You are on page 1of 37

BAB I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga

: Tn. A

Alamat Lengkap

: Ds. Kedung salam RT 08

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

Tabel 1 Daftar Anggota Keluarga Dalam Satu Rumah


N
O
1
2
3

Keduduka

L/

Tn. A
Ny. I

n
KK
Istri

P
L
P

An. A

Anak

Nama

Pendidika

Pekerjaa

Pasien

24 th
20 th

n
SMP
SMP

n
Petani
IRT

klinik
Tidak
Tidak

15 bln

ya

Umur

Ket
GE
A

Sumber: Data Primer, 24 November 2015


Kesimpulan:
Keluarga An. A adalah nuclear family terdiri dari atas 3 orang. Terdapat satu
orang sakit, yaitu An. A, umur 15 bln, beralamat di Ds. Kedung salam RT 08, kec.
Donomulyo, Kab. Malang. Diagnosa klinis penderita adalah Gastroenteritis Akut.
Saat ini An. A tinggal bersama kedua orang tua, Ayah (Tn. A), dan ibu (Ny. I)

BAB II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan kasus ini membahas kasus yang diambil dari seorang penderita
Gastroenteritis Akut, berjenis kelamin laki-laki berusia 15 bulan, alamat tinggal
di Ds. Kedung salam RT 08, kec. Donomulyo, kab. Malang.
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai
peningkatan suhu tubuh. Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi/
anak lebih dari tiga kali dalam sehari disertai perubahan tinja menjadi cair dapat
disertai dengan lendir atau darah.
Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyebab umum terjadi kematian
pada bayi dan anak-anak di dunia. Diseluruh dunia, pengobatan yang tidak
memadai bagi penderita membunuh 5 sampai 8 juta orang per tahun. Di Indonesia
sendiri gastroenteritis merupakan masalah yang sering terjadi, bahkan bisa
mengakibatkan kematian khususnya pada anak anak dan balita. Penyakit
gastroenteritis biasanya terjadi karena penggunan air yang tidak bersih, kurangnya
sanitasi lingkungan, pola hidup dan makanan. Penderita gastroenteritis yang
terlalu lama dapat menyebabkan dehidrasi berat dan akhirnya menyebabkan
kematian.
Gastroenteritis disebabkan oleh banyak hal meliputi bakteri, virus, parasit,
toksin, dan obat. Penyebab utama yang paling umum adalah virus dan bakteri.
Virus dan bakteri sangat mudah menyebar melalui makanan dan air yang telah
terkontaminasi. Dalam 50% kasus tidak ditemukan penyebab yang spesifik. Virus
menjadi penyebab kasus kematian dengan persentasi yang signifikan pada semua
umur. Dengan penanganan yang baik dan tepat diharapkan bisa mencegah
terjadinya kematian pada penderita gastroenteritis pada bayi dan anak.

B. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An. A

Umur

: 15 bulan

Jenis Kelamin

: laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Ds. Kedung salam RT 08, Kec Donomulyo, Kab. Malang

Suku

: Jawa

Nama Orang Tua

Ayah

: Tn A (24 th)

Pekerjaan

: Petani

Ibu

: Ny. I (20 th)

Pekerjaan

: IRT

Tanggal Periksa

: 24 November 2015

C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Mencret
2. Riwayat Penyakit Sekarang (Heteroanamnesa)

Mencret hari ke 4, mencret lebih dari 5x tiap harinya, setiap mencret BAB
yang keluar 5 sendok makan, BAB cair dengan ampas dan lendir warna
kuning kecoklatan, Mencret terakhir 3 jam sebelum ke PKM. BAB tidak
disertai darah, warna tidak seperti dempul ataupun seperti cucian beras.

Keluhan penyerta lainnya adalah lemas dan muntah berisi makanan yang baru
saja dimakan, 2 hari sebelum ke PKM tidak nafsu makan. Pasien hanya mau
minum dan lebih sering minum di bandingkan sebelum sakit, namun selalu di
muntahkan.

Selain muntah pasien juga mengeluh demam secara mendadak 2 hari setelah
mencret. Demam terus menerus. Demam tidak meningkat setiap harinya.
Riwayat kejang disangkal. Batuk pilek dan keluar cairan dari telinga di

sangkal. Riwayat penggunaan obat antibiotik sebelumnya di sangkal. Pasien


baru saja menggunakan PASI yaitu susu formula sehari sebelum mencret.

Selama sakit pasien lebih rewel, BAK juga terkesan berkurang (popok sering
ganti 5x karena mencret namun tidak seberat biasanya)

3.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit serupa

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat mondok

: disangkal

Riwayat cacingan

: disangkal

Riwayat operasi

: disangkal

Riwayat kejang

: disangkal

Alergi

: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat kejang

: tidak ada

Sesak nafas

: tidak ada

Darah tinggi

: tidak ada

Kencing manis

: tidak ada

Sakit jantung

: tidak ada

Batuk lama

: tidak ada
4

Sakit serupa

: tidak ada

Alergi

: tidak ada

5. Riwayat Pengobatan
Sudah mengkonsumsi paracetamol sirup terakhir 2 jam yang lalu.
6. Riwayat Kehamilan
Ibu saat hamil berusia 19 tahun. Ibu pasien mengatakan saat hamil tidak pernah
sakit. Ibu pernah imunisasi saat hamil (TT). Riwayat Ante Natal Care (ANC) rutin
tiap bulan di bidan dan rutin minum vitamin yang dberikan oleh bidan. Selama
hamil ibu pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang maupun
alkohol
7. Riwayat Kelahiran
Persalinan normal pervaginam di bidan desa. Kelahiran cukup bulan 39-40
minggu. Berat badan anak waktu lahir 3100 gram, panjang badan 49 cm, ketuban
jernih. Pada saat lahir pasien langsung menangis. Tidak ada perawatan khusus
setelah lahir, riwayat bayi kuning (-), bayi biru (-), kejang (-).
8. Riwayat Imunisasi

BCG
Hepatitis B
Polio
DPT
Campak

: sudah (sebelum pulang dari bidan)


: sudah (Saat lahir, usia 1 dan 4 bulan)
: sudah (3x Terakhir usia 6 bulan)
: sudah (3x Terakhir usia 6 bulan)
: sudah (usia 9 bulan)

9. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pasien mengangkat kepala usia 3 bulan, tengkurap pada usia 4 bulan, bisa duduk
sendiri pada usia 7 bulan, bisa berdiri dan berkata maem, ta ta pada usia 9
bulan. Bicara kata-kata usia 12 bulan, dan berjalan usia 13 bulan.
10. Riwayat Gizi dan Nutrisi
Pasien sejak lahir langsung minum ASI (+) sampai sekarang, mulai dicoba minum
susu formula sejak usia 7 bulan, diberikan makanan pendamping seperti bubur
sejak usia 6 bulan

11. Riwayat Sosial Ekonomi


An. A adalah anak dari Tn. A dan Ny. Tn.A bekerja sebagai petani, pernah
menempuh pendidikan tingkat sekolah menengah pertama. Saat ini Tn. A tinggal
bersama istri dan anaknya. Kebutuhan sehari-hari keluarga Tn.A ini ditanggung
dari hasil bekerja sebagai petani. Hubungan Tn. A dengan istri dan anaknya
berjalan harmonis.
Rumah tinggal pasien terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu sekaligus
sebagai ruang keluarga, 1 dapur, 1 WC. Luas rumah pasien 9x5 meter, rumah
pasien memiliki pekarangan yang cukup luas, jarak rumah pasien dengan rumah
tetangga tidak terlalu dekat. Sinar matahari dapat masuk dengan baik ke dalam
rumah pasien, namun tidak sampai ke kamar pasien. Terdapat cukup jendela dan
ventilasi pada ruang keluarga sehingga sinar matahari yang masuk cukup. Pada
kedua kamar pasien gelap dan sering ditutupi oleh korden dan tidak terdapat
ventilasi. Lantai rumah terbuat dari keramik, dinding rumah berupa tembok, atap
rumah terbuat dari genting.
Sumber air minum berasal dari sumber yang dikumpulkan dari usaha swadaya
masyarakat, air minum selalu direbus. Sumber air berasal dari desa tetangga yang
di kumpulkan dan dialirkan rumah ke rumah. Di atas kamar mandidi sediakan
tandon air untuk menampung kebutuhan air sehari-hari yang di alirkan ke kamar
6

mandi dan ke dapur. Desa kedung salam merupakan perbukitan berkapur dan
apabila kemarau panjang akan sulit mendapatkan air bersih, sehingga terkadang
Tn. A harus membeli air bersih untuk kebutuhan sehari:.Kamar mandi
menggunakan bak sebagai penampung air, jamban, dan ember di dalamnya.
Lantai kamar mandi terbuat dari semen, begitu juga dinding bak terbuat dari
semen dilapisi keramik pada bagian dalamnya. Tembok kamar mandi terbuat dari
semen plester.
Pembuangan sampah keluarga terdapat di dapur berupa karung yang di
letakkan di sebelah pintu kamar mandi. Setelah penuh sampah akan di buang ke
kebun dan dibakar setiap harinya saat Tn. A bertani.
D.

ANAMNESIS SISTEM
1.

Kulit

: Kulit gatal (-)

2.

Kepala

: Sakit kepala (-), pusing (-), rombut tidak rontok, luka (-),

benjolan (-)
3.

Mata

: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur(-)

4.

Hidung

: rhinorrea (-), epistaksis (-)

5.

Telinga

: pendengaran berkurang (-), berdengung (-), cairan (-)

6.

Mulut

: sariawan (-), mulut kering (+)

7.

Tenggorokan

: disfagia (-), suara serak (-)

8.

Pernafasan

: sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)

9.

Kardiovaskuler

: nyeri dada (-), berdebar-debar (-)

10. Gastrointestinal : Nafsu makan menurun, mual (+), muntah (+), BAB (+) cair
berampas warna kuning kecoklatan dengan lendir 5x jumlahnya tiap kali BAB
5 sendok makan. BAB cair sejak 4 hari ini, perut kembung (-), haus (+)
11. Genitourinaria : BAK (+) sedikit , tidak sakit saat kencing, tidak ada keluhan
12. Neurologik

: lumpuh (-), kaki kesemutan (-), konvulsi (-)

13. Psikiatrik

: rewel (+)

14. Muskolokeletal :

kaku sendi(-), nyeri sendi pinggul(-), nyeri tangan&kaki (-),

nyeri otot (-)


7

15. Ekstremitas atas

: edema (-), sakit(-), telapak tangan pucat(-), cyanosis(-),

luka (-)
16. Ekstremitas bawah

: edema(-), sakit(-), telapak tangan pucat(-), cyanosis(-),

luka (-).
E.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum

: tampak lemas, gizi kesan cukup

2. Tanda vital
Tensi

: 90/60

PB/U : > mean s.d <+2SD (Normal)

Nadi

: 110 x / menit

BB/U : >-2SD s.d < mean (Normal)

Pernafasan

: 26 x /menit

BB/PB: -2SD (gizi cukup)

Suhu

: 37,5oC

BB

: 9 kg

PB

: 80 cm
3. Kulit:

Sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), spider nevi (-),
eritem (-)
4. Kepala:
luka (-), rambut rontok (-), keriput (-), atrofi m. temporalis (-), kelainan mimik
wajah/bells palsy (-)
5. Mata:
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), cowong (+/+), reflek
kornea (+/+), radang (-/-).
6. Hidung:
Nafas cuping hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-)
7. Mulut:
Bibir kering (+), mukosa bibir pucat (-), gusi berdarah (-), Mukosa lidah putih
(-)
8. Telinga:
8

otorrhea (-), pendengaran berkurang (-)


9. Tenggorokan:
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
10. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar
limfe (-)
11. Thorax : normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi (-),
spidernevi (-)
Cor:
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: Batas kiri atas

: SIC II Linea para sternalis sinistra

Batas kanan atas

: SIC II Linea para sternalis dekstra

Batas kiri bawah

: SIC V 1 cm medial lineo medio


clavicularis sinistra

Batas kanan bawah : SIC IV linea para sternalis dekstra


Auskultasi

: Bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)

Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi

: Pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

Palpasi

: Fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi

: Sonor/sonor

Auskultasi

: Vesikuler, suara tambahan (-)

Dinamis (depan dan belakang)


Inspeksi

: Pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri

Palpasi

: Fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi

: Sonor/sonor

Auskultasi

: Suara tambahan (-)

12. Abdomen :
Inspeksi

: meteorismus (-)

Auskultasi

: Peristaltik (+) meningkat Inspeksi

Dinding

perut sejajar dinding dada, venektasi (-)


Palpasi

: Supel (+), meteorismus (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba

Perkusi

: Timpani seluruh lapangan perut

13. Sistem Collumna Vertebralis :


Inspeksi

: Deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-)


14.

Ekstremitas

Palmar eritem (-)

Akral dingin

15. Sistem genitalia :


Tidak ditemukan kelainan
16. Pemeriksaan neurologic :
kesadaran : composmentis
fungsi sensorik:
N

fungsi motorik:

N
N
Kekuatan

N
N

N
N

Tonus

RF

RP

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 1. Laboratorium tanggal 24 November 2015

10

Item Periksa

Hasil

Nilai Normal

Satuan

Hemoglobin

13

L=13-17; P= 11,5 16

g/dl

Hematokrit

45%

L= 40-54; P=35-47

Leukosit

6.810

4.000-11.000

set/mm3

LED

18-28

L =0-15; P=0-20

342.000

150.000 450.000

set/mm3

Eritrosit

4.940.000

L=4,5-6,5; P=3-6

juta/mm3

Tiphy O

Negatif

Negatif

Tiphy H

Negatif

Negatif

Paratyphi A

Negatif

Negatif

Paratyphi B

Negatif

Negatif

Darah
Lengkap

Trombosit

G. RESUME
Seorang anak laki-laki usia 15 bulan datang dengan keluhan mencret hari
ke 4 lebih dari 5x tiap harinya, setiap mencret BAB yang keluar 5 sendok
makan, BAB cair dengan ampas dan lendir warna kuning kecoklatan. Keluhan
penyerta lainnya adalah lemas, muntah berisi makanan yang di makan, nafsu
makan menurun, minum lebih banyak, namun BAK sedikit dan lebih rewel
11

selama sakit. 2 hari setelah mencret pasien mengeluh demam mendadak terus
menerus. Selama sakit hanya diobati sirup paracetamol, dan demam menurun.
Pasien menyangkal mempunyai riwayat alergi makanan dan obat. Hanya saja
baru menambahkan PASI berupa sufor yang dikonsumsi sehari sebelum mencret.
Tidak didapatkan kelainan pada riwayat kehamilan, persalinan dan tumbuh
kembang. Sebelum sakit nutrisi dan gizi cukup.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas normal dan status
antropometri baik. Selain itu di dapatkan mata cowong, bibir kering, dan turgor
masih baik. Untuk pemeriksaan dada, abdomen dan ekstremitas serta
pemeriksaan neurologis tidak didapatkan kelainan.
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
An. A dengan usia 15 bulan adalah penderita Gastrienteritis akut. Hubungan
An. A dengan keluarganya tampak harmonis dan dalam kehidupan sosial, An. A
adalah anggota masyarakat biasa dalam kehidupan kemasyarakatan.
1. Diagnosis dari segi biologis :
Gastroenteritis Akut
2. Diagnosis dari segi psikologis :
Hubungan An. A dengan keluarga terkesan harmonis, saling mendukung,
saling memperhatikan, dan saling pengertian..
3. Diagnosis dari segi sosial, ekonomi, dan budaya :
Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit pasien.

I. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
a. Edukasi

12

Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit yang


diderita pasien

Menjelaskan kepada keluarga pasien agar pasien dirawat inap


dahulu untuk mengingat intake yang kurang akibat gejala mual dan
muntah.

Menghentikan pemberian sufor

Mengajari orang tua pasien cara pemberian oralit

Menyemangati ibu agar selalu memberikan ASI

Diet makanan sesuai usia anak, makanan keluarga bubur kasar


(diet alergi).

1. Observasi keluhan, keadaan umum, tanda vital dan produksi urin.


2. Pada saat pasien sudah pulang nanti seandainya anak mengalami
diare berulang berikan anak sampai 1 gelas belimbing oralit tiap
kali anak BAB. Segera bawa kembali anak apabila terdapat
keluhan berupa demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit,
sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.

Untuk pencegahan : 1) berikan ASI sampe usia 2 tahun, 2)personal


higien,

3)kebersihan

lingkungan,

4)

rajin

imunisasi,

5)memberimakanan yang benar, 6)Air minum yang bersih,


7)memasak makanan.
2. Medikamentosa

IVFD KAEN 3B 500 cc selama 3 5 jam

IVFD D5% NS 500 cc/24 jam


Inj. Ondansenton 3 x 1 mg (p.r.n)
P.o paracetamol syr 3 x 125 mg (p.r.n)
p.o oralit 200 cc/24 jam
13

p.o zinc tab 20 mg 1 dd 1 selama 10 hari


ASI ad lib

J. LEMBAR FOLLOW UP
No
1.

2.

Tanggal
25/11/15

26/11/15

S
Tidak rewel
(tidur), BAK
+, BAB
terakhir
sebelum
MRS
Muntah 1 x
terakhir tadi
malam
Minum +,
makan +
Demam -

Tidak
rewel,
BAK +,
BAB -,
Muntah Minum +,
makan +
Demam -,

O
KU: Tampak baik
Kesadaran: compos mentis
N : 92x/menit, kuat angkat
RR : 22 x/menit, reguler
Suhu 36,80C

A
P
GEA
Planning Terapi:
dengan
dehidras IVFD D5 NS 500
i ringan
cc/24 jam
sedang
Inj. Ondansentron
3x 1 mg p.r.n

K/L : a-/i-/c-/dMata cowong


berkurang
Bibir kering (-)
Thorax :
Cor : S1 S2 Tunggal
reguler
Thr :ves/ves, rh -, whz

Abdomen :
Supel +, bu 4x/menit,
met -,
Turgor baik
Ekstremitas
AH +, CRT< 2

KU: Tampak baik


Kesadaran: compos mentis
N : 100x/menit, kuat angkat
RR : 24 x/menit, reguler
Suhu 360C
K/L : a-/i-/c-/dMata cowong -/Bibir kering (-)
Thorax :
Cor : S1 S2 Tunggal reguler
Thr :ves/ves, rh -, whz
Abdomen :
Supel +, bu 5x/menit, met
Turgor baik
Ekstremitas
AH +, CRT< 2-

GEA
memb
aik

Stop paracetamol

P.o oralit 200 cc/24


jam

P.o zinc 20 mg tab


(1)

ASI ad lib

Diet Alergi

Planning Terapi:

- IVFD aff

Inj. Ondansentron
aff

P.o oralit 100 200


cc tiap mencret.

P.o zinc 20 mg tab


(2) lanjut

ASI ad lib

Diet Alergi

BLPL
14

K. PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI


PROGNOSIS
Quo ad Vitam (hidup)
Quo ad Functionam(Fungsi)
Quo ad Sanationam

: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam

KOMPLIKASI
Dehidrasi Berat
Syok Hipovolemik
Diare presisten

15

BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1.

Fungsi Biologis
An. A adalah anak pertama dari pernikahan Tn. A dan Ny. I

2.

Fungsi Psikologis
Hubungan An. A dengan keluarganya tampak harmonis dan dalam kehidupan
sosial, An. A adalah anggota masyarakat biasa dalam kehidupan
kemasyarakatan.

3.

Fungsi Sosial
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di masyarakat, hanya
sebagai anggota masyarakat biasa. Keluarga ini mengikuti beberapa kegiatan
dilingkungannya. Hubungan dengan tetangga baik dan rukun. An. A dalam
pergaulan sehari-hari menggunakan bahasa jawa, tata karma jawa, dan
kesopanan sehar-hari masih diperhatikan.

4.

Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Kebutuhan sehari-hari keluarga ditanggung Tn. A dari hasil bekerja sebagai
petani dan istri IRT. Pasien makan sehari-hari biasanya 3 kali sehari dengan
nasi, sayur dengan lauk pauk dan minum air.

Kesimpulan :
Kesimpulan: Fungsi psikologis dalam keluarga Sdr. A baik. Dan bermasalah
dalam fungsi biologis dan sosial ekonomi yang kurang baik.
B. FUNGSI FISIOLOGIS DENGAN ALAT APGAR SCORE
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain. APGAR score meliputi :

16

1. Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga
yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang
lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota
keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.
5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu
yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup
dan 8-10 adalah baik.
APGAR score Tn. A
APGAR An.A Terhadap keluarga

Sering

/selalu
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
X
P

keluarga saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya

Kadang-

Jarang/

kadang

Tidak

membahas dan membagi masalah dengan


saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya


untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga

saya

X
17

mengekspresikan

kasih

sayangnya

dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,


perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama


Apgar score Ny. I
APGAR Ny. I Terhadap keluarga

Sering

/selalu
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
X
P

keluarga saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya

Kadang-

Jarang/

kadang

Tidak

membahas dan membagi masalah dengan


saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya


untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
mengekspresikan

kasih

sayangnya

saya

dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,


perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama


APGAR score keluarga Tn A dan Ny. I = 8
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga An. A cukup baik.

C. FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM


Fungsi patologis dari keluarga An. A dinilai dengan menggunakan alat
S.C.R.E.E.M sebagai berikut.
18

SCREEM keluarga An. A


Social
Culture
Religious

Sumber
Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya
Menggunakan adat istiadat Jawa dalam kehidupan sehari-hari
Pemahaman terhadap ajaran agama relative kurang, demikian

Patologis
+
-

Economic

juga dalam ketaatannya dalam beribadah.


Penghasilan keluarga yang relatif tidak stabil (dibawah UMR)

Educational

Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini tergolong cukup

Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga An.A pergi ke


Medical

puskesmas atau mantri, akan tetapi jarang dilakukan dan lebih

sering mengabaikan penyakitnya karena keterbatasan biaya


Kesimpulan
Dalam keluarga An. A ditemukan tiga fungsi patologis yang meliputi:
1.

Ekonomi:
Karena penghasilan keluarga An. A perbulan kurang dari UMR dan relatife tidak
stabil.

2.

Edukasi
Anggota keluarga An. A berpendidikan cukup namun pengetahuannya tentang
kesehatan tidak mencukupi

3.

Medikal:
Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga An. A pergi ke puskesmas atau bidan
setempat, akan tetapi jarang dilakukan dan lebih sering mengabaikan penyakitnya
karena keterbatasan biaya

D. GENOGRAM KELUARGA An. A


Alamat lengkap

: Ds. Kedungsalam, kec. donomulyo, Kab. Malang.

Genogram keluarga An. A

19

Keterangan diagram
= Pasien An. A
= perempuan
=laki-laki
= Hubungan pernikahan
= Hubungan Keturunan

Kesimpulan: Sdr. A adalah pasien Gastroenteritis akut. Anggota keluarga


lainnyatidak mengalami hal yang sama.
E. POLA INTERAKSI KELUARGA
Pola interaksi keluarga An. A
Diagram 1. Pola interaksi keluarga An. A
Tn.H

Ny.I

An. A

Keterangan :
Hubungan baik

20

Hubungan tidak baik


Kesimpulan
Berdasarkan keterangan yang didapat, antar keluarga An. A yang mempunyai
hubungan yang cukup harmonis satu sama lain.

21

BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
A. IDENTIFIKASI

FAKTOR

PERILAKU

DAN

NON

PERILAKU

KELUARGA
Faktor Perilaku Keluarga
a. Pengetahuan
Keluarga memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit pasien..
b. Sikap
Keluarga ini sebenarnya peduli terhadap penyakit pasien, tetapi karena
keterbatasan biaya. Pasien dan keluarganya sering menggabaikan rasa sakit
yang dialami pasien. Bagi mereka penyakit ini adalah penyakit biasa yang
lumrah dialami.
c.

Tindakan
Keluarga hanya mengantarkan pasien ke puskesmas didesanya. Pasien dan
keluarganya tidak mau periksa kedokter karena alasan biayanya mahal

2.

Faktor Non Perilaku


Faktor nonperilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat adalah
lingkungan hidup. Lingkungan hidup ialah segala sesuatu baik benda maupun
keadaan yang berada disekitar manusia, yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia dan masyarakat, yaitu lingkungan biologi, lingkungan fisik,
lingkungan ekonomi dan lingkungan social.
a. Lingkungan
Rumah tinggal pasien terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu sekaligus
sebagai ruang keluarga, 1 dapur, 1 WC. Luas rumah pasien 9x5 1meter,
rumah pasien memiliki pekarangan yang cukup luas, jarak rumah pasien
dengan rumah tetangga tidak terlalu dekat. Sinar matahari dapat masuk
dengan baik ke dalam rumah pasien, namun tidak sampai ke kamar pasien.
Terdapat cukup jendela dan ventilasi pada ruang keluarga sehingga sinar
22

matahari yang masuk cukup. Pada kedua kamar pasien gelap dan sering
ditutupi oleh korden dan tidak terdapat ventilasi. Lantai rumah terbuat dari
semen, dinding rumah berupa tembok, atap rumah terbuat genteng.
Sumber air berasal dari sumber desa tetangga yang di alirkan ke rumah
rumah warga. Sampah biasanya di kumpulkan di karung, setelah itu dibuang
dan dibakar di kebun.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan seperti puskesmas tergolong dekat dengan rumah
keluarga An. A sehingga sebenarnya An. A bisa mendapat pelayanan
kesehatan yang baik.
Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Lingkungan:
Pengetahuan
:
Keluarga
kurang memahami pentingnya kebersihan lingkungan terhadap kesehatan pend
Keluarga kurang mengetahui tentang penyakit pasien

An. A

Pelayanan kesehatan:
Jika sakit keluarga An. A di bawa ke puskesmas

: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
Gambaran Lingkungan
Rumah tinggal pasien terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu sekaligus
sebagai ruang keluarga, 1 dapur, 1 WC. Luas rumah pasien 9x5meter, rumah
23

pasien memiliki pekarangan yang cukup luas, jarak rumah pasien dengan rumah
tetangga tidak terlalu dekat.
Kesimpulan :
Lingkungan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan.
2.

Gambaran Lingkungan Dalam Rumah


Rumah keluarga ini memiliki cukup jendela dan ventilasi pada ruang keluarga

sehingga sinar matahari yang masuk cukup. Sinar matahari dapat masuk dengan
baik ke dalam rumah pasien, namun tidak sampai ke kamar pasien. Pada kedua
kamar pasien gelap dan sering ditutupi oleh korden dan tidak terdapat ventilasi.
Lantai rumah terbuat dari semen, dinding rumah berupa tembok, atap rumah
terbuat dari genteng.
Sumber air minum berasal dari sumber yang dikumpulkan dari usaha swadaya
masyarakat, air minum selalu direbus. Sumber air berasal dari desa tetangga yang
di kumpulkan dan dialirkan rumah ke rumah. Di atas kamar mandidi sediakan
tandon air untuk menampung kebutuhan air sehari-hari yang di alirkan ke kamar
mandi dan ke dapur. Desa kedung salam merupakan perbukitan berkapur dan
apabila kemarau panjang akan sulit mendapatkan air bersih, sehingga terkadang
Tn. A harus membeli air bersih untuk kebutuhan sehari:.Kamar mandi
menggunakan bak sebagai penampung air, jamban, dan ember di dalamnya.
Lantai kamar mandi terbuat dari semen, begitu juga dinding bak terbuat dari
semen dilapisi keramik pada bagian dalamnya. Tembok kamar mandi terbuat dari
semen plester.
Pembuangan sampah keluarga terdapat di dapur berupa karung yang di
letakkan di sebelah pintu kamar mandi. Setelah penuh sampah akan di buang ke
kebun dan dibakar setiap harinya saat Tn. A bertani.

24

KM

Kamar tidur

DAPUR

Kamar tidur

R.
Keluarga

Teras

DAFTAR MASALAH
A. MASALAH MEDIS
Gastroenteritis
B. MASALAH NON MEDIS
1. Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah yang memadai.
2. Ketersediaan air bersih yang kurang.
3. Kondisi lingkungan dan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan.
4. Konsumsi sufor yang baru saja diberikan.
Diagram Permasalahan Pasien
( Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien )

25

LINGKUNGA
N

PERILAK
U

Konsumsi sufor

Gastroenteritis akut
Kurang tanggap
akan masalah
kesehatan

Ketersediaan air bersih


yang kurang, sarana
pembuangan sampah
Sosial Ekonomi

PELAYANAN
KESEHATAN
Kurangnya informasi
tentang GEA

26

BAB V
PEMBAHASAN
Telah di laporkan seorang anak laki-laki berusia 15 bulan datang dengan
keluhan utama mencret hari ke 4 sebanyak >5x per hari. Hal ini sesuai dengan
pustaka bahwa keluhan utama diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali sehari
dengan konsistensi lembek atau cair. Sedangkan menurut lamanya dikatakan akut
apabila diare terjadi selama 3 7 hari tetapi dapat pula berlangsung sampai 14 hari.
Sedangkan jika diare terus berlanjut lebih dari 14 hari maka diare tersebut bisa
dikatakan diare presisten dan diare akut sering berlanjut menjadi diare presisten pada
10% kasus(1,2,3,4)
BAB pada pasien BAB cair dengan ampas dan lendir berwarna kuning
kecoklatan yang keluar 5 sendok makan.tiap kali BAB, sebelum BAB pasien
tampak menangis dan gelisah dan lebih tenang setelah BAB keluar. BAB tidak
disertai darah, warna tidak seperti dempul atau cucian beras. Selain itu tidak ada
riwayat penggunaan antibiotik dan pergantian susu formula sebelumnya pada pasien.
Berdasarkan kepustakaan ini dapat menjadi dasar diagnosa untuk menyingkirkan
diagnosa banding diare (tabel 3.1).(4,8)
Tabel 3.1 Diagnosa Banding Diare(3)
Kolera

Disentri

Diare terkait
antibiotik

Invaginasi

Diare warna seperti Diare


riwayat
BAB dominan
cucian beras,
disertai
penggunaan
darah dan
darah
antibiotik
lendir,
Terjadi dehidrasi berat
spectrum
Masa
Dehidrasi berat
luas
intraabdomen
dengan KLB

Tangisan
keras
Diare dengan kultur
tinja + V. Cholerae

Alergi Susu

Riwayat alergi
makanan +
terutama susu
sapi
Timbul diare 3
hari 1 minggu
setelah
mengkonsusmsi
susu sapi

(WHO,2009., IDAI,2010)

Keluhan penyerta lainnya pada pasien ini adalah lemas, muntah makanan yang
baru dimakan, anoreksia, dan haus. BAK pasien juga terkesan lebih jarang dari
27

biasanya, pasien juga nampak lebih rewel. Hal ini dapat mengarahkan penulis ke
diagnosa status dehidrasi dan penatalaksanaan nantinya. Pada kepustakaan dinyatakan
bahwa diare tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% BB) :

Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan


Keadaan umum baik, sadar
Ubun ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa

mulut dan bibir basah


Turgor abdomen baik, bising usus normal
Akral hangat
Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% BB):
Apabila didapatkan 2 tanda utama di tambah 2 atau lebih tanda tambahan
Keadaan umum gelisah atau cengeng
Ubun ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir sedikit kering.
Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% BB)
Apabila didapatkan 2 tanda utama di tambah 2 atau lebih tanda tambahan
Keadaan umum lemah, letargi, atau koma.
Ubun ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa
mulut dan bibir kering
Turgor sangat kurang dan akral dingin.(1-7)
Berdasarkan kepustakaan pasien ini mengalami dehidrasi sedang ringan yang
didukung oleh pemeriksaan fisik dengan keadaan umum tampak lemah, vital sign
tidak ada tanda kegagalan sirkulasi,ubun ubun besar tidak cekung, mata cowong,
bibir kering, tidak ada perlambatan turgor kulit, akral tetap hangat dan CRT < 2 detik.
Pemeriksaan darah lengkap didapatkan LED yang meningkat dan meskipun
ditemukan leukositosis namun difcount yang didapat terjadi sifting to the right
limfositosis, dan monositosis dapat kita fikirkan kecurigaan infeksi virus seuai
dengan kepustakaan bahwa penyebab tersering diare adalah infeksi dan yang paling
utama sekitar 60-70% adalah virus.(7)Pemeriksaan penunjang lainnya tidak dilakukan
sebagaimana di jelaskan pada kepustakaan bahwa pemeriksaan tinja tidak rutin
dilakukan pada diare akut, kecuali bila ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan
amubiasis. Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis di curigai adanya
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.(5,9)

28

Penatalaksanaan

pada

pasien

ini

meliputi

nonmedikamentosa

dan

medikamentosa. Pada penatalaksanaan nonmedikamentosa sudah sesuai dengan


kepustakan yaitu segera membawa ke pusat pelayanan kesehatan bila ditemukan hal
sebagai berikut pada anak: Tinja berdarah, demam, makan dan minum sedikit, sangat
haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.(1-7) hal sedikit berbeda
dengan kepustakaan pada pemberian terapi medikamentosa namun tidak keluar dari
prinsip lintas diare. Hal yang berbeda ini berdasarkan pertimbangan kebutuhan cairan
pada pasien. Pada kepustakaan tatalaksana menggunakan lintas diare : 1) Cairan,
2)Zinc, 3) Nutrisi, 4)antibiotika yang tepat, 5)Edukasi.(1-7)
Terapi anak dengan diare diberikan sesuai dengan derajat dehidrasinya. Anak
diare tanpa dehidrasi dapat di berikan rencana terapi A, anak dengan dehidrasi sedang
ringan dapat diberikan rencana terapi C, sedangkan anak dengan dehidrasi berat dapat
di berikan rencana terapi C.(1-7)

29

(Depkes RI, 2011)

Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi


minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa
nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau
NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi
dievaluasi secara berkala.

BB 3-10 kg : 200 ml/kgBB/hari


BB 10-15 kg : 175 ml/kgBB/hr
30

BB >15 kg : 135 ml/kgBB/hr


Pasien selalu di observasi sambil memberi edukasi tentang melakukan
rehidrasi pada orang tua.(7)

Terapi cairan yang diberikan pada pasien ini menggunakan cairan maintenance
dengan kebutuhan pasien yaitu 100 ml/kgBB pertama, berat badan pasien 9 kg x 100
ml = 900 ml sehingga dipilih cairan D5% NS 500 ml/24 jam. Sisanya diberikan
elektrolit secara oral 400 ml/hari dengan pemberian cairan sesuai berat badan pasien
diharapkan terhindar dari overload terapi cairan. Meskipun pemberian cairan seperti
ini cukup aman namun perlu dilakukan observasi pada pasien ini mengenai keluhan,
keadaan umum dan tanda tanda vital serta produksi urin. Keluhan pasien yang lain
31

adalah muntah maka bila perlu diberikan injeksi ondansentron 1 mg 3 kali sehari iv
harapannya agar intake cairan dan makanan dapat terpenuhi. Pasien juga
mengeluhkan demam, penyebab demam bisa dari berbagai macam seperti infeksi,
keganasan, dehidrasi, ataupun gangguan hormonal. Pada pasien ini demam
kemungkinan disebabkan karena kondisi dehidrasi, sehingga terapi simptomatik yang
lain bila perlu diberikan injeksi novaldo 125 mg 3 kali sehari iv.
Nutrisi diberikan berupa ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak
sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan
sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan
fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering ( 6x sehari), rendah serat, buah buahan di berikan terutama pisang.
Nutrisi pada pasien sudah sesuai dengan usia dan diet alergi. pada follow up yang
dilakukan adanya nafsu makan yang baik pada pasien dengan keadaan umum dan
keluhan diare yang berkurang menandakan perbaikan pasien.
Beberapa penyebab diare salah satunya adalah infeksi sehingga perlu
dipertimbangkan pemberian antibiotika (Bagan 3.1, tabel.3.2).
Tabel 3.2 penyebab diare akut akibat infeksi.(6)
VIRUS
Rotavirus
Norwalk virus
Enteric adenovirus
Calicivirus
Astrovirus
Small round virusses
Coronavirus
cytomegalovirus

BAKTERI
Shigella
Salmonella
Campylobacter
Eschersia
Yersinina
Clostridium difficile
Staphylococcus aureus
Bacillus cereus
Vibrio cholerae

PROTOZOA
Giardia Lamblia
Entamoeba Histolytica
Cryptosporidium

(Adyana, Festi. 2012)

32

Bagan. 3.1 Penyebab diare(6)

Tidak boleh diberikan obat anti diare karena dapat memperparah kondisi
dehidrasi anak. Pemberian antibiotik hanya diberikan apabila ada indikas, misalnya
disentri (diare berdarah) atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat
mengganggu flora normal usus sehingga dapat memperpanjang diare dan Clostridium
diffcile akan tumbuh yang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu,
pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman
terhadap antibiotika. Untuk basiler antibiotik yang diberikan disesuaikan dengan data
sensitifitas setempat, bila tidak memungkinkan dapat mengacu pada data empiric lini
pertama, kemudian sebagai lini kedua dengan kotrimoksazol dan lini ketiga
menggunakan cefixim. Antiparasit metroniazol 50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
untuk terapi amoeba. Pada kasus ini tidak diberikan antibiotik karena pasien tidak
menunjukkan gejala khas diare karena kuman tersebut diatas (Tabel 3.3).
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi sebagai berikut: 1)
Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik; 2) sekresi cairan dan
elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3) malabsorbsi asam empedu,
malabsorbsi lemak; 4) Defek sistem pertukaran anion atau transpot elektrolit aktif di
enterosit; 5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal; 6) gangguan permeabilitas
usus; 7) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik; 8) Infeksi dinding usus,
disebut diare infeksi. Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan
osmotik intralumen dari usus halus yang dikarenakan oleh obat-obatan atau zat kimia
yang yang hiperosmotik, malabsorbsi umum dan defek dalam absorbsi mukosa usus
33

misal pada defisiensi disararidase, malabsorbsi glukosa atau galaktosa. Diare


sekretorik disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare tipe sekretorik secara klinis ditemukan
diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Penyebab dari diare ini antara lain
karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Eschersia colli. Defek
sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif di enterosit; diare tipe ini disebabkan
adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+ K+ ATP ase di enterosit dan
diabsorbsi Na+ dan air yang abnormal. Motilitas dan waktu transit usus abnormal:
diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas
antara lain: diabetes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid .(6)
Tabel 3.3 Manifestasi klinis pasien dengan diare karena infeksi.(6)
Manifestasi
Karakter tinja
Patologi
Mekanisme diare

Kemungkinan
patogen

Patologi

Diare Inflamasi
Volume sedikit,
mengandung darah dan pus
Inflamasi mukosa colon dan
ileum distal
Inflamasi mukosa
mengganggu absorbsi
cairan yang kemungkinan
efek sekretorik dari
inflamasi
Shigella, Salmonella,
Clampylobacter, E. Colli,
EIEC, Clostridium dificcile,
Yersinina enterocolitica.
Inflamasi mukosa colon dan
ileum distal

Diare noninflamasi
Volume banyak, cair, tanpa
pus atau darah
Usus halus proksimal
Diare sekretorik/osmotik
yang diinduksi oleh
enterotoksin atau
mekanisme lainnya. Tidak
ada inflamasi mukosa
Kolera, ETEC, EPEC,
keracunan makanan tipe
toksin, rotavirus,
Adenovirus, NLV,
cryptosporidia, Giardia
lamblia
Usus halus proksimal
(Adyana, Festi. 2012)

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN HOLISTIK
34

Diagnosa Holistik : An. A (15 bulan) adalah penderita GEA yang tinggal dalam
nuclear family, dengan kondisi keluarga yang cukup harmonis, status ekonomi yang
kurang, pendidikan yang cukup, lingkungan rumah yang kurang sehat, dan
merupakan anggota masyarakat biasa dalam kehidupan kemasyarakatan yang
mengikuti beberapa kegiatan di lingkungannya.
1. Segi biologis
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan hasil
bahwa An. A (15 bulan) adalah penderita GEA yang tinggal dalam lingkungan yang
kurang memenuhi memenuhi syarat kesehatan.
2. Segi Psikologis
Keluarga An. A memiliki APGAR score 8 menunjukkan fungsi keluarga yang baik.
Keluarganya tergolong harmonis, An. A mendapatkan kasih sayang dan perhatian
keluarganya. Hubungan Sdr. A dan keluarganya terlihat saling mendukung, saling
memperhatikan dan saling pengertian.
3. Segi Sosial
Keluarga ini memiliki status ekonomi yang kurang, pendidikan yang cukup dan
merupakan anggota masyarakat biasa dalam kemasyarakatan yang mengikuti
beberapa kegiatan di lingkungannya.
B. SARAN KOMPREHENSIF
Keluarga an. A perlu diberikan edukasi mengenai epilepsi serta pengobatannya
1. Edukasi keluarga penderita mengenai GEA (bahayanya,pengobatannya dan cara
pencegahannya) dapat terhindar dari serangan berulang
2.

Diet makanan yang mudah dicerna, mengganti


sufor dengan soya atau menghentikan penggunaan sufor.

3.

Menasehati ibu agar tetap memberikan asi

4. Edukasi mengenai kebersihan lingkungan dan personal hygien.

35

DAFTAR PUSTAKA

Antonius H, Pudjiadi., dkk. PEDOMAN PELAYANAN MEDIK IDAI. Edisi II :IDAI;2011


Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta : Depkes RI;2011
Fardah A, IGM., dkk. DIARE dalam PDT. Edisi III. Surabaya : SMF Kesehatan Anak RSUD Soetomo;
2008.
WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI; 2009
Antonius H, Pudjiadi., dkk. PEDOMAN PELAYANAN MEDIK IDAI. Edisi I :IDAI;2009
Adyana, Festi. Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang:
FK UNDIP; 2012
IDAI. Bagaimana Menangani Diare pada Anak. September 2014 (http//idiai.org di akses tanggal 02
juni 2015 06.41 wib)
Diagnosis dan Tata Laksana Alergi Susu Sapi. IDAI;2010
Jufrrie, M. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit pada Penyakit Saluran Cerna Vol. 6. Sari
Pediatri ;Juni 2004
WHO Child Growth Standards based on length/height, weight and age. Acta Pediatrica;2006
Sjarif, Damyanti R., dkk. Rekomendasi IDAI Asuhan Nutrisi Pediatrik. IDAI. 2011

36

Lampiran 1.
Inform consent

37

You might also like