Professional Documents
Culture Documents
: Tn. A
Alamat Lengkap
Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
Keduduka
L/
Tn. A
Ny. I
n
KK
Istri
P
L
P
An. A
Anak
Nama
Pendidika
Pekerjaa
Pasien
24 th
20 th
n
SMP
SMP
n
Petani
IRT
klinik
Tidak
Tidak
15 bln
ya
Umur
Ket
GE
A
BAB II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan kasus ini membahas kasus yang diambil dari seorang penderita
Gastroenteritis Akut, berjenis kelamin laki-laki berusia 15 bulan, alamat tinggal
di Ds. Kedung salam RT 08, kec. Donomulyo, kab. Malang.
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai
peningkatan suhu tubuh. Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi/
anak lebih dari tiga kali dalam sehari disertai perubahan tinja menjadi cair dapat
disertai dengan lendir atau darah.
Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyebab umum terjadi kematian
pada bayi dan anak-anak di dunia. Diseluruh dunia, pengobatan yang tidak
memadai bagi penderita membunuh 5 sampai 8 juta orang per tahun. Di Indonesia
sendiri gastroenteritis merupakan masalah yang sering terjadi, bahkan bisa
mengakibatkan kematian khususnya pada anak anak dan balita. Penyakit
gastroenteritis biasanya terjadi karena penggunan air yang tidak bersih, kurangnya
sanitasi lingkungan, pola hidup dan makanan. Penderita gastroenteritis yang
terlalu lama dapat menyebabkan dehidrasi berat dan akhirnya menyebabkan
kematian.
Gastroenteritis disebabkan oleh banyak hal meliputi bakteri, virus, parasit,
toksin, dan obat. Penyebab utama yang paling umum adalah virus dan bakteri.
Virus dan bakteri sangat mudah menyebar melalui makanan dan air yang telah
terkontaminasi. Dalam 50% kasus tidak ditemukan penyebab yang spesifik. Virus
menjadi penyebab kasus kematian dengan persentasi yang signifikan pada semua
umur. Dengan penanganan yang baik dan tepat diharapkan bisa mencegah
terjadinya kematian pada penderita gastroenteritis pada bayi dan anak.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. A
Umur
: 15 bulan
Jenis Kelamin
: laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
Suku
: Jawa
Ayah
: Tn A (24 th)
Pekerjaan
: Petani
Ibu
Pekerjaan
: IRT
Tanggal Periksa
: 24 November 2015
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Mencret
2. Riwayat Penyakit Sekarang (Heteroanamnesa)
Mencret hari ke 4, mencret lebih dari 5x tiap harinya, setiap mencret BAB
yang keluar 5 sendok makan, BAB cair dengan ampas dan lendir warna
kuning kecoklatan, Mencret terakhir 3 jam sebelum ke PKM. BAB tidak
disertai darah, warna tidak seperti dempul ataupun seperti cucian beras.
Keluhan penyerta lainnya adalah lemas dan muntah berisi makanan yang baru
saja dimakan, 2 hari sebelum ke PKM tidak nafsu makan. Pasien hanya mau
minum dan lebih sering minum di bandingkan sebelum sakit, namun selalu di
muntahkan.
Selain muntah pasien juga mengeluh demam secara mendadak 2 hari setelah
mencret. Demam terus menerus. Demam tidak meningkat setiap harinya.
Riwayat kejang disangkal. Batuk pilek dan keluar cairan dari telinga di
Selama sakit pasien lebih rewel, BAK juga terkesan berkurang (popok sering
ganti 5x karena mencret namun tidak seberat biasanya)
3.
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat mondok
: disangkal
Riwayat cacingan
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
Riwayat kejang
: disangkal
Alergi
: disangkal
Riwayat kejang
: tidak ada
Sesak nafas
: tidak ada
Darah tinggi
: tidak ada
Kencing manis
: tidak ada
Sakit jantung
: tidak ada
Batuk lama
: tidak ada
4
Sakit serupa
: tidak ada
Alergi
: tidak ada
5. Riwayat Pengobatan
Sudah mengkonsumsi paracetamol sirup terakhir 2 jam yang lalu.
6. Riwayat Kehamilan
Ibu saat hamil berusia 19 tahun. Ibu pasien mengatakan saat hamil tidak pernah
sakit. Ibu pernah imunisasi saat hamil (TT). Riwayat Ante Natal Care (ANC) rutin
tiap bulan di bidan dan rutin minum vitamin yang dberikan oleh bidan. Selama
hamil ibu pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang maupun
alkohol
7. Riwayat Kelahiran
Persalinan normal pervaginam di bidan desa. Kelahiran cukup bulan 39-40
minggu. Berat badan anak waktu lahir 3100 gram, panjang badan 49 cm, ketuban
jernih. Pada saat lahir pasien langsung menangis. Tidak ada perawatan khusus
setelah lahir, riwayat bayi kuning (-), bayi biru (-), kejang (-).
8. Riwayat Imunisasi
BCG
Hepatitis B
Polio
DPT
Campak
Pasien mengangkat kepala usia 3 bulan, tengkurap pada usia 4 bulan, bisa duduk
sendiri pada usia 7 bulan, bisa berdiri dan berkata maem, ta ta pada usia 9
bulan. Bicara kata-kata usia 12 bulan, dan berjalan usia 13 bulan.
10. Riwayat Gizi dan Nutrisi
Pasien sejak lahir langsung minum ASI (+) sampai sekarang, mulai dicoba minum
susu formula sejak usia 7 bulan, diberikan makanan pendamping seperti bubur
sejak usia 6 bulan
mandi dan ke dapur. Desa kedung salam merupakan perbukitan berkapur dan
apabila kemarau panjang akan sulit mendapatkan air bersih, sehingga terkadang
Tn. A harus membeli air bersih untuk kebutuhan sehari:.Kamar mandi
menggunakan bak sebagai penampung air, jamban, dan ember di dalamnya.
Lantai kamar mandi terbuat dari semen, begitu juga dinding bak terbuat dari
semen dilapisi keramik pada bagian dalamnya. Tembok kamar mandi terbuat dari
semen plester.
Pembuangan sampah keluarga terdapat di dapur berupa karung yang di
letakkan di sebelah pintu kamar mandi. Setelah penuh sampah akan di buang ke
kebun dan dibakar setiap harinya saat Tn. A bertani.
D.
ANAMNESIS SISTEM
1.
Kulit
2.
Kepala
: Sakit kepala (-), pusing (-), rombut tidak rontok, luka (-),
benjolan (-)
3.
Mata
4.
Hidung
5.
Telinga
6.
Mulut
7.
Tenggorokan
8.
Pernafasan
9.
Kardiovaskuler
10. Gastrointestinal : Nafsu makan menurun, mual (+), muntah (+), BAB (+) cair
berampas warna kuning kecoklatan dengan lendir 5x jumlahnya tiap kali BAB
5 sendok makan. BAB cair sejak 4 hari ini, perut kembung (-), haus (+)
11. Genitourinaria : BAK (+) sedikit , tidak sakit saat kencing, tidak ada keluhan
12. Neurologik
13. Psikiatrik
: rewel (+)
14. Muskolokeletal :
luka (-)
16. Ekstremitas bawah
luka (-).
E.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
2. Tanda vital
Tensi
: 90/60
Nadi
: 110 x / menit
Pernafasan
: 26 x /menit
Suhu
: 37,5oC
BB
: 9 kg
PB
: 80 cm
3. Kulit:
Sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), spider nevi (-),
eritem (-)
4. Kepala:
luka (-), rambut rontok (-), keriput (-), atrofi m. temporalis (-), kelainan mimik
wajah/bells palsy (-)
5. Mata:
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), cowong (+/+), reflek
kornea (+/+), radang (-/-).
6. Hidung:
Nafas cuping hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-)
7. Mulut:
Bibir kering (+), mukosa bibir pucat (-), gusi berdarah (-), Mukosa lidah putih
(-)
8. Telinga:
8
Palpasi
Perkusi
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor/sonor
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Sonor/sonor
Auskultasi
12. Abdomen :
Inspeksi
: meteorismus (-)
Auskultasi
Dinding
: Supel (+), meteorismus (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Akral dingin
fungsi motorik:
N
N
Kekuatan
N
N
N
N
Tonus
RF
RP
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 1. Laboratorium tanggal 24 November 2015
10
Item Periksa
Hasil
Nilai Normal
Satuan
Hemoglobin
13
L=13-17; P= 11,5 16
g/dl
Hematokrit
45%
L= 40-54; P=35-47
Leukosit
6.810
4.000-11.000
set/mm3
LED
18-28
L =0-15; P=0-20
342.000
150.000 450.000
set/mm3
Eritrosit
4.940.000
L=4,5-6,5; P=3-6
juta/mm3
Tiphy O
Negatif
Negatif
Tiphy H
Negatif
Negatif
Paratyphi A
Negatif
Negatif
Paratyphi B
Negatif
Negatif
Darah
Lengkap
Trombosit
G. RESUME
Seorang anak laki-laki usia 15 bulan datang dengan keluhan mencret hari
ke 4 lebih dari 5x tiap harinya, setiap mencret BAB yang keluar 5 sendok
makan, BAB cair dengan ampas dan lendir warna kuning kecoklatan. Keluhan
penyerta lainnya adalah lemas, muntah berisi makanan yang di makan, nafsu
makan menurun, minum lebih banyak, namun BAK sedikit dan lebih rewel
11
selama sakit. 2 hari setelah mencret pasien mengeluh demam mendadak terus
menerus. Selama sakit hanya diobati sirup paracetamol, dan demam menurun.
Pasien menyangkal mempunyai riwayat alergi makanan dan obat. Hanya saja
baru menambahkan PASI berupa sufor yang dikonsumsi sehari sebelum mencret.
Tidak didapatkan kelainan pada riwayat kehamilan, persalinan dan tumbuh
kembang. Sebelum sakit nutrisi dan gizi cukup.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas normal dan status
antropometri baik. Selain itu di dapatkan mata cowong, bibir kering, dan turgor
masih baik. Untuk pemeriksaan dada, abdomen dan ekstremitas serta
pemeriksaan neurologis tidak didapatkan kelainan.
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
An. A dengan usia 15 bulan adalah penderita Gastrienteritis akut. Hubungan
An. A dengan keluarganya tampak harmonis dan dalam kehidupan sosial, An. A
adalah anggota masyarakat biasa dalam kehidupan kemasyarakatan.
1. Diagnosis dari segi biologis :
Gastroenteritis Akut
2. Diagnosis dari segi psikologis :
Hubungan An. A dengan keluarga terkesan harmonis, saling mendukung,
saling memperhatikan, dan saling pengertian..
3. Diagnosis dari segi sosial, ekonomi, dan budaya :
Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit pasien.
I. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
a. Edukasi
12
3)kebersihan
lingkungan,
4)
rajin
imunisasi,
J. LEMBAR FOLLOW UP
No
1.
2.
Tanggal
25/11/15
26/11/15
S
Tidak rewel
(tidur), BAK
+, BAB
terakhir
sebelum
MRS
Muntah 1 x
terakhir tadi
malam
Minum +,
makan +
Demam -
Tidak
rewel,
BAK +,
BAB -,
Muntah Minum +,
makan +
Demam -,
O
KU: Tampak baik
Kesadaran: compos mentis
N : 92x/menit, kuat angkat
RR : 22 x/menit, reguler
Suhu 36,80C
A
P
GEA
Planning Terapi:
dengan
dehidras IVFD D5 NS 500
i ringan
cc/24 jam
sedang
Inj. Ondansentron
3x 1 mg p.r.n
Abdomen :
Supel +, bu 4x/menit,
met -,
Turgor baik
Ekstremitas
AH +, CRT< 2
GEA
memb
aik
Stop paracetamol
ASI ad lib
Diet Alergi
Planning Terapi:
- IVFD aff
Inj. Ondansentron
aff
ASI ad lib
Diet Alergi
BLPL
14
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
KOMPLIKASI
Dehidrasi Berat
Syok Hipovolemik
Diare presisten
15
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1.
Fungsi Biologis
An. A adalah anak pertama dari pernikahan Tn. A dan Ny. I
2.
Fungsi Psikologis
Hubungan An. A dengan keluarganya tampak harmonis dan dalam kehidupan
sosial, An. A adalah anggota masyarakat biasa dalam kehidupan
kemasyarakatan.
3.
Fungsi Sosial
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di masyarakat, hanya
sebagai anggota masyarakat biasa. Keluarga ini mengikuti beberapa kegiatan
dilingkungannya. Hubungan dengan tetangga baik dan rukun. An. A dalam
pergaulan sehari-hari menggunakan bahasa jawa, tata karma jawa, dan
kesopanan sehar-hari masih diperhatikan.
4.
Kesimpulan :
Kesimpulan: Fungsi psikologis dalam keluarga Sdr. A baik. Dan bermasalah
dalam fungsi biologis dan sosial ekonomi yang kurang baik.
B. FUNGSI FISIOLOGIS DENGAN ALAT APGAR SCORE
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain. APGAR score meliputi :
16
1. Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga
yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang
lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota
keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.
5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu
yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup
dan 8-10 adalah baik.
APGAR score Tn. A
APGAR An.A Terhadap keluarga
Sering
/selalu
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
X
P
Kadang-
Jarang/
kadang
Tidak
saya
X
17
mengekspresikan
kasih
sayangnya
dan
Sering
/selalu
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
X
P
Kadang-
Jarang/
kadang
Tidak
kasih
sayangnya
saya
dan
Sumber
Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya
Menggunakan adat istiadat Jawa dalam kehidupan sehari-hari
Pemahaman terhadap ajaran agama relative kurang, demikian
Patologis
+
-
Economic
Educational
Ekonomi:
Karena penghasilan keluarga An. A perbulan kurang dari UMR dan relatife tidak
stabil.
2.
Edukasi
Anggota keluarga An. A berpendidikan cukup namun pengetahuannya tentang
kesehatan tidak mencukupi
3.
Medikal:
Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga An. A pergi ke puskesmas atau bidan
setempat, akan tetapi jarang dilakukan dan lebih sering mengabaikan penyakitnya
karena keterbatasan biaya
19
Keterangan diagram
= Pasien An. A
= perempuan
=laki-laki
= Hubungan pernikahan
= Hubungan Keturunan
Ny.I
An. A
Keterangan :
Hubungan baik
20
21
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
A. IDENTIFIKASI
FAKTOR
PERILAKU
DAN
NON
PERILAKU
KELUARGA
Faktor Perilaku Keluarga
a. Pengetahuan
Keluarga memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit pasien..
b. Sikap
Keluarga ini sebenarnya peduli terhadap penyakit pasien, tetapi karena
keterbatasan biaya. Pasien dan keluarganya sering menggabaikan rasa sakit
yang dialami pasien. Bagi mereka penyakit ini adalah penyakit biasa yang
lumrah dialami.
c.
Tindakan
Keluarga hanya mengantarkan pasien ke puskesmas didesanya. Pasien dan
keluarganya tidak mau periksa kedokter karena alasan biayanya mahal
2.
matahari yang masuk cukup. Pada kedua kamar pasien gelap dan sering
ditutupi oleh korden dan tidak terdapat ventilasi. Lantai rumah terbuat dari
semen, dinding rumah berupa tembok, atap rumah terbuat genteng.
Sumber air berasal dari sumber desa tetangga yang di alirkan ke rumah
rumah warga. Sampah biasanya di kumpulkan di karung, setelah itu dibuang
dan dibakar di kebun.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan seperti puskesmas tergolong dekat dengan rumah
keluarga An. A sehingga sebenarnya An. A bisa mendapat pelayanan
kesehatan yang baik.
Faktor Perilaku dan Non Perilaku
Lingkungan:
Pengetahuan
:
Keluarga
kurang memahami pentingnya kebersihan lingkungan terhadap kesehatan pend
Keluarga kurang mengetahui tentang penyakit pasien
An. A
Pelayanan kesehatan:
Jika sakit keluarga An. A di bawa ke puskesmas
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
Gambaran Lingkungan
Rumah tinggal pasien terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu sekaligus
sebagai ruang keluarga, 1 dapur, 1 WC. Luas rumah pasien 9x5meter, rumah
23
pasien memiliki pekarangan yang cukup luas, jarak rumah pasien dengan rumah
tetangga tidak terlalu dekat.
Kesimpulan :
Lingkungan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan.
2.
sehingga sinar matahari yang masuk cukup. Sinar matahari dapat masuk dengan
baik ke dalam rumah pasien, namun tidak sampai ke kamar pasien. Pada kedua
kamar pasien gelap dan sering ditutupi oleh korden dan tidak terdapat ventilasi.
Lantai rumah terbuat dari semen, dinding rumah berupa tembok, atap rumah
terbuat dari genteng.
Sumber air minum berasal dari sumber yang dikumpulkan dari usaha swadaya
masyarakat, air minum selalu direbus. Sumber air berasal dari desa tetangga yang
di kumpulkan dan dialirkan rumah ke rumah. Di atas kamar mandidi sediakan
tandon air untuk menampung kebutuhan air sehari-hari yang di alirkan ke kamar
mandi dan ke dapur. Desa kedung salam merupakan perbukitan berkapur dan
apabila kemarau panjang akan sulit mendapatkan air bersih, sehingga terkadang
Tn. A harus membeli air bersih untuk kebutuhan sehari:.Kamar mandi
menggunakan bak sebagai penampung air, jamban, dan ember di dalamnya.
Lantai kamar mandi terbuat dari semen, begitu juga dinding bak terbuat dari
semen dilapisi keramik pada bagian dalamnya. Tembok kamar mandi terbuat dari
semen plester.
Pembuangan sampah keluarga terdapat di dapur berupa karung yang di
letakkan di sebelah pintu kamar mandi. Setelah penuh sampah akan di buang ke
kebun dan dibakar setiap harinya saat Tn. A bertani.
24
KM
Kamar tidur
DAPUR
Kamar tidur
R.
Keluarga
Teras
DAFTAR MASALAH
A. MASALAH MEDIS
Gastroenteritis
B. MASALAH NON MEDIS
1. Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah yang memadai.
2. Ketersediaan air bersih yang kurang.
3. Kondisi lingkungan dan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan.
4. Konsumsi sufor yang baru saja diberikan.
Diagram Permasalahan Pasien
( Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien )
25
LINGKUNGA
N
PERILAK
U
Konsumsi sufor
Gastroenteritis akut
Kurang tanggap
akan masalah
kesehatan
PELAYANAN
KESEHATAN
Kurangnya informasi
tentang GEA
26
BAB V
PEMBAHASAN
Telah di laporkan seorang anak laki-laki berusia 15 bulan datang dengan
keluhan utama mencret hari ke 4 sebanyak >5x per hari. Hal ini sesuai dengan
pustaka bahwa keluhan utama diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali sehari
dengan konsistensi lembek atau cair. Sedangkan menurut lamanya dikatakan akut
apabila diare terjadi selama 3 7 hari tetapi dapat pula berlangsung sampai 14 hari.
Sedangkan jika diare terus berlanjut lebih dari 14 hari maka diare tersebut bisa
dikatakan diare presisten dan diare akut sering berlanjut menjadi diare presisten pada
10% kasus(1,2,3,4)
BAB pada pasien BAB cair dengan ampas dan lendir berwarna kuning
kecoklatan yang keluar 5 sendok makan.tiap kali BAB, sebelum BAB pasien
tampak menangis dan gelisah dan lebih tenang setelah BAB keluar. BAB tidak
disertai darah, warna tidak seperti dempul atau cucian beras. Selain itu tidak ada
riwayat penggunaan antibiotik dan pergantian susu formula sebelumnya pada pasien.
Berdasarkan kepustakaan ini dapat menjadi dasar diagnosa untuk menyingkirkan
diagnosa banding diare (tabel 3.1).(4,8)
Tabel 3.1 Diagnosa Banding Diare(3)
Kolera
Disentri
Diare terkait
antibiotik
Invaginasi
Tangisan
keras
Diare dengan kultur
tinja + V. Cholerae
Alergi Susu
Riwayat alergi
makanan +
terutama susu
sapi
Timbul diare 3
hari 1 minggu
setelah
mengkonsusmsi
susu sapi
(WHO,2009., IDAI,2010)
Keluhan penyerta lainnya pada pasien ini adalah lemas, muntah makanan yang
baru dimakan, anoreksia, dan haus. BAK pasien juga terkesan lebih jarang dari
27
biasanya, pasien juga nampak lebih rewel. Hal ini dapat mengarahkan penulis ke
diagnosa status dehidrasi dan penatalaksanaan nantinya. Pada kepustakaan dinyatakan
bahwa diare tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% BB) :
28
Penatalaksanaan
pada
pasien
ini
meliputi
nonmedikamentosa
dan
29
Terapi cairan yang diberikan pada pasien ini menggunakan cairan maintenance
dengan kebutuhan pasien yaitu 100 ml/kgBB pertama, berat badan pasien 9 kg x 100
ml = 900 ml sehingga dipilih cairan D5% NS 500 ml/24 jam. Sisanya diberikan
elektrolit secara oral 400 ml/hari dengan pemberian cairan sesuai berat badan pasien
diharapkan terhindar dari overload terapi cairan. Meskipun pemberian cairan seperti
ini cukup aman namun perlu dilakukan observasi pada pasien ini mengenai keluhan,
keadaan umum dan tanda tanda vital serta produksi urin. Keluhan pasien yang lain
31
adalah muntah maka bila perlu diberikan injeksi ondansentron 1 mg 3 kali sehari iv
harapannya agar intake cairan dan makanan dapat terpenuhi. Pasien juga
mengeluhkan demam, penyebab demam bisa dari berbagai macam seperti infeksi,
keganasan, dehidrasi, ataupun gangguan hormonal. Pada pasien ini demam
kemungkinan disebabkan karena kondisi dehidrasi, sehingga terapi simptomatik yang
lain bila perlu diberikan injeksi novaldo 125 mg 3 kali sehari iv.
Nutrisi diberikan berupa ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak
sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan
sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan
fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering ( 6x sehari), rendah serat, buah buahan di berikan terutama pisang.
Nutrisi pada pasien sudah sesuai dengan usia dan diet alergi. pada follow up yang
dilakukan adanya nafsu makan yang baik pada pasien dengan keadaan umum dan
keluhan diare yang berkurang menandakan perbaikan pasien.
Beberapa penyebab diare salah satunya adalah infeksi sehingga perlu
dipertimbangkan pemberian antibiotika (Bagan 3.1, tabel.3.2).
Tabel 3.2 penyebab diare akut akibat infeksi.(6)
VIRUS
Rotavirus
Norwalk virus
Enteric adenovirus
Calicivirus
Astrovirus
Small round virusses
Coronavirus
cytomegalovirus
BAKTERI
Shigella
Salmonella
Campylobacter
Eschersia
Yersinina
Clostridium difficile
Staphylococcus aureus
Bacillus cereus
Vibrio cholerae
PROTOZOA
Giardia Lamblia
Entamoeba Histolytica
Cryptosporidium
32
Tidak boleh diberikan obat anti diare karena dapat memperparah kondisi
dehidrasi anak. Pemberian antibiotik hanya diberikan apabila ada indikas, misalnya
disentri (diare berdarah) atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat
mengganggu flora normal usus sehingga dapat memperpanjang diare dan Clostridium
diffcile akan tumbuh yang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu,
pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman
terhadap antibiotika. Untuk basiler antibiotik yang diberikan disesuaikan dengan data
sensitifitas setempat, bila tidak memungkinkan dapat mengacu pada data empiric lini
pertama, kemudian sebagai lini kedua dengan kotrimoksazol dan lini ketiga
menggunakan cefixim. Antiparasit metroniazol 50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
untuk terapi amoeba. Pada kasus ini tidak diberikan antibiotik karena pasien tidak
menunjukkan gejala khas diare karena kuman tersebut diatas (Tabel 3.3).
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi sebagai berikut: 1)
Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik; 2) sekresi cairan dan
elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3) malabsorbsi asam empedu,
malabsorbsi lemak; 4) Defek sistem pertukaran anion atau transpot elektrolit aktif di
enterosit; 5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal; 6) gangguan permeabilitas
usus; 7) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik; 8) Infeksi dinding usus,
disebut diare infeksi. Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan
osmotik intralumen dari usus halus yang dikarenakan oleh obat-obatan atau zat kimia
yang yang hiperosmotik, malabsorbsi umum dan defek dalam absorbsi mukosa usus
33
Kemungkinan
patogen
Patologi
Diare Inflamasi
Volume sedikit,
mengandung darah dan pus
Inflamasi mukosa colon dan
ileum distal
Inflamasi mukosa
mengganggu absorbsi
cairan yang kemungkinan
efek sekretorik dari
inflamasi
Shigella, Salmonella,
Clampylobacter, E. Colli,
EIEC, Clostridium dificcile,
Yersinina enterocolitica.
Inflamasi mukosa colon dan
ileum distal
Diare noninflamasi
Volume banyak, cair, tanpa
pus atau darah
Usus halus proksimal
Diare sekretorik/osmotik
yang diinduksi oleh
enterotoksin atau
mekanisme lainnya. Tidak
ada inflamasi mukosa
Kolera, ETEC, EPEC,
keracunan makanan tipe
toksin, rotavirus,
Adenovirus, NLV,
cryptosporidia, Giardia
lamblia
Usus halus proksimal
(Adyana, Festi. 2012)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN HOLISTIK
34
Diagnosa Holistik : An. A (15 bulan) adalah penderita GEA yang tinggal dalam
nuclear family, dengan kondisi keluarga yang cukup harmonis, status ekonomi yang
kurang, pendidikan yang cukup, lingkungan rumah yang kurang sehat, dan
merupakan anggota masyarakat biasa dalam kehidupan kemasyarakatan yang
mengikuti beberapa kegiatan di lingkungannya.
1. Segi biologis
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan hasil
bahwa An. A (15 bulan) adalah penderita GEA yang tinggal dalam lingkungan yang
kurang memenuhi memenuhi syarat kesehatan.
2. Segi Psikologis
Keluarga An. A memiliki APGAR score 8 menunjukkan fungsi keluarga yang baik.
Keluarganya tergolong harmonis, An. A mendapatkan kasih sayang dan perhatian
keluarganya. Hubungan Sdr. A dan keluarganya terlihat saling mendukung, saling
memperhatikan dan saling pengertian.
3. Segi Sosial
Keluarga ini memiliki status ekonomi yang kurang, pendidikan yang cukup dan
merupakan anggota masyarakat biasa dalam kemasyarakatan yang mengikuti
beberapa kegiatan di lingkungannya.
B. SARAN KOMPREHENSIF
Keluarga an. A perlu diberikan edukasi mengenai epilepsi serta pengobatannya
1. Edukasi keluarga penderita mengenai GEA (bahayanya,pengobatannya dan cara
pencegahannya) dapat terhindar dari serangan berulang
2.
3.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Lampiran 1.
Inform consent
37