You are on page 1of 10

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH PRE HEMODIALISIS DAN LAMA

MENJALANI HEMODIALISIS DENGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN


INTERDIALITIK DI RUANG HEMODIALISIS RS. MOH. HOESIN PALEMBANG
Rumentalia Sulistini, Indah Permata Sari, Natsir A Hamid
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemmenkes Palembang
Chronic Renal Failure (CRF) now has become a serious problem for peoples health in the
world. CRF often causes various complications, one of them is cardiovascular. Prevalence of
cognitive impairment in chronic kidney diseases accurs about 37% after two years
hemodialisis treatment. Interdialytic Weight Gain (IDWG) is an indicator of fluid over a
period of interdialytic input can influence health status in patients undergoing hemodialysis.
The occurrence of interdialysis weight gain will be raised a variety of issues for patients. The
purpose of this study is to determine the correlation between blood pressure pre hemodialysis
and length of hemodialysis toward interdialytic weight gain in RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang 2013. The study occurred by using the method of analytic survey with crosssectional approachment to the acquisition of sample using purposive sampling totaling 43
peoples, technique determines the amount of samples using the inclusion criteria, as for
research using questionnaires blood pressure, length of hemodialysis and interdialytic weight
gain. Data analysis occurred with the Regression Correlation with value = 0,05. The results
showed there was no significant correlation between blood pressure (systole and diastole) pre
hemodialysis and interdialitic weight gain (p > 0,05) with a standard deviation of 23,754
mmHg in blood pressure of systole and 9,359 mmHg in diastole blood pressure. As for the
length of hemodialysis have a significant correlation with interdialytic weight gain (p < 0,05)
with a standard deviation of 16,539 months. Recommendation results of this study are
expected to nurse to provide health education on diet for people with CRF as a whole so that
the client can choose the food and drink can be consumed as well as the quantities that
allowed so there is no complication.
Keywords : CRF, Hemodialysis, Blood Pressure, IDWG
PENDAHULUAN

bertahap sebelum terjun ke fase penurunan

Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney

faal ginjal tahap akhir. Sindrom gagal

Disease/CKD) adalah gangguan fungsi

ginjal

ginjal yang progresif dan irreversible,

permasalahan bidang nefrologi dengan

dimana kemampuan tubuh gagal untuk

angka kejadiannya masih cukup tinggi,

mempertahankan

serta

etiologi luas dan komplek, sering berupa

elektrolit

keluhan maupun gejala klinik kecuali

sehingga menyebabkan uremia (Smeltzer

sudah terjun ke stadium terminal (gagal

dan Bare, 2002). Gagal ginjal kronik

ginjal

(GGK) adalah ketidakmampuan untuk

dikenal macam-macam dialisis seperti

mempertahankan

dan

dialisis pericardial, dialisis pleural, dialisis

integritas tubuh yang muncul secara

gastrointestinal, dialisis peritoneal, dan

keseimbangan

metabolisme
cairan

dan

keseimbangan

kronik

terminal).

(GGK)

Dalam

merupakan

kepustakaan

hemodialisis (Sukandar, 2006). Lebih dari

hemodialisis

100.000 pasien pada setiap tahunnya

semakin lamanya penderita menjalani

menjalani hemodialisa (Smeltzer dan Bare,

hemodialisis maka semakin sering terpapar

2002). Di Indonesia saja, saat ini ada

oleh efek samping dari hemodialisis baik

sekitar 70 ribu penderita gagal ginjal

akut

kronik yang memerlukan cuci darah.

disequilibrium syndrome dan hipotensi

Meski

tidak

(Lee & Ganiesh, 2011 dalam Rustanti,

mencerminkan keadaan sebenarnya, masih

2012).World Health Organization (WHO)

ada lebih banyak penderita yang tidak

tahun 2008 dan Global Burden of Disease

diketahui dan tidak tercatat (Gatot, 2003

(GDB)

dalam Suryarinilsih, 2010).

menyebabkan 163.275 kematian setiap

Hemodialisis merupakan suatu cara untuk

tahunnya (Lolyta, dkk, 2011). Pada tahun

mengeluarkan produk sisa metabolisme

2007 menunjukan adanya peningkatan

berupa larutan (ureum dan kreatinin) dan

populasi penderita gagal ginjal kronik di

air yang ada pada darah melalui membran

Amerika Serikat dibandingkan tahun-tahun

semipermeabel atau yang disebut dengan

sebelumnya, dimana prevalensi penderita

dialyzer

demikian,

angka

ini

sering

maupun

terjadi,

kronis

menyatakan

seperti

penyakit

dengan

dialysis

ginjal

2003

dalam

gagal ginjal kronik mencapai 1.569 orang

Yayasan

ginjal

per sejuta penduduk (Warlianawati, 2007).

Diantrans Indonesia (YGDI) hemodialisis

Jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia

dibutuhkan apabila fungsi ginjal seseorang

saat ini terbilang tinggi, mencapai 300.000

telah mencapai tingkatan terakhir (stage 5)

orang tetapi belum semua pasien dapat

dari

Proses

tertangani oleh para tenaga medis, baru

hemodialisis ini dapat dilakukan dua

sekitar 25.000 orang pasien yang dapat

sampai tiga kali seminggu yang memakan

ditangani, artinya ada 80 persen pasien tak

waktu tiga sampai lima jam setiap kali

tersentuh pengobatan sama sekali (Susalit,

hemodialisis (Smeltzer dan Bare, 2008

2012).

dalam Suryarinilsih, 2010). Hemodialisis

memperpanjang usia tanpa batas yang

merupakan salah satu terapi bagi penderita

jelas, tindakan ini tidak akan mengubah

penyakit ginjal kronis disamping peritonial

perjalanan alami penyakit ginjal yang

dialisis

mendasari

(Thomas,

Suryarinilsih,

gagal

dan

2010).

ginjal

kronik.

transplantasi

ginjal.

Meskipun

dan

hemodialisis

juga

tidak

dapat

akan

Hemodialisis merupakan prosedur yang

mengembalikan seluruh fungsi ginjal.

cukup aman dan dapat meningkatkan

Pasien tetap akan mengalami sejumlah

kualitas hidup penderita penyakit ginjal

permasalahan dan komplikasi (Smeltzer

kronis namun komplikasi akibat

dan Bare, 2002). Salah satu masalah yang

paling sering dihadapi

pasien adalah

prognosis

jangka

panjang

serta

peningkatan volume cairan diantara dua

mengakibatkan tekanan darah yang tinggi

waktu dialisis yang dimanifestasi dengan

waktu predialisis. Faktor spesifik yang

penambahan

Tujuan

menyebabkan

satunya

cairan

dilakukan

berat

badan.

hemodialisis

salah

terjadinya

antara

dua

peningkatan

waktu

dialisis

adalah untuk membantu memperbaiki

diantaranya faktor dari pasien, keluarga

komposisi cairan tubuh sehingga mencapai

dan

keseimbangan cairan yang diharapkan.

berhubungan dengan peningkatan cairan

Walaupun

menjalani

antara dua waktu dialisis antara lain faktor

hemodialisis pasien harus tetap melakukan

demografi, masukan cairan, rasa haus,

pembatasan atau pengelolaan cairan dan

social support, self efficacy dan stress

diet, namun masalah kelebihan cairan yang

(Sonnier, 2000). Kelebihan cairan antara

dialami pasien tidak hanya diperoleh dari

dua waktu dialisis dapat ditandai dengan

masukan cairan yang berlebihan akan

terjadinya perubahan klinis antara lain

tetapi juga dapat berasal dari makanan

peningkatan tekanan darah, nadi, suhu,

yang mengandung kadar air tinggi seperti

pernafasan, peningkatan berat badan yang

agar-agar atau sup (Parkins, et, al, 2006

berlebihan sejak dialisis terakhir (Hudak &

dalam Suryarinilsih, 2010).

Gallo, 1996). Penambahan berat badan

Manajemen pembatasan asupan cairan dan

antara dua waktu dialisis merupakan

makanan

terhadap

indikator masukan cairan selama periode

penambahan berat badan di antara dua

interdialitik yang dapat mempengaruhi

waktu

status kesehatan pasien dalam menjalani

demikian

akan

dalam

berdampak

dialisis.

Pembatasan

cairan

faktor

psikososial

yang

merupakan hal yang kurang dipatuhi

terapi

dalam

CKD

penambahan berat badan yang berlebihan

(Johnstone dan Halshaw, 2003; Sharp,

antara dua waktu dialisis akan dapat

Wild, dan Gumley, 2005). Penambahan

menimbulkan berbagai masalah baru bagi

berat badan di antara dua waktu dialisis

pasien

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

ganguan fungsi fisik, sesak nafas, edema

lingkungan, gizi, perilaku, fisiologis, dan

pulmonal

psikologis (Hwang, Wang, dan Chien,

kemungkinan terjadinya kegawatan darurat

2007; Sarkar, Kotanko, dan Levin, 2006).

hemodialisis, meningkatkan resiko dilatasi

Juan

bahwa

dan hipertropi ventrikuler dan gagal

IDWG

jantung (Smeltzer dan Bare, 2002 dalam

(Interdialitik Weight Gain), semakin buruk

Suryarinilsih, 2010). Gangguan kognitif

manajemen

(2005)

semakin

diri

pasien

mengungkapkan

besar

prosentase

hemodialisis.

sangat

diantaranya

yang

Terjadinya

adalah

dapat

hipertensi,

meningkatkan

baik akut maupun kronik sering terjadi

dua waktu hemodialisis lebih dari 4,8 %

pada penderita penyakit gagal ginjal kronis

berat badan (Foley, Herzog, & Collins,

yang

rutin.

2002 dalam Riyanto, 2011). Peningkatan

(Tamura, et al, 2012 dalam Rustanti,

berat badan yang ideal diantara dua waktu

2012). Selain itu orang yang menerima

hemodialisis adalah 1,5 kg (Kimmel et al,

hemodialisis

yang

2000 dalam Riyanto, 2011).

pembatasan

cairan

menjalani

hemodialisis

tidak

mematuhi
terjadi

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang

kelebihan cairan beresiko kematian dini

dekat dengan pasien berperanan sebagai

(Saran et al, 2003 dalam Suryarinilsih,

pemberi asuhan keperawatan dan sekaligus

2010). Komplikasi yang sering terjadi pada

sebagai

pasien hemodialisis adalah penambahan

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

berat

waktu

pasien dan keluarga tentang pentingnya

hemodialisis (Interdialitik weight gain =

pembatasan konsumsi cairan dan makanan

IDWG)

bagi penderita CKD. Abuelo (1998) dalam

badan

sehingga

diantara

yang

dua

disebabkan

oleh

pendidik

jawab

ketidakmampuan fungsi ekskresi ginjal,

Riyanto

sehingga berapapun jumlah cairan yang

pembatasan asupan cairan sampai 1 liter

diasup pasien, penambahan berat badan

per hari penting guna mengurangi risiko

akan

lain

kelebihan volume cairan antara waktu

penambahan berat badan sebanyak nol ml

dialisis. Kimmel (2000), Leggat (1998),

tidak mungkin terjadi. Penambahan nilai

Port (2004), Saran (2003) dalam Riyanto

IDWG yang terlalu tinggi akan dapat

(2011) mengemukakan bahwa seseorang

menimbulkan

penderita CKD yang tidak mematuhi

selalu

ada.

Dengan

efek

kata

negatif

terhadap

(2011),

bertangung

keadaan pasien, diantaranya hipotensi,

pembatasan

kram otot, hipertensi, sesak nafas, mual

kematian dini. Survei awal pada tanggal 20

dan muntah, dan lainnya (Brunner and

April 2013 jumlah pasien yang menjalani

Suddarth, 2005 dalam Riyanto, 2011).

hemodialisa pada tahun 2012 tercatat 204

Pace (2007),

orang, dimana 39 orang laki-laki dan 165

mengungkapkan

dalam

Riyanto

komplikasi

(2011),
kelebihan

orang

cairan

mengungkapkan

perempuan

dapat

yang

mengalami

melakukan

cairan pada pasien dengan CKD adalah

tindakan cuci darah (Instalasi Hemodialisa

hipertensi, edema perifer dan asites.

Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin

Bahkan sumber data dari United States

Palembang 2013).Berdasarkan data diatas

Renal

(USRDS)

penulis

kematian

Hubungan antara Tekanan Darah Pre

Data

menunjukkan

System
peningkatan

dengan penambahan berat badan diantara

tertarik

Hemodialisis

dan

meneliti

Lama

bagaimana

Menjalani

Hemodialisis dengan Penambahan Berat

2004,

terdapat

16,8%

dari

populasi

Badan Interdialitik di Ruang Hemodialisa

penduduk usia diatas 20 tahun yang

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad

menderita gagal ginjal kronik. Sampel

Hoesin Palembang Tahun 2013.

penelitian 43 responden. Ditambahkan


drop out (DO) 10% maka total sampel

BAHAN DAN CARA

sebesar 47 orang dengan kriteria inklusi :

Metode penelitian yang digunakan dalam

Usia > 18 tahun ( usia dewasa menurut

penelitian

ini adalah survey analitik

WHO), Pasien yang tidak mengalami

dengan pendekatan Cross sectional yaitu

komplikasi hemodialisa (edema perifer,

penelitian untuk mempelajari dinamika

acites, peningkatan nadi dan pernafasan,

korelasi antara faktor-faktor risiko dengan

nafas dangkal, crakckles, peningkatan vena

efek, dengan cara pendekatan, observasi

sentral, dispnea, rales basah, batuk, edema

atau pengumpulan data sekaligus pada

perifer,

suatu saat (point time approach). Populasi

hipertropi

adalah keseluruhan objek penelitian atau

anorexia, sakit kepala, pusing, kelemahan

objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).

otot,

Populasi yang diambil pada penelitian ini

hemodialisa

adalah seluruh pasien yang menjalani

menjadi

hemodialisa di RuangHemodialisa Rumah

digunakan untuk mengetahui hubungan

Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

antara dua variabel yang diteliti (variabel

Palembang Tahun 2012. Pengambilan

dependen

dan

sampel dilakukan dengan metode Non

Hubungan

antara

Random Sampling dengan menggunakan

hemodialisis

teknik Purposive Sampling, yaitu teknik

hemodialisa dengan penambahan berat

penentuan sampel didasarkan pada suatu

badan intradialisis menggunakan dan lama

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

menjalani

peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-

penambahan

sifat

diketahui

menggunakan Uji Korelasi Regresi. Untuk

sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Sampel

mengetahui hubungan antara dua variabel

pada penelitian ini menggunakan proporsi

numeric dapat dihasilkan dua jenis, yaitu

kejadian GGK,

Centers for

derajat / keeratan hubungan, digunakan

Disease Control (CDC) yang dikutip oleh

analisis korelasi. Sedangkan bila ingin

Utami (2010) dalam Damanik (2010)

diketahui bentuk hubungan antara dua

dalam kurun waktu tahun 1999 hingga

variable, digunakan analisis regresi.

populasi

yang

sudah

menurut

meningkatnya

resiko

dilatasi,

ventrikuler,

gagal

jantung,

letargi,

bingung),

2x

menjalani

seminggu,

responden.

Analisis

variabel

dan

bersedia
yang

independen).

tekanan darah pre


lama

menjalani

hemodialisa
berat

badan

dengan
interdialitik

HASIL PENELITIAN

hemodialisis

Dalam analisis univariat, dihasilkan nilai

hemodialisis

mean, median, minimum, maksimum, dan

dalam bentuk analisis korelasi dan regresi

standar deviasi 95% CI untuk variabel

(kekuatan hubungan, p value, dan jumlah).

tekanan

Hasil analisa univariat dari masing

darah

hemodialisis

dan
dengan

lama
berat

menjalani
badan

interdialitik (IDWG). Sedangkan analisis

dan

lama

masing-masing

menjalani
disajikan

masing variabel dapat dilihat pada


tabel berikut ini.

bivariat pada variabel tekanan darah pre

Tabel 1
Analisis Deskriptif Statistik Tekanan Darah dan Lama Menjalani
Hemodialisis dengan Berat Badan Interdialitik (IDWG)
Di Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2013 (n= 43)
NO
1
2
3
4

variabel
TD sistole
TD diastole
Lama HD
IDWG

Mean
150,23
89,30
13,86
2,23

median
140,00
90,00
7,00
2,00

Min-Maks
110 -200
70 - 120
1-84
0-7

SD
23,754
9,359
16,539
1,601

95%CI
142,92 157,54
86,42 92,18
8,77 18,95
1,74 2,73

Berdasarkan tabel 1 didapatkan rata-rata

95% diyakini bahwa rata-rata tekanan

tekanan darah sistole responden adalah

darah diastole responden diantara 86,42

150,23 mmHg, median 140,00 mmHg

sampai

dengan standar deviasi 23,754 mmHg.

menjalani hemodialisis didapatkan rata-

Tekanan darah sistole terendah 110 mmHg

rata selama 13,86 bulan, median 7,00

dan tertinggi 200 mmHg. Dari hasil

bulan dengan standar deviasi 16,539 bulan.

estimasi interval sebesar 95% diyakini

Lama menjalani hemodialisis 1 bulan dan

bahwa rata-rata tekanan darah sistole

terlama 84 bulan. Hasil estimasi interval

responden adalah diantara 142,92 mmHg

sebesar

sampai dengan 157,54 mmHg. Sedangkan

menjalani hemodialisis antara 8,77 sampai

untuk tekanan darah diastole didapatkan

18,95 bulan. Berat badan interdialitik

rata-rata sebesar 89,30 mmHg, median

(IDWG) responden adalah 2,23 kg, median

90,00 mmHg dengan standar deviasi 9,359

2,00 kg dengan standar deviasi 1,601 kg.

mmHg. Tekanan darah diastole terendah

Berat terendah 0 kg dan berat tertinggi 7

sebesar 70 mmHg dan tertinggi 120

kg. Dari hasil estimasi interval sebesar

mmHg. Hasil estimasi interval sebesar

95% diyakini bahwa rata-rata berat badan

92,18

95%

mmHg.

Untuk

lama

diyakini rata-rata lama

interdialitik responden adalah diantara


1,74 kg sampai dengan 2,73 kg.
Tabel 2
Perbedaan Berat Badan Interdialitik Menurut Tekanan Darah dan
Lama Menjalani Hemodialisis Pada Pasien Hemodialisa Di Instalasi
Hemodialisa Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2013 (n=43)
Variabel
TD sistole
TD diastole
Lama HD

r
0,065
0,194
0,383

p value
0,805
0,169
0,018

N
43
43
43

Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa

tekanan darah diastole didapatkan rata-rata

tekanan darah baik sistole maupun diastole

89,30 mmHg dengan standar deviasi 9,359

masing-masing tidak memiliki hubungan

mmHg. Hasil uji analisis kerelasi dan

dengan berat badan interdialitik (p value >

regresi menunjukkan bahwa p value untuk

0,05). Sedangkan untuk lama menjalani

tekanan darah sistole sebesar 0,805 dan p

hemodialisa berhubungan dengan berat

value untuk tekanan darah diastole sebesar

badan interdialitik dengan p value 0,018 (p

0,169 mmHg dimana p value >

value < 0,05) dengan kekuatan hubungan

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

sedang (r = 0,383) tekanan darah baik

hubungan yang bermakna secara statistik

sistole maupun diastole masing-masing

antara tekanan baik tekanan darah siastole

tidak memiliki hubungan dengan berat

maupun diastole dengan penambahan berat

badan interdialitik (p value > 0,05).

badan interdialitik pada pasien hemodialisa

(0,05)

di Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit


Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

PEMBAHASAN
A.Hubungan

Antara

Tekanan

Darah

Palembang Tahun 2013. Hasil ini sejalan

dengan Berat Badan Interdialitik

dengan pernyataan Gomez (2005), bahwa

Hasil analisis dalam hubungan antara

IDWG yang erat kaitannya dengan cairan

tekanan darah sistole dengan berat badan

berlebih

dan

interdialitik mengemukakan bahwa rata-

tingginya

tekanan

rata tekanan darah sistole responden

Tetapi hal ini tidak sejalan dengan

dengan berat badan interdialitik adalah

penelitian yang dilakukan oleh Lolyta

150,23 mmHg dengan standar deviasi

(2011) dengan judul Analisis Faktor yang

sebesar 23,754 mmHg. Sedangkan untuk

Mempengaruhi

merupakan
darah

Tekanan

precursor
pre-dialisis.

Darah

Hemodialisis pada Klien Gagal Ginjal

B. Hubungan Antara Lama Menjalani

Kronik suatu studi di RS Telogorejo

Hemodialisis

Semarang dengan rancangan penelitian

Interdialitik

Explanatory

menyatakan bahwa

Hasil analisis dalam hubungan antara lama

IDWG memiliki pengaruh yang signifikan

menjalani hemodialisis dengan berat badan

terhadap tekanan darah hemodialisis pada

interdialitik mengemukakan bahwa rata-

klien dengan GGK. Diungkapkan juga

rata

oleh Rahman (2000) bahwa IDWG lebih

responden dengan berat badan interdialitik

besar terjadi pada pasien yang tidak

adalah 13,86 bulan dengan standar deviasi

mentaati penatalaksanaan dialisis. Data

sebesar 16,539 bulan. Hasil uji analisis

lain juga menunjukkan bahwa tekanan

korelasi dan regresi menunjukkan bahwa p

darah tinggi dikaitkan dengan hipertrofi

value untuk lama menjalani hemodialisis

ventrikel kiri, yang merupakan faktor

sebesar 0,018 dimana p value <

resiko lain terkait tekanan darah tinggi.

maka

Setelah membandingkan penelitian ini

hubungan yang bermakna secara statistik

dengan penelitian sebelumnya dan dengan

antara lama menjalani hemodialisis dengan

teori-teori yang ada, maka peneliti menarik

penambahan berat badan interdialitik pada

kesimpulan bahwa tidak ada hubungan

pasien hemodialisa di Ruang Hemodialisa

yang bermakna antara tekanan darah pre

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

hemodialisis dengan penambahan berat

Tahun 2013. Hal ini sejalan dengan

badan interdialitik. Hal ini disebabkan

pernyataan Lee dan Ganiesh (2011) dalam

karena tekanan darah bukan hanya akibat

Rustanti (2012), semakin lama penderita

dari penambahan berat badan saja, namun

menjalani hemodialisis maka

banyak

dapat

semakin sering terpapar efek samping dari

mempengaruhi tekanan darah itu sendiri.

hemodialisis baik akut maupun kronis

Untuk itu diharapkan hendaknya pihak

seperti dialysis disequilibrium syndrome

rumah sakit perlu meningkatkan kualitas

dan hipotensi. Setelah membandingkan

pelayanan kesehatan seperti pendidikan

penelitian

kesehatan

darah

sebelumnya dan dengan teori-teori yang

terhadap penambahan berat badan agar

ada, maka peneliti menarik kesimpulan

penderita GGK lebih mengerti mengenai

bahwa ada hubungan yang bermakna

pengaruh

antara lama menjalani hemodialisis dengan

yang

faktor

lainnya

mengenai

tekanan

yang

tekanan

darah

penambahan berat badan.

terhadap

lama

dapat

dengan

Berat

menjalani

disimpulkan

ini

dengan

Badan

hemodialisis

bahwa

(0,05)
ada

penelitian

penambahan berat badan interdialitik. Hal


ini disebabkan karena semakin lamanya

penderita penderita menjalani hemodialisis

IDWG klien. Sehingga akan tercapai berat

maka semakin sering terpapar oleh efek

badan kering, dan mengurangi morbiditas

samping hemodialisis baik akut maupun

serta mortalitas klien akibat penyakit

kronis, dan penambahan berat badan

kardiovaskuler.

merupakan salah satu dari efek tersebut.

memberikan

Untuk itu diharapkan hendaknya pihak

mengenai diet bagi penderita GGK secara

rumah sakit perlu meningkatkan kualitas

menyeluruh agar klien dapat memilih

pelayanan kesehatan seperti pendidikan

makanan

kesehatan

dikonsumsi

mengenai

lama

menjalani

hemodialisis terhadap penambahan berat

atau

Perawat

juga

perlu

pendidikankesehatan

minuman
serta

yang

takaran

dapat
yang

diperbolehkan.

badan agar penderita GGK lebih mengerti


mengenai

pengaruh

lama

menjalani

hemodialisis terhadap penambahan berat


badan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Penalitian

ini

didapatkan

tidak

ada

hubungan antara tekanan darah sistole


dengan

penambahan

berat

badan

interdialitik. p value = 0,805 (p > 0,05),


tidak ada hubungan antara tekanan darah
diastole dengan penambahan berat badan
interdialitik. p value = 0,169 (p > 0,05).
Ada hubungan antara lama menjalani
hemodialisis dengan penambahan berat
badan interdialitik. p value = 0,018 (p <
0,05) dengan kekuatan hubungan sedang
dan positif. r = 0,383. Setelah dilakukan
penelitian terhadap tekanan darah pre
hemodialisis

dan

hemodialisis

pada

lama
klien

menjalani
GGK

yang

menjalani hemodialisis, diharapkan para


perawat lebih memperhatikan mengenai
diet klien yang akan berimplikasi kepada

DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, M.S. (2008). Statistik Untuk
Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi
3. Jakarta: Salemba Medika.
Hastono, S.P. (2001). Modul Analisa Data.
Depok: FKUI
Hudak, C.M. & Gallo, B.M. (1996).
Keperawatan Kritis Pendekatan
Holistik, Volume II Edisi VI.
Jakarta: EGC.
Lolyta, R. dkk. (2011). Analisis Faktor
yang Mempengaruhi Tekanan
Darah Hemodialisis pada Klien
Gagal Ginjal Kronik. 17 April
2013.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.i
d/ejournal/index.php/ilmukeperawa
tan/article/download/72/104
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Nurchayati, S. (2010). Analisis FaktorFaktor yang Berhubungan dengan
Kualitas Hidup Pasien Penyakit
Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis.
2
Mei
2013.http://repository.usu.ac.id/bit
stream/123456789/27561/7/Cover.
pdf
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2006). Buku
Ajar Fundamental Keperawatan,
Konsep, Proses, dan Praktik.
Volume II. Edisi IV. Jakarta: EGC.

Ratnawati. (2011). Tingkat Kecemasan


Pasien
dengan
Tindakan
Hemodialisa. 10 Mei 2013.
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/J
HS/article/view/88
Rustanti. (2012). Hubungan Lama
Menjalani Hemodialisis dengan
Gangguan Kognitif pada Penderita
Penyakit Ginjal Kronis. 3 Mei
2013.
http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod
=penelitian_detail&sub=Penelitian
Detail&act=view&typ=html&buku
_id=59058&obyek_id=4
Smelzer dan Bare. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah.
Volume II.Edisi VIII. Jakarta:
EGC.
Sonnier, M.S. & Bridget, L. (2000). Effect
of Self Monitoring and Monetery
Reward on Fluid Adherence
Among
Adult
Hemodialysis
Patients.
16
Mei
2013.
http://digital.library.unt.edu/ark:/67
531/metadc2693/m1/2/?q=Sonnier
Sukandar, E. (2006). Gagal Ginjal dan
Panduan Terapi Dialisis. Bandung
: FK UNPAD.
Suryarinilsih, Y. (2010). Hubungan
Penambahan Berat Badan antara
Dua Waktu Dialisis Dengan
Kualitas
Hidup
Pasien
Hemodialisis. 2 Mei 2013.

You might also like