You are on page 1of 4

Alif Syahrul Wahyudi

NIM: 1471041011
Kelas: B
Psikometri
TEORI PENGUKURAN KLASIK DAN PENGANTAR TEORI
PENGUKURAN MODERN
A. Teori Tes Klasik
Teori pengukuran klasik yang paling banyak digunakan adalah teori tes
klasik. Teori ini banyak digunakan karena teori ini membantu untuk melihat
dan mendeskripsikan kesalahan pengukuran yang dapat memengaruhi skor
amatan. Inti dari teori ini adalah dirumuskannya dengan beberapa asumsiasumsi secara matematis (Suryabrata, 2005). Asumsi-asumsi tersebut
diuraikan sebagai berikut:
Asumsi
Pertama

Deskripsi
Hubungan antara skor tampak (X), skor murni (T) dan

Kedua

skor kesalahan (E) dirumuskan sebagai X = T + E


Skor Murni (T) merupakan skor Harapan (X)

Ketiga

dirumuskan sebagai T = (X)


Tidak terdapat korelasi anatara skor murni (T) dengan
skor pengukuran yang dilakukan dirumuskan sebagai

Keempat

(et = 0)
Korelasi antara skor kesalahan (E) pertama dan kedua

Kelima

adalah nol. Dirumuskan sebagai (e1e2 = 0)


Jika terdapat dua tes yang dilakukan untuk mengukur
atribut yang serupa, maka skor kesalahan (E) pada
pengukuran pertama tidak berkorelasi pada skor murni
(T) pada pengukuran kedua. Dirumuskan sebagai

Keenam

(e1t2 = 0)
Asumsi ini menyajikan mengenai tes paralel. Dua tes
yang dilaksanakan dikatakan sebagai tes paralel ketika
skor-skor kedua tes pada populasi memiliki skor murni

yang

sama

(T

T`)

dan

varians

skor-skor

kesalahannya sama (e2 = e2`)


Ketujuh

1.

Asumsi terakhir dari teori tes klasik

menyatakan tentang definisi tes yang setara


(essentially t equivalent) Jika dua perangkat tes
mempunyai skor-skor perolehan dan Xt1 dan
Xt2 yang memenuhi asumsi 1 sampai 5dan
apabila untuk setiap populasi subyek X1 =X2 +
C12, dimana C12 adalah bilangan konstanta,
maka kedua tes disebut tes yang pararel.
Asumsi-asumsi pada teori tes klasik ini dijadikan dasar untuk
mengembangkan formula-formula dalam menentukan validitas dan reliabilitas tes.
Validitas dan reliabilitas pada perangkat tes digunakan untuk menentukan kualitas
tes. Kriteria lain yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas tes adalah
indeks kesukaran dan daya pembeda.
Menurut beberapa ahli yang mengkaji teori tes klasik ini memberikan
beberapa kelemahan mengenai teori ini (Hambleton dkk. dalam Kartowagiran,
2009) sebagai berikut.
a. Statistik butir tes sangat tergantung pada karakteristik subjek yang
dites
b. Taksiran kemampuan peserta tes sangat tergantung pada butir tes
yang diujikan
c. Kesalahan baku penaksir skor berlaku untuk semua peserta tes,
sehingga kesalahan baku pengukuran tiap peserta dan butir soal
tidak ada
d. Informasi yang disajikan terbatas pada menjawab benar atau salah
saja tidak memperhatikan pola jawaban peserta tes
e. Asumsi tes paralel susah dipenuhi.
Meskipun terdapat kelemahan, tetapi teori tes klasik ini masih sering
digunakan karena tidak ada tuntutan bahwa responden harus berjumlah besar ( >
100 orang). Teori ini juga mudah dalam pengaplikasiannya. Teori ini bnayak

digunakan bagi yang hendak melakukan tes dalam subjek yang tidak terlalu besar,
seperti tes ujian di dunia pendidikan dan dunia psikologi.
B. Teori Tes Modern (Latent Trait Theory)
Teori ini berasumsi bahwa peroformansi subjek dalam tes dapat diprediksi
dan bersifat laten. Atau lebih dikenal dengan Item Response Theory (IRT)
yaitu respon subjek terhadap item yang menunjukkan kognitifnya. Kelebihan
kinerja subjek dapat dilihat dengan Item Characteristic Curve (ICC). Artinya
semakin baik performance subjek akan semakin banyak respon (jawaban pada
aitem tes) yang benar. Aspek dari teori tes modern ini adalah butir item,
subjek dan isi respon subjek.
1. Asumsi-asumsi pada teori tes modern
a. Parameter butir soal dan kemampuan adalah (Invariant). Artinya soal
yang dibuat memiliki korelasi positif dengan kemampuan yang
diukur.
b. Unidimensionality, artinya 1 item mengukur satu kemampuan. Asumsi
ini kurang terbukti karena pada dasarnya antara item 1 dengan lainnya
saling melengkapi.
c. Local independence, artinya respon terhadap suatu item tidak akan
berpengaruh terhadap item lainnya.
Secara umum Teori tes Klasik (TTK) dan Teori tes Modern (TRA) adalah sebagai
berikut
Kriteria

TTK

TRA (Tes Respon Aitem)

Fokus Kajian

X (skor tampak), E (skor Butir Aitem, subjek dan isi


kesalahan) dan T (skor respon subjek
murni)

Asumsi

Berupa simbol matematis

Tidak

berupa

simbol

matematis
Pandangan

Lebih

memntingkan Memberikan

terhadap

norma tes (skor murni), perhatian pada aitem-aitem

Aitem

kurang

memperhatikan dalam tes

aitem-aitem dalam tes.


Tidak

diuji

secara

banyak

psikometri
Hubungan

Saling memengaruhi

Tidak saling memengaruhi

antaraaitem

Referensi
Kartowarigan, B. (2009). Makalah Pengantar Teori Tes Klasik. Makalah
dipresentasikan pada Pelatihan Penulisan Analisis dengan Pendekatan TTK
dan TRB. Universitas Negeri Yogyakarta., Yogyakarta.
Suryabrata, S. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta: Andi
Offset.

You might also like