan atas semakin bertambah, maka flow control valve
menekan ke bawah danport 3 terbuka selanjutnya cairan rem dalam cylinder roda mengalir ke
port 3 port 4 dan ke dalam reservoir (tekanan di dalam cylinder roda menurun/berkurang.
Selama pump dan ABS system bekerja cairan rem dalam reservoir menurun/berkurang karena
dialirkan ke cylinder master.

3. Saat ABS Bekerja (model penambahan tekanan)


Ketika wheel cylinder memerlukan tekanan cairan yang tinggi, ABS control module menutup
solenoid valve akibatnya low control valve berada pada posisi di bawah sehingga cairan rem dari
master cylinder mengalir ke port 1 dan 3 selanjutnya menuju wheel selinder bertambah.
Pada saat yang sama, flow control valve bekerja akibatnya perbedaan tekanan cairan rem
antara atas dan bawah menjadi sama sehingga port 1 terbuka dan berhubungan dengan master
cylinder sehingga tekanan cairan di wheel cylinder bertambah secara konstan.
4. Siklus Kontrol ABS (Anti-Lock Brake System)
a. Pengaturan rem pada permukaan yang tidak rata (koefisien gaya rem)
Saat awal pengeman, tekanan rem di dalam wheel brake cylinder dan masing-masing
akan naik turun. Di akhir tahap 1, deselerasi roda melebihi ambang batas (-a), akibatnya solenoid
valve akan memindahkan posisi pressure hold sesuai dengan kebutuhannya. Tekanan rem tidak
harus berkurang karena ambang batas (-a) dapat dilebihkan ke dalam range stabil dari
koefisiennya, atau dari kurva brake slip.Pada saat bersamaan kecepan referensi dikurangi,
besaran untuk slip switching ambang batas 1 di dapat dari keceatan referensi.
Kecepatan roda turun dibawah ambang batas 1 di akhir tahap 2. Kemudian solenoid
valve pindah ke posisi pressure drop , sehingga tekanan rem bisa dikurangi sampai deselerasi
roda melebihi ambang batas (-a). Kecepatan turun lagi dibawah ambang batas (-a) di akhir tahap
3 dan tekanan bertahan mengikuti panjangnya.Pada saat tersebut akselerasi roda bertambah
mengikuti bertambahnya ambang batas (+a).Tekanan tetap konstan.Dan diakhir tahap 4,
akselerasi melebihi kecepatan ambang batas (+A) tertinggi, tekanan rem kemudian bertambah
mengikuti naiknya ambang batas (+A).
Di tahap 6, tekanan ren dipertahankan kembali agar tetap konstan karena ambang batas
(+a) dilebihkan.Di akhir tahap ini, akselerasi sekeliling roda turun dibawah ambang batas (+a).ini
menandakan bahwa roda sudah memasuki batasan gaya rem yang stabil (coefficient/brake slip
curve) dan agak ringan. Tekanan rem sekarang mulai masuk tahapan 7 sampai deselerasi roda
melebihi ambang batas (-a) (akhir tahap 7).Pada saat tersebut, tekanan rem langsung diturunkan
tanpa melalui sinyal 1.
b. Kontrol rem di jalan licin (koefisisen gaya rendah)
Pada permukaan jalan licin seperti ini, dengan sedikit injakan saja pada brake pedal, bisa
cukup untuk membuat roda terkunci sehingga memungkinkan terjadi selip pada ban.Logic circuit

di dalam ECU dapat mengenali kondisi aspal suatu jalan kemudian menyesuaikannya karakter
ABS.
Pada tahap 1 dan 2, pengaturan rem dilakukan dengan cara yang sama berdasarkan
koefisien gaya pengereman tinggi. Tahap 3 dimulai dengan penahanan tekanan dalam waktu
singkat, kemudian kecepatan roda diperbandingkan dengan slip switching ambang batas 1.
Selama kecepan roda kurang dari angka ambang batas slip switching, tekanan rem akan
diturunkan sebentar, dalam waktu yang tetap, dan ini diikuti oleh tahap selanjutnya yaitu
penahanan tekanan singkat. Kemudian dibuat pembaharuan perbandingan antara kecepatan roda
dan switching ambang batas 1, sehingga tekanan bisa turun dalam waktu singkat.
Roda kemudian berputar kembali mengikuti tahapan tekanannya dan roda-roda tersebut
berputar melebihi ambang batas (+a).selanjutnya, tekanan tertahan sampai akselerasinya dibawah
ambang batas (+a) lagi (akhir tahap 4). Ini di ikuti oleh tahap 5 melalui step-type yang terbentuk
di dalam tekanan yang sudah dikenalnya dari bagian sebelumnya sampai siklus kontrol baru bias
dikenali oleh pressure reduction tahap 6.
Pada siklus yang telah dijelaskan sebelumnya, controller logic dapat mengenali kedua
tahapan penurunan tekanan sebelumnya dimana diperlukan untuk akselerasi roda kembali setelah
penurunan tekanan yang dikenali oleh sinyal (-a).Roda berputar dengan batasan selip tinggi
untuk waktu yang relatif lama, sehingga tidak aman untuk kestabilan mobil dan penguasaan
kemudi. Untuk mengatasi kedua masalah ini, diperlukan perbandingan secara terus-menerus
antara kecepatan roda dan slip switching ambang batas 1 ini dan juga siklus control berikutnya.
Sebagai akibatnya, di tahan 6 tekanan rem secara tetap akan dikurangi sampai akselerasi roda
melebihi ambang batas (+a) tahap 7. Berkat penurunanan tekanan secara tetap, roda berputar
dengan selip tinggi dalam waktu singkat, sehingga bisa meningkatkan kestabilan kendaraan dan
kontrol kemudi dibanding dengan siklus pertama.
B. Perawatan Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System)
Untuk mencegah timbulnya kerusakan saat melepas sambungan-sambungan kabel, sensor,
relay dan fuse, kunci kontak harus OFF dan setelah dipasang kembali, ON kan kunci kontak
1.
a.
b.
c.
d.
e.

kemudian set DTC ABS hydaulic Unit.


Memeriksa kerjanya ABS Hydraulic Unit
Periksa apakah seluruh komponen ABS dalam kondisi baik.
periksa apakah voltage battery 11 V atau lebih.
Periksa apakah lampu peringatan ABS berfungsi dengan baik.
Dongkrak kendaran
Netralkan tuas transmisi dan tarik tuas rem tangan.

f. Putar-putarkan setiap roda dan periksa apakah berputar dengan lancar.


g. Gunakan kabel untuk menghubungkan Diag-2 conector dengan ground, putar kunci kontak ke
h.
i.
1)
2)
j.

posisi ON dan periksa lampu peringatan ABS dengan prosedur DTC 12.
OFF kan kunci kontak
Putarkan roda dan On kan kunci kontak kemudian tekan pedal rem dan periksa
Apakah terdengar suara kerjanya selenoid
Apakah terdengar suara kerjanya motor pump
Ulangi pemeriksaan pada langkah 8-9 untuk semua roda, jika hasilnya tidak sesuai, ganti ABS

hydraulic Unit.
k. OFF kan kunci kontak dan lepaskan kabel yang menghubungkan Diag-2 connector dengan
ground.
2. ABS Hydraulic Unit
a. Memriksa Solenoid valve
1) Putar kunci kontak ke posisi OFF
2) Lepaskan sambungan kabel ke solenoid
3) Periksa resistance solenoid valve
b.
1)
2)
3)

Memriksa Motor Pump


Putar kunci kontak ke posisi OFF
Lepaskan sambungan kabek ke motor
Periksa resistance motor
Antara terminal : 1
Antara terminal dan body motor : 1 M

4)
Hubungkan positif (+) battery keterminal 1 dan negatif (-) battery ke terminal 2. Kemudian
periksa apakah motor bekerja (adanya suara), jika pada pemeriksaan 1-3 tidak sesuai ganti
hydraulic unit

c.
Melepas
1) Lepaskan kabel negatif dari battery
2) Gunakan spesial tools, lepaskan brake pipe dari ABS Hydraulic Unit
Special tool
A : 09950 78210

3) Lepaskan sambungan kabel ABS hydraulic unit

4) Lepaskan ABS hydrauic Unit dari bracketnya

d. Memasang

1) Pasang hydraulic unit dengan urutan kebalikan dari prosedur melepas


Momen pengencagan :
a : 16 N.m (1,6 kg.m)
b : 21 N.m (2,1 kg.m)
2) Buang udara dari sisitem rem
3) Periksa kembali setiap komponen yang terpasang dan adanya kebocoran minyak rem
3. ABS Control Module
ABS control module terdiri dari parts yang sangat presisi, jangan membongkar ABS Control
Module.
a.
1)
2)
3)
4.
a.
1)
2)
3)
4)
5)

Melepas
Lepaskan kabel negatif battery
Lepaskan steering column hole cover, knee bolster panel
Lepaskan sambungan kabel ABS control module
Speed Sensor Roda Depan
Memeriksa output voltage
Putar kunci kontak ke posisi OFF
Dongkrak kendaraan
Lepaskan sambungan kabel ke speed sensor
Hubungkan volt meter ke connector kabel speed sensor
Sambi; memutarkan roda, periksa voltage pada speed sensor
Bila menggunakan Oscilloscope, periksa voltage peak to peak, apakah sesuai dengan spesifikasi
Voltage peak to peak
1 putaran / detik : 210 mV / lebih

b. Melepas
1) Lepaskan kabel negatif dan battery
2) Dongkrak kendaraan dan lepaskan roda

3)
4)
5)
c.
1)
2)

Lepaskan sambungan kabel speed sensor


Keluarkan grommet dari fender
5 lepaskan speed sensor
Memeriksa speed sensor
Periksa sensor dari kerusakan
Periksa resistance
Resistance terminal : 1,2 - 1,6 k
Resistance antara terminal dan body sensor : 1 m / lebih, jika ada kelainan, ganti sensor

d.
1)
2)
e.
1)

Memeriksa putaran rotor


Periksa gigi-gigi roto dari keruskan (aus /pecah)
Putar drive shaft dan periksa apakah rotor berputar dengan lancar
Memasang
Pasang kembali speed sensor seperti semula
Momen pengencangan :
: 2,3 N.m (kg.m)
Pastikan bahwa antara spedd sensor dan knuckle tidak ada celah (jarak)
Speed Sensor Roda Belakang
Memeriksa output voltage
Prosedur pemeriksaan sama dengan speed sensor roda depan
Melepas
Lepaskan kabel negatif dari battery
Dongkrak kendaraan
Lepaskan sambungan kabel speed sensor dan lepaskan kabelnya dari suspension frame
Lepaskan speed sensor dari knuckle
Memeriksa sensor
Periksa kondisi sensor dari kerusakan
Periksa resistance sensor
Resistance antara terminal : 1,5 1,9 k
1,2 - 1,6 k
Resistance antara terminal dan body sensor : 1 M
Jika hasil pemeriksaan tidak sesuai spesifikasi ganti sensor
Memriksa sensor Rotor
Periksa gigi rotor dari kerusakan (aus/pecah)
Putar roda belakang dan periksa prputaran rotor apakah berjalan dengan baik
Jika dalam pemeriksaan ada kelainan, ganti sensor rotor
Memasang
Pasang sensor rotor seperti semula
Momen pengencangan :
: 2,3 N.m (kg.m)
Pastikan bahwa antar sensor dan knuckle tidak terdapat celah (jarak)
ABS Fail - Safe Relay
Memeriksa
Lepaskan kabel negatif (-) dari battery
Lepaskan fail-safe relay dari relay box
Periksa resistance antara kedua terminal

(a)
2)
5.
a.
b.
1)
2)
3)
4)
c.
1)
2)

d.
1)
2)
e.
1)
(a)
2)
6.
a.
1)
2)
3)

4)
7.
a.
1)
2)
3)
4)

Antara 1 dan 3 : 78 - 96
Antara 2 dan 5 : terhubung
Antara 4 dan 5 : tidak ada hubungan
Hubungkan battery ke terminal 1 dan 3, kemudian periksa hubungan antara terminal 4 dan 5
Jika dalam pemeriksaan langka 1 4 tidak sesuai spesifkasi, ganti relay.
ABS Pump Motor Relay
Memeriksa
Lepaskan kabel negatif dari battery
Lepaskan pump motor relay dari relay box
Periksa resistance antara setiap terminal
Antara 2 dan 4 : 70 90
Antara 1 dan 3 : tidak ada hubungan
Periksa apakah ada hubungan antara terminal 1 dan 3, jika battery di hubungakan ke terminal 2
dan 4.
Jika dalam pemriksaan langkah 3 dan 4 tidak sesuai dengan spesifikasi, ganti relay.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penulisan makalah ini dapat ditarik kesimpulannya diantaranya :
1. Cara kerja rem ABS sudah di control secara otomatis, semua msukan dari sensor-sensor di olah
oleh ABSCM.

2.

Dalam perawatan sistem rem ABS (Anti-Lock Brake System) harus sesuai dengan prosedur
perawatan, agar diperoleh hasil yang maksimal dan mengurangi kerusakan yang lebih fatal.

B. Saran
Saran yang dapat ditawarkan oleh penulis sehubungan dengan judul yang diangkat dalam
makalah ini adalah :
1. Bagi para mahasiswa teknik otomotif maupun mekanik mobil agar melakukan perawatan sistem
rem ABS (Anti-Lock Brake System) sesuai dengan prosedur perawatan.
2. Bagi pihak jurusan Teknik Otomotif agar dapat menyediakan model untuk sistem rem ABS
(Anti-Lock Brake System) agar mahasiswa teknik otomotif lebih menguasai sistem rem ABS
(Anti-Lock Brake System).

DAFTAR PUSTAKA
Toyota Astra. New Step 1 Training Manual. PT Toyota astra motor: Jakarta
Panduan manual servis Suzuki Baleno.
ABS/TCS/ESP TRAINING GUIDE 1 HYUNDAI MOBIL INDONESIA
Hyundai Motor Company, All right reserved Published by Chonan Technical
Service Training Center.
Jefferson, tertius. 2008. Kajian Sistem Rem ABS (Anti-Lock Brake System)
Pada Kendaraan Toyota Corolla Tipe AE-FE. Jurnal FORMAS

Diposkan oleh asril arif di 01.05


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2013 (1)
o Desember (1)

Makalah ABS

Mengenai Saya
asril arif
Lihat profil lengkapku

You might also like