You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR KLAVIKULA
DI RSPAD GATOT SOEBROTO

DISUSUN OLEH :
TRI PUSPITO WINARTI
1510721034

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2016

FRAKTUR KLAVIKULA
A. Anatomi dan Fisiologis

Kerangka anggota atas dikaitkan dengan kerangka badan dengan perantaaran


gelang bahu ,yang terdiri atas klavikula dan scapula. Klavikula, atau tulang
selangka, menghubungkan ekstremitas atas ke bagian badan atas. Hal ini
digolongkan sebagai tulang panjang, tetapi relatif singkat, melampirkan medial ke
sternum, dan lateral mengartikulasikan dengan akromion scapula.
Klavikula membentuk bagian anterior dari sabuk bahu. Ini adalah tulang
panjang, melengkung agak seperti miring huruf f, dan ditempatkan hampir
horizontal di bagian atas dan anterior dada, tepat di atas tulang rusuk pertama.
Mengartikulasikan medial dengan manubrium sterni, dan lateral dengan akromion
skapula. Hal ini membentuk lengkung ganda, konveksitas yang diarahkan ke depan
pada akhir sternum, dan cekung pada akhir skapularis.
Penentuan segi dari klavikula yaitu lateral atau medial. Ujung lateral adalah
datar, dan ujung medial besar dan segiempat.Shaft pula

sedikit melengkung,

sehingga ke depan cembung di depan medial 2/3, dan cekung dalam lateral
1/3.Permukaan inferior beralur longitudinal di pertengahan 1/3.
Sternal Ekstremitas (extremitas sternalis, ekstremitas internal).sternum
ekstremitas klavikula segitiga dalam bentuk, diarahkan medial, dan sedikit ke bawah
dan ke depan. Ini menyajikan sebuah segi artikular, cekung dari sebelum mundur,
dari atas ke bawah cembung, yang artikulasi dengan manubrium sterni melalui
intervensi disk artikular. Bagian bawah dari segi dilanjutkan ke permukaan inferior
tulang sebagai daerah semi-oval kecil untuk artikulasi dengan tulang rawan dari

tulang rusuk pertama. Lingkar permukaan artikular kasar, untuk lampiran dari
berbagai ligamen, sudut atas memberikan lampiran ke disk artikular.
Acromial Ekstremitas (extremitas acromialis, ekstremitas luar).-Acromial
ekstremitas menyajikan kecil, pipih, oval permukaan diarahkan miring ke bawah,
untuk artikulasi dengan akromion skapula. Lingkar segi artikular kasar, terutama di
atas, untuk lampiran ligamen akromioklavikularis.
Pada perempuan, klavikula umumnya lebih pendek, tipis, kurang
melengkung, dan halus daripada pada pria. Pada orang-orang yang melakukan kerja
manual yang cukup menjadi lebih tebal dan lebih melengkung, dan pegunungan
untuk lampiran otot yang jelas ditandai.

Tonjolan tulang klavikula ditemukan pada permukaan inferior tulang.


Tonjolan tersebut adalah besar dan permukaan kasar dari tulang. Tonjolan tulang itu
adalah tempat perlekatan ligament. Tuberkulum konoid ditemukan dekat ujung
akromial klavikula. Ini adalah titik perlekatan ligamentum konoideum - bagian
medial ligamen korakoklavikular.
Bagian dekat ujung akromial sternum adalah garis trapeziod. Ini adalah di
mana ligamen trapeziod (bagian lateral ligamentum korakoklavikular) menempel.
Pada akhir sternum klavikula adalah impresi untuk ligamen kostklavikular. Itu
adalah depresi oval kasar yang ligamentum kostoklavikular mengikat.
Struktur klavikula terdiri dari jaringan cancellous, diliputi oleh lapisan padat,
yang lebih tebal di bagian menengah daripada di ekstremitas tulang. Ossifikasi
klavikula mulai mengeras sebelum tulang lainnya dalam tubuh, dari tiga pusat-yaitu,
dua pusat primer, medial dan lateral, bagi tubuh, yang muncul selama minggu
kelima atau keenam. kehidupan janin, dan pusat sekunder untuk akhir sternum, yang
muncul sekitar tahun kedelapan belas atau kedua puluh, dan menyatukan dengan
sisa tulang sekitar tahun dua puluh lima.

Klavikula memiliki tiga fungsi utama. Antanya adalah menghubungkan


ekstremitas atas ke bagian badan atas dan melindungi struktur neurovaskular yang
mendasariekstremitas atas.Selain itu ,mentransmisikan beban dari ekstremitas atas
ke kerangka aksial.
B. Definisi
Pengertian fraktur pada anggota tubuh, disesuaikan menurut anatominya,
misalnya Klavikula (tulang Kolar). Dari pengertian di atas, fraktur Klavikula
merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang
tejadi pada tulang Klavikula.
Fraktur Klavikula adalah patah tulang pada tulang klavikula atau tulang
selangka. Hal ini sering disebabkan akibat jatuh dengan posisi lengan
terputar/tertarik (outstrechedhead), posisi jatuh bertumpu ke bahu atau pukulan
langsung ke klavikula.
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat
jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada
sepertiga tengah atau proksimal klavikula. Tulang merupakan alat penopang dan
sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan tegak berdiri.
Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek
fisiologikal. Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan
memberikan sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari aspek
fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan
lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma.
Selain itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat dan garam
magnesium. Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu
tulang dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang
terutama pada pergerakan. Patah tulang atau fraktur merupakan hilangnya
kontinuitas tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan. Peristiwa ini dapat
terjadi karena:
1. Peristiwa trauma tunggal. Patah tulang pada peristiwa ini biasanya dikarenakan
oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan dapat berupa pemukulan, penekukan,
pemuntiran ataupun penarikan.

2. Tekanan yang berulang-ulang. Tekanan yang berulang-ulang dapat menimbulkan


keretakan. Sebagai contoh seorang pelari yang menempuh jarak jauh dapat
mengalami retak tulang pada daerah tibia, fibula maupun metatarsal.
3. Fraktur patologik. Pada peristiwa ini tulang mengalami patah oleh tekanan yang
normal dikarenakan tulang tersebut lemah atau rapuh. Bisa disebabkan oleh
penyakit tertentu, misalnya tumor. Banyak sekali kasus patah tulang yang terjadi
dan berbeda-beda pada daerah patah tulang tersebut. Pada kasus ini akan dibahas
mengenai patah tulang bagian klavikula.
C. Etiologi Faktur Klavikula
Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering
terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstreched hand)
dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun barubaru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah
tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras
ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. Data ini dikemukankan oleh
Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson. Patah tulang klavikula karena jatuh dengan
posisi lengan tertarik keluar (outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus,
sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan
sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang
klavikula termasuk kasus yang paling sering dijumpai. Pada anak-anak sekitar 10
16 % dari semua kejadian patah tulang, sedangkan pada orang dewasa sekitar 2,65
%.
D. Patofisiologi
Klavikula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan selama
perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Tulang klavikula, tulang humerus bagian
proksimal dan tulang skapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang klavikula
juga membentuk hubungan antara anggota badan atas dan Thorax. Tulang ini
membantu mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang thorax. Pada bagian
proksimal tulang clavikula bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan
sternoclavicular (SC). Pada bagian distal klavikula bergabung dengan acromion
dari skapula membentuk sambungan acromioclavicular (AC). Patah tulang

klavikula pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan tulang klavikula


adalah tulang yang terletak dibawak kulit (subcutaneus) dan tempatnya relatif di
depan. Karena posisinya yang teletak dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan
sekali untuk patah. Patah tulang klavikula terjadi akibat dari tekanan yang kuat atau
hantaman yang keras ke bahu. Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan
langsung pada tulang akan menyebabkan fraktur.
E. Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang
dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah
dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri
tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap
gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah
tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit
sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk
memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.
F. Klasifikasi
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
a. Fraktur lengkap Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang
dari satu sisi ke sisi lain.
b. Fraktur tidak lengkap Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan
garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada
korteks yang utuh).
Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan
dengan dunia luar, meliputi:
a. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang
tidak menonjol malalui kulit.
b. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi.

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman


tahun 1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah
tulang klavikula menjadi 3 kelompok:
1. Kelompok 1: patah tulang pada
sepertiga tengah tulang klavikula
(insidensi kejadian 75-80%).
a. Pada daerah ini tulang lemah
dan tipis.
b. Umumnya terjadi pada pasien
yang muda.
2. Kelompok 2: patah tulang klavikula
pada sepertiga distal (15-25%).
Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan
lokasi

ligament

coracoclavicular

yakni (yakni, conoid dan trapezoid).


a. Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
b. Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
c. Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun keduaduanya.
d. Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC
joint.
e. Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen
proksimal berpindah keatas.
f. Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%)
Pada kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
G. Penatalakasanaan
Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai
penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan
sisa kelainan bentuk. Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil ditangani
dengan metode tanpa operasi. Perawatan nonoperative dengan cara mengurangi

gerakan di daerah patah tulang. Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap
dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi
spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap
klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang,
dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak
harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap
pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus
dipantau. Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen
dapat ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan.
Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen korakoklavikular,
akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi
interna. Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi
harus menghindari aktivitas yang berat. Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan
pemantauan yang dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai
gejala klinis dan kemudian setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala
klinis. Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan
lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat
pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada proses
penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya rasa
sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan
kekuatan kembali normal. Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi halhal berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Fraktur terbuka.
Terdapat cedera neurovaskuler.
Fraktur comminuted.
Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).

Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa
nyeri. Obat-obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik antiinflamasi
seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat golongan NSAIDs seperti
ibuprofen.

H. Komplikasi
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis,
cedera vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion
(penyimpangan penyatuan). Malunion merupakan masalah kosmetik bila pasien
memakai baju dengan leher rendah.
Komplikasi akut:
a. Cedera pembuluh darah
b. Pneumouthorax
c. Haemothorax
Komplikasi lambat :
a. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
b. Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan
I. Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam
darah.
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.

Scan tulang, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan


kerusakan jaringan lunak.
J. Pengkajian Asuhan Keperawatan
1) Aktivitas/istirahat:
Gejala:
a. Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera
akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder pembengkakan jaringan
dan nyeri.
2) Sirkulasi:
Tanda:
a. Peningkatan tekanan darah mungkin terjadi akibat respon terhadap
nyeri/ansietas, sebaliknya dapat terjadi penurunan tekanan darah bila terjadi
perdarahan.
b. Takikardia
c. Penurunan/tak ada denyut nadi pada bagian distal area cedera, pengisian
kapiler lambat, pucat pada area fraktur.
d. Hematoma area fraktur.
3) Neurosensori:
Gejala:
a. Hilang gerakan/sensasi
b. Kesemutan (parestesia)
Tanda:
a. Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme
otot, kelemahan/kehilangan fungsi.
b. Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera
akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder pembengkakan jaringan
dan nyeri.
c. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain.
4) Nyeri/Kenyamanan:
Gejala:
a. Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area

fraktur, berkurang pada imobilisasi.


b. Spasme/kram otot setelah imobilisasi.
5) Keamanan:
Tanda:
a. Laserasi kulit, perdarahan
b. Pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap atau tiba-tiba)
6) Penyuluhan/Pembelajaran:
a. Imobilisasi
b. Bantuan aktivitas perawatan diri
c. Prosedur terapi medis dan keperawatan
b. Pengkajian Diagnostik:
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada fraktur adalah:
1) X-ray:
menentukan lokasi/luasnya fraktur
2) Scan tulang:
memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak
3) Arteriogram
dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
4) Hitung Darah Lengkap
hemokonsentrasi

mungkin

meningkat,

menurun

pada perdarahan;

peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan.


5) Kretinin
trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6) Profil koagulasi
perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau cedera hati.
K. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya gangguan muskuloskeletal
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur).
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun,
prosedur invasive.

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan


terhadap informasi, terbatasnya kognitif.
L. Intervensi
NO
1.

DIAGNOSA

TUJUAN

DAN

KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
Pola nafas tidak Setelah
dilakukan
efektif berhubungan tindakan
dengan

keperawatan,

adanya klien akan menunjukkan

gangguan

pola

pernafasan

muskuloskeletal

teratur dan reguler


Kriteria Hasil :
Klien

yang

INTERVENSI
1. Pantau pola pernafasan
2. Kaji tanda-tanda vital
3. Atur posisi klien senyaman
mungkin
4. Kolaborasikan

pemberian

therapy
akan

mengatakan

sesak

berkurang
Klien tampak tenang
RR

dalam

batas

normal
2.

Nyeri akut b.d agen


injuri fisik

Klien dapat mengontrol


nyeri

setelah

diberikan

perawatan dengan krieria


hasil:
ekspresi wajah anak
tampak rileks
pasien dapat istirahat
dan tidur
pasien tidak tampak
gelisah
Setelah perawatan tingkat
3

Gangguan mobilitas mobilitas meningkat dan


fisik b.d kerusakan pergerakan sendi aktif
muskuloskeletal

dengan kriteria hasil:


Anggota badan yang
sehat dapat bergerak

1. Kaji tingkat nyeri dengan


analog visual scale.
2. Atur posisi sesuai dengan
posisi kesegarisan.
3. Hindari getaran pada tempat
tidur.
4. Gunakan terapi distraksi dan
sentuhan terapeutik
5. Berikan

analgetik

sesuai

dengan program.
1. Monitor

dan

catat

kemampuan aktivitas yang


bias dilakukan klien.
2. Kaji

kekuatan

otot

dan

kemampuan sendi.
3. Latih ROM 2 kali sehari

optimal
Mengatakan

(jika klien dapat bergerak)


mampu

4. Konsultasi

untuk bergerak

dengan

fisioterapi untuk latihan.


5. Gunakan
untuk

stocking

elastis

mencegah

trombo

nutrisi

yang

emboli
6. Berikan
mendukung

kesembuhan

tulang: tinggi protein dan


tinggi kalsium.
Selama perawatan resiko
Resiko

infeksi

trauma,
4.

tubuh
menurun,
invasive

b.d infeksi dapat dikontrol


imunitas dengan kriteria hasil:

1.

primer
prosedur

tanda infeksi pada luka.


2.

Tidak terdapat tandatanda infeksi


Angka lab

dalam

Observasi tandaKaji suhu tubuh


setiap 4 jam sekali

3.
terjadi

batas normal

laporkan

bila

peningkatan

suhu

diatas 38,5 . Selama 24 jam


4.

Catat

dan

laporkan hasil pemeriksaan


laboratorium
(leukosit,protein
serum,albumin serum dan
cultur).
5.

Kaji

warna,

kelembaban,warna,tekstur
dan turgor kulit sekitar luka.
6.

Pertahankan diet
seimbang: Tinggi protein
dan Tinggi kalori.

7.

Pertahankan
intake cairan yang adekuat

8.

Ikuti

standar

precaution

ketika

melakukan prosedur.
9.

Cuci
sebelum

tangan

dan

sesudah

tindakan perawatan.
10.

Pertahankan
balutan tetap bersih dan
kering.

11.

5.

Pengetahuan pasien dan

teratur

denga

keluarga

memperhatrikan

teknik

meningkat

Kurang pengetahuan dengan kriteria hasil:


keluarga b.d kurang
informasi

tentang

perawatan

dan

kondisi fraktur

Rawat luka secara

aseptic dan anti septic.

pasien dan keluarga


dapat

memahami

perawatan

yang

dibutuhkan pasien.
keluarga
berpartisipasi
perawatan.

dapat
dalam

12.

Berikan antibiotik
sesuai program.

1. Jelaskan pada pasien dan


keluarga

tentang

kondisi

pasien.
2. Jelaskan semua prosedur
yang akan dilakukan dan
alasannya.
3. Ajarkan

pasien

dan

keluiarga cara pencegahan


infeksi.
4. Jelaskan pentingnya nutrisi
yang

adekuat

terutama

intake Protein, kalori dan


kalsium yang tinggi pada
pasien dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
A Graham Appley, 1995, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Applay Edisi 7, Widya
Medika, Jakarta.
Black, J.M, et al, Luckman and Sorensens Medikal Nursing : A Nursing Process
Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company, 1993.
Chairuddin Rasjad, 2007, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Yarsif Watampone, Jakarta.
Jeffrey

A.
Housner,
John
E.
Kuhn,
2003,
Clavicle
http://www.physsportsmed.com/issues/2003/1203/housner.

Kevin

J
Eerkes,
2008,
http://www.emedicine.com/sports/TOPIC25.HTM

Joseph
Rubino,
2006,
http://www.emedicine.com/orthoped/topic50.htm.

Clavicle
Clavicle

Fractures,
Injuries,
Fractures,

Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI,
Jakarta, 2000.
Reeves CJ, Roux G and Lockhart R, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Buku I,
(Penerjemah Joko Setyono), Jakarta : Salemba Medika
Richard S. Snell, 2006, Anatomi Klinik Edisi 6, EGC, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner &
Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.

You might also like