You are on page 1of 17

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status
Alamat
Agama
Pekerjaan
Tanggal masuk

: Ny. S
: 20 tahun
: perempuan
: Menikah
: BTN pepabri sudiang
: Islam
: IRT
: 12/11/2015

I. SUBJEKTIF
ANAMNESIS
Keluhan : Muntah
Pasien G1P0A0 dengan usia kehamilan 4 minggu datang ke puskesmas dengan
keluhan mual dan muntah dirasakan kurang lebih sejak 5 hari yang lalu. Muntah
kurang lebih 5x sehari, isi makanan. Nyeri ulu hati (+), dan nafsu makan
menurun. Riwayat ANC belum pernah. TT (-). Riwayat minum tablet zat besi (-)
riwayat DM (-) hipertensi (-) Asma (-) alergi (-)
Riwayat Obstetri :
1. 2015/ kehamilan sekarang
II. STATUS PRESENT
Sakit sedang/ gizi cukup/ compos mentis
Tinggi badan : 155cm
Berat Badan : 49kg
Status Vitalis :
TD: 110/80 mmHg
N : 76x/i
P : 20x/i
S : 36,7C
III. PEMERIKSAAN FISIS
Mata cekung (-)
Edema (-)
Nyeri tekan (+) di regio epigastrium
Turgor baik
IV. DIAGNOSIS
Hiperemesis gravidarum grade I

V. DIAGNOSIS BANDING
Abdominal discomfort
Molahidatidosa
VI. PENGOBATAN
Konservatif :
Ranitidinne 150mg 2x1
Ondansetron 2x1
Vitamin Bcom 2x1
Edukasi :
Makan lebih sering dengan porsi kecil, makan yang banyak mengandung
gula, hindari makanan berminyak dan berlemak.

DISKUSI

PENDAHULUAN

Gestosis ialah penyakit yang khas untuk kehamilan (gestatio kehamilan).


Jadi penyakit ini tidak terdapat pada wanita yang tidak hamil. Yang termasuk ke
dalam golongan penyakit ini adalah:4
1. Gestosis dini yang timbul pada hamil muda ialah hiperemesis gravidarum
2. Gestosis lambat yang timbul pada kehamilan lanjut ialah hipertensi dalam
kehamilan.
Dahulu penyakit ini dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia
gravidarum karena diduga adanya semacam racun yang berasal dari
janin/kehamilannya, tetapi toksin yang khas tidak dapat ditemukan.4
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang
lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu.1,2 Literatur lain menyebutkan bahwa mual dan muntah
terjadi 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita
hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 44% mengalami muntahmuntah.4 Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida.1,2 Klebanoff dkk, melaporkan bahwa lebih separuh dari 9000 wanita
mengalami muntah pada awal kehamilan.7 Borowski and associates (2003) dari
penelitiannya didapatkan 1.6% dari 9500 wanita hamil dilakukan rawat inap.
Gazmararian,dkk (2002) mempelajari lebih dari 46.000 wanita dan 0.8%
memerlukan hospitalisasi antepartum untuk hiperemesisnya. 8

Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum
hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang
dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan
memerlukan perawatan di rumah sakit. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000
kehamilan.3 Literatur lain menyebutkan perbandingan insidensi hiperemesis
gravidarum 4:1000 kehamilan.4 Literatur lain menyebutkan puncak terjadinya
hiperemesis gravidarum ialah pada minggu kedelapan dan keduabelas kehamilan. 9
Sindrom ini ditandai dengan adanya muntah yang sering, penurunan berat badan,
dehidrasi, asidosis karena kelaparan, alkalosis, yang disebabkan menurunnya
asam HCL lambung dan hipokalemia.4

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.1,2
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.3
Hiperemesis gravidarum ialah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda)
di mana penderita mengalami mual-muntah yang berlebihan, sedemikian rupa
sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.5
Hiperemesis gravidarum adalah mual-muntah berlebihan sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan
hidupnya.6
Hiperemesis gravidarum adalah muntah-muntah yang cukup berat
sehingga menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis akibat
kelaparan, alkalosis akibat keluarnya asam hidroklorida dalam muntahan dan
hipokalemia.7

ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.1,2,3,4 Tidak
ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik juga tidak ditemukan
kelainan biokimia, perubahan-perubahan anatomik yang terjadi pada otak,
jantung, hati dan susunan syaraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zatzat lain akibat kelemahan tubuh karena tidak makan dan minum.1 Hiperemesis
tampaknya berkaitan dengan kadar gonadotropin korionik atau estrogen yang

tinggi atau meningkat pesat.7 Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang
telah ditemukan oleh beberapa sebagai berikut:
1.

Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola


hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola
hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor
hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormon
khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.1,2,3 Ditemukan peninggian
yang bermakna dari kadar serum korionik gonadotropin total maupun subunit bebasnya pada ibu dengan hiperemesis dibandingkan dengan yang
hamil normal.4

2.

Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik


akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan ini merupakan faktor organik. 1,2,6

3.

Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga
disebut sebagai salah satu faktor organik. 1,2,6

4.

Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,


rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan
persalinan,

takut

terhadap

tanggung

jawab

sebagai

ibu,

dapat

menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah


sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup. 1,2,3,6
5.

Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dan lain-lain.3 Gejala mualmuntah dapat juga disebabkan oleh gangguan traktus digestivus seperti
pada penderita diabetes melitus (gastroparesis diabeticorum). Hal ini

disebabkan oleh gangguan motilitas usus pada penderita ini atau setelah
operasi vagotomi.1
Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui
pasti. Tidak jarang dengan memberikan suasana baru, sudah dapat membantu
mengurangi frekuensi muntah.1
PATOLOGI
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum
diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh sebagai
berikut:1,3
1. Hati. Tampak degenerasi lemak tanpa nekrosis yang terletak sentrilobuler.
Kelainan lemak ini nampaknya tidak menyebabkan kematian dan dianggap
sebagai akibat muntah yang terus-menerus. Tetapi separuh penderita yang
meninggal karena hiperemesis gravidarum menunjukkan gambaran
mikroskopik hati yang normal.
2. Jantung. Menjadi tampak lebih kecil daripada biasanya dan beratnya
atrofi; ini sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan
perdarahan sub-endokardial.
3. Otak. Adakalanya terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan dapat
dijumpai kelainan seperti ensefalopati Wernicke yaitu dilatasi kapiler dan
perdarahan kecilkecil didaerah korpora mamilaria ventrikel ketiga dan
keeempat.

4. Ginjal. Tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli
kontorti.
PATOFISIOLOGI
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester
pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal
dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung.
Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan
muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.1,2
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa
gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik
merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka
makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.1,2
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian

pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,


sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik
yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak,
dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Di
samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss),
dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan
perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau
tindakan operatif.1,2
GEJALA DAN TANDA
Batas jelas antara mual dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali
muntah; akan tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.1,3

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke


dalam 3:

Grade I. Ringan
Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan
nyeri epigastrium. Frekuensi nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan
darah sistolik menurun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.1,2,3
Grade II. Sedang
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang
lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik
dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Dapat pula tercium aseton dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.1,2,3
Grade III. Berat
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi
menurun.1,2,3 Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
ensefalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental. 1,3
Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B
komplek. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.1 Literatur lain
menyebutkan Wernicke encephalopathy dari defisiensi tiamin diikuti tanda-tanda
dari keterlibatan sistem saraf pusat., meliputi bingung, gangguan penglihatan,

10

ataksia, and nistagmus. Komplikasi ini ditemukan melalui pemeriksaan penunjang


MRI.8
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang khas dan jika perlu
dilakukan

pemeriksaan

laboratorium.4 Diagnosis

hiperemesis

gravidarum

biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang
terus-menerus, sehingga mempengaruhi keadaan. Namun demikian harus
dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit gastritis, kolesistitis, pankreatitis,
hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang
dapat pula memberikan gejala muntah.1,4
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien lemah, apatis sampai
koma, nadi meningkat sampai 100 kali per menit, suhu meningkat, tekanan darah
turun, atau ada tanda dehidrasi lain. Pada pemeriksaan elektrolit darah ditemukan
kadar natrium dan klorida turun. Pada pemeriksaan urin kadar klorida turun dan
dapat ditemukan keton.2
Kriteria Diagnosis:5
a. Sering muntah (lebih dari 10 kali per 24 jam)
b. Tenggorokan terasa kering dan terus-menerus merasa haus
c. Kulit menjadi keriput (dehidrasi)
d. Berat badan mengalami penyusutan
e. Pada keadaan yang berat dapat terjadi ikterus sampai dengan
gangguan syaraf/kesadaran.

11

Hiperemesis

gravidarum

yang

terus-menerus

dapat

menyebabkan

kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga


pengobatan perlu segera diberikan.1
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jalan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan
kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda
dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan
roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau
lemak sebaiknya dihindarkan.1,2,3,9 Makanan dan minuman seyogyanya disajikan
dalam keadaan panas atau`sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat
dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting,
oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.1,2,3
TERAPI
1.

Obat-obatan. Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak
mengurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak
memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering diberikan adalah
phenobarbital, vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B6,
antihistaminika juga dianjurkan seperti dramamin, avomin. Pada keadaan

12

lebih berat diberikan antiemetik seperti metoklopramide, disiklomin


hidrokhloride atau khlorpromazin.1,2 Penanganan hiperemesis gravidarum
yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.1 Apabila muntah terus
berlangsung

perlu

diambil

langkah-langkah

yang

sesuai

untuk

mendiagnosis dan mengobati penyakit lain, misalnya gastroenteritis,


kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis, dan
perlemakan hati pada kehamilan.7
2.

Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah


sakit.
a.

Yang menjadi pegangan untuk memasukkan pasien ke rumah sakit


sebagai berikut:
i.

Semua yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi


bila telah berlangsung lama

ii.

Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badan normal

iii.

Dehidrasi, yang ditandai dengan turgor yang kurang dan


lidah kering

iv.

b.

Adanya aseton dalam urine.4

Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit


saja telah banyak mengurangi mual muntahnya. 1,3

c.

Isolasi. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah dan


peredaran udara yang baik hanya dokter dan perawat yang boleh
keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau
makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan
makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan

13

isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa


pengobatan.1,2,3
3.

Terapi psikologik. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit


dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat
menjadi latar belakang penyakit ini.1,2 Dengan diperbaikinya faktor-faktor
psikologik ini, wanita yang bersangkutan biasanya mengalami perbaikan
bermakna selagi di rawat inap namun biasanya kambuh setelah
dipulangkan. Penanganan yang positif terhadap masalah psikologis dan
sosial akan bermanfaat.7

4.

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein


dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek
dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam
amino secara intra vena. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang
dikeluarkan.1 Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah segar dan
dapat makan dengan porsi wajar (lebih baik lagi bila telah dibuktikan hasil
laboratorium telah normal) dan obat peroral telah diberikan beberapa saat
sebelum infus dilepas.10 Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap
protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4
jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit
pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam
penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba
untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah

14

dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada


umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah
baik.1 Jika pasien dengan usaha di atas tetap muntah, makanan diberikan
melalui sonde hidung.4
5.

Penghentian kehamilan. Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi


baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan
psikiatrik jika memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria
dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapuetik sering sulit diambil, oleh
karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak
tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ
vital.1,3 Gejala-gejala untuk mempertimbangkan abortus terapeutikus,
ialah:4
a.

Ikterus

b.

Delirium atau koma

c.

Nadi yang naik berangsur-angsur sampai di atas 130 kali/menit

d.

Suhu meningkat di atas 38 oC

e.

Perdarahan dalam retina

f.

Uremi,

proteinuri,

silinder

yang

merupakan

tanda-tanda

intoksikasi.

PROGNOSIS

15

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat


memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.1,2
Literatur lain menyebutkan, prognosis hiperemesi gravidarum umumnya baik,
namun dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan ketoasidosis yang
tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.10

DAFTAR PUSTAKA

16

1. Wibowo B, Soejoenoes A. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Wiknjosastro H.


Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Cetakan ketujuh. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005. hal 275-279
2. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran Jilid Pertama. Edisi ketiga. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI. 2001. hal 259-260
3. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. 2004
4. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi kedua. Jakarta: EGC. 2004. hal 6467
5. Achadiat CM. Prosedur tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC: 2004.
hal 72-74
6. Manuaba IBD. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta: EGC. 2001. hal 397-401
7. Hartanto H. Penyakit Saluran Cerna. Dalam: Cunningham FG. Obstetric
Williams. Edisi ke-21. Jakarta: EGC. 2005. hal 1424-1425
8. Cunningham FG. Obstetric Williams. Edisi ke-22. McGraw-Hill Companies,
Inc. 2007
9. Swenson KL, Chisholm C. Renal, Hepatic, and Gastrointestinal Disorders and
Systemic Lupus Erythematous in Pregnancy. Dalam: Brandon J, dkk.
The John Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics Edisi ke 2.
USA: Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2002
10. Moeloek FA. Hiperemesis Gravidarum. Standar Pelayanan Medik: Obstetri
dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia. 2006. hal 21-22

17

You might also like