You are on page 1of 94

BUKU PENUNTUN

PR.ESTASI MESIN
c,auuctfonol view

Generator

/ High oxpansfon ratio cycle

Power plll devico


/

Motor

,./

/,..-

, ..,Cenventlonal cycle

I])~CP&~u C [R:jtJ~~ urn:~~ D C(S: GYXJrn:o~

cs&~C!:D [Su& urn:~~o~


C!:D~DW~~Ou& O~[Q)@~CO&
~@1]~

Le~bar Pengesahan

Buku Panduan Praktikum Prestasi Mesin inl disusun berdasarkan kurikulum


2004 yang berlaku sebagai panduan melakukan praktikum dalam mata-kuliah
Mesln Konversi Energi MCS 32036.
Seluruh materi disusun berdasarkan referensi manual peralatan dan materi
mata-kuliah tersebut serta terlaksana atas kerjasama dosen pengampunya.
Buku panduan ini hanya digunakan terbatas dalam llngkungan Departemen
Teknik Mesin Universitas Indonesia sebagai penunjang Tri Dharma Perguruan
Tlnggi.

PENUNTUN PRAKTIKUM
PRESTASI MESIN

Halaman

M 0 D U L:

MOTOR DIESEL

1I 1

MOTOR OTTO

2/ 1

TURBIN PELTON

3/1
4/ 1

KOMPRESOR

POMPA AKSIAL

5/1

REFRIGERATION TRAINING UNIT

6/ 1

POMPA SENTRIFUGAL

7/ 1
8/ 1

HEAT PUMP

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA

2014

Praktikum Prestasi Mesin

M 0 T 0 R D I ES E L

1. TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan Pengujian Motor Diesel adalah untuk mengetahui karakteristik dari
motor diesel yang diuji 1 kemudian hasilnya digambarkan dalam bentuk grafik
karateristik. Beberapa grafik karakteristik yang dapat dipergunakan untuk
menilai performance atau kemampuan suatu motor diesel antara lain:

1.1 Karakteristik motor diesel pada berbagai kecepatan putaran (n)


Grafiknya : IHP 1 BHP 1 BMEP 1 Brake Torque, BSFC dan effisiensi vs
kecepatan putaran.

1.2 Karakteristik motor diesel pada berbagai putaran konstan 1 untuk


berbagai pembebanan .
grafiknya: BFC 1 BSFC 1 heat balance Vs BHP atau BMEP.

1.3 Komposisi gas asap: 02

C02

CO pada putaran konstan untuk

berbagai pembebanan

2. TEORI

2.1 Notasi
Satuan yang digunakan adalah lnternasional System Units.

2.1.1 Dynamometer Reading


DISKRIPSI
Torque
Balance reading
Torque arm length
Time
Revolutions
Power output
Dynamometer constant

SIMBOL
T
F
L
t
n
BHP

SATUAN
Nm
N
mm
s
rpm
kW

K1

2. 1. 2 Fuel Consumption
DfSKRIPSI
Fuel gauge calibrated volume
Fuel consumption
Specific fuel consumption
Density of fuel
Lower Calorifie Value

Motor Diesel

SIMBOL
Vg
BFC
BSFC

Xt
Ht

SATUAN
L
Llh
Lfkw-h
Kg/ L
J/ Kg

111

Praktikum Prestasi Mesin

2. 1. 3 Engine Dimensions
Cylinder diameter
Piston stroke
Number of cylinders
Constant 2 - stroke
4 - stroke
Swept volume
Clearance volume
Compression ratio

SIMBOL
d

s.
N
K2
K2
Vs
Vc
r

SATUAN
mm
mm

1
2
l

2. 1.4 Engine Performance


DISKRIPSI
lndikated power
Mechanical Losses
Brake mean effective pressure
Friction mean effective pressure
Mechanical efficiency
Air standard efficiency
Thermal efficiency

SIMBOL
I
M
p
m
llmech
lla
11th

SATUAN
Kw
Kw
KN/m 2
KN /m 2

SIMBOL
D
Vs
K3
Ta
Pa

SATUAN
mm
M3

2. 1. 5 Air Consumption
DISKRIPSI
Diameter of measuring orifice
Volume of air box
Orifice coefficient
Temperatur of air
Barometric pressure
Density of air
Velocity of air flow
Head across orifice
Gas constant
Engine Volumetric efficiency

Pa

ho
R

K
KN/m 2
Kg/m 3
m/s
CmH20
J/kgK

llvol

2.1.6 Energy Balance


Heat of combustion of fuel
Enthalpy of exhaust gas
Enthalpy of inlet air
Heat to cooling water

Motor Diesel

SIMBOL
H1
H2

H3
Q1

SATUAN
J/s
J/s
J/s
J/s

1/2

Praktikum Prestasi Mesin


Other heat losses
Exhaust temperature
Engine cooling water flow
Cooling water inlet temperature
Cooling water outlet
temperature

Q2
Te
qw
T1

T2

2.2 Fisilitas Pengujian dan Analisa


Fasilltas pengujian merupakan faktor utama yang mempengaruhi relevannya
data-data hasil pengujian dan analisa-analisa terhadap karakteristik pengujian
yang didapat. Fasilitas-fasilitas pengujian yang terpenting dalam pengujian
motor bakar adalah sebagai berikut:
1. Measurement of output torque and power

2. Measurement of speed
3.
4.
5.
6.
7.

Measurement of fuel consumption


Measurement of air mechanical losses in engine
Measurement of air consumption
Measurement of heat losses
Exhaust gas analisys

2.2.1 Measurement of Output torque and Power.


Untuk mengukur besarnya output-torque dari suatu motor dapat digunakan alatalat ukur sebagai berikut:
a). Electrical Dynamometer
T= FL (Nm)
1000

Torque:
dimana:

F = Balance reading atau Balance reading added weight (N)


L = Torque arm length

Power: BHP

= 27r n T

(kw)

10000.60

Dari kedua persamaan diatas didapat

BHP = F.n

(Kw)

Kl

Motor Diesel

11;

K~

-6. 107

Dynamometer Constant

- --

27!L

b). Hydraulic Dynamometers


Khusus untuk Hydrolic dynamometer ini, balance reading dan aoaec
weight dinyatakan langsung dalam satuan torque ( Nm )
Maka: BHP

= T .n

(Kw)

Kt
Dari rumus diatas dapat dianalisa karakteristik motor pada berbagai kecepatan
putaran.
Grafiknya : BHP, Brake Torque Vs Kecepatan putaran.

2.2.2 Pengukuran Kecepatan putar


untuk
menggambarkan
karakteristik
Torque-speed,
diperlukan
tachometer. Dalam pengukuran karakteristik-karakteristik lainnya seperti power
output dan fuel consumption dipergunakan stopwatch. Pada Electrical
Dynamometer biasanya dilengkapi dengan counter yang dapat dipasang dan
dilepaskan secara manual.
Cara mengukur speed dengan memasang counter untuk periode waktu
tertentu guna mencatat putaran dan waktu. Sedangkan pada hydraulic
dynamometer biasanya sudah dilengkapi dengan counter yang bekerja secara
terus-menerus. Dalam hal ini harus dipergunakan stopwatch untuk mencatat
waktu antara saat mulai pengukuran dan akhir penguk'uran.

2.2.3. Measurement of fuel Consumption


Pengukuran atas kebutuhan bahan bakar yang dipergunakan dapat
dilaksanakan dengan Plint Fuel Gauge. Pada prinsipnya alat tersebut terdiri dari
tabung yang didalamnya dibatasi dengan sekat (spacer) dan antara setiap spacer
yang berurutan mempunyai volume : 50 100 - 200 cc. Dengan stop-watch
dapat diketahui waktu yang diperlukan untuk pemakaian sejumlah bahan bakar
tertentu.
Rumus:
a. Fuel Consumption

BFC

= 3600. V5
t

Motor Diesel

1/4

Praktikum Prestasi Mesin


Vg = Calibrated voleme of fuel gauge (L)
t = time to consume calibrated volume (sec).

Dim ana

b. Specifk Fuel consumption and power.


Untuk mengetahui thermal effeciency perlu diketahui besarnya specific
fuel consumption.

BSFC

= BFC
BHP

(L!Kw- h)

Kecepatan putaran motor dapat juga dihitung dengan mempergunakan "counter


dan stop watch" sebagai berikut

n =60.N
- - (rpm )
t

Dimana : N = Jumlah putaran dalam waktu t


Performance suatu motor disebut sebagai brake mean effective atau
bmep.lni menyatakan tekanan rata-rata yang diperlukan untuk menggerakkan
piston selama langkah kerja guna menghasilkan power output, bilamana tidak
ada mechanical losses. Power output dari motor dalam hubungannya dengan
bmep:

BHP = p .n.Vs (Kw)


6. 104.K2

Dimana : .P

= bmep (kN/m2)

Ys = swept volume of engine (L)


K2

= 1 for a 2-stoke engine


2 for a 4-sroke engine

Sedangkan swept volume :


2

Vs = n.d .s.N (L)


4 .106

Dimana

Motor Diesel

d = diameter cylinder (mm)


s = piston stroke (mm)
N = jumlah silinder

1I 5

Praktikum Prestasi Mesin


maka

Electrical Dynamometers :

Hydraulic dynamometers :

Brake thermal efficiency :

77th =

3,6.106
v.p.f.H1

Dimana : Hl := Lower calorific value ( J / kg )


Pt = Density of fuel at 20C ( kg/ I )
Dari rumus-rumus diatas dapat dianalisa karakteri stik motor pada putaran
konstan dengan berbagai pembebanan.
Grafiknya : BSFC , BFC , Thermal efficiency Vs BMEP /BHP.

2.2.4. Measurement of mechanical losses in engine


Penyebab kerugian mekanis dalam motor bakar :
Gesekan antara piston dengan dinding silinder, bantalan - bantalan dan
bagian yang bergesekan lainnya seperti : roda gigi, chamshaft dsb.
Keperluan daya untuk menggerakkan mekanisme katup, fuel pump,
lubricating oil pump, cooling water pump dan sebagainya.
Kerugian pemompaan atau "pumping losses" kadangkala ikut terhitung
dalam kerugian mekanis, hal ini tergantung pada methode pengukuran kerugian
mekanis yang diperlukan. Pumping losses. Pumping losses adalah kerugian daya
Motor Diesel

1/6

Praktikum Prestasi Mesin


yang dipergunakan untuk penghisapan udara /mixture ke dalam silinder dan
pendorong gas bekas keluar dari silinder.
Beberapa pengukuran kerugian mekanis :
- Measurement of mechanical losses by motorirtg.
- Measurement of mechanical losses from indicator diagram .
- Measurement of mechanical losses by extrapolation of william line.
- Estimation of mechanical losses by meansof morse test.
a. Measurement of Mechanical losses by Motoring
Prinsipnya adalah mengukur besar daya yang diperlukan untuk memutar
engine tanpa terjadi pembakaran didalam silinder. Metode ini hanya dapat
dijalankan bila engine di kopel dengan electric dynamometer yang sekaligus
berfungsi sebagai penggeruk.
Caranya

Menghidupkan mesin sampai engine steady .


Memutuskan perapian atau stop bahan bakar sehingga tidak
terjadi pembakaran dalam silinder.
Mengukur daya yang diperlukan untuk memutar engine sampai ke
putaran penuh, pengukuran harus dilakukan sebelum engine
menjadi dingin.
Mempergunakan dead weight pada dynamometer, karena torque
yang di perlukan untuk memutar engine mengakibatkan casing dari
dynamometer akan bereaksi dalam arah yang berlawanan dengan
arah ketika dynamometer menyerap daya dari engine.

RUMUS :
Mechanical losses :

= F.n = T.n
K,

(Kw)

K.l.

Mechanical efficiency :

llmk

Motor Diesel

p
P+M

=p
I

; I

=indicated power (kw}

1/7

Praktikum Prestasi Mesin


FMEP

= IMEP

(kN/m2)

17mek

Dari rumus-rumus tersebut diatas dapat dianalisa karakteristik engine


pada berbagai kecepatan putaran .
Grafiknya : imep, fmep, bmep,bhp Vs putaran.

b. Measurement of mechanical losses from indicator diagram


Prinsipnya adalah pengukuran indicated power output langsung dari
indicator diagram dan pada saat yang bersamaan juga diadakan pengukuran
terhadap brake power output sehingga besarnya mechanical power dapat
dihitung. Metode ini hanya berlaku bila tersedia fasilitas untuk pengambilan
indicator diagram secara teliti.
Diagram yang dihasilkan dengan mempergunakan uoscilloscope" kurang
sesuai untuk tujuan ini sebaiknya dipergunakan "Maihak-lndicator".
Caranya :
Hitung luas diagram yang dihasilkan oleh indicator diagram dengan
menggunakan planimeter, kemudian dibagi dengan panjang (absis) dari diagram.
kalikan dengan skala tekanan (ordinat) dari diagram.
Hasilnya :

=i

IMEP

Sedangkan dari pengukuran Power Output dapat dihitung besarnya


BMEP

Jadi
llmek

Pli

C. Measurement of Mechanical Losses by Extrapolation of Williams Line


Prinsipnya adala.h pengukuran fuel consumption pada putaran konstan
dengan berbagai pembebanan, kemudian digambarkan dalam grafik fuel
consumption vs BMEP.
Metode ini khusus dipergunakan untuk mengukur kerugian mekanis pada motor
diesel, dimana pengisapan udara tanpa Throttled.

Motor Diesel

1/8

Praktikum Prestasi Mesin


Caranya :
-

Dari grafik BFC vs BMEP diketahui bahwa garis consumption atau Williams
Line merupakan garis lurus dari not sampai rated power output = 75 %

Apabila garis tersebut diteruskan/extrapolasi sampai fuel consumption = 0,


maka perpotongannya dengan sumbu BMEP merupakan mechanical power (n)

Sedangkan BMEP dihitung pada maksimum power output (p)

Mechanical Efficiency

fuel comsumption
spesifik
fuel consumption

in

- - - - - - spesific fuel consumption

100

200

300

400

500

600

bmep : KN/m2

d. Estimation of Mechanical Losses by mean of Morese Test


Prinsipnya adalah menghitung indicated power output dari setiap silinder
dengan terlebih dahulu mengadakan pengukuran terhadap power output dari
engine dimana pembakaran dalam satu silinder dimatikan secara berturut-turut.
Metode ini hanya dapat dilaksanakan pada engine yang mempunyai
silinder banyak (misalnya 4 silinder) dan hasilnya merupakan suatu pendekatan
belaka dan ketelitiannya agak menyangsikan, karena dalam metode ini
diterapkan dua anggapan/ assumsi yang perlu dipertanyakan kebenarannya
sebagai berikut :

Pemutusan atau penghentian pembakaran pada setiap silinder tidak


mempengaruhi kesempurnaan pembakaran pada silinder silinder
lainnya .

Berkurangnya atau selisih power output engine pad a salah satu silinder
dihentikan pembakarannya terhadap pawer output total engine adalah
sama dengan indicated power output dari silinder yang
pembakarannya dihentikan.

Motor Diesel

1/9

Prakt ikum Pr estasi Mesin


Caranya

Jalankan/hidupkan engine sampai berjalan normal pada maksimum


power out put dan kemudian henti kan/ matikan pembakaran pada salah
satu silinder dengan cara sebagai berikut. :

* Motor Diesel : buka sambungan pada pipa bahan bakar antara fuel
pump dengan injektor. Selanj utnya uur torque output engine pada
puta ran konstan.

RUMUS :
Indicated power output of individual cylinder .

= 11
p - p2 = h
p - p) = 13
p - p1

p - p4 = 14
Dimana

l1,12 , ...... = Indicated Power Output of Individual Cylinder.


P1,P2,........ = Measured Power Out put with Combustion Suppressed
in each Cylinder ( 1,2,3,4 )

Indicated Power Output Engine.

- Mechanical Losses.

- Mechanical Efficiency

Rumus- rumus di atas dapat juga diperhitungkan dalam bentuk persamaan


dari : BMEP
,
dan 4 ) , pada putaran konstan sehingga didapat
2
3
pe~amaansebag~ berikut:

(p, p p

Motor Diesel

1AO

Praktikum Prestasi Mesin


2.1 . 5 Measurement of Air Consumption.
Efficiency volumetris sangat mempengaruhi performance dari suatu motor
bakar karena power output yang dihasilkan tergantung sekali besarnya terhadap
jumlah udara/mixture yangh dapat dihisap oleh piston dalam silinder.
Pengukuran jumlah udara yang dihisap dilaksanakan dengan Air Consumption
Motor, TE40 dengan prinsip mengukur pressure drey dari aliran udara yang
melalui suatu orifice yang te lah diketahui diameter dan coeffisien of
dischargenya dan kemudian menghitung. Pengukuran pressure drey dilaksanakan
dengan "inclined manometer".
RUMUS-RUMUS :
a. Hubungan antara beda tekanan dan kecepatan dari ekspansi bebas gas
p

PaUl
= .;...::___
2

dimana : Pa = density of air, kg/ m3


U =velocity, m/s
p = pressure difference, N/m2
Beda tekanan diukur dalam em of water. 1 em H20 = 98,1 N/m 2

p = Pa.U
2

= 98,1h0

dimana h0 = head across orifice, em H20

b. Density Udara.

103 Pa
Pa

=RT
0

dimana Pa =barometric pressure, kN/m 2


Ta = air temperature, K
R =287 J/kgK

Kombinasi persamaan a dan b :

u = 237,3

ho.Ta
3

10 Pa

Motor Diesel

Ul

Praktikum Prestasi Mesin

c. Volumetric rate of flow melalui orifice.

Va =volumetric rate of flow, l/sec


D =orifice diameter, mm
K3 = coefficient of discharge of orifice

dimana :

d. Massa rate of flow.

ma = 10

1t. Dl
8
h().P .1 03
.- .K3 0, 27. r-=:..._!!.._4
.
I;,
D

bila dipergunakan orifice dengan sisi tajam maka K3


dapat disederhanakan sebagai berikut :

.,.
V, = 0,003536 0 2

m, = 0,00001232 0 2

= 0,6 dan rumus c dan

Lisee

kg/sec

e. Volumetric Efficiency
11vol

dimana

n.V,

K2 = constant, 1 untuk 2 - stroke


2 untuk 4 - stroke
Vs = swept volume, liters.

Dari rumus diatas dapat diketahui karakteristik engine pada berbagai


kecepatan putaran .
Grafik : 'lvoL = terhadap putaran.

Motor Diesel

1A2

Praktikum Prestasi Mesin

2.2.6 Measurement of Heat Losses


Persamaan umum kesetimbangan energy dalam motor baker dapat
ditujukkan sebagai berikut :

P =power output of engine.


H1 = heat of combution of fuel
H2 -= enthalpy of exhaust gas
H3 = enthalpy of inlet air
Q1 =heat to cooling water
~ =other heat losses.

Dimana:

Semua harga tersebut diatas dinyatakan dalam : watt (Joule /sec). Sedangkan
masing-masing harga pada ruas kanan persamaan diatas adalah :

a.

H1

Dimana:
HL = lower calorific value of fuel, J/kg.
Pt = density of fuel, kg/ltr.
BFC = fuel consumption. 1/h

b. [ H3

m, . Cp. T, (Watt)

Dimana:
rna = massa rate of flow air at engine inlet kg/sec
Cp = specific heat of air at constan pressure J /kg
Ta = temperature of air at inlet; 0C.

c.

Dimana :

Pr.V) . Cp . Te
( ma + 3600
Te

= exhaust gas temperature,0C.

Perhitungan H2dengan mempergunakan rumus diatas adalah merupakan


pendekatan saja dengan beberapa assumsi, bahwa spesific heat dari asap yang
mempunyai massa sama dengan jumlah massa udara dan bahan bakar yang
diisap ke dalam silinder adalah sama specific heat dari udara masuk.
Motor Diesel

1A3

Pr aktikum Prestasi Mesin


Methode ini dapat dilaksanakan dengan mempergunakan Exhaust Indicator
and Thermocouple RE2-3 . Untuk perhitungan yang lebih teliti dipergunakan
Exhaust Calorimeter TE 90 , dimana gas buang didinginkan sampai temperature
tertentu dengan cara mengalirkan air kedalam kalorimeter.

d.~

Q1 = 4187 qw (T2 - T1)

Dimana:

qw = rate of flow engine cooling water 1/sec.


T2 = cooling water outlet temp. C
T1 = cooling water inlet temp. C

Dari perhitungan dengan rumus-rumus diatas akan dapat diketahui karateristik


(heat balance) engine pada suatu putaran tertentu.
Grafik : Heat balance vs BHP
3.

INSTALASI.

3. 1 Skema lnstalasi
ENGINE TEST BED 100 HP/75 Kw -TE. 18

T
c
A

'\V
...._

..

I'

r-

KETERANGAN :
A. MOTOR DIESEL
B. HYDRAULI C DYNAMOMETER
C. FUEL CONSUMTION GAUGE
D. AI R CONSUMTION FLOW METER
E. ENGINE COOUNG WATER SYSTEM
F. TACHOMETER (DIGITAL)

Motor Diesel

TE18
DPX1
PE13
PE40

TE95
TTC105
1A4

Praktikum Prestasi Mesin

Sebelum pengujian dimulai, lakukanlah hal-hal sebagai berikut:


a. Mencatat kondisi udara dalam ruangan laboratorium.
b. Mengatur dynamometer pada kedudukan not (static balance).
c. Mengatur manometer pada air flow meter pada kedudukan nol
3.2 Prosedur menjalankan motor Diesel
a. Menjalankan sirkulasi air pendingin ke mesin dan atur jumlah aliran flow
rate dari pada air pendingin yang masuk ke mesin 40 llmenit dengan
memutar katup pengatur.
b. Mengatur dynamometer pada beban minimum dengan memutar "loss
control hand wheel" dan juga atur tekanan air yang masuk ke
dynamometer minimum sebesar 1 atm untuk putaran mesin tidak
melebihi 4500 rpm.
c. Buka saluran bahan bakar dari tanki bahan bakar sampai ke mesin .
d. Mengecek level bahan pelumas dalam karter, mengencangkan semua
baut-baut yang kendor dan meyakinkan bahwa motor akan kerja dengan
aman.

e. Memasang kabel accu untuk start dan memanaskan glow plug selama
tidak lebih dari 15 menit.
f. Mulai menstart motor dan apabila sudah jalan maka kita harus segera
memutuskan saluran pemanas ke glow plug.
g. Membiarkan motor berjalan beberapa waktu ( minimal 15 menit ) pada
idling speed untuk pemanasan.
h. Memeriksa tekanan minyak pelumas minimal
mendengarkan apakah motor berjalan dengan baik.

300

kN / m2

dan

3. 3 Prosedur Pengukuran
Sebelum mengadakan pengamatan dan pengukuran mintalah kepada
assisten Individual test sheet dan main test sheet. Pengujian motor diesel
dilaksanakan oleh minimum 4 orang praktikan dengan pembagian sebagai
berikut:
Praktikan 1 :

Motor Diesel

- Memimpin dan memberi komando saat mulai I selesainya


pengamatan.

HS

Praktjkum Prestas; Mesin

Praktikan 2 :

Mengamati putaran motor pada revolution counter atau


tachometer serta melaksanakn consumption dengan stopwatch.
Mengamati manometer pad a. air flow meter, inlet air
temperatur dan exhaust gas temperature.

Praktikan 3 :

Menjalankan motor sesuai denan percobaan dan mencatat


niali torque rata-rata.

Praktikan 4 :

- Mengamati

flow rate dari air pendingin,


temperatur masuk dan temperature keluar

termasuk

NOT E
-

Pengamatan dilakukan sedapat mungkin secara serentak pada saat motor


sudah cukup steady.
Pada setiap set pengamatan, variasi kecepatan putaran hendaknya dijaga
tidak lebih dari 0,5% atau 10 rpm.
Perubahan beban hendaknya dilakukan perlahan-lahan dengan memutar load
control hand wheel pada dinamometer.
Untuk setiap kecepatan putaran dan pembebanan, catatlah secara serentak:

* Kecepatan putaran (rpm)


* Gaya dari torque pada balance reading atau balance reading
added weight (kN)
* Waktu setiap pemakaian bahan bakar misalnya : 50-100-2 (sec)
** Temperatur
gas asap ( C)
Temperatur pendingin yang masuk dan keluar dari motor ( C)
* Flow rate air pendingin (1/menit)
* Pressure drop pada manometer dari air flow meter (bar)

Untuk mengetahui karakteristik motor diesel pada kecepatan konstan,


pilihlah salah satu dari putaran : 1000-1200-1400-1500-1600-1800-2000-22002400-2600-2700-3000 rpm dan mencatat secara serentak seperti pada
variabel-variabel diatas.
Selama pengujian harus dijaga hal sebagai berikut :
oo Temperatur gas asap tidak lebih dari 800 C
oo Perbedaan temperatur air masuk dan keluar dari dinamometer

tidak lebih dari 80 F atau temperatur air kelur maksimum 140 F


oo Penguji an pad a beban penuh 100% tidak lebih dari 15 menit.

Motor D;esel

H6

Praktjkum Prestas; Mesin


3.4 Prosedur menghentikan motor diesel
- Mengurangi beban secara perlahan-lahan sampai pada beban minimum sambil
mengurangi kecepatan putaran motor.
Membiarkan motor berjalan pada putaran dan beban minimum sampai
temperatur gas asap menjadi kira-kira 150 C.
- Mematikan motor dengan menarik stopping device pada bahan bakar.
- Membiarkan air pendingin bersikulasi 15 menit lagi untuk mendinginkan
motor secara perlahan-lahan.
- Menutup semua katup-katup bahan bakar, air pendingin, air ke dinamometer,
dan melepas kabel start dari accu serta membuka drainase valve pada
dinamometer.

4. SPESIFIKASI ALAT PERCOBAAN DAN PENGUKURAN


Equipment : Hydraulic dynamometer test bed 75 kW ( 100 HP )
Serial no.

: 18/3970

Date

: 21 mei 1976

Supplied to : Gilbert, Gilkos N.Gordon ( Indonesia )

ENGINE
Type

: 4D - 56 MITSUBISHI DIESEL

Engine No.
Bore

: 91.1 mm

Stroke

:55 mm

Swept Volume

: 2477 cc

Compression Ratio : 23

: 1:21

Max.Speed

: 4000 rpm

Max. Power

: 85 kW (115 HP) /4000 rpm

lndikator Tappings

: in number 4 silinder

Dia. of exhaust pipe

: 38 mm (1,5")

Length of exhaust pipe

: 1 meter

Torque

: 240 Nm (24,5 Kg.m) I 2000 rpm

DYNAMOMETER
Capacity

Motor o;esel

: 75 kW/100 HP
1/17

Praktikum Prestasi Mesin


Type

: DPX 1

Max. Speed

: 9000 rpm

Power Equation

: (Newton x rpm)/9645,305 Watts

Centre Height

: 381 mm

FUEL GAUG E
Number

:1

Capacity

: 50 - 100 - 200 cc

WATER FLOWMETER
Capacity

: 5 to 50 limen

AIR BOX
Drum Size

: 0,61 m dia. x 0,91 m long

Orifice Size

: 56,00 mm

Coef. of Discharge

: 9,6

ADDITIONAL INSTRUMENTS
Oil Pressure Gauge

: Rotetherm 0 to 700 kN/m 2

Oil Temperature Gauge

: Rotetherm 50 to 200 C

Techometer

: Candella Instruments TIC 105

Revolution Counter

: Serial No. : 002

Cooling Water thermometer: - 10 to 110 C


Exhaust Thermometer

: not supplied

Exhaust Test Cock

: yes

LITERATURE
Foundation Plinth Engine Handbook

: 20038

Heenan & Froude Instruct book No.

: 506/ 4

Heenan & Froude Publication

: 6032./3

Heenan & Froude Drawing No.

: BX 10000020AA
: T.E. 10 T.E.20/A E.E.O

Motor Diesel

1/18

Praktikum Prestos; Mes;n

MOTOR OTTO
1. TUJUAN PENGUJIAN
Tujuan pengujian motor otto adalah mengetahui karakteristik dari pada
motor otto yang diuji, dan kemudian hasilnya digambarkan dalam bentuk
"grafik-karakteristik".
Beberapa grafik karakteristik yang dapat dipergunakan untuk menilai
performance atau prestasi suatu motor otto antara lain :

1. Karakteristi k motor otto pad a kecepatan putaran


Grafiknya:
lhp ; bhp ; effisiensi ; hmep ; braketorque terhadap kecepatan
putaran.

2. Karakteristik motor otto pada putaran konstan , untuk berbagai


pembebanan.
Grafiknya :
Bfc, bsfc, heat - balance terhadap bhp atau bmep.
3. Komposisi gas asap : ( 02 ; C02 ; CO ) untuk suatu kecepatan putaran
pada berbagai beban.

2. TEORI
2.1 NOTASI
Satuan yang dipergunakan adalah lnternasional System Units. (S I)

2.1.1 Dynamometer Reading


Dfskripsi
Torque
Balance reading
Torque arm legth
Time
Revolution
Power output
Dinamometer constant

SIMBOL
T
F
L
t
n
p

SATUAN
Nm
N
mm

s
rpm
kW

K1

2.1. 2 Fuel Consumption


Diskripsi
Fuel gauge calibrated volume
Fuel consumption
Spesific fuel consumption
Density of fuel
Lower Calorifie Value

Motor Otto

SIMBOL
Vg

v
v
f

H1

SATUAN
L
Llh
L/ kW - h
kg/ L
J/kg

2/ 1

Praktikum Prestasi Mesin

2. 1. 3 Enggine Dimension
Dtskripsi
Cylinder diameter
Piston stroke
Number of cylinders
Constant 2 - stroke
4 - stroke
Swept volume
Clearance volume
Compression ratio

SIMBOL
d
.s
N
K2 = 1
K2 = 2
Vs
Vc
r

SATUAN
mm
mm

SIMBOL
I
M

SATUAN
kW
kW

-p

kN/m 2
kN/m 2
kN/m 2

2.1.4 Engine Performance


Diskripsi
Diameter of mean suring orifice
Mechanical losses
Brake mean effective pressure
Pressure
Indicated mean effective pressure
Friction mean effective pressure
Mechanical efficiency
Air standard efficiency
Thermal efficiency

m
llmech
lla
llth

2. 1. 5 Air Consumption
Diskripsi
Diameter of meansuring orifice
Volume of air box
Orifice coefficient
Temperatur of air
Barometeric pressure
Density of air flow
Velocity of air flow
Head acrossorifice
Gas constant
Volumetric flow rate
Mass flow rate
Volumetric efficiency of enggine

SIMBOL
D
Va
Ks
TA
Pa

Pa

ho

R
Va
rna

SATUAN
mm

13
K
kN/m 2
. kg/m 5
m/s
em H20
J/kgK
1/s
kg/s

l1 vol

2.1.6 Energy Balance


Diskripsi
Heat of combustion of fuel
Enthalpy of exhaust gas
Enthalpy of inlet air
Heat to cooling water

Motor Otto

SIMBOL
H,
H2
H3
Q,

SATUAN
Jls
Jls
Jls
Jls

2/2

Praktikum Prestasi Mesin


Other heat losses
Exhaust temperature
Engine cooling water flow
Cooling water inlet temperature
Cooling water outlet temperature
Calorimeter cooling water flow
Cooling water inlet temperature
Cooling water outlet temperature
Temperature of Exhaust leaving
calorimeter

CU
Te
qw
T,
T2

qwc
T1c
T2c

To

J/s
C
1/s
C
C
1/s
C
C
C

2.2 ANALISA DAN FASILITAS PENGUJIAN


Fasilitas pengujian merupakan faktor utama yang mempengaruhi relevasi
data hasH pengujian dan analisa-analisa terhadap karateristik pengujian yang
didapat. Fasilitas-fasilitas pengujian yang terpenting dalam pengujian motor
bakar adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Measurement of ouput torque and power


Measurement of speed.
Measurement of fuel consumption.
Measurement of air mechanical losses in engine.
Measurement of air consumption.
Exhaust gas analysis.
Measurement of heat losses.

2. 2. 1 Measurement of output torque and power


Untuk mengukur output-torque dari suatu motor dipergunekan alat-alat
pengukur sebagai berikut :
a. Electrical dynamometers
b. Hydraulic dynamometer

a. Electrical Dynamometer
Torque: T
dimana:

= F.L
(N.m)
100

F = Balance reading atau Balance reading added weight (N)


L =Torque arm length (mm)
1
27ln
Power : P = - - x x T (kW)
1000
60

dimana :

Motor Otto

= Revolution

perminute

2/ 3

Praktikum Prestasi Mesin


Dari kedua persamaan diatas didapat

= 2tr

n . F. L
6 . 107

(kW).

Atau : P = F x n (kW)
Kl
7

Dimana:

K _ 6xl0
1
- 2trxL
= Dynamometer constant.

b. Hydraulic Dynamometers
Khusus untuk Hydrolic dynamometer dimana balance reading and added
weight dinyatakan langsung dalam satuan torque ( N . m ), maka :

RUMUS :

Txn
P = Kl(kW)

Dari rumus diatas dapat dianalisa karakteristik motor pada berbagai kecepatan
putaran.
Grafik :
Bhp, Brake Torque vs Kecepatan putaran.

2.2.2 Measurement of speed


untuk menggambarkan karakteristik Torque-speed, diperlukan pengukuran
terhadap speed dengan menggunakan alat yang disebut "tachometer" yang
sudah t erdapat pada dinamometer. Dalam mengukur karakteristik-karakteristik
lainnya, seperti power output dan fuel consumption, dipergunakan alat
pengukur speed yaitu counter dan stopwatch. Pada Electrical Dynamometer
biasanya dilengkapi dengan counter yang dapat dipasang dan dilepas .secara
manual. Cara mengukur speed yaitu dengan jalan memasang counter untuk
periode waktu tertentu guna mencatat putaran dan waktu.
Sedangkan pada hydraulic dynamometer biasanya sudah dilengkapi
dengan counter yang bekerja secara terus-menerus. Dalam hal ini harus
dipergunakan stopwatch untuk mencatat waktu antara saat mulai pengukuran
dan akhir pengukuran.
2.2.3 Measurement of fuel Consumption
Pengukuran atas kebutuhan bahan bakar yang dipergunakan dapat
dilaksanakan dengan ".Plint Fuel Gauge". Pad a prinsipnya alat terse but terdiri
dari tabung yang didal.amnya dibatasi dengan sekat (spacer) dan antara setiap
spacer yang berurutan mempunyai volume : 50 - 100 - 200 cc. Dengan

Motor Otto

2/4

Praktikum Prestasi Mesin


dipergunakan "stop-watch" dapat diketahui waktu yang diperlukan untuk
pemakaian sejumlah tertentu dari bahan bakar.
RUMUS:

a. Fuel Consumption
V

Dimana

= 3600
t

vg (liters/hour)

Vg =Calibrated voleme of fuel gauge (liter)


t = time tp consume calibrated volume (sees).

b. Specifk Fuel consumption and power.


Untuk mengetahui "thermal-efficiency" dari motor perlu terlebih dahulu
menghitung besarnya specific fuel consumption.

Kecepatan putaran dari motor dapat juga dihitung dengan mempergunakan


"counter dan stop watch" sebagai berikut
n

Dimana:

60xN
t

(rpm)

N = Jumlah putaran dalam waktu "t".

Performance suatu motor sering pula dinyatakan dengan "brake mean


effective pressure" atau disingkat "bmep". lni adalah ekanan rata-rata yang
diperhitungkan untuk menggerakkan piston selama langkah kerja guna
menghasilkan power output, bilamana tidak ada mechanical los_ses.
Power output dari motor dalam hubungannya dengan bmep, dapat
P x n x v.
dinyatakan sebagai berikut:
P = x 4 x K2
6 10

Dimana

P = bmep (kN / m2)


Vs = swept volume of engine (Lt3)
K2 = 1 for a 2-stoke engine
2 for a 4-sroke engine

Sedangkan swept volume :

Motor Otto

215

Praktikum Prestasi Mesin


dimana

d = diameter cylinder (mm)


= piston stroke (mm)
= jumlah cylinder

maka

= 6 x 1o4 x K 2 x P
n x V5

a. Electrical dimanometer

p=

6x10 xK2 xF

K 1 xV5

b. Hydraulic dinamometers

p=

6 X 10 X K2
K 1 xV5

Brake thermal efficiency dapat dihitung dengan mempergunakan rumus sebagai


berikut :
3x 6 x lOa
--VXPf xHL

77th = -

Dimana:

HL = Lower calorific Vvalue (l/kg)


Pt =Density of fuel at 20 c (kg/l).

Dari rumus-rumus diatas dapat diuraikan I dianalisa karakteristik motor


pada putaran konstan dengan berbagai perbedaan.
Graffk :

BSFC; BFC; THERMAL EFFICIENCY terhadap BMEP/BHP.

2.2.4 Measurement of mechanical losses in engine


Kerugian mekanis dalam motor bakar terutama disebabkan karena adanya
hal-hal sebagai berikut :
~ Gesekan - gesekan ( friction ) antara piston dengan dinding silinder,

bantalan - bantalan
( bearings ), dan bagian - bagian yang bergesekan
lainnya seperti : roda gigi, chamshaft, rocker arm dan sebagainya.
~ Keperluan daya

untuk menggerakkan mekanisme katup, fuel pump,


lubricating oil pump, cooling water pump, electric generator fan dan
sebagainya.

Motor Otto

2/6

Praktikum Prestasi Mesin


Kerugian pemompaan atau "pumping losses" kadangkala ikut terhitung
dalam kerugian mekanis, hal ini tergantung pada methode pengukuran kerugian
mekanis yang diperlukan. Pumping losses adalah kerugian daya yang
dipergunakan untuk penghisapan udara/mixture kedalam silinder dan pendorong
gas bekas keluar dari silinder.
Beberapa methode pengukuran kerugian mekanis adalah
4.1

Measurement of mechanical losses by motoring.

4.2 Measurement of m~chanicallosses by from indikator diagram.


4.3 Estimation of mechanical losses by meansof morse test.
4. 1.

Measurement of Mechanical losses by Motodng

Prinsipnya adalah mengukur besarnya daya yang diperlukan untuk


memutar engine tanpa terjadi pembakaran didalam silinder. Metode ini hanya
dapat dilaksanakan apabila engine di kopel dengan electric dynamometer yang
sekaligus berfungsi sebagai penggera (electric motor).
Caranya :
Hidupkan atau jalankan mesin sampai engine cukup steady dan fully
warmed up.
Putuskan perapian atau stop bahan bakar sehingga tidak terjadi
pembakaran didalam silinder.
Ukur daya yang diperlukan untuk memutar engine sampai putaran
penuh, pengukuran harus dilakukan secepat mungkin sehingga engine
belum dingin.
Pergunakan pasang dead weight pada dynamometer, karena torque
yang diperlukan untuk memutar engine mengakibatkan easing dari
dynamometer akan bereaksi dalam arah yang berlawanan dengan
arah ketika dynamometer menyerap daya dari engine.
RUMUS-RUMUS :
a. Mechanical Losses :
M

F x n atau M
Kl

T x n (kW)
Kl

b. Mechanical Efficiency:

17mech

Dimana

Motor Otto

p
=p + M

=I

I = P + M = lndikated Power (kW)


Atau dapat dinyatakan dalam : i,

P, m.

21 7

Praktikum Prestasi Mesin

p
17m = p + m

p
1

dimana :
1
-.

= 6

10

K2 X I

n x V5
_ 6x104 x K2 xi
m=
n X V5 X 7]ffi

Indicated Mean eff. Pressure (kN/m 2 ) (i, m, e, p)

.. Priction mean eff. Pressure kN/m2 (f, m, e p)

Dari rumus-rumus tersebut diatas dapat dianalisa karakteristik engine


pada berbagai kecepatan putaran
Grafik :
i.m.e.p, f.m.e.p, b.m.e.p, terhadap putaran.
4.2. Measurement of mechanical losses from indikator diagram
Prinsipnya adalah pengukuran/perhitungan indikated power output
langsung dari indikator diagram dan pada saat yang bersamaan juga diadakan
pengukuran terhadap brake power output sehingga besarnya mechanical power
dapat dihitung. Methode ini hanya dapat dilaksanakan apabila tersedia fasilitas
untuk pengambilan/pembuatan indikator diagram secara teliti. Diagram yang
dihasilkan dengan mempergunakan ftOscilloscope" kurang sesuai untuk tujuan ini
sebaiknya dipergunakan "Maihak-lndicator".
Caranya:
Hitunglah luas diagram yang dihasilkan oleh indikator diagram dengan
menggunakan planimeter, kemudian dibagi dengan panjang (absis diagram dan
kalikan dengan skala tekanan (ordinat) dari diagram.
Hasilnya : l,m,e,p .. i
Motor Otto

: Putuskan pengapiannya dengan mempergunakan Morse Test


Switch TE29 yang dipasang antara distributor dengan busi
Selanjutnya ukur torque output engine pada putaran yang dipergunakan konstan

RUMUS:
1. Indicated power output of individual cilinder.

p- p1
p. p2
Dimana :

Motor Otto

11

=h

P P3 = l3
p. p" = 14

12,P2 .... = incated power output of individual cylinder.


P1,P 2... ,= measured power output with combustion suppressed in
each cylinder (1,2,3,4, ........ )

2/ 8

Praktikum Prestasi Mesin


2. lndfkated power output engine .

3. Mechanical Losses.

4. Mechanical Efficiency
p

77mech

=I

4p (PJ + p2 + p3 + p4 )

Rumus diatas dapat juga diperhitungkan dalam bentuk persamaan dari :


bmep (P P1 P 2 P3 P 4) , pada putaran konstan sehingga didapat persamaan
sebagai berikut :

- - -

sedangkan dari pengukuran power output dapat dihitung beasrnya : b.m.e.p = P


jadi :
4.3.

17mech

= ~1

Estimation of Mechanjkal Losses by mean of Morese Test

Prinsipnya adalah menghitung indikated poewr output dari setiap silinder


dengan terlebih dahulu mengadakan pengukuran terhadap power output dari
engine dimana pembakaran dalam satu silinder dimatikan secara berurutan.
Metode ini hanya dapat dilaksanakan pada engine yang mempunyai silinder
banyak (misalnya 4 silinder) dan hasilnya merupakan suatu pendekatan belaka
dan ketelitiannya agak menyangsikan, karena dalam metode ini diterapkan dua
anggapan/assumsi yang perlu dipertanyakan kebenarannya sebagai berikut :

Pemutusanatau penghentian pembakaran pada setiap silinder tidak


mempengaruhi kesempurnaan pembakaran pada silinder - silinder
lainnya .
Berkurangnya atau selisih power output engine pada saat salah satu
selinder dihentikan pembakarannya terhadap pawer output total
engine adalah sama dengan indikated power output dari silinder yang
pembakarannya dihentikan.

Caranya

Jalankan / hidupkan engine sampai berjalan normal pada maksimum


power output dan kemudian hentikan/matikan pembakaran pada salah
satu silinder dengan cara sebagai berikut

Motor Otto

219

Praktikum Prestasi Mes;n


2.2.5Measurement of Air Consumpt ion.
Efficiency volumetris sangat mempengaruhi performance dari suatu motor
bakar karena power output yang dihasilkan tergantung sekali besarnya terhadap
jumlah udara / mixture yang dapat dihisap oleh piston dalam silinder. Pengukuran
jumlah udara yang dihisap dilaksanakan dengan Air Consumption Motor, TE 40
dengan prinsip mengukur pressure drop dari aliran udara yang melalui suatu
orifice yang telah diketahui diameter dan coeffisien of dischargenya dan
kemudian menghitung. Pengukuran pressure drop dilaksanakan dengan "inclined
manometer".

RUMUS :
a) . Hubungan antara beda tekanan dan kecepatan dad ekspansi bebas gas.

dimana:

Po.

= density of air, kg/m2


= Velocity, m/sec

= Pressure difference, N/ m2

Bed a tekanan diukur dalam "centimeters of water " dimana 1 em H20


maka rumus a menjadi :
p

= Pa . U2

= 98,1

ho

= 98,1 ho

dimana

: ho = head acroes orifice, em HzO

b. Dens;ty Udara.
10 3 Pa

Pa

Dimana

= RTa

Pa = Barometric pressure, kN/m 2


Ta = air temperatur, K.
R = 287 J/kg K.

Kombinasi persamaan a). dan b).


U = 237,3

Motor Otto

ho Ta
I0 3x Pa

2110

Praktikum Prestasi Mes in

c. Volumetric rate of flow melalui orifice

dimana

Va
D
K3

= Volumetric rate of flow, Ltr/sec.


= orifice diameter, mm
= coefficient of discharge of orifice.

d . Massa rate of flow.


2

rna = toa

.1l'

K3

0,827

~ho

Pa
Ta

10 3

bila dipergunakan orifice dengan sisi tajam maka k3

{hOTa

=0,0001232 D 2 v--n;-kg I sec

e. Volumetric Efficiency
17vol =

60 x K2 xVa
V
nx s

dimana : K2
Vs

= constant,
=

1 untuk 2 stroke
2 untuk 4 sroke
swept volume, liters.

Dari
rumus diatas dapat diketahui karakteristik engine pada berbagai
kecepatan putaran
Grafik :

17vo1 = terhadap putaran

2.2.6 Exhaust Gas Analysis


Analisa terhadap gas tabung dilaksanakan dengan mempergunakan "Orsat Gas
Analyser RE. L" yang pada prinsipnya mengukur prosentase volumetris dari C02 ,
CO dan 0 2 yang terkandung dalam gas buang tersebut.
Caranya :
Ambit mula-mula gas buang melalui exhaust test cock dengan tabung
sampai skala : X. kemudian larutkan secara berurutan kadar C0 2 , 0 2 , CO

Motor Otto

2/11

Praktikum Prestos; Mesin


KOH, Pyrogalol, CaCL2 atau zat-zat pengikat

dengan pengikat zat seperti :


lainnya.
Misalnya banyaknya gas buang setelah diadakan pengikatan menunjukan skala
sbb;
C02 larut , skala = a
02 larut , skala = b
C02 larut , skala = c
RUMUS-RUMUS :
X

C0 2 = - - - - x 100%
X

X - b
- - - - xlOO%
X

CO

=- - X

100%

Analisa gas buang dapat dilaksanakan baik pada putaran engine constant
dengan berbagai pembebanan ataupun pada berbagai putaran .
Grafik:

%dari C02 , 02 , CO terhadap n maupun terhadap bhp.

2.2. 7 Measurement of Heat Losses


Persamaan umum kesetimbangan energy dalam motor bakar adalah sebagai
berikut:
P = H1 - ( H2 - H3 ) - C1 - Q2
P =power output of engine.
H1 = heat of combution of fuel
H2 = enthalpy of exhaust gas
H3 = enthalpy of inlet air
Q1 == heat to cooling water
~ = other heat losses.

Dimana :

Semua harga tersebut diatas dinyatakan dalam : watts (Joules/secound).


Sedangkan masing-masing harga pada ruas kanan persamaan diatas adalah :
a). H 1 =

HLpfx V
(watt)
3600

Dimana :

Motor Otto

HL = Lower calorific value of fuel, J/kg.


pf = density of fuel, kg/ltr
V = fuel consumtion, ltr/hour

2/12

Praktikum Prestasi Mesin

b). H3

= ma. Cp . Ta

Dimana:

c) . H2 -

(watt)

ma = massa rate of flow air at engine inlet kg/sec


Cp = specific heat of air at constan pressure J/kg
Ta = temperature of air at inlet, C:

mo + pfxV X Cp X Te (watt).

Dimana:

3600

Te

= exhause gas temperature, 0C.

Perhitungan H2dengan mempergunakan rumus diatas adalah merupakan


pendekatan saja dengan beberapa assumsi, bahwa specific heat dari asap yang
mempunyai massa sama dengan jumlah massa udara dan bahan bakar yang
diisap ke dalam sHinder adalah sama specific heat dari udara masuk. Methode
ini dapat dHaksanakan dengan mempergunakan Exhaust Indicator and
Thermocouple RE 2 - 3 . Untuk perhitungan yang lebih teliti dipergunakan
Exhaust Calorimeter TE 90 , dimana gas buang didinginkan sampai temperature
tertentu dengan cara mengalirkan air kedalam calorimeter.

Dimana:

Gw = rate of flow engine cooling water 1/sec.


T2 = cooling water outlet temp. C
T1 = cooling water inlet temp. C

Dari perhitungan dengan rumus-rumus diatas akan dapat diketahui


karateristik ( heat balance ) engine pada suatu putaran tertentu.

Motor Otto

2/13

Praktikum Prestasi Mesin

3. INSTALASI.
3.1 SKEMA INSTALASI.
ENGINE TEST BED 75 Kw (100 Hp) TE. 18/D

r-

'--

r-

Keterangan :

A. MOTOR OTTO

TE

18

B. HYDRAULIC DYNAMOMETER

DPX

C. FUEL CONSUMPTION GAUGE

TE

13

D. AIR CONSUMPTION

TE

40

E. AIR COMSUMPTION

TE

95

F. TACHOMETER (DIGITAL)

TTC

105

Motor Otto

2/14

Praktikum Prestasi Mesin


Sebelum penguj ian dimulai, lakukanlah hal-hal sebagai berikut :
a. Catatlah kondisi udara dalam ruangan laboratorium.
b. Aturlah dynamometer pada kedudukan "nol" (static balance).
c. Aturlah manometer pada air flow meter padakedudukan "nol"

3.2 PROSEDUR MENJALANKAN MOTOR OTTO.


1. Jalankan si rkulasi air pendingin ke mesin dan atur jumlah aliran flow rate
dari pada air pendingin yang masuk ke mesin 40 l/menit dengan memutar
katup pengatur . .
2. Aturlah dynamometer pada beban minimum dengan memutar "load
controle hand wheel" dan juga atur tekanan air yang masuk ke
dynamometer minimum sebesar 1 atm untuk putaran mesin tidak melebihi
4500 rpm.
3. Buka saluran bahan bakar dari tanki bahan bakar sampai ke mesin.
4. Periksa permukaan pelumas dalam karte, kencangkan semua baut-baut
yang kendor dan yakinkanlah bahwa motor akan kerja dengan aman.
5. Pasanglah kabel accu untuk start dan perikasalah sambungan-sambungan
secara telii, supaya tidak ada yang kendor.
6. Motor di start sampai jalan dan kemudian biarkan motor berjalan
beberapa waktu ( min 15 menit ) pada idling speed untuk pemanasan.
7. Periksa tekanan minyak pelumas ( min 300 kN/m 2 ) dan dengarkan apakah
motor berjalan dengan baik.
3.3 PROSEDUR PENGUKURAN
Sebelum mengadakan pengamatan dan pengukuran mintalah kepada
assisten "individual test-sheet" dan "main test sheet".Pengujian motor otto
hendaknya dilaksanakan oleh minimum 4 orang praktikan dengan pembagian
tugas sebagai berikut :
Praktikan 1. :

Praktikan 2. :

Memimpin dan memberi komando saat mulai/selesainya


pengamatan.
Mengamati putaran motor pada revolution counter atau
tachometer serta melaksanakan consumtion dengan stopwatch.

Mengamati manometer pada air


flow meter, inlet air
temperatur dan exhaust gas temperatur.

Praktikan 3. : -

Menjalankan motor sesuai denan percobaan dan mencatat


niali torque rata-rata .

Praktikan 4. :

Mengamati flow rate dari air


temperatur masuk dan keluarannya.

Motor Otto

pendingin,

termasuk

2/15

Praktikum Prestas; Mesin


NOTE

Pengamatan dilakukan secepat mungkin secara serentak pada waktu


motor sudah cukup "Steady.
Pada setiap "set" pengamatan, variasi kecepatan putaran hendaknya
dijaga tidak lebih dari 0,5 %atau 10 rpm.
Perubahan beban hendaknya dilakukan secara perlahan-lahan dengan
memutar " balance hand wheel " pada dynamometer.
Untuk setiap kecepatan putaran dan pembebanan catatlah secara
serentak :

1. Kecepatan putaran (rpm)


2. Gaya dari torque pada "balance reading" atau balance reading +
added weight (N)
3. Waktu setiap pemakaian bahan bakar misalnya : 50 - 100- 200 cc
(sec)
4. Temperatur gas buang (0 C)
5. Pemperatur air pendingin yang masuk dan keluar dari motor (0 C)
6. Flow- rate air pendingin (1 / men).
7. Pressure drop pada dynamometer dari air "air flow meter" (bar)
8. Presentase o2, C02 dan Co dalam gas buang.
9. Pembuatan P - V diagram dengan "indikator diagram"

Sedang untuk mengetahui karakteristik motor otto pada kecepatan


konstan pilihlah salah satu dari putaran-putaran : 1000 - 1200 - 1400 1500 - 1600 - 1800 rpm 2000 - 2200 - 2400 - 2600 - 2750 - 3000 - 3200,
rpm. Dan catatlah secara serentak : seperti pada variabel diatas.
Selama pengujian haruslah dijaga hal-hal sebagai berikut
1. Temperatur gas asap tidak lebih dari 800 oc.
2. Perbedaan temperatur air masuk dan keluar dari dynamometer
tidak lebih dari 80 F atau temperatur afr keluar max 140 F.
3. Pengujian pad a be ban penuh 100% dilakukan tidak lebih dari 15
menit.

3.4 PROSEDUR MENGHENTIKAN MOTOR OTTO

4. Kurangi beban secara perlahan -lahan sampai pada batas minimum


5.
6.
7.
8.

sambil mengurangi kecepatan putaran motor.


Biarkan motor berjalan pada putaran dan bebas mini mum sampai
temperatur gas asap menjadi kira -kira 150C.
Matikan motor dengan memutus hubungan listriknya .
Biarkan air pendingin bersikulasi 15 menit lagi untuk mendinginkan
motor secara perlahan.
Tutup semua katup-katup bahan bakar, air pendingin, air ke
dynamometer, dan lepaskan kabel start dari accu serta buka
"Drainage Valve" pada dynamometer.

Motor Otto

2/16

Praktikum Prestasi Mesin


9. SPESIFIKASI ALAT PERCOBAAN DAN PENGUKURAN

Equitment

Hydraulic dynamometer test bed 75 kW (100 h.p)

Serial

TE. 18/3968

Date

27.5.76

Supliet to

Gilbert Gilkes & Gordon (Indonesia)

ENGINE
Type

BLMC 1622 c.c

Engine No

16V/860E/2549

Bore

76.2 mm

Sroke

88.9 mm

Swept Volume

1522c.c

Compression

7.2 to 1

Ratio maksimum speed

5000 rev/min

lndikator Tappings : In No:

4 sylinder

Diameter of Exhaust pipe

38 mm (1 Y2)

Length of exhaust pipe

1 matre

DYNAMOMETER

HEENAN & FROUDE

Capacity

75kW

Type

DPX 1

Maxsimum speed ..

9000 rev/min

Serial No.

ZBX 33611/5

Power Equation
Centre Height

Watts

Newtons x rev I min


9549.305

=- - - - - -

0,5 m

FUEL GAUGE
Number

Capacity

50- 100 - 200 c.c

Motor Otto

2117

Praktikum Prestasi Mesin


WATER FLOWMETER
Rotameter 2000
Capacity

5 to 50 1/min

Serial No.

RA 123164

AIR BOX :
Drum Size

0.61 m diameter x 0. 91 m long

Oriffice Size

56.03

Cooficient of Discharge

0.6

ANDITIONAL INSTRUMENTS :
Oil pressure Gauge

Rotameter 0 to 700 kN/m 2

Oil temperature Gauge

Rotameter 50 to 200 C

Tachometer

Cendela lntruments TTC 105

Revolution Counter

Serial o.004

Cooling Water Thermometer :


Exhaust Thermometer

- 10 to + 110 (

Exhaust Test Cock

Not Supplied

Variable Jet Carborettor

Yo S

Morse Test Apparatus


Indicator mounting bracket

Not suplied

Indicator

LITERATURE
Foundation Plinth

20038

Engine Handbook
Heenan & froude lntruction Book No.

: 506/4

Heenan & froude Publication 603213


Heenan & froude Drawing No. BX 010000020AA
TE.

10 TE.20/ A

Re. 0.

Motor Otto

2/18

Praktikum Prestasi Mesin


_,_

Dimana: nt
T

= Kecapatan putaran turbin (rpm)


= Torsi Turbin (N.m)

D Efiseinsi Turbin :

BHP
WHP

(6)

1Jt = - - X 100%
D

Kapasitas Air Teoritis :

(7)
ll = 0,8 + 0,88
Tergantung dari sudut \1' dan q> (datam perhitungan ll = 0,88)
a
= 67,5 = 67 30
d1
= 0,75 inch = 0,01905 meter
d2
= (1-k) . d1 (meter)
k
= Prosentase bukaan katup
2
g
= Percepatan grafitasi =9,81 mls
Ha
= Head actuallsebenarnya (m)

Dimana:

Gam bar Potongan penampang nozzle selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut:

~-----

Effisiensi Nozzel :
Tla

Dimana:

Qa xlOO %

(8)

Qt

Qa
Qt

= Kapasitas sebenarnya yang metewati turbin


= Kapasitas teoritis (m3 I s)

(m 3 I s)

"h

Turbin Pelton

3 11

Praktikum Prestasi Mesin


Effisiensi turbin yang tinggi dapat dicapai jika turbin bekerja pada kondisi
yang optimum. Untuk menentukan jenis turbin yang sesuai dengan kondisi
kerjanya, dasar yang dipakai adalah "kecepatan spesifik".
Kecepatan spesifik :

ns

n..JN

= ----s/4

(rpm)

(9)

Ha

Dimana:

n = Kecepatan putar turbin (rpm)


N = daya input turbin = BHP (HP)
Ha = tinggi jauh sebenarnya (meter)
NS
4 - 35
17- 50
24 - 70
80 - 120
120 - 220
220- 350
350- 430
300- 1000

JENIS TURBI N
Turbin Pelton dengan 1 Nozzle
Turbin Pelton dengan 2 Nozzle
Turbin Pelton dengan 4 Nozzle
Turbin Francis Putaran Rendah
Turbin Francis Putaran normal/sedang
Turbin Francis Putaran Tinggi
Turbin Francis Putaran sangat Tinggi
Turbin Propeller atau kaplan

Turbin pelton dapat dikatakan turbin air dengan ns yang paling rendah
dan bekerja H yang paling tinggi. Turbin Francis dapat digolongkan sebagai
turbi n dengan ns menengah dan bekerja dengan H yang menengah pula. Turbin
propeller atau Kaplan tergolong t urbin dengan ns yang tinggi, bekerja dengan H
yang rendah dan Q yang tinggi.
3. ALAT - ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Tangki air yang terdiri dari 2 bagian. Bagian pengukur alirannya dilengkapi
dengan peredam gelombang, serta skala pengukur dalam inchi dan ft 3 /min.
2. Pompa sentrifugal dengan penggerak motor listrik yang dapat diatur
putarannya
3. Transformator untuk mengatur tegangan dan arus yang masuk ke motor,
yang digunakan untuk mengatur putaran motor listrik penggerak pampa.
4. Prony brake dengan panjang tangan 0,16 meter
5. Force Gauge untuk mengukur
6. Gaya yang terjadi pada ujung lengan prony brake
7. Gaya pada lengan dynamometer dari motor
8. Pressure gauge untuk mengukur tekanan discharge dari pampa pada
ketinggian yang sama dengan t inggi nozzle turbin.

Turb ln Pel ton

3!3

PrakHkum Prestasj Mesjn

9. Tacahometer untuk mengukur kecepatan putar turbin.


10. Aparat pengujian turbin pelton yang telah terpasang lengkap dengan
nozzle dan spear valvenya.

Skema unit percobaan Turbin Pelton :

pengukur
s pear valve ----;:::~~-.-?lL~---_,....c:::::::_--:_~==-~ali~
ra::.:_
n -,

=iD it! i U i U~ ~ !!!.,

: ~::-~
___________

...._
":::~

'-----~ ,.._---IT"- - - - - - - - - - - ..

variable
speed motor

:-::~:::-:=:-:-=-:=~=~~~=~

drain

4. JALAN PERCOBAAN
Sebelum percobaan dimulai :

>-

Periksa air dalam tangki, apakah sudah mencukupi atau belum (tinggi
level air pada ftVee notch" harus menunjukkan angka nol pada skala
pengukurannya)

>-

Periksa tinggi air raksa dalam tabung-tabung force gauge. Usahakan pada
posisi nol. Bila 'tidak mungkin lakukan kalibrasi dalam pencatatan data
data yang diperlukan.

>-

Sebelum tombol ON ditekan, pastikan bahwa rotary speed regulator


menunjukkan angka 0. (Suatu switch khusus akan secara otomatis
mencegah start dari motor bila rotary speed regulator tidak menunjukkan
angka nol). Pastikan juga prony brake dalam keadaan bebas (tidak
terkunci I di rem

>-

Buka katup discharge dari pampa dan putar spear gear sampai membuka
penuh kemudian tekan tombol ON dan sebuah lampu merah kecil akan
menyala. Setelah itu naikkan kecepatan motor dengan cara memutar
speed regulator perlahan-lahan sampai tekanan discharge pampa
menunjukkan skala tertentu sesuai dengan instruksi asisten.

'

~.

Turbjn Pelton

3 /4

..
Praktikum Prestasi Mesin
Percobaan dilakukan dengan cara:
1. Putar rotary speed regulator sampai
menunjukkan head teoritis tertentu

tekanan

discharge

pompa

2. Atur spear valve sampai menunjukkan bukaan katup tertentu.


3. Putaran turbin diatur (diamati dengan tachomet er) dengan cara
mengencangkan I mengerem prony brake sampai menunjukkan putaran
tertentu.

4. Pada saat putaran yang diinginkan tercapai, catatlah data-data yang


diperlukan : Ha, Ft, Fp, Qa, V, I.
5. Lakukan langkah 3 s/d 4 diatas untuk beberapa macam putaran turbin
ffnt" dari putaran 1600 rpm sampai putaran 1200 rpm dengan interval 100.

6. Lakukan langkah 2 s/ d 3 diatas untuk beberapa varia bel bukaan diffuser


tertentu k, yaitu bukaan katup 75 % dan 50 %
7. Lakukan langkah 1 s/ d 6 diatas untuk beberapa variabel head teoritis
turbin "Ht" yaitu untuk head 8 m dan 10 m

5. TUGAS-TUGAS
1. Buat suatu contoh perhitungan dari variabel-variabel yang diperlukan
untuk membuat grafik-grafik karakteristik

turbin.

Sedangkan

hasil

perhitungan lai nnya dimasukkan didalam table.


2. Buat grafik BHP vs nt pada Ht

= constan

3. Buat grafik WHP vs nt pad a Ht

= constan

k = constant

4. Buat grafik Qa vs
5. Buat grafik H' vs

= constant

= constant
nt pad a Ht =constant ; k = constant

nt pad a Ht = constan

6. Buat grafik 11t vs Qa pada Ht = constant ; k

= constant

7. Buat grafik BHP vs Qa Ht = constant; k = constant

= constant ; k =constant
Buat Grafik Qa vs ns pada k = constan ; k = konstan
Buat Grafik 11t vs ns pada k = constan ; k = konstan

8. Buat grafik Ha vs ns pada k


8.
9.

10. Buat kesimpulan dari data percobaan And a.


Catatan:
Grafik BHP vs nt dan grafikWHP vs nt dibuat dengan skala yang sama
dan dibuat menjadi satu.
Grafik ot vs Qadan. grafik WHP vs Qa dibuat dengan skala yang sama dan
dibuat menjadi satu.

Turbin Pelton

3 !5

Praktikum Prestasi Mesin


Grafik-grafik supaya dibuat dengan menggunakan mal serta setiap kurvanya
dibedakan dengan tinta warna.

6. TUGAS TAM BAHAN


Mintalah I tanyakan pad a asisten anda bila tugas pendahuluan grup anda
telah betul dan disetujui oleh asisten anda.

H. DAFTAR PUSTAKA
1. Streeter V.L.,Fluid Mechanics, Mc.Graw Hill Book Company, Tokyo, 1981.
2. Ramamrutham, Hidraulics Fluid Mechanics and Fluid Mechines, Dhanp~t Rai &.
sons, New delhi, 1982.
3. Norrie D.H., An Introduction to incompressible Flow Machines, American
Elsevier, New York, 1963.
4. Willicenus G. F., Fluid Mechanics of Turbomachinery, Me. Graw Hill, 1947.

Turbin Pelton

3 !6

Praktikum Prestasi Mesin

KOMPRESSOR
1. TUJUAN PENGUJfAN
Pengujian terhadap sebuah Reciprocating Air Compresor (RAC)
dimaksudkan untuk membantu memberi pelajaran kepada praktikan untuk dapat
mendalami teori-teori termodinamika. Pengujian ini bertujuan untuk menyelidiki
sifat-sifat dari kompresor Udara Bertingkat Ganda atau lebih.
2. TEORI
Kompresor udara Bertingkat Ganda terdiri dari GT 102 (tingkat pertama)
dan GT 10212 (tingkat kedua) yang masing-masingnya terpasang pada sebuah Lori
yang terpisah.
Tingkat pertama dapat digunakan secara terpisah atau tersendiri tanpa
tingkat kedua, sedangkan bila diinginkan sebuah kompressor bertingkat ganda,
maka dengan pipa udara (hoses) tingkat pertama dapat dihubungkan pada
tingkat kedua secara tepat. Sehingga akan terbentuk sebuah kompressor
bertingkat ganda lengkap dengan intercooling.
TINGKAT PERTAMA (GT 102)
Tingkat pertama ini mempunyai dua sHinder dengan sistem pendinginan
udara. Digerakkan oleh DC Dynamometer Motor yang kecepatannya dapat diatur
untuk meneruskan putaran motor kepada kompressor V-belt dengan
perbandingan kecepatan 3,57 :1.
Kecepatan kompressor dapat diukur dengan tachometer listrik dan dapat
juga dibaca langsung pada panel insrumen. Suatu pegas pengimbang dipasang
untuk mengukur Momen Torsi Motor, sedang Daya Listrik dapat diukur dengan
instrument yang terpasang pada kontrol kabinet. Sebuah orifice dipasang untuk
mengukur jumlah aliran massa udara dairi kompressor.
Temperatur dapat diukur pada setiap titik yang dikehendaki dalam siklus
dengan menggunakanan
"multi point temperatur" dan "thermocouple". Temperatur tabung kering dan
tabung basah digunakan untuk mengukur kelembaban udara sebelum dan
sesudah kompresi.
TINGKAT KEDUA (GT 102/2)
Kedua ini juga digerakan oleh sebuah DC Dynamometer Motor yang
kecepatannya dapat diatur seperti pada tingkat pertama. Putaran motor
diteruskan kepada kompressor dengna menggunakan V-belt dengan perbandingan
kecepatan 3,57: 1.
Tingkat kedua ini mempunyai 2 (dua} silinder yang mempunyai ukuran
yang lebih kecil dari silinder tingkat pertama. Disini tidak dibutuhkan receiver.
Pemakaian daya tekanan dan temperatur pada setiap titik dalam siklus diukur
dengan peralatan yang sama dengan peralatan pada tingkat pertama.
Pada tingkat kedua ini dipasang sebuah intercooler dengan pendingin air.
Kompressor

4/1

Praktikum Prestasi Mesin


Pada tingkat kedua ini dipasang sebuah intercooler dengan pendingin air.
Udara bertekan dari tingkat pertama dilewatkan melalui intercooler sebelum
memasuki tingkat kedua atau dapat langsung memakai tingkat kedua tanpa harus
melewati intercooler. Sebuah instrument dipasang untuk mengukur flowrate dari
air pendingin serta temperatur masuk dan keluar udara dan air.
Sebagai alat tambahan pada tiap tingkat dipasang penunjuk tekanan
"Maihak Indicator" yang berguna untuk pembuatan P-V diagram . Alat ini
dipasang df kepala silinder dari setiap kompressor dan digerakan oleh suatu
mekanisme yang dihubungkan pada bagian crnk case.
Setiap motor dilengkapi dengan panel kontrol yang berisi variable
transformer dan rectifier serta dilengkapi pula dengan alat pengatur putaran.
Kontrol unit kabinet hanya dapat dihubungkan dengan arus listrik satu phase
pada tegangan 220-240 Volt frekwensi 50-60 Hz. Pemakaian daya maksimum
pada setiap tingkat tidak akan melebihi 2.2 Kw.

2.1 DATA TEORI


Instrument yang dibutuhkan sebagai berikut :

.....

Tingkat Pertama (GT.120)


Motor:
a. Spring balance untuk menghitung momen.
Voltmeter
c. Ammeter.
b.

Kompressor : Electrical tachometer.


Tekanan Udara :
a. Bourdon gauge untuk delivery pressure.
b.

Manometer untuk inlet pressure.

Massa udara yang mengalir :


a. Sharp edged orifice.
b. Dua manometer untuk orifice differential dan down stream pressure.

Temperatur:
Thermocouple dengan multi point indicator yang berfungsi sebagai
pemungut:
Temperatur dari udara yang akan masuk kedalam kompressor.
Temperatur dari udara yang kelaur
Temperatur udara yang masuk kedalam orifice.
Humidity:
delivery.

Kompr essor

Thermometer tabung kering dan tabung basah untuk inlet dan

4/2

Praktikum Prestasi Mesin


nngkat Kedua ( GT 10212)
Motor:
a. Spring balance untuk menghitung momen.
b. Voltmeter.

c. Ammeter.
Kompressor : Electrical Tachometer.
Tekanan udara
Intercooler

: Bourdan gauge untuk inlet stage delivery pressure.

: Rotameter untuk water flow.

Temperatur
Thermometer dengan multi point indicator yang berfungsi sebagai
pemungut:
Terperatur udara masuk intercooler.
Temperatur udara keluar intercooler.
Temperatur air masuk
Temperatur air keluar intercooler.
Temperatur udara masuk kompressor.
Temperatur udara keluar kompressor.

2.2 DATA TEKNIK

Tingkat Pertama (GT 102)


Number of cylinder
Bore
Stroke
Swept volume
Compressor speed range
Max. Delivery pressure
Compressor speed range
Drive belt ratio
Motor power
Free air delivery
Air receiver volume

: 2 (dua)
: 66,7 mm (2 5/8")
: 63,5 mm ( 2 Y2")
: 374 Ltr /menit (13,2 ft 3/menit) pad a putaran 850 rfm
: 425 - 850 rpm
: 374 Ltr /menit (132ft3 /menit) pad a putaran 850 rpm.
: 10,3 bar (150 psig)
: 3,57: 1
:2,2 kW.
: 262 Ltr/menit (uP, to 9,25 ft 3 /menit)
: 107 liter (3,37 ft )

nngkat Kedua (GT 10212)


Number of cylinder
Bore
Stoke
Swept volume
Compressor speed range
Max. Delivery pressure
Drive belt ratio

Kompressor

:
:
:
:
:
:
:

2 (dua)
50,8 mm (2")
50,8 mm (2")
156 ltr /menit (6,1 ft 3 /menit) pad a putaran 850 rpm
425-850 rfm
10,3 bar (150 psig)
3,57: 1
4/3

..

Praktikum Prestasi Mesin

Motor power
Motor speed range
Free air delivery
Intercooler water flow

:2,2 kW
: 0 - 3000 rpm
: 106 ltr/menit (up to 4,3 ft 3/menit)
: 200 ltr/jam (44 gph)

GABUNGAN TINGKAT PERTAMA KEDUA (TINGKAT GANDA)


Dimension : long = 1450 mm (55")
wide = 610 (24")
hight = 1780 mm (70")
Electrical supply :
Weight

220 - 240 volt, 50-60 Hz


Single phase 2.2 kW for cash stage
: GT 102/2 = 182 (400 lb)

Dalam operasinya reciprocating air compressor (RAC) ataupun sebuah


kompressor adalah mengisap sejumlah uara dengan volume tertentu masuk
ked alam silinder. Udara yang diisap ini did alam silinder ditekan secara
politropis, sehingga mengakibatkan suatu kenaikan tekanan dan temperatur.
Dara tekanan ini mengalir melalui "Spring loaded out disc valve" ke "discharge
system:
Udara akan keluar secara kontinu sampai piston mencapai titik mati
bawah (TMB), sejumlah udara berikutnya akan terhisap melalui "Spring loaded
disc valve" dan proses akan berulang kembali. Dari P-V diagram yang ideal untuk
kompressor satu tungkat dibawah ini dapat dilihat siklus yang dijalani oleh udara
tersebut

1. TEORI UMUM DARI KOMPRESI

Gambar 1

Keterangan gambar:

a ----- b = langkah kompresi


b-- ----e

Kompressor

= langkah buang

Vc

= volume sis a

Vs

= Va- V, = volume lengkap

= Va-Vd =volume isi

4 !4

Praktikum Prestasi Mesin

Dari suatu siklus kompressor, proses penekanan dan pengembangan tidak


mengikuti proses adiabatis ataupun isoterma, ini berarti index politropis untuk
proses penekanan dan pengembangan (n) terletak diantara 1.0 dan 1.4 dimana
PV" = konstan.
Kerja politropis Vp1 = yang ditunjukan oleh luas diagram P-V adalah :
VP1 = 1Pdw

= ~l = P2 V2 - P1V1
n -

persamaan tersebut dapat juga ditulis :


(n)
n -1
Wp 1 =m2 RT1 -(rp - 2)
n -1

(1)

Diagram dibawah ini memperlihatkan sebuah bentuk dari diagram P-V


yang sebenarnya yang berbeda dengan diagram P-V yang ideal, yang mana
seperti terlihat pada gambar terlihat titik-titik ujung mempunyai bentuk yang
membulat.

p
External
De live~

(receiver)
Pressure

Gambar 2

~-------------------- v
Kerja yang ditunjukkan :
a

Wt = P dv- J(P2 - P1)


c

Ls

J (Ps - P1) Ap N dl

dimana:

Ap = Luas penampang piston


Ls = Langkah (stroke)
N = Putaran

Ataupun ditulis :

W1 = Pm Ap Ls N

(2)

Diagram ini memperlihatkan sebuah diagram P-V yang ideal dari sebuah
kompressor bertingkat ganda. Disini penekanan berlangsung dalam dua tingkat,

Kompressor

4/5

Praktjkum Prestasj Mesin


yang mana akan ada suatu tekanan perantara (P1) yang terletak diantara P1 dan
P2 Dalam hal ini di anggap tidak tekanan yang hilang diantara tingkat tersebut.

P2 .-

C B

leotherm81Compreeelon
Adisbstlc Compreeeslon
Area repreeent
power e~tved ~
t wo et~tggl ng
PI

PRE55URE
P1
)

VOLUME

Dengan Menggunakan persamaan (1) untuk siklus penekanan didapatkan :

Wp

= m'a RT,

Wp

....

(n/n -1) (Pt"" 11n -1) +rna RT1 (n/n-1) (P~ -l/n -1)

m'a RT, (n / n - 1)

(rpt 11n

-1) +T,

(rpf-11n-1 )

(3)

Suatu . yang tidak boleh dilupakan dalam pembahasan kompressor adalah


mengenai efesiensi, yang mana efesiensi volumetris praktis sebuah kompressor.
Efisiensi volumetris adalah perbandingan antara besarnya massa udara yang
dikeluarkan sebenarnya dengan harga maksimum secara theoritis .
Efisiensi volumetris dapat didefinisikan sebagai berikut :

Va - Vd

11 vol =

Karena Vs

(4)

Vs

Va, maka persamaan (4) dapat juga ditulis sebag?i beri kut:

_ Va- Vd Vs + Vc - Vd _

11 YO l -

Karena :

Pd vS

Karena:

Pd

11 vol

Kompressor

Pc

Vs

= Yp

P,

Vs

v~ , Maka: ~ vol

Vc ( Vd )
1- - 1
Vs Vc

1-

~:[[:~i - l]

maka:

1-~: (rp; -1)

(5)

4 !6

Praktikuin Prestasi Mesin


Dari persamaan (5) diatas dilihat bahwa apabila tekanan unaik" akan
menyebabkan efisiensi volumetris'turun". Oleh karena itu ntuk mendapatkan
nilai perbandingan efesiensi volumetris yang tinggi pada umumnya digunakan
kompressor tingkat ganda atau lebih. Hal ini akan lebih menyempurnakan jumlah
udara yang diberikan pada suatu nilai perbandingan dan dapat mengurangi
jumlah daya yandg dibutuhkan untuk mencapai nltai perbandingan tertentu.

1. 1 ASPEK -ASPEK TEORITIS TAM BAHAN


Berikut ini diberikan suatu ringkasan yang ada hubungannya dengan teori
Psikrometris dan juga suatu analisa thermodinamis dari sebuah intercooler.

1.2 SPESIFIKASI HUMIDITY (moisure content)


Udara dalam keadaan tekanan normal terdiri dari sejumlah uap air.
Kandungan uap air tersebut banyaknya tergantung pada keadaan atmosfir. Dan
dalam suatu proses penekanan serta kemudian dianjurkan daengan perbandingan
pada keadan normal, maka perban.dingan campuran itu dapat berubah . Spesifik
Humidity adalah :
W

Massa Uap Air


atau W = _m_'a
Massa Udara Kering
rna

= _V_a
Vv

Va dan Vv adalah mempunyai spesifik volume.

dimana:

Bila dianggap uap air mempunyai sifat sebagai gas sempurna, kemudian
dengan hokum Dalton dari ttPartai Pressure" diketahui :
Pv
Untuk Ta

= mv
= Tv,

dimana:

. Rv . Tv

dan

Pa . V

= ma . Ra . Ta

maka:

= 0.622

= Pv

Ra

= Gas konstan untuk udara kering = 0.2871


= 0.14615
= Gas konstan uantuk uapa air

Rv

. Ra
Pa . R

R
Po-Pv

(6)

KJ/kg K
Kj/Kg K

Bila uap dalam keadaan jenuh, Pv hanya merupakan fungsi naik, maka
prosentasi kandungan uap air menjadi kurang, pengurangan didapat dari
pengembunan.
3.3 RELATIVE HUMIDITY (Q)

Kompressor

Tekanan Parsial dari uap air Pv dari T1


Tekanan parsial dari uap air dalam udara jenuh pada.T1

4 ;7

Praktikum Prestasi Mesin


Pv
mv
==
(Pv) sat
(mv) sat

(Vv)sat
Vv

(7)

Dengan menggunakan sistim thermometer tabung kering dan tabung basah


pengurangan relative dari temperatur tabung .basah terhadap tabung kering bisa
didapatkan. Dan dari tabel yang diberikan nilai relative Humidity dapat
ditemukan.
3.4 PEMBAHASAN INTERCOOLER

Intercooler adalah tabung perpindahan panas, dimana temperatur udara


yang keluar dari tingkat pertama didinginkan sampai mencapai harga terendah.
Panas yang diambil oleh air :
Q'w = mw. Qpw (Tz6-

Tz.o~)

(8)

Panas yang diberikan oleh udara:


Q'a

m'a. Qpa (T23-

Tz.o~)

(9)

Karena thermocouple yang digunakan untuk mendapatkan harga-harga dari Tz3 dipasang dekat intercooler, maka akibatnya terdapat kehilangan panas yang
sangat kecil dan tidak dapat dihitung. Secara Umum :
Tz.o~

= Q'w

Q'a

+ Losses

(10)

5ehingga efisiensi thermal adalah:


.

Q'w

77th=--

Q'a

(11)

Dalam hal ini sangat sulit untuk menghitung jumlah panas yang
sebenarnya diberikan oleh udara, disebabkan oleh losses yang tidak dihitung.
Maka disini yang lebih pendting untuk diketahui dari . sebuah heat exchanger
adalah "thermal ratio" yang didefinisikan sebagai berikut :

temperatur . drop. pada . yang . panas

=---~---....;:;_~-__;;_~--=-----

temperatur . drop . maksimum . yang . dapat . terjadi

T23- T24

(12)

T23 - T25

Berdasarkan data-data yang didapat dari pengujian dapat dilakukan


analisa terhadap kompressor yang telah diuji tersebut dengan menggunakan
rumus-rumus berikut ini .

Kompressor

4/8

Praktikum Prestasi Mesin


4. RUMUS - RUMUS UNTUK PERHITUNGAN
4.1 Analisa Massa Udara (kg/s)

25.4 mm

m'a =

6,574l~p p3

(kg/s)

T3

~P
P3

dimana:

(13)

= Orifice Diferential Head (mmH20)

= Orifice plate down stream pressure (Bar abs)

oS.

= 918 1
P3 + p0
= Penunjukkan pada manometer (mmH20)

P3
Po

= Tekanan Atmosfir (Pa abs)


= T3 + 273 (K)

T3

4. 2 Kompresi Ratio {yP)


Tingkat Pertama:
y I
P

= Pt2 =

P{2 + Po

P11

P{I +Po

(14)

Tingkat Kedua :
(15)

4.3 Temperature Ratio (y T)


Tingkat Pertama:

T12
YTI = =

Th + 273

T11

T{ 1 +273

(16)

Tingkat Kedua:

rrt

T22

= -

T21

T22 +

273

T21 + 273

(17)

4.4 Harga Index Politropis (n)


Bila:

P1 yn1

P2.

yn2

dan P, = (T2/T,t'n1 Pz

Dengan Cara menurunkan rumus diatas maka akan diperoleh harga n, yaitu :
n

Kompressor

logrp
logrp + IogrT
4/9

Praktikum Prestasi Mesin


4. 5 Kerja Politropis (Wp 1)
Dari Persamaan (1) :

W l
P

= m'a Rt1

dimana:

m'a
R
T1
n
yp

(_E_)(r
/;;-l -1) (kW)
n-1

(18)

= Aliran massa udara (kg/s)


= Konstanta gas = 0.2871 (kJ/kg/K)
= Temperatur udara masuk (!<)
=

Index Politropis
Pressure Ratio

4.6 Efisiensi Volumetris


Dari Persamaan (4), didapatkan :
induced volume flow
- - -- swept volume flow

I')VOl = -

ali ran massa udara yang sebenarnya


aliran massa yag seharusnya terbawa pada kondisi yang sama

Aliran Massa udara yang sebenarnya : m 'a


Untuk Kompressor tingkat pertama:
"Swept air mass flow"

= 0,0091

. 103 N1 (kg/s)

(19)

Untuk Kompressor tingkat Kedua:


"Swept air mass flow"

1,1964 . 10 3 P21
T2,

N2 (kg/s)

(20)

Pada persamaan (20) besarnya temperatur dan tekanan adalah penting ,


selama tingkat kedua mempunyai udara masuk dengan tekanan P21 dan
temperatur T21
Maka , efisiensi volumetris :
Untuk tingkat pertama :

77 vol =

m'a
x1 00%
0,0091 X 10"3 xN 1

(21)

Untuk tingkat kedua :

77 vol =

m'a
x100%
1x, 1964 x 103 xP21 XN 1

(22)

Dengan menggambarkan diagram ,vot - op' akan terlihat bahwa harga


efisiensi volumetris akan menu run sebanding dengan pertambahan p'.

Kompressor

410

Praktikum Prestasi Mesin


4. 7 Kerja Isothermal (Wls)
Untuk tingkat pertama :
Wis

= rna

. RT,, . In . y P1

(23)

Untuk tingkat kedua :


Wis

= ma

. RT21 . In y P2

(24)

4.8 KERJA INDICATED (Wf)


Untuk tingkat pertama :

(25)
Untuk tingkat kedua :

(26)
Pm

.
d steam
= Ind1cate

Dengan:

k
Ad
Xs

k. Ad
pressure, d'1mana pm =Xs

= Konstanta pegas = 39.1 kPa/mm


= Luas indicator diagram (mm2)
=

Jangka/stroke dari diagram indicator (mm)

Untuk kompressor tingkat pertama ,Bore x Stroke = 66.7 mm x 63.5 mm,


jumlah silinder = 2.
Untuk kompressor tingkat kedua, Bore x Stroke = 50.8 mm, jumlah silinder= 2.
4. 9

Kerja Mekants (Wmech)

21.N.Tq
Wmec h = --~

1000

dimana:

N
Tq

F
R

= Putaran Motor Listrik = 3 ' 5~~ N, atau (3.53 x N2)


= Momen Puntir (Nm) = F . R
= Penunjukkan spring balance (N)
= Broke arm radius = 160 mm = 0.160 m

Jadi: Wmech1

= 0.0591

10' 3 N1 . F, (kW)

(27)

Wmech2

= 0.0591

10' 3 N2 . F2 (kW)

(28)

4.10 Input Daya Motor Listrik


Suplai daya listrik total

= armature power + Field power

..
Kompressor

411

Praktikum Prestasi Mesin

= -V. -A + _220.0,4
____;,_

1000
1000
Field power mempunyai nilai tetap, pada 220 Volt DC dan arus 0.4 Ampere.

4.11 Harga-Harga Efisiensi


Efisiensi thermal
Efisiensi Isothermal "overall"
Efiisiensi Mekanis

Wis
11 is= - Wi
Wis
11 is.o =
Wmech
Wi
11 mech =
Wmech

(29)
(30)
(31)

4.12 Analisa Psikrometris


Dari tabel dapat dicari harga relative humidity pada bagian masuk Q1dan
bagian ~ , berdasarkan selisih temperatur tabung kering dengan temperatur
tabung basah : (To - Tw) pad a temperatur To. Dan berdasarkan harga ~. dari
tabel tersebut juga dapat dicari tekanan uap air jenuh (Pv sat) pada temperatur
TD1.
(32)
Maka
Pv = Q . (Pv set)
W = 0.622.Pv
(33)
dan
(Po- Pv)
m'v
Dim ana spesifik humidity adalah = - , . Sehingga ali ran rata-rata dari

rna

massa uap air yang mengalir adalah : Mv1= W.m.


Dengan cara yang sama dapat dicari harga dari aliran rata-rata massa uap
air (Mv 2). Dan dengan mengumpulkan air yang mengendap pada intercooler atau
pada receiver akan dapat diperiksa perbedaan antara Mv1 dan m2.

;;

Kompressor

412

Prakt ikum Prestasi Mesin

TABEL KELEMBABAN RELATIF DAN TEKANAN UAP JENUH


WET BULB DEPRESSION T 0 Tw ( uc)

To

VAPOUR PRESSURE

( OC)

10

12

14

16

18

20

(RIBUAN) (Pa)

15

80

61

44

27

13

1,704

16

81

63

46

30

15

1,817

17.

81

64

47

32

18

.
.
.
.

1,936

2,063

.
.
.
.
.

2,486

18.

82

65

49

34

20

.
.

19.

82

65

50

36

22

10

.
.
.

2,200

20.

83

66

51

37

24

12

21.

83

67

53

39

26

14

.
.

22.

83

68

54

40

28

17

23.

84

69

55

42

30

19

.
.
.
.

24.

84

69

56

43

31

20

10

,982

25.

84

70

57

44

33

22

12

3,166

26.

85

71

58

46

34

24

14

3,360

27.

85

71

58

47

36

26

16

3,564

28.

85

72

59

48

37

27

18

3,779

29.

86

72

60

49

38

28

19

11

4,004

30.

86

73

61

50

39

30

21

13

4,212

31.

86

73

61

51

40

31

22

14

4,491

32.

86

74

62

51

41

32

24

16

10

4,754

33.

87

74

63

52

43

33

25

17

11

5,029

34.

87

75

63

53

43

35

26

19

12

5,318

35.

87

75

64

54

44

36

28

20

13

5,622

Kompressor

2,337
2,642
2,808

413

Praktikum Prestasi Mesin

'

4.13 Analisa Intercooler


ThermalRatio:
(34)

4.14. Analisa lndikator Diagram dari Operasi Tingkat Ganda


Dengan menggunakan analisa indikator diagram akan dapat dihasilkan
suatu grafik tekanan vs volume yang telah dikoreksi, disamping itu dapat pula
dihasilkan suatu diagram kombinasi dari tekanan vs volume untuk tingkat ganda.
Dari grafik P-T akan dapat dihasilkan suatu indeks politropis (n). Dari
diagram P-V yang sebenarnya akan naik oleh karena adanya clearance volume
yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel ini diberikan untuk menghitung
clearance volume terhadap tekanan untuk kompressor tingkat tunggal dan
tingkat ganda.
Pressure (Bar)

Tingkat Pertama
5

Tingkat Kedua
5

Vc.10" m

Vc.10" m3

2,294

1,691

2,307

1,704

2,319

1,717

2,331

1,730

2,345

1,743

2,360

1,757

2,373

1,770

2,388

1,783

2,401

1,796

2,414

1,810

10

2,425

1,822

lsi yang dikerjakan untuk tingkat tunggal = 22.187x1 05 Pa untuk satu


silinder, sedangkan untuk tingkat ganda 10.296x105Pa untuk satu silinder .
Dengan ini dapat digambarkan diagram P-V yang telah dikoreksi . Supaya
diagram tingkat tunggal dapat dimodifikasikan untuk mendapatkan grafik volume
rata-rata, yaitu sebagai berikut :
Untuk Tingkat tunggal :

v1

Untuk Tingkat ganda :

v2 =

v, . 60

(35)

Nl

V2

60

(36)

Nz

Sehingga dengan demikian diagram P-V untuk compressor tingkat ganda dapat
digambar
Kompressor

414

Praktikum Prestasi Mesin


5. JALANNYA PENGUJIAN

5.1 Kompressor Tingkat Pertama


5.1.1 Sebelum Menjalankan Unit
Periksa semua peralatan/instrumen pengukuran
Buang dan bersihkan air kondensat yang terjadi dalam receiver dan
intercooler melalui saluran pembuangan yang ada.
Pasang "kertas Maihak" (Maihak Indicator) pada peralatan pembuat
diagram P-V (jarum penggambar P-V diagram).
Tutup katup pengatur aliran pendingin pada panel dengan jalan memutar
kr.an secara penuh dengan jarumjam.
Kondisi air pendingin yang dibutuhkan adalah : Debit = 3 liter/menit (40
ghp)
Buka katup suplai air pendingin dan peri ksa kalau-kalau terjadi kebocoran.

5.1.2 Menjalankan Unit


Buka katup pengatur aliran massa udara pada panel instrumen dan
pastikan bahwa tekanan udara pada receiver not.
Nyalakan swich ON/OFF pada panel kontrol dan perhatikan bahwa tombol
pengatur putaran harus diset pada kedudukan nol.
Putar tombol pengatur putaran perlahan-lahan pada posisi speed
500
rpm .
Tutup katup pengatur aliran massa udara, sehingga tekanan dalam
receiver naik.
Pada saat tekanan dalam receiver mencapai 2 bar, buka katup pengatur
massa udara perlahan-lahan untuk mempertahankan tekanan pada nilai
tersebut. (Perhatikan selalu penunjukan manometer).
Pastikan semua alat beberapa saat pada kondisi ini untuk "Warm-Up".
Setelah itu baru kompressor digunakan untuk pengujian . (Sebelum
pengujian berlangsung jarum penggambar P-V diagram jangan ditekan
pad a kertas).

5.1.3 Cara Pengujfan Kompressor


Pengujian dilakukan pada kompressor yang konstan (ditentukan oleh
asisten : 450;500;600;650;700;750;800;850 rpm).
Atur putaran motor sampai tercatat putaran kompressor
yang
dikehendaki, dan usahakan ketahanan P2 = 0 dengan membuka katup
pengatur aliran massa udara.
Pada saat putaran dan tekanan sudah konstan, catat semua penunjukan
alat ukur dan jangan lupa menekan jarum jam penggambar P-V diagram
pada kertas Maihak.
Atur melalui katup aliran massa udara agar takanan P2 naik sampai 2 bar,
jaga agar tekanan ini konstan begitu pula putaran kompressor.
Setelah keadaan tersebut tercapai (N konstan dan P2 konstan untuk tiap
kenaikan
tekanan
sesuai
dengan
petunjuk
asisten

Kompressor

415

Praktikum Prestasi Mesin


2;2,5;3;3,5;4;4,5;5;5,5;6; 6,5;7; 7,5; 8 bar), catat semua penunjukan alat
ukur pada panel instrumen.
Ulangi pengujian untuk putaran yang lain.

5.2 Kompressor Tingkat Ganda


Hentikan tingkat pertama terlebih dahulu sebelum kedua unit digabung
menjadi compressor bertingkat ganda

5.2.1 Sebelum Menjalankan Unit


Hubungkan sisi keluar dari kompressor tingkat pertama dengan sisi masuk
dari kedua kompressor tingkat kedua.
Hubungkan sisi keluar dari kompressor tingkat kedua dengan sisi masuk
receiver pada tingkat pertama.
Hubungkan pipa suplai air pendingin dan pipa untuk saluran pembuangan
dari intercooler.
Tutup katup pengatur aliran air pendingin pada panel instrumen dengan
memutar kran secara searah dengan jarum jam.
Kondisi air pendingin yang dibutuhkan : debit= 3 1/mln (40 gph) dan Pmin =
1 bar.
Buka katup suplai air pendingin dan periksa kalau-kalau terjadi kebocoran
Periksa bahwa intercooler selection valve pada sisi sebelah kanan bekerja
dengan baik dengan cara menggerakan tuas yang tersedia.

5.2.2 Menjalankan Unit


Cara menjalankan unit kompressor tingkat kedua sama dengan cara
menjalankan pada tingkat pertama. Jalankan kedua tingkat dengan
bersamaan.

5.2.3 Cara Pengujian


Pengujian dilakukan pada putaran kompressor yang konstan dengan atau
tanpa menggunakan intercooler.
Putar tombot pengatur putaran kompressor sampai tercapai putaran yang
dikehendaki (ditentukan oleh asisten : 450; 500; 550; 600; 650; 700; 750;
800; 850 rpm ).
Atur melalui katup pengatur aliran masaa udara tekanan pada tingkat
pertama fan kedua sesuai dengan yang dikehendaki.
Setelah keadaan tersebut tercapai catat semua penunjukan alat ukur pada
tingkat pertama dan kedua.
Ulangi pengujian untuk tekanan P2 yang lain (ditentukan oleh asisten : 2;
2,5; 3; 3,5; 4; 4,5; 6; 6,5; 7; 7,5; 8 bar) . Jaga putaran kompressor agar
selalu konstan

Kompressor

416

Praktikum Prestasi Mesin


6.TUGASPENDAHULUAN
1. Sebutkan jenis atau tipe kompressor yang saudara ketahu !
2. Sebutkan kerugian dan keuntungan dari masing-masing jenis tersebut
diatas 1
.
3. Apakah yng disebut dengan efesiensi volunietris dari sebuah kompressor ?,
4. Mengapa efesiensi volumetris amat penting bagi sebuah kompressor ?
5. Bagaimana pengaruh perbandingan tekanan (pressure ratio) teradap
efesiensi dan day a yang dibutuhkan dari sebuah kompressor? .
6. Apakah yang menyebabkan perbedaan bentuk an tara diagram P-V ideal
dengan diagram P-V yang sesungguhnya ?.
7. Apa yang dimaksud dengan clearance volume dari sebuah kompressor.
8. Apakah fungsi intercooler pada kompressor bertingkat ganda atau lebih ?.
9. Apakah yang mempengaruhi jumlah kandungan uap air dalam udara ?.
10. Bagaimana cara mengurangi jumlah kandungan uap air dalam udara dari
sebuah kompressor ?
7. TUGAS AKHIR
7. 1 Perhitungan Lengkap dari Hasit Percobaan
7.2 Gambarkan Pada Kertas Grafik
7.2.1
7.2.2
7.2.3
7.2.4

Diagram
Diagram
Diagram
Diagram

antara Yp- Yr'


P- V
antara Tlvol Yp
antara Tliso - Yp

7.3 Pengaruh Pendingin pada Kompressor Tingkat Ganda terhadap Jumlah


Total Daya yang Oibutuhkan Kompressor
7.4 Pengaruh Penggunaan Kompressor Bertingkat Ganda terhadap Day a yang
Dibutuhkan

7.5 Pengaruh Air Kondenstor dalam Intercooler dan Receiver

7~6 Kesimpulan dari HasH Pengujian

...

Kompressor

417

Praktikum Prestasi Mesin

POMPA AKSIAL
1. TUJUAN PENGUJIAN.

Pengujian dilakukan dengan tujuan supaya praktikan dapat


lebih
memahami karakteristik pampa aksial pada berbagai posisi runner blades
dan diffuser blades yang berbeda, serta putaran poros yang berbeda pula. Dan
mampu menggambarkan dalam grafik serta mampu menganalisa hubungan
antara teori dengan praktek, sehingga dapat lebih memahami arti fisik dari
proses kerja pampa aksial.

2. TEORI.
Pompa aksial adalah salah satu alat yang berfungsi untuk mengalirkan
fluida dari potensial rendah ke potensial yang lebih tinggi dengan menggunakan
gerak putaran dari bledas dan mempunyai arah aliran yang sejajar dengan sumbu
porosnya.
Persamaan-persamaan dasar teoritis dalam menganalisa Karakteristik pampa
aksial adalah
1. persamaan kontinuitas
2. persamaan energi
3. persamaan momentum
4. persamaan sirkulasi
5. persamaan teori Kutta- Zhukowsky
Dengan menguraikan dan mensubtitusikannya dari persamaan itu akhirnya akan
didapat karekteristik pompa aksial.
Pompa aksial ini dapat juga digolongkan sebagai salah satu dari kinetik
pump, karena perpindahan fluida disini tidak disebabkan oleh perpindahan dari
alat-alat yang digerakkan oleh tenaga kinetis yang berasal dari tenaga penggerak
tersebut. Pada umumnya pampa aksial mempunyai dua bagian yang penting yaitu
: yang meliputi rumah dan bantalan poros utama.
: yang terdiri dari runner blades (yang berputar ) dan
diffuser blades (blades yang diam).
Runner blades : berfungsi menaikan energi potensial fuida , karena dari
sinilah terjadi perpindahan energi, dari energi mekanik
menjadi energi fluida, dengan cara memberikan energi
di kinetiknya kepada fluida.
Diffuser Blades (Guide Vane)
berfungsi merubah energi kinetik
menjadi energi potensial fluida, dengan cara
memberikan aliran fluida yang helical menjadi aliran
yang lurus (straight flow) sepanjang sumbu pampa.
Casing
Blades

;;

Pompa Aksial

5 /1

Praktikum Prestasi Mesin

SJCfon

Gambar 1 Pompa Aksial

3. CARA KERJA POMPA AKSIAL.


Karena adanya perputaran dari blade yang mempunyai kedudukan sudut
tertentu sehingga tekanan dari sisi hisap blades pada daerah suction menjadi
lebih rendah, akibatnya fluida mengalir ke sisi hisap, blades tersebut yang
selanjutnya masuk ke sisi tekan blades, pada daerah discharge yang bertekanan
lebih tinggi, dan dari sini fluida bergerak atau mengalir ke tempat yang
bertekanan lebih rendah (lihat gam bar 1).
Pada pompa aksial ini fluda mengalir pada suatu pipa yang sama
sehingga dapat diasumsikan bahwa kecepataan aksial sebelum dan sesudah
ranner blades adalah sama.
dengan demikian semua teori pada pompa aksial selalu berdasarkan pada asumsi
tersebut.
Untuk mengetahui harga dari pada besaran-besaran pompa aksial ,
maka digunakan rumus-rumus sebagai berikut
3.1 . Tinggi kenaikan atau Julang (head ) pompa

HP = 12,6 h

1000 ljJ

dengan:
hp : Perbedaan tekanan antara suctian dengan discharge yang terlihat
pada manometer (mmHg) (lihat gambar 2).

Pompa Aksial

5I 2

Praktikum Prestasi Mesin

Hp

Gambar 2
Perbedaan Tekanan pad a Manometer
3.2.

Kapasitas Aliran (Q)

dengan

A2

= Luas penampang dari venturi ( m2).

Hv

= Heat Venturi ( m )

= dz/d,

d,

= Diameter terbesar dari venturi

dz

= Diameter terkecil dari venturi

cd

=
=

0. 9858 - ( 0.196)

(lihat gam bar 3)

If

1000

d1

= 132 mm

dz

hv

85 mm
(12,6/1000). hv

Hv

.,

Coeffisient of discharge

= 12,6 hv

dengan

(mm)

perbedaan tekanan pada venturi

'
Pompa Aksial

5I 3

Praktikum Prestasi Mesin

Gambar 3
Perbedaan Tekanan pada Venturimeter

3.3.

Daya motor atau daya poros ( Nm)

= 2.1r.n.F1

60

dengan

n = Putaran motor (rpm)


F = Gaya (N)
L = Panjang lengan Moment (l)

= 0,2381

3.4 . Daya pampa atau daya flufda (Np)

dengan

3.5.

kapasitas alfran fluid a (m 3 I det)


head pampa (m)
y = be rat jenis air (N/m 3) = 9810 N/ m3

Q
Hp

=
=

Effisiensi pampa (11P)

dengan

Pompa Aksial

=
Nm =

Np

daya pampa (Wat t )


daya motor (Watt)

5/4

Praktikum Prestasi Mesin

Gam bar 4
Sudut Ali ran Fluida pada Blades

4. SPESIFIKASI UNIT PENGUJIAN

..

..'

Pompa
Jenis
Tinggi kenaikan (head)
Kapasitas
Putaran
Daya motor
Panjang lengan

Pompa air axial dari Gilbert Gilkers ft Gordon Ltd


3,05 m
1,7 m3 /menit
3000 rpm (maksimum)
3 kW, 970/1180 rpm, 50/60Hz, 200- 240 volt
238,1 mm

Stroboscope :

Untuk mengukur kecepatan putaran dari propeler pampa yang mana


prinsipnya adalah menyamakan frekuensi lampu stroboskop dengan frekuensi
propeler.
Manometer :

Manometer pipa U terdiri dari 3 macam, yaitu :


a. untuk mengukur selisih tekanan pada venturi.
b. untuk mengukur tekanan perbedaan tekanan antara sisi hisap denagn sisi
tekan pada
pampa.
c. untuk mengukur tekanan terhadap udara luar di inlet.
Tachometer

Untuk mengukur putaran pada motor penggerak.


Peralatan

1. Runner blades

2. Diffuser blades

e'

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

lnstalasi turbin axial


Torsimeter dengan brake arm ratio 238,1 mm
Generator listrik
Pengatur putaran motor
Katup utama
Katup by pass
Venturi

Pompa Aksial

5/5

Praktikum Prestasi Mesin

10. Manometer air raksa


a. untuk mengu~ur selisih tekanan pada venturi
b. untuk mengukur selisih tekanan isap dan tekan
c. untuk mengukur selisih tekan isap terhadap atmosfir
11. Pompa sentrifugal
12. Motor penggerak pompa sentrifugal
13. Stroboskop
.14. Pengatur sudut runner blades
9

11

12

Gambar 5
lnstalasi Pengujian Pompa Asial

5. CARA PENGUJIAN
1. Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan, yaitu :
1. Stroboskop
2. Tachometer
2. Periksalah kondisi peralatan pompa , apakah ada kebocoran-kebocoran
yang terjadi bila ada perbai.kan.
3. Periksa kedudukan katup-katup, pada kondisi awal posisi katup pada
kedudukan open (0).
4. Atur permukaan air raksa pada manometer,venturi dan pompa pada posisi
nol dalam skala.
5. Atur permukaan air raksa pada manometer blades pada sudut yang telah
ditentukan .
6. Atur setting dari diffuser dan runeer blades pada sudut yang telah
ditentukan.
7. Atur skala setter penunjuk gaya pada kondisi nol.
8. Atur fuction selektor pada posisi motor,input voltage controller pada
kedudukan nol lalu putar sakelar utama pada posisi on.
Catatan :
Motor listrik akan berputar hanya apabUa input voltage controller mulai
dari nol.
9. Setelah motor jalan, kemudian atur pada putaran yang telah ditentukan
dengan cara memutar "input voltage controller " .
Pompa Aksial

5 /6


Praktikum Prestasi Mesin

Untuk mengetahui putaran yang diinginkan dipergunakan alat tachometer


dan Stroboskope.
Perhatian I I I
Untuk merubah "input voltage controller " harus perlahan-lahan.

6. PARAMETER YANG DIUKUR


Dalam percobaan ini parameteryang diukur adalah Hv, Ht, p pada putaran
dan kedudukan yang runner blades (Qr) dan diffuser blades ( Qd ) tertentu.

7. DAFTAR PUSTAKA
1. V.M . Cherhasshy, Pump Fans Compressors, Mir Publisher, Moscow, 1980.

"
e'

Pompa Aksial

5/7

Praktikum Prestasi Mesin

REFRIGERTION TRAINING UNIT


1. TUJUAN:
1. Untuk melihat dengan jelas semua jalannya
proses-proses
thermodinamis dari suatu mesin pendingin.
2. Menunjukkan hubungan antara tekanan dengan temperature, titik didih,
enthalpy, volume spesifik, kondensasi, evaporasi, kompresi, ekspansf
dari suatu siklus refrigerasi.
3. Untuk mengetahui siklus refrigersi dalam berbagai macam penggunaan
katup ekspansi.
4. Mengatur laju aliran pendingin, sehingga diketahui kerja kompresor.
5. Untuk mengetahui penggunaan accumulator, receiver dan pengaturan
berbagai macam katup manual.
2. TEORI:
a. Proses penguapan membutuhkan sejumlah kalor, yang mana kalor
tersebut diambil dari udara yang mangalir melalui pipa dan sirip
evaporator, hal mana menyebabkan turunnya temperature udara
pendingin.
b. Pada proses kondensasi ada sejumlah kalor yang dilepaskan ke medium
sekelilingnya dan akan mengakibatkan naiknya temperature udara
pendingin pada pipa dan sirip kondensor. Proses ini terjadi pada tekanan
dan temperature yang cukup tinggi.
c. Proses penurunan tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah terjadi
pada katup ekspansi dimanan refrigerant dalam keadaan cair bertekanan
tinggi diekspansikan sedemikian rupa sehingga refrigerant setelah
melalui katup ekspansi akan bertekanan rendah sesuai dengan tekanan
di evaporator, katup ekspansi diatur berdasarkan tinggi pada kondensor.
d. Skema:

Ta

J<ondensor
Katup ekspansi

Kompers~or

Win

Evaporator

Refrigerant Training Unit

6/ I

Praktjkum Prestos; Mes;n


e. Rumus yang dipergunakan :
~ = me . Cp. 6T

Dimana :
me
Cp
6T
t1ref
toref

ta
t 1u
tou

Qe
O.C

[watt]

= massa refrigerant yang mengalir melalui evaporator. (kg/menit)


0
= kalor jenis R-12 (J/kg C)
0
= t1ref - 1:oref ( C)
0
.. temperature refrigerant di dalam evaporator dan kondensor ( C}.
0
= temperature refrigerant keluar evaporator dan kondensator ( C}.
= temperature rangan (0 C).
= temperature udara masuk pada evaporator dan kondensator. (0 C)
0
= temperature udara keluar pada evaporator dan kondensator. ( C}.
= perpindahan kalor evaporator. (watt)
= perpindahan kalor kondensor. (watt)

Qc =me . Cp . 6T
(watt)
v" Hukum I thermodinamika , W = Qe +Qc
W=Q
v" Kerja kopresor :

W= _r
(Pi.Vsl)[(p~)r;
-1]
y- 1
Pz
dimana : W = kerja spesifik (J/kg)

Pi
Po

w=

1,4 + 1,s

= tekanan masuk kompresor.


= tekanan keluar kompresor.

mref. w

(bar)
(bar)

(watt) .

v" Koefisien kinerja : COP = Qe!W


v" Perhitungan perubahan temperature rata-rata logaritma

Untuk kondensor :

= (trtfln- t.J -

/lt
k

Ln(

(t rtfout - l a )

rtfln

-t

u )

I rtfout - f a

v" Untuk evaporator :

v" Koefisien perpindahan kalor menyeluruh untuk evaporator dan kondensor :

6/ 2

Praktikum Prestasi Mesin


dimana:
Untuk kondensor : .6.T ,;. (ti - to)
.6.T = .6.tc
Untuk evaporator: .6.T = (ti - to)
.6.T = \te
SCHEMATIC REFRIGERATION TRAINING UNIT

L-@i~~HS1W :,v
1

TXV

~Pg

....
p9 Out
HP1

Tin

.~

I '

HP2

- -~HP4

~HP3

,,...,

ACB
f

ACO

Tout
~

Refrigerant Training Unit

.'\...../
Pg IN

6/ 3

...

Praktikum Prestasi Mesin


Keterangan :
./ TSC
./ CTV
./
./
./
./
./

=
=

AXV

TXV
Pg
Tin
To
./ FMB
./ ISG

=
=

./

EV

=
c

=
=
=

./ RCB
./ RCV

./ HP1

./ HP2
./ HPJ

./ HP4

./ ACB
./ ACI
./ ACO

=
=
=
=
=
=

Thermostat swtch control


Capitallary tube valve
Automatic expansion valve
Thermal expansion valve
Pressure gauge
Temperatur in
Temperatur out
Flow meter bulb
Indicator sight glass
Expansion float valve
Receiver control By Pass
Receiver control valve
High pressure first
High pressure second
High pressure third
High pressure fourth
Accumulator control by pass
Accumulator control in
Accumultor contol out

3. URAIAN DAN DATA DARI UNIT


~

3.1 Kompresor
Kompresor adalah bagian yang terpenting dari suatu proses refrigerasi ,
tidak hanya melakukan kompresi yang masuk pada tekanan gas yang tinggi tapi
juga menimbulkantekanan rendah yang masuk ke kompresor atau bekerja
membuat perbedaan tekanan, sehingga bahan pendingin dapat mengalirdari satu
bagian ke lain bagian dari system. Karena adanya perbedaan tekanan antara sisi
tekanan tinggi dan sisitekanan rendah, maka bahan pendingin cair dapat
mengalir melalui alat pengukur bahan pendingin ke evaporator.
Kompresor pada system refrigerasi gunanya untuk :
1 Menurunkan tekanan di dalam evaporator, sehingga bahan pendingin
cair di evaporator dapat meriguap pada suhu yang lebih rendah dan
menyerap kalor lebih banyak dari ruang di dekat evaporator.
2 Menghisap bahan pendingin gas dari evaporator dengan suhu rendah
dan tekanan rendah lalu memampatkan gas tersebut sehingga menjadi
gas suhu tingi dan tekanan tinggi. Kemudian mengalirkannya ke
kompresor, sehingga gas tersebut dapat memberikan kalornya kepada
zat yang mendinginkan, maka di dalam kondensor terjadi
pemgembunan.
Sistem refrigeration ini memakai kompresor hermatik, dimana motor dan
kompresor menjadi satu kesatuan.
Kelebihan kompresor hematik:
a. Tidak memakai seal pada porosnya, sehingga jaran terjadi
kebocoran bahan pendingin.

Refrigerant Training Unit

6/ 4

Praktikum Prestasi Mesin


b. Bentuknya kecil, kompak dan harganya lebih murah.
c. Tidak memakai tenaga penggerak dari luar, suaranya lebih tenang,
getarannya kecil.
Data-data:
./ Kompresor model JRL 4-0050 IM, Ecopeland .
./ B/M, Volt 115i50 Hz, 1 Phase.
3. 2 Kondensor
Kondensor gunanya untuk membuang kalor dan mengubah wujud bahan
pendingin dari gas menjadi cair dan juga suatu alat untuk membuat kondensasi
bahan pendingin gas dari kompresor dengan temperature tinggi dan tekanan
tinggi. Bahan pendingin di dalam kondensor dapat mengeluarkan kalor yang
diserap dari evaporator dan panas yang ditambahkanoleh kompresor dan alat
peng.a tur bahan pendingin, jadi pada sisi tekan tinggi dari system.
Unit tersebut memakai udara yang mendinginkan kondensor dengan
memakai fan motor yang dapat meniupkan udara ke arah kondensor dalam
jumlah yang lebih besar, sehingga kapasitas kondensor bertambah, bentuk
kondensor ini disebut Air cooled condenser, serta dengan memakai system pipa
dengan system sirip-sirip (tube and fin condenser) sebagai pendinginan dengan
luas permukaan untuk terjadinya perpindahan kalor yang baik.
Kondensor ini juga dilengkap dengan alat pengukuran temperature
(thermometer) dan tekanan (pressure gauge).
Data-data : Preses aliran refrigerant dalam pipa condensor adalah single series
refrigerant circuit.
Diameter luar pipa
Diameter dalam pipa
Panjang pipa
Luas permukaan perpindahan kalor

60mm
65mm
432 mm
2,83. 10"5 m2

3. 3 Evaporator
Mempunyai konstruksi sama dengan kondensor, yang mana fungsinya
kebalikan dari kondensor, tidak untuk membuang kalor kepada udara
disekitarnya tetapi untuk mengambil kalor dari udara sekitarnya . Evaporator
tempatnya di antara katup ekspansi dan kompresor, jadi pada sisi tekanan
rendah dari system.
Evaporator merupakan ruangan tempat bahan pendingin cair menguap,
bahan pendingin gas ditampung di akumulator lalu mengalir ke kompresor,
evaporator memberikan kalor kepada bahan pendingin cair sebagai kalor latent
penguapan,sehingga bahan pendingin menguap. Berdasarkan prinsip kerjanya
evaporator di unit ini memakai evaporator kering (Dry or Direct expansion
evaporator) .
3.4 Katup ekspansi
Didalam percobaan unit ini memakai 3 macam :
a. AXV (Automatic Expansion Valve)
b. TXV (Thernal Expansion Valve).
c. CTV (Caplliray Tube Valve)

Refrigerant Training Unit

6/5

Praktikum Prestasi Mesin


AXV

TXV

CTV

disebut juga katup ekspansi tekanan konstan yang mana dapat


mempertahankan tekanan evaporator konstan pada beban
evaporator yang berubah-ubah. Katup ekspansi ini dapat mengatur
jumlah refrigerant yang masuk ke evaporator dalam batas yang
sama dengan kapasitas hisap kompresor. Selama system sedang
bekerja, katup tersebut dapat mempertahankan tekanan
evaporator dan tekanan saluran hisap tetap konstan, sehingga
beban kompresor juga menjadi konstan. Jadi katup tersebut akan
membuat kapasitas yang konstan pada beban berubah-ubah, katup
tersebut bekerja hanya dipengaruhi oleh tekanan refrigerant di
evaporator 0,7 bar, dengan kapasitas katutersebut direncanakan
untuk temperature evaporator 5 C dan temperature cairan masuk
ke evaporator 40 (.
: Katup ekspansi tersebut dapat mengatur jumlah refrigerant yang
mengalir ke evaporator sesuai dengan beban evaporator dan
mempertahankan efisiensi evaporator yang maksimum pada setiap
keadaan beban evaporator yang berubah-ubah, serta dapat
mempertahankan gas panas lanjut yang konstan yang tidak
mengatur tekanan dan temperature dalam evaporator, tetapi
mengotrol jumlah refrigerant yang mengalir masuk ke evaporator,
selain dikontrol oleh tekanan rendah dalam evaporator juga oleh
temperature dan tekanan akhir evaporator. Katup ekspansi ini
mempunyai batas temperature evaporator yang besar dan super
heat yang mudah disetel. Waktu kompresor sedang bekerja
menghisap refrigerant dari evaporator, maka tekanan evaporator
menjadi rendah, waktu kompresor berhenti tekanan evaporator
menjadi tinggi dan lubang saluran refrigerant tertutuprapat. Katup
ekspansi telah diatur oleh pabrik dengan super heated 5 - 7 C
dengan tekanan 0, untuk tekanan kerja maksimum pada
temperature tinggi 3,4 bar dan temperature rendah 0,82 bar.
: Pipa kapiler dibuat dari pipa tembaga dengan lubang dalam yang
sangat kecil, panjang dan lubang pipa kapiler dapat mengontrol
jumlah bahan pendingin yang mengalir ke evaporator. Gunanya
untuk menurunkan tekanan bahan pendingin cair yang mengalir
melaluinya dan membangkitkan ,tekanan bahan pendingin di
kondensor.

3.5 Saklar pemutur tekanan (pressure cut-off switch)


3. 5.1 HPC (High Pressure Control)

.
\

Saklar pemutus tekanan tinggi merupakan alat control keamanan dan


berfungsi sebgai alat control keamanan untuk tekanan keluar kompresor yang
terlalu tinggi, alat ini dapat melindungi system dari tekanan yang terlalu tinggi
dengan memutuskan rangkaian listrik, sehingga kompresor berhenti. Saklar
pemutus tekanan tinggi yang tidak dilengkapi dengan tombol reset akan bekerja
kambali secara automatic apabila tekanannya telah turun sampai mencapai
diffrerensial yang telah ditentukan.
Pada umumnya saklar pemutus tekanan tinggi diatur agar membuka pada
tekanan 20% di atas tekanan keluar kompresor, untuk R-12 adalah 10,34- 11 ,7
bar. Saklar pemutus tekanan tinggi mempunyai bats pengaturan (range) atau
Refrigerant Training Unit

6/6

Praktikum Prestasi Mesin


dapat diatur untuk membuka adalah 8 - 17 bar, untuk diferensial yang masih
dapt diatur adalah 3 bar sedangkan batas maksimum adalah 23,5 bar.
3.5.2 LPC (Low Pressure Control)
Saklar pemutus tekanan rendah dapat mencegah terjadinya pembekuan pada
evaporator, juga dapat mencegah udara dan uap air masuk kedalam system
apabila terjadi kebocoran pada sisi tekanan rendah. Sklar ini pipanya harus
dihubungkan denngan saluran hisap kompresor.
Saklar pemutus tekanan rendah mempunyai batas pengaturan tekanan atau
dapat diatur untuk menutup : 300 mm Hg - 4 bar dan diferensial tekanan rendah
: 0, 7 bar- 2,5 bar.
3. 5.3 TSC (Thermostat Switch Control)
Suatu alat untuk mengontrol temp'erature atau mempertahankan
temperature konstan, alat ini dilengkapi pula dengan pipa kapiler yang terdiri
dari tiga bagian : bulb (tabung sensor terrnal), pipa kapiler (penghubung), below
dan saklar listrik (penggerak mekanik). Jadi tepatnya TSC ini hanyalah suatu alat
yang menunjukkan keadaan temperature pada saat itu yang mengatur
temperature udara dalam ruangan pada batas temperature tertentu dengan
membuka dan menutup kontak listrik secara automatic.
3.5.4 Accumulator
Berguna untuk menampung sementara bahan pendingin cair dan campuran
bahan pendinginan gas yang bersifat sebagai separator (alat pemisah) yang
memmisahkan antara gas dan cair, karena yang masuk kompresor harus berupa
gas, karena sifatnya compressible.
3.5. 5 FMB (Flow Meter Bulb)
Suatu alat indicator untuk menunjukka berapa banyak refrigent cair yang
mengalir kedalam evaporator (0 - 150 kg/men).
3.5.6 Receiver
Fungsinya sama dengan accumulator, yang mana untuk memisahkan antara
bahan pendingin gas dengan bahan pelumas kompresor agas tidak bercampur
sebelum masuk evaporator, karena akan menghambat jalannya proses
pendinginan didalam evaporator.
3.5.7 Refrigerant- 12, CC2 F2 (dichloro difluoro methane)
Pemakaian (-40 s/d 10 C), dengan titik didih 29,8 C pada 1 atmosfir,
tekanan penguapan 0,8 bar pada 15 C dan tekanan kondensasi 6,5 bar pada 30
C. Kalor Iaten uap 167 kJ / kg pada titik didih.
Bahan pendingin R-12 sangat aman, tidak korosif, tidak beracun, t idak dapat
terbakar atau meledak dalam bentuk gas maupun cair, juga bila bercampur
dengan udara R-12 tidak berwarna, bahkan transparan, tidak berbau dan tidak
ada rasanya pada konsentrasi dibawah 20% dari volume.

Refrigerant Training Unit

6/7

Praktikum Prestasi Mesin


Simbol-simbol yang digunakan.:
mr : Massa refrigerant yang mengalir melalui pipa evaportor dan
kondensor. (kg/men).
Cp : Kaler jenis R-12. (J/kg oC).

to : Temperatur refrigerant yang keluar evaporator dan kondensor. (0 C).


t , : Temperatur refrigerant yang masuk evaporator dan kondensor {0 C).

ta : Temperatur udara keluar evaporator dan kondensor.

(0 C).

to : Temperatur udara keluar evaporator dan kondensor (0 C).

Oe :

Laju perpindahan kalor di evaporator. (watt).

O.C : Laju perpindahan kalor di kondensor. (watt).


P, : Tekanan yang keluar dari kondensor. (bar).
Pe : Tekanan yang masuk evaporator. (bar).
Pa : Tekanan di dalam ruangan. (bar).
P,

: Tekanan yang masuk kompresor. (bar).

Po : Tekanan yang keluar kompresor. (bar).


tik : Temperatur yang masuk kompresor (0 C).

tok: Temperatur yang keluar kompresor. (0C) .


4. PETUNJUK UMUM MENJALANKAN UNIT
1. Pasang thermometer di evaporator, kondensor dan kompresor baik itu
temperature masuk, keluar maupun temperature udara luar.
2. Periksa katup-katup yang tersedia, buka katup HP1, HP4, ACI,
ACO,RCV dan tutup katup HP2, HP3, ACB, RCB.
3. Buka katup FMB, serta buka salah satu katup ekspansi yang akan
dipergunakan yaitu CTV, AXV dan TXV.
4. Set TSC yang akan dipergunakan dalam percobaaf1:
5. Periksa sambungan-sambungan kabel arus daya serta transformator,
karen a unit tersebut memakai tegangan 110 volt.
6. Jalankan arus listrik, set tegangan 220 volt ditransformator, jalankan
arus di panel unit Refrigerant Training Unit, serta jalankan fan di
evaporator dan kondensor, lalu jalankan kompresor selama 10 menit.
7. Selama unit berjalan, periksa alat pengukur temperature, tekanan ISG,
FMB dan lihat siklus refrigerant yang mengalir melalui evaporator dan
kondensor.
8. Setelah unit berjalan dengan baik, ukur dan set semua alat pengukuran
yang diinginkan datam percobaan tersebut.
9. Periksa dan ukur tegangan arus yang mengalir dengan memakai tank
ampere meter.

Refrigerant Training Unit

6/8

Praktikum Prestasi Mesin

POMPA SENTRIFUGAL
1. MAKSUD DAN TUJUAN
Setiap pompa mempunyai karakteristik tersendiri, sesuai dengan apa yang
telah direncanakan oleh pabrik pembuat atau siperencananya (designer).
Praktikum ini bertujuan mengetahui karakteristik dari pompa air sentrifugal,
sehingga para praktikan dapat langsung membandingkan antara hasil pengujian
dengan teori yang pernah di dapat. Praktikum pengujian ini juga bertujuan
memberikan pengalaman praktis kepada setiap praktikan bagaimana
mengoperasikan dan melakukan pengukuran terhadap parameter-parameter dari
suatu pompa air sentrifugal.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui :
1. Karakteristik pompa pada putaran motor yang konstan.
2. Karakteristik pompa dengan perubahan putaran motor.

2. TEORI
Pompa adalah suatu alat yang dipakai untuk memberikan atau menambah
tenaga dinamis (kinetis) dan tenaga potensial pada cairan. Cairan diisap melalui
tengah impeller dan ke luar secara radial dengan kecepatan (absolute) yang
merupakan kecepatan putar (tangensial) dan kecepatan air yang meluncur
inengikuti impeller (relative).
Di dalam volute (rumah pompa), kecepaan air berkurang karena luas bidang yang
dilalui bertambah besar dan tenaganya berubah menjadi tenaga tekanan, maka
cairan akan mengalir ke luar dari pompa. Pompa dapat dijalankan bila rumah
pompa dan pipa isap telah terisi penuh dengan air. Pada pelaksanaannya, cairan
masuk impeller dengan kecepatan resultante V1 paada radius R1 dan
meninggalkan impeller dengan kecepatan resultante V2 pada radius R2.
Kecepatankecepatan yang terjadi mempunyai komponen-komponen yang
arahnya tegak lurus satu dengan yang lain :
1. Aksial atau parallel dengan sumbu perputaran impeller.
2. Radial atau meronial tegak lurus dengan sumbu perputaran impeller (m)
3. Tangensial tegak lurus pada arah radial dan aksial (t)

Gambar 1. Resultante
Pompa Sentrifugal

71 1

Praktikum Prestasi Mesin


Perubahan-perubahan momentum sudut atau
cairan/ fluida yang melalui rotor/impeller adalah :

momentum

per-unit

masa

M = V2,R1 -~; R1
Berdasarkan Hukum Newton II, besaran tersebut akan sama dengan tors pada
impeller untuk stedy flow, maka :

Dimana : E = energi transfer per-unit berat cairan


g = percepatan gravitasi
Jika R = U (pheripheral velocity dari impeller), maka :

Persamaan ini bias a disebut sebgai "Euler quat; on", untuk pampa yang
menggambarkan besarnya energi yang ditransfer dari impeller ke cairan/fluida.
Persamaan ideal di atas didasarkan atas asumsi-asumsi tertentu, yakni tidak
terjadi aliran yang turbulen, tidak terjadi gesekan dan aliran fluida mengalir
dengan arah yang sempurna.
Energi maksimum yang dapat dirubah adalah saat momentum sudut pada inlet =
0, sehingga V1t =0, persamaannya menjadi :
E

= V ,U
2

= U 2 (U2 -V2mCotg/32
g

u; -U VmCotgf3
2

Berdasarkan kontinuitas, maka volumetric flow yang melalui pampa adalah :


Q = A2.V2m
= D2.b2.V2m
Dimana: A2
= luas penampang sisi ke luar
V2m
= kecepatan radial sisi ke luar
02
= diameter luar impeller
b2
= Lebar sisi ke luar impeller
Pump performance characteristic :
Karakteristik yang sebenarnya dari suatu instalasi pampa dapat diperoleh
dari teori-teori tersebut di atas akan tetapi diperoleh dari hasil pengamatan dan
pengukuran yang langsung dilakukan pada pampa yang sebenarnya atau model
pampa tersebut.
Karakteristik performance dari pampa biasanya merupakan gambaran dari :
head, effisiensi dan brake horse power (BHP) sebagai fungsi dari kapasitas. Dan
gambaran ini akan merupakan suatu table-tabel atau grafik-grafik. Oi bawah ini
adalah karakteristik pampa secara teoritis dari head terhadap kapasitas untuk
lengkungan suatu Forward, Radial dan Backward.
Di bawah ini dapat dilihat kurva kapasi tas -tinggi tekan actual. Kurva tinggi
tekan (head) semu, akan dikurangi oleh beberapa kerugian yang terjadi.

Pompa Sentrifugal

7/2

Praktikum Prestasi Mesin


Pertama akibat pengaruh aliran sirkulasi, maka besarnya head akan
berkurang seperti dapat dilihat pada gam bar di bawah .
.Kerugian akibat gesekan yang terjadi pada laluan sisi masuk, bagian dalam
dari impeller dan pada bagian laluan ke luar pada volute (keong) . Kerugian
akibat turbulensi aliran, akan mengakibatkan head yang dicapai menjadi semakin
berkurang. Turbutensi terjadi karena fluida yang masuk impeller t idak
mempunyai sudut yang sam a dengan sudut sudu sisi masuk p1
Head yang terjadi setelah dikurangi oteh beberapa kerugian di atas digambarkan
dalam garis H.
NPSH (Net Positive Suction Head)
lstialah ini mempunyai hubungan dengan kondisi aliran pampa agar pampa
dapat bekerja dengan baik, antara flensa pemasukan pampa dengan pemutaan
sudu harus terdapat perbedaan tekanan yang cukup besar, supaya air dapt masuk
ke sudu.

-----

--- .... --

~~ < ooo

... . . ~

vr g

L.________
Sudutsudul yang mambengkok
ka belakang 11 =goo

(a)

Sudul-sudut .radiall}

'* goo

(b)

118

Sudut-audut yang membengkok


ke depan 11 ,. goo

Gambar 2. Impeller

Pompa Sentrifugal

71 3

Praktikum Prestasi Mesin

'"'---- - --- ---- ----..4----


:~ .

Gambar 3. Kurva kapasitas-tinggi tekan actual


Tekanan statis terendah dalam instalasi tercapai sedikit sebelum
permukaan sudu kipas, karena sesudah itu tekanan meningkat kembali. Yang
harus diusahakan adalah agar tekanan terendah ini tidak menjadi rendah dari
tekanan di mana air yang dipompakan mulai mendidih pada suhu kerja atau
tekanan uap jenuh. Bila keadaan demikian maka akan terjadi kavitasi.
Berhubung dengan masalah tersebut di atas, maka daiam teknik pompa di
masukkan pengertian NPSH. Disini diadakan perbedaan antara :
./ NPSHA (available), yang berhubungan dengan tekanan yang tersedia
pada flensa siap pompa .
./ NPSHR (required), yang berhubungan dengan tekanan yang disyaratkan.
NPSHA besarnya tergantung dari pemasangan instalasi pompa sedang NPSHR
tergantugn dari pompanya sendiri yang biasanya telah ditentukan dari pabrik
pembuatannya. Dalam prakteknya NPSHA harus lebih besar dari NPSHR supaya
tidakte~adika~ta~.

Head Total
Dalam istilah yang lain biasanya juga disebut head manometrik yang berarti
head actual yang harus diatasi pampa supaya air dapat mengalir. Besarnya harga
ini akan diterangkan saat briefing laporan akhir.
WHP dan BHP
WHP atau water horse power merupakan daya yang dihasilkan pompa
besarnya sangat tergantung kapasitas pampa tersebut. BHP atau brake horse
merupakan daya masukkan ke pampa yaitu daya yang dibangkitkan oleh motor
penggerak. Besarnya harga ini akan diterangkan saat briefing laporan akhir.
Efisiensi Pompa
Efisiensi pomp a adalah perbandingan WHP dengan BHP.

3. SPESIFIKASI ALAT PRAKTIKUM YANG DIGUNAKAN


1.Pompa
Pabrik pembuat

'

Putaran

Pompa Sentrifugal

Gilbert Gilkes & Gordon Ltd.


Kendal - England
Serial No. EE 41441
3000 rpm

7/ 4

Praktikum Prestasi Mesin


Input
Discharge
Rated Head
Brake Arm Radius :
. 2. Pompa Penggerak
Pabrik pembuat

Jenis
Daya
Putaran
Ampere
Voltage
Rating
Date

9kW
300 GPM
28 meter
283 mm

BKB Elektric motors Ltd.


Birmingham - England
Serial No. : 50791 / 1-B$. 2613 /170
DC motor
12 HP
3000 rpm
22A
500 v
Compound
12173

4. PROSEDUR MENJALANKAN ALAT PRAKTIKUM


1. Periksa semua sambungan listrik apakah sudah terpasang dengan baik, dan
periksa apakah variable untuk motor sudah dalam posisi minimum "not".
2. Sambungkan panel listrik ke jaringan listrik tetap.
3. Pasanglah switch utama dan lihat apakah lampu control nyala atau tidak.
Jika lampu control tidak menyala, berarti ada kerusakan pada jaringan
listrik, jangandilanjutkan dan segera bertahu asisten atau penanggung
jawab praktikum.
4. Bila lampu control telah menyala, motor penggerak dapat distart, variable
putaran dinaikan perlahan-lahan dan katup discharge datam keadaan
terbuka, sedangkan katup suction dalam keadaan penuh, katup suction
dibuka sedikit demi sedikit bila putaran telah mencapai 1200 putaran permenit.
Pengamatan dilakukan pada tiap kedudukan katup delivery dan perubahan
kecepatan putar, yang diamati adalah :
../ Kecepatan putar
../ Kedudukan katup
../ Momen torsi dari motor penggerak
../ Tinggi muka air raksa pada kedua kaki manometer.
../ Tinggi muka air dalam saturan flow-meter.
Pengamatan yang di lakukan selama pengujian berlangsung dilakukan secara
serentak dan dilaksanakan apabila keadaan pada parameter pengujian sudah
"ready".
5. PROSEDUR MENGHENTIKAN ALAT PRKATIKUM
1. Apabila percobaan telah setesai dilaksanakan dan alat-alat yang
dipergunakan hendak dimatikan, maka tertebih dahulu dilakukan :
../ Penutupan semua alat ukur yang dipakai
../ Penutupan katup suction dan discharge dengan terlebih dahulu
menurunkan putaran motor sampai seminimum mungkin atau
sampai penunjukkan angka "not".

Pompa Sentrifugal

7I 5

Praktikum Prestasi Mesin


2. Matikan switch penggerak motor "off"
3. Switch utama pad a panel listrik dimatikan "off", dapat dilihat bahwa
lampu ikut mati.
4. Hubungan panellistrik ke jaringan listrik tetap diputuskan.
Perhatian ! I! I
Bila terdapat hal yang meragunakan atau mencurigakan dalam mengopersikan
alat, maka segera lapor ke asisten aau penanggung jawab praktikum.

6.KEPUSTAKAAN
1.
2.
3.
4.
5.

Pompa dan Blower Centrifugal, Church, A. H.


Pompa dan Kompresor, Tahara, Haruo
Pump Handbook, Karassik, Igor J.
Pompa, Bianchi, L.W.P. lr.
Pompa jilid 2, lng. A. Nouwen

7. KESAN DAN PESAN

...

Kesan - kesan apa yang saudara dapatkan selama praktikum dan pesan apa yang
ingin saudara sampaikan mengenai praktikum ini.

Pompa Sentrifugal

716

..

Praktikum Prestasi Mesin

PENGUJIAN HEAT PUMP

I. TUJUAN PERCOBAAN
Memahami prinsip-prinsi p termodinamika dari mesin pendingin/heat pump
);> Mengetahui prinsip kerja pampa kalor
.
);> Mengetahui fungsi komponen utama mesin pendingin/pompa kalor
);> Mengetahui hublingan antara tekanan, entalpi, entropi, dan temperatur serta
karakteristik penggunaan pampa kalor
);>

II. MAKSUD PERCOBAAN


Setelah mengikuti pengujian ini, diharapkan praktikan mampu membaca
dan menggunakan diagram p - h dan T - s dari siklus pampa kalor

Ill. DASAR TEORI


Pada umumnya refrigreasi merupakan suatu proses perpindahan kalor.
Proses ini terjadi antara media penyerap/pelepas kalor dengan lingkungan.
Media ini bi asa disebut refrigeran . Selama proses terjadi, refrigeran mengalami
perubahan fase, yaitu dari fase cair ke uap (proses penguapan) dan dari fase uap
kembali lagi ke fase cair (proses pengembunan).
Pada proses penguapan, refrigeran membutuhkan sejumlah kalor yang
diambil dari lingkungan, sehingga suhu lingkungan menjadi lebih dingin atau
yang biasa disebut efek pendinginan (refrigerating effect).
Pada proses pengembunan (kondensasi), refrigeran melepas sejumlah
kalor ke lingkungan, sehingga temperatur lingkungan menjadi lebih hangat, ini

disebut efek pemanasan.


Kedua proses tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur tertentu.
Proses penguapan terjadi pada tekanan yang rendah, yang mengakibatkan titik
uap dari cairan refrigeran turun jauh dibawah suhu lingkungan, shingga
penguapan cairan refrigeran dapat terjadi. Sedangkan proses pengembunan
terjadi pada tekanan yang lebih ti nggi, yang menyebabkan titik embun dari uap
refrigeran naik melebihi suhu lingkungan, sehingga pengembunan uap dapat
terjadi.
Jadi dari uraian di atas d.apat disimpulkan bahwa pad a unit heat pump
terdapat alat yang berfungsi sebagai penguap cairan refrigeran (evaporator),
pengembun uap refrigeran (kondenser), penurun tekanan cairan refrigeran (alat
ekspansi), dan penambah tekanan uap refrigeran (kompresor) .
Selain itu, untuk lebih memahami siklus pendingin/heat pump kompresi
uap secara termodinamis perlu dimengerti proses-proses yang terjadi pada
diagram Mollier refrigeran, yaitu suatu koordinat antara tekanan dan entalpi (p
- h diagram) serta antara temperatur dan entropi (T- s diagram).

Heat Pump

8I 1

Praktikum Prestasi Mesin


1. Keterangan Tentang Diagram p- h

p [bar]
abs
deerah
cal ran
bawah
jenuh

isoentalpl
litlk KriUs

lsoentropl

Isobar

daerah
campuran
cair& uap

'sokhorik

uap
panas
lanjut

h (kJ/kgK]

..

Diagram p - h merupakan kumpulan garis-garis bantu termodinamis yang berguna


dalam memplot titik keadaan suatu fluida.
)> Kubah jenuh, merupakan garis tempat keadaan jenuh fluida, baik cair jenuh
(garis sebelah kiri titik kritis) maupun uap jenuh (garis sebelah kanan titik
krisis) .
)> Daerah cairan bawah jenuh, merupakan daerah tempat keadaan cairan yang
temperaturnya lebih rendah dibanding temperatur cairan jenuhnya pada
tekanan yang sama.
)> Daerah uap panas lanjut, merupakan daerah tempat keadaan uap yang
temperaturnya lebih tinggi diqandingkan temperatur uap jenuhnya pada
tekanan yang sama (fase gas).

2. Keterangan Tentang diagram T - s

isoentropi

isobar

ISOI'ei'Tn:S

s [kJ~gK)
Kedua diagram di atas digunakan untuk mengetahui keadaan dan sifat
refrigeran pada tiap titik dari siklus refrigerasi yang akan kita amati.
Heat Pump

8I 2

Praktikum Prestasi Mesin


Adapun cara membuat siklus pada diagram ini adalah dengan memplot titik di
mana temp eratur dan tekanannya terukur pada alat ukur yang digunakan.
Selain itu, diasumsikan bahwa proses yang terjadi pada evaporator dan
kondenser berlangsung pad a- tekanan tetap (tidal< terjadi pressure drop).
IV. DIAGRAM SKEMATIK HEAT PUMP

alat
ekspansi

kompresor

Dari gambar di atas, terlihat bahwa aliran refrigeran membentuk siklus


tertutup dan melalui komponen utama dari siklus kompresi uap, yaitu:
kompresor, kondenser, evaporator, dan alat ekspansi.
1. Siklus Refrigeran
Fluida yang digunakan pada Unit Pengujian Heat Pump sebagai medium
kalor (refrigeran) adalah d;chloro d;ftuoro metana, CChF2 (R- l 2) atau sering
disebut dengan Freon-12. Pada kondisi uap panas lanjut (titik 2), refrigeran
dihisap kompresor, dinaikkan tekanannya (p2 ) dan dibuang melalui pipa tembaga
yang diisolasi karet menu ju pelat nikel, koil tembaga yang terendam dalam air
pada tangki kondenser (warna merah) yang berfungsi untuk mengembunkan uap
refrigeran, pada tekanan P2 dan temperatur T3 (titik 3). Perubahan fase
refrigeran dari uap ke cair berlangsung pada tekanan tetap dan penurunan
temperatur dari T, ke T4.
Refrigeran cair dengan tekanan p2 dan suhu T4 (titik 4) dialirkan ke tangki
evaporator (warna biru) dengan terlebih dulu dilewatkan pada silica gel yang
berfungsi menyerap uap air yang terbawa di dalam sistem. Sedangkan
pengaturan massa aliran refrigeran cair dilakukan dengan refrigerant flow
meter. Kemudian cairan refrigeran berekspansi pada katup ekspansi tekanan
konstan sehingga tekanannya turun (p 1) dan mulai mendidih pada temperatur
uap basah T 1 (titik 1).
Pada koil yang terendam dalam aliran air peda tangki evaporator,
refrigeran mengalami proses penguapan dengan kadar penguapan diserap dari
ali ran air tersebut. Proses penguapan terus berlangsung, sehingga uap refrigeran
keluar pada temperatur panas lanjut T2 dan tekanan p,. Uap refrigeran panas
lanjut kembali mengalir ke kompresor melalui pipa tembaga yang diisolasi karet.
Demikianlah siklus tersebut ber1angsung terus-menerus.

2. Siklus air
Air yang menjalani siklus terbuka dialirkan terus-menerus oleh pompa air
dengan suhu Ts ke dalam tangki evaporator dan kondenser. Besar laju masa

Heat Pump

8/3

Praktikum Prestasi Mesin


ali ran air ke dalam kedua tangki tersebut dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
percobaan melalui penunjukan pada skala dari water flow meter, pengamatan
lain dilakukan terhadap temperatur air masuk dan temperatur air pada kedua
tangki. Setelah melalui kedua tangki tersebut, air dibuang melalui pipa
pembuangan masing-masing tangki.

Pada tangki kondenser aliran air berfungsi untuk menerima sebagiarl kalor
dari uap refrigeran sehingga didapat temperatur yang lebih tinggi (TH). Demikian
pula sebaliknya pad a tangki evaporator, atiran air berfungsi untuk melepaskan
kalornya untuk menguapkan refrigeran sehingga didapat suhu .air yang lebih
rendah (Tc).
V. PROSEDUR PERCOBAAN
. Cara menjalankan Unit Percobaan Pompa Kaler
1. Unit percobaan diletakkan pad a permukaan yang keras dan datar serta 1ebih
tinggi dari sumber air yang digunakan.Tempat pembuangan air proses harus
lebih rendah dari letak unit percobaan supaya pembuangan air (drajnase)
dapat berjalan dengan baik.
2. Persiapkan dan pasanglah selang karet atau plastik (dia. = 15 mm) pada
tempat pembuangan ai r tangki evaporator dan kondenser. Kencangkantah
selang ini dengan menggunakan kawat atau klem untuk mencegah kebocoran.
3. lsilah tangki -suplai air yang tersedia hingga penuh.
4. Pasangkanlah kabel listrik kompresor dan pampa air pada stop kontak yang
tersedia. Janganlah dihidupkan unit pada saat ini.
5. Hidupkan pampa sirkulasi air.
6. Bukalah kran air yang terdapat pada water flow meter dan aturlah laju ali ran
air masuk tangki evaporator dan kondenser sesuai dengan yang telah
ditentukan asisten dengan jalan memutar-mutar knob kran.
7. Pasanglah termometer yang tersedia pada dudukannya dan periksa serta
sesuaikan skala termometer dengan temperatur yang. akan diukur.
8. Hidupkanlah motor penggerak kompresor.
9. Bukalah katup pada re{r;gerant flow meter hingga penuh.
10. Biarkanlah unit ini bekerja selama kurang lebih 30 menit agar keadaan yang
stabil telah tercapai.
11. Bila terjadi pembentukan es pada bagian luar pipa tembaga di atas tangki
evaparator, maka keadaan ini adalah normal, hanya dijaga agar jangan
terlalu berlebihan.
12. Setelah melakukan pengamatan (pengambilan data), maka terlebih dahulu
ditunggu sekitar 2 - 3 menit untuk pengambilan data berikutnya sehingga
keadaan stabil terwujud dan hasil pengamatan cukup teliti.

..
\

. Cara Pengambilan Data Percobaan


Pelaksanaan percobaan harus dilakukan setelah keadaan pengukuran dari
instalasi stabil. Pengamatan dilakukan untuk dua macam laju aliran massa air
yang masuk ke evaporator dan kondenser.
Data yang akan diambil ialah:
:> me (kg/h), yaitu laju massa aliran air yang masuk ke evaporator (telah
ditentukan oleh asisten).
Heat Pump

8/4

Praktikum Presttisi Mesin


)>
)>
)>
)>
)>
)>
)>
)>
)>
)>
)>

mH (kg/h), yaitu laju massa aliran air yang masuk ke kondenser (telah
ditentukan oleh asisten).
Ts (0 C), yaitu temperatur air pada bak penampung (suplai air).
Tc (0 C), yaitu temperatur air pada tangki evaporator.

0
TH ( C), yaitu temperatur air pada tangki kon"denser.
P1 (kPa), yaitu tekanan uap refrigeran sebelum masuk kompresor (suction
pressure).
T1 (0 C), yaitu temperatur cairan refrigeran setelah melewati katup ekspansi
(sebelum memasuki evaporator).
T2 ( 0 C), yaitu temperatur uap refrigeran setelah melewati evaporator
(sebelum masuk ke kompresor).
p2 (kPa), yaitu tekanan uap refrigeran setelah ditekan oleh kompresor
(tekanan kompresor).
T3 ( 0 C), yaitu temperatur uap refrigeran setelab ditekan oleh kompresor.
T4 (0 C), yaitu temperatur cairan refrigeran setelah melalui kondenser.
s (s/rev), yaitu waktu sekali putar dari piringan watt-hour meter.

Setiap pengambilan data dimulai dengan menunggu satu kali berputarnya


piringan meteran listrik. Sejak awal menunggu, stopwatch dihidupkan, untuk
kemudian dihentikan tepat pada waktu piringan berputar satu kali . Setelah it u,
dicatat semua parameter data pada kertas pengambilan data.
. Cara Mematikan Unit Pompa Kaler
)> Tutuplah katup refirigeran pada refrigerant flow meter. Hal ini bertujuan
agar tidak terdapat uap refrigeran di dalam silinder kompresor setelah
kompresor shut down. Apabila masih ada uap refrigeran, maka uap ini lambat
laun akan mengembun karena suhunya sama dengan suhu ruangan . Embun
refrigeran ini bersifat merusak ring piston kompresor yang salah satu
komponen materialnya adalah karet.
Kemudian matikan motor kompresor.
)> Tutup kran suplai air,
)> Matikan pampa air.
)> Ambillah semua termometer yang terpasang.
)> Bersihk~n unit percobaan.
)>

VI. SPESIFIKASI UNIT PERCOBAAN DAN ALAT UKUR


Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. lnst?lasi Heat Pump:
Berat
: 50kg
Ukuran
: 84 em x 46 em x 51 em.
Operasi
: 220 V I Single Phase I 50 Hz,
I. Refrigerant Circuit
- Refrigeran: R-12
- Jalur Refrigeran (refrigerant lines):
"'Diameter pipa yang diisolasi = 3/6 inci

Heat Pump

8/ 5

Praktikum Prestasi Mesin


- Jalur hisap (suction lines):
"' Panjang pipa lurus =0,60 m
"' 90 Standard Elbow = 3 bua
- Jalur Tekan (Discharge lines):
"' Panjang pipa lurus =0,54 m
"'90o Standard Elbow = 3 buah
- Jalur Refiigeran Cair dari Kondenser ke Katup Ekspansi:
"' Panjang pipa lurus
= 1,10 m
"' 90 Standard Elbow
=6 buah
"' Silica gel dryer
= 1 buah
"' Refrigerant flow meter = 1 buah
- Jalur Refrigeran Cair dari Katup Ekspansi ke Evaporator:
"'Panjang pipa lurus
= 0,17 m
"'90 Standard Elbow
= 2 buah
- Kompresor Single Cylinder Reciprocating, jenis hermetik:
"' Daya maksimum = 0,5 HP I 2000 rpm
"'Diameter piston = 35,4 mm
"' Panjang langkah = 15,8 mm
- Kipas pendingin kompresor. Axial flow 4 blades:
"'Daya motor listrik
= 7 Watt/1300 rpm
"' Diameter sudu
= 0,20 m
- lnstrumen Watt-hour meter: digunakan untuk mengamati energi
yang sebenarnya digunakan untuk menggerakkan kompresor.
Standar pengukuran: 166,66 putarah sebanding dengan 1 kWh.
- Kondenser: Tipe Shell and Helitical dengan swirl flow
"'Di dalam pipa
= R-12
"' Di luar pipa
=Air
= 5701,950 kJ/h
"'Kapasitas
- Evaporator: Tipe Shell and Helitical Coil dengan swirl flow
"' Di dalam pipa
= R-12
"' Di luar pampa
= Air
"' Kapasitas
=4701 ,257 kJ/h
2. Water Circuit
- Pompa Sirkulasi Air: Tipe sentrifuga1
"' Daya poros
= 0,11 HP 12000 rpm
"' Kapasites Kerja = 2,822 lis
"'Tinggi tekan
=2 m
-Water flow meter: Skala 0 sld 200 kglh

..

2. Alat Ukur
- Stop Watch: untuk mengukur waktu putar piringan watt-hour meter
- Pressure Gage (alat ukur t ekanan) : untuk mengukur tekanan uap
refrigeran panas lanjut. Perhatikan batas-batas maksimum pengukuran
(garis merah pada skala penunjukan).
- Termometer: untuk mengukur temperatur air maupun refrigeran pada
setiap kondisi tertentu dalam skala derajat Celcius.

I.

Heat Pump

8I 6

.I

Praktikum Prestasi Mesin


VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan, ternyata tidak sesuai dengan hukum I
termodinamika, yaitu Qc + <lH + W, dan hasH yang diperoleh lebih besar dari
0, hal ini mung'kin dikarenakan rangkaian ini dalam keadaan terbuka,
sehingga memungkinkan terpengaruh oleh keadaan lingkungan, dan juga
adanya kemungkinan kerusakan alat atau human error. Diagram p h dan Ts
dari percobaan I dan II cenderung sama. Efisiensi refrigerasi teoritis ternyata
lebih dari 100 %, dikarenakan perhitungan data hasil percobaan tidak sesuai
dengan hukum I termodinamika.
Efisiensi refrigerasi siklus yang didapat dari percobaan I dan II hampir
mendekati satu dengan yang tainnya.
B. Saran
Adapun saran-saran yang berguna untuk perbaikan dalam percobaan ini,
adalah:
Sebelum percobaan, hendaknya alat dikalibrasi dan dites dahulu, agar
pengambilan data dapat dilakukan dengan akurat.
Dalam melakukan percobaan, hendaknya lebih teliti dalam membaca alat
ukur yang ada, sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arismunandar, W. , Penggerak Mula Turbin, ITB, 1982. Bandung.
2. Karossik, Igor J., Pump Handbook
3. J.P. Holman, Perpindahan Kalor, edisi kelima, Erlangga, 1984, Jakarta.
4. Streeter V.L., Fluid Mechanics, Mcgravm Hill Book Company, 1981, Tokyo.

Heat Pump

8I 7

Praktikum Prestasi Mesin

ct .. ..... ..

""

...

,..

( Juq] :;unss:JUd :umo~u v

Heat Pump

8I 8

.......

.g

--- - --- .._.-

MO

TEMPERATURE -

ENTROPY DIAORlloN

IN S. l. UIUT S- F OR
DI CHLOROif"lUORONETHAHE..(C C iz Fz)

'

-- -

- --.-4 -...

I"

-----J--:f-.,....::--r+--,,..--f"'::-ir-r-r-r+-----:1

(REF;R IOERAHT 12)

,.0

G.A.HEWEn

Mo f -

fVIIUSIIU

_..___

YWti'S

er:

~ t.. ML.I ..,..


......-:~..

....

_ . , . . . .,

-.&.

........ c:wa. .....


._......,.. nt wnw u......, ...

'"ts ._....._.

n .._ .._,._ ....... 01' 1....-Q. . . l4eOeMGitf


IC 4CIIDe~ e wc..

,.ICWIC wttlllllC II.....,,. . , . . Cl.. ... r-r.


seas ~ A\.M M_IU t'e 4 Hh~-bUU4,..Y

f--1 =:::n~-:~t ~~

:::=

IMC

1 ---------+------

~
N

~~~-~J.I-;t~~~~~~~b==-~~-\

~--~~-----------t-------------1----------

.
! .. ----- u

"~~~----------t----------;------~-

r~
~ k
!"

>;
-

,.,

~-.

'b

a
,.,.
~

.___,+---.....;_-

.. ,,

c::

_., 1- --+-----...- --1..,_-,..

a
8'

t:--4----..:...,4-h-~-\---,l{-----\,t---r-,~~=-rr---:-i~ ~1:~~~~-4~::~~~~~~~~~-=~~iF==~~------~--~-----:~t--:~
-- -------.
i-"'
Oo

'()

"'~-
~
s

\-~;:.,__~r---~------_j~~---------1--~-w----~i J''

.......

~.,., rtn~

...

r.tn notY

~ Jillq

.....

~
-.----

....

_,,

11

--

-.,.-r - - --

f r

V.., l

Praktikum Prestasi Mesin

Torque

' '\
I'IJ

f\

0
., 0
f:\

::7

"0

c:
,...
,...

'\

~-

1\ j I

0 0

.,
Vl
Vl

.,
0

(ZI

I-

=: o
0
,...
,...
VI

()

.,

"0
~

VI

VI

.,
s=

0,0

.,

0
0

()
:J'

0
-.
0

n
,...

.,1'\

-
,...

i\\

'JI

("'

VI

1\

g~

Q)

v~

IIJ

I \ ..

o,

()o'"0

IIJ

v
I
1/

'\.
1-

1\

"0

IIJ

P.

0, .

llo.

Nm

..

..\.

,\
....

113

c;,

Q'l

Sp~ed

..,
0

revfs

..
Heat Pump

8 I 10

,...,.

.g

SCHEMATIC lAYOUT OF HILTON MECHANICAL HEAT PUMP


u.

MC:H

-s~-

PIIUWOI4

IZI

-
.....,.,,.
,

l l . ...........(

Ia

........
lO

cxnAN
JI.OOUI': rttt

mil
C~MIIJfC

T - .

...,,.
II
n.o.

1D

""""

n.o.

,....,. .,~ ruoot:

a8'

CONniOt.

'-vt:

_,
I

....,.

Wl.Y

Oo
........

,...
~

~~~t t u

~""

C~fti<K.

~n"

'LOW

fU)Ir

..,

II)

:t
~

PA H ILTON l TD
._.,., ,." 1. .........., .....4rtftet Hntt....-..
\. ....,._Af ()IIIY 1(K,.t41NC ,AI-...AAfUS

:;

~.,.,;

You might also like