You are on page 1of 7

2

Senyawa insektisida pada umumnya merupakan organoklorin atau kloro organik,


yaitu senyawa organik yang mengandung khlorin. Menurut (Bumpus et al. 1987) Pestisida
yang sangat terkenal adalah DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethana) yang merupakan
insektisida organik sintetis pertama yang ditemukan. DDT (Dichloro-DiphenylTrichloroethana) yang sukar terurai dalam tubuh manusia akan merusak sel-sel syaraf dan
menghambat metabolisme kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Golongan insektisida organofosfat atau fosfat organik merupakan racun kontak yang
menurunkan enzim kolinesterase darah dan bekerja sebagai racun saraf, organofosfat terdiri
dari unsur fosfat, karbon serta hidrogen. Keunggulan insektisida organofosfat memiliki
toksisitas rendah terhadap mamalia, berbau khas serta ramah lingkungan. Disisi lain
organofosfat merupakan insektisida yang paling toksik diantara jenis insektisida lainnya
karena bisa menyebabkan keracunan pada makhluk hidup.
Golongan insektisida karbamat merupakan racun kontak yang menurunkan aktivitas
enzim kolinesterase darah dan bekerja sebagai racun syaraf sebagaiman dengan racun
golongan organofosfat. Dampaknya pada tubuh sebagai penghambat kerja enzim
kolinesterase sehingga gejala yang ditimbulkan dari keracunan pinsektisida karbamat antara
lain timbulnya agerakan otot tertentu, pupil atau mata menyempit menyebabkan penglihatan
kabur serta otot tidak dapat digerakkan
Insektisida juga bersumber dari alam yaitu insektisida yang berasal ekstrak tanaman
seperti Nikotine, Retenone, dan Pyretrin I dengan rumus kimia seperti berikut :
Insecticidesfromplants
H

H
C

H
C H
C H
N
H
CH3
Nicotine

H 3 CO

OCH3

O
H
C
Rotenone
H
O
C
O
C
H
H

H H H H
H
H C C C C C
H
H3 C
C
O
C
C

C
H3 C
C
H3 C

O C

H H

C H
H
CH3

C C C
CH3
H

PyrethrinI

C H
H
H

CH3
H

Retenone diperoduksi dari akar legume yaiyu Derris yang tumbuh dimalaya dan india
timur serta Lonchocarpus yang tumbuh di Amerika Selatan. Retenone bersifat kontak dan
racun perut untuk membunuh ulat, kutu, semut , lalat dan lain sebagainya (Sudarmo, 1991).
Retenone merupakan piscisida yang efektif dan kurang toksik, mudah terurai dan tidak
meninggalkan residu. Retenone dapat menghambat rantai pernafasan pada ikan, dan
selanjutnya akan mempengaruhi darah. Sedangkan Nikotin merupakan zat yang terkandung
di dalam daun tembakau dapat menghambat susunan syaraf pusat yang mengganggu sistem
syaraf (Misroul et al. 2012).
Pyrethrins diekstak dari kulit biji Chrysanthemum dan membentuk oleoresin yang
tampak sebagai suspensi pada air atau minyak, atau dalam bentuk serbuk. Pyrethrins bekerja
sebagai insektisida dengan cara menyerang sistem saraf semua serangga dan menghambat
nyamuk betina untuk menggigit. Penggunaan Pyrethrum sebagai insektisida alami dapat
membantu menanggulangi masalah lingkungan dan meminimkan masalah kesehatan karena
tingkat toksisitas Pyrethrum bagi manusia rendah dan mudah didegradasi di lingkungan.
B. Transportasi Insektisida Pada Air dan Sedimen
1. Transportasi Insektisida dalam perairan
Insektisida memasuki perairan melalui jalur antara lain pemakaian langsung untuk
membasmi hama tanaman, buangan limbah perkotaan dan indutri, limpasan dari areal
persawahan, pencucian melalui tanah, penimbunan aerosol dan partikulat, serta curah hujan.
Proses difusi Insektisida dalam air beberapa kali lipat lebih cepat dari pada yang terjadi di
sedimen. Transportasi Insektisida dalam air didominasi turbulensi, sekalipun dalam keadaan
yang nampak tenang air senantiasa bergerak melingkar dalam bentuk kantong-kantong kecil
baik ke arah vertikal maupun horizontal.
Insektisida yang tidak terdeposit pada target, akan melayang bersama angin atau
mengendap di permukaan tanah. Dengan turunnya hujan, insektisida yang terdapat di
atmosfir atau yang terdeposit pada target utamanya pada tanaman akan terbawa ke tanah atau
perairan. Selain itu, di atmosfir insektisida juga mengalami transformasi kimiawi, yaitu
mengalami proses foto dekomposisi (Taufik, 2010).

Insektisida dalam tanah terutama yang larut dalam air dapat terbawa air masuk ke
dalam system perairan atau masuk ke dalam air tanah. Insektisida yang dalam keadaan
terlarut dapat diambil organisme air dan akan mengalami transformasi kimiawi,
biokonsentrasi, serta ekskresi seperti ikan dapat mengekskresikan Insektisida tersebut melalui
insang, sedangkan katak melalui kulit yang permeabel. Burung dan mamalia air tidak
memiliki kulit yang permeabel, sehingga ekskresi dilakukan melalui feses atau urin.
Sedangkan yang diambil oleh mikroorganisme dapat mengalami Biodegradasi yaitu
pemecahan suatu bahan kimia secara enzimatis (Nugroho, 2014)
Insektisida yang mempunyai ikatan kuat dengan jaringan tertentu dan mempunyai
sifat persisten (tahan lama) akan tetap tersimpan dalam jaringan tersebut dan memungkinkan
terjadinya akumulasi sampai jaringan tersebut jenuh. Organisme tersebut mati atau dimakan
oleh organisme lain yang tingkat trofiknya lebih tinggi. Kalau organisme kecil dimangsa oleh
organisme yang lebih besar, konsentrasi insektisida dan senyawa lainnya menjadi lebih besar
di dalam jaringan tubuhnya atau organ tubuhnya. Konsentrasi yang sangat tinggi dapat
diamati pada top predators, termasuk manusia.
Insektisida organokhlorin tergolong senyawa kimia yang memiliki sifat persisten di
lingkungan, artinya zat tersebut akan tetap berada di lingkungan lama setelah aplikasinya.
Sifat senyawa ini yang mudah larut dalam lemak. Organoklorin larut dalam lemak namun
tidak larut dalam air. Ketika berada dalam ekosistem perairan, DDT (Dichloro-DiphenylTrichloroethana) cepat diserap oleh organisme dan sedimen atau menguap, meninggalkan
hanya sedikit DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethana) terlarut dalam perairan oleh sebab
itu konsentrasi DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethana) pada perairan lebih rendah
dibanding pada ikan dan sedimen (Bumpus et al. 1987).
Insektisida organofosfat lebih mudah larut dalam air apabila dibandingkan dengan
insektisida organokhlor, lebih mudah terhidrolisa menjadi senyawa yang tidak beracun dan
mudah larut dalam air. Di dalam jaringan tanaman insektisida organofosfat termetabolisasi
dengan pola yang sama dengan metabolismenya dalam tubuh hewan, hanya hasil metabilisme
dalam tanaman cenderung disimpan sedangkan pada hewan hasil tersebut segera dikeluarkan.
Didalam perairan, mobilitas insektisida dipengaruhi oleh salinitas , pH, dan bahan
organik. Perairan dengan salinitas yang tinggi menyebabkan kekuatan tarik menarik antar
partikel Insektisida menjadi semakin kuat, tingginya kekuatan ionik pada insektisida ini

menyebabkan akan terbentuknya agregat yang lebih besar, sehingga menyebabkan


pengendapan insektisida dengan kadar yang lebih besar di dasar perairan.
Sedangkan peningkatan pH pada perairan akan menyebabkan peningkatan nilai
kapasitas tukar kation (KTK) dalam badan perairan. Peningktan tersebut berdampak
menurunya mobilitas Insektisida karena terserap di dalam badan perairan dan insektisida
akan mengendap di dasar badan perairan. Banyaknya bahan organik yang terikat pada badan
perairan juga menyebabkan peningkatan nilai kapasitas tukar kation (KTK) sehingga
penyerapan Insektisida dalam badan perairan menjadi tinggi dan kadar insektisida tersebut
akan menurun.
2.

Transportasi Insektisida dalam Sedimen

Transportasi Insektisida ke dalam sedimen, mirip yang terjadi pada air. Sedimen
memiliki porositas yang beragam sesuai komposisi penyusun sedimen (seperti pasir, lanau,
lempung, bahan organik), yang pori-porinya diisi oleh gas dan larutan. Pergerakan Insektisida
di dalam sedimen terjadi melalui proses difusi melalui larutan tersebut, atau bergerak melalui
celah-celah diantara partikel sedimen. Laju transportasi Insektisida pada sedimen sangat
dipengaruhi oleh kecepatan arus pore-waters dan adsorpsi pada partikel sedimen.
Dalam proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut terlibat proses biologi dan
kimia sepanjang kedalaman laut dan berakhir menjadi sedimen. Cara aliran transportasi
sedimen dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sedimen merayap (bad load) adalah material
yang terangkut secara menggeser atau menggelinding di dasar aliran, sedimen loncat
(salatation load) adalah material yang meloncat-loncat pada dasar aliran , dan sedimen
layang (suspenden load) adalah material yang terbawa arus dengan melayang-layang dalam
air (Bahri, 2010).
Arah difusi selalu berasal dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Sehingga
difusi Insektisida dalam sedimen tergantung pada berat molekul Insektisida, suhu sedimen,
panjang aliran difusi , dan besaran gradiasi konsentrasi. Insektisida meninggalkan sedimen
melalui transportasi interphase atau proses dekomposisi. Di dalam sedimen Insektisida terikat
dengan ikatan-ikatan kimia senyawa humus terlarut sehingga bioavaibilitasnya menjadi
rendah. Banyaknya Asam humat yang terikat kuat sebagai bagian dari sedimen akan
meningkatkan nilai tukar kation, sehingga insektisida banyak yang terserap dan mobilitasnya
menjadi menurun.

Asam humat yang terikat dengan Insektisida merupakan bahan makromolekul


polielektrolit yang memiliki gugus fungsional seperti COOH, -OH alkoholat maupun -OH
fenolat sehingga asam humat berpeluang membentuk kompleks dengan insektisida karena
gugus ini dapat mengalami deprotonasi pada pH yang relatif tinggi. Gugus COOH
terdisosiasi pada pH 4 5, sedangkan gugus OH fenolat atau OH alkoholat terdesosiasi
pada pH 8 10 (Minardi, 2006). Struktur Asam humat dan Asam fluvat ditunjukkan pada
gambar 1 dan 2.

Gambar 1 : Struktur Asam Humat

Gambar 2 : Struktur Asam fluvat

Alamin et al. (2005) menyatakan bahwa deprotonasi gugus-gugus fungsional asam


humat akan menurunkan kemampuan pembentukan ikatan hidrogen, baik antar molekul
maupun sesama molekul dan meningkatkan gaya tolak menolak antar gugus dalam asam
humat. Kedua pengaruh tersebut akan menyebabkan permukaan partikel-partikel koloid asam
humat bermuatan negatif dan menjadi lebih terbuka, sehingga terjadi intraksi antara

Insektisida dan asam humat. Hal tersebut dapat menurunkan ketersedian Insektisida dalam
sedimen.
3. Insektisida Dalam Intraksi Sedimen Perairan Dan Badan Air
Lepasnya Insektisida dar fase sedimen menuju fase air terjadi melalui proses desorpsi,
sedangkan proses pergerakan dari fase air menuju fase sedimen melalui adsorpsi ke partikel
sedimen, Kecepatan transportasi Insektisida dari badan air ke sedimen dan sebaliknya
bergantung pada kecepatan aliran muatan dalam air melalui lapisan antara sedimen-air, dan
sifat-sifat fisika-kimia sedimen seperti distribusi ukuran partikel sedimen dan kandungan
bahan organik.
Tekstur dari sedimen sangat berkaitan erat dengan bahan organik yang terikat erat
dalam sedimen. Sedimen berlumpur memiliki kandungan bahan organik yang tinggi
sedangkan sedimen yang memiliki tekstur berpasir bahan organik yang terkandung di
dalamnya lebih sedikit. Tekstur sedimen seperti halnya bahan organik juga mempengaruhi
mobilitas Insektisida dalam badan air. Semakin banyak bahan organik pada badan perairan
yang terlarut dan bahan organik yang terikat kuat pada sedimen mempengaruhi tingginya
nilai kapasitas tukar kation KTK sehingga menyenbabkan tingginya kemampuan menyerap
Insektisida dan kadar insektisida menjadi berkurang.
C. Kesimpulan
Golongan insektisida sintetik yaitu insektisida organoklorin, insektisida organofosfat,
insektisida karbamat, dan Insektisida yang bersumber dari alam yaitu insektisida ekstrak
tanaman seperti Nikotine, Retenone, dan Pyretrin.
Tekstur sedimen berlumpur lebih banyak mengikat insektisida dibandingkan tekstur
sedimen berpasir, karena sedimen berlumpur banyak mengandung bahan organik yang dapat
mempengaruhi mobilitas Insektisida dalam badan air.

DAFTAR PUSTAKA
Alamin, N. Santosa, S. J, dan Noegrahati, S. 2005. Fraksinasi Asam Humat Dan Pengaruhnya
Pada Kelarutan Ion Logam Seng (II) Dan Kadmium (II). Jurnal Ilmu Dasar Vol.6(1)
: 1-6
Bumpus, A. J. and Steven D. Aust. 1987. Biodegradation Of DDT 1,1,1-Trichloro-2,2-Bis(4Chlorophenyl) Ethane] by the White Rot Fungus Phanerochaete Chrysosporium.
Aplied and Environmental Microbiology Journal. Volume 5. No. 9. p. 2001-1008.
Minardi, 2006. Peran Asam Humat Dan Fulvat Dari Bahan Organik Dalam Pelepasan P
Trserap Pada Andisol. Ringkasan Disertasi (tidak dipublikasikan). Program
pascasarjana Universitas Brawijaya. Malang. 21 hal
Misroul, H. Tangkas, I. dan Sakung, J. 2012. Daya Insektisida Kombinasi Perasan Umbi
Gadung (Dioscorea Bispida Dennest) Dan Ekstrak Tembakau (Nikotina Tabacum L).
Journal Kim.1 Volume (4): 166-173
Nugroho, A.P. 2014. EKOTOKSIKOLOGI, Yogyakarta: Fakultas Biologi Universitas Gadjah
Mada
Sudarmo, S. 1991. PESTISIDA. Kanisus. Yogyakarta
Taufik, I.,Yosminar. 2010. Pencemaran Pestisida Pada Lahan Perikanan di Daerah
Karawang-Jawa Barat. Bogor
Yusnani. Daud, A. dan Anwar. 2013. Identifikasi Pestisida Golongan Organofosfat Pada
Sayuran Kentang Di Swalayan Lottemart Pasar Terong Kota Makassar. Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit : Makassar

You might also like