Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuntutan Masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. oleh
karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam
pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau mengembangkan ilmu
pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi
tenaga perawat yang professional.
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling
berhubungan,
mempengaruhi dan
saling
fokus
utama
keperawatan
Indonesia
dalam
proses
jawabnya.
Menyebutkan dan menjelaskan klasifikasi tenaga keperawatan di
Indonesia.
Menguraikan perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan.
Pendahuluan
BAB II
TINAJAUAN TEORITIS
2.1 Sistem Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MPKP)
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat
unsur, yakni : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem
MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi atau jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan atau keperawatan dalam memenuhi
kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud.
Unsur-unsur dalam praktek keperawatan dapat dibedakan menjadi empat
yaitu, standar, proses keperawatan, dan sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu
model, keempat hal tersebut harus jadi bahan pertimbangan karena merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Ada beberapa Komponen Model Praktik Keperawatan Profesional antara
lain adalah :
a. Nilai Profesional Pengembangan
Model Praktik Keperawatan Profesional didasarkan pada nilai professional. Nilai
professional merupakan inti dari Model Praktik Keperawatan Profesional, yang
meliputi: nilai intelektual, komitmen moral, otonomi, kendali, dan tanggung
gugat.
b. Pendekatan manajemen
Pendekatan manajemen digunakan untuk mengelola sumber daya yang ada
meliputi:
ketenagaan,
Keperawatan
(SAK).
alat,
fasilitas
Pada
Model
serta
menetapkan
PraktikKeperawatan
Standar Asuhan
Profesional
ini
Dalam
pengembangan
Model
Praktik
Keperawatan
c. Penjadwalan
Penetapan jumlah
jumlah dan
kategori tenaga yang berkemampuan baik pada setiap shift dan ada penunjukan
perawat sebagai penanggung jawab shift dengan disertai pembagian tugas yang
jelas.
2. Penerapan sistem pemberian asuhan keperawatan
Merupakan
asuhan keperawatan sesuai dengan kondisi yang ada di Rumah Sakit. Sistem
pemberian asuhan keperawatan harus merefleksikan falsafah organisasi, struktur,
pola ketenagaan dan karakteristik populasi pasien yang dilayani. Untuk
memperoleh gambaran penerapan sistem ini dapat dilihat dari tanggung jawab
pelaksanaan uraian tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat, kepala group,
CI, dan perawat pelaksana.
Tapi ada juga beberapa Faktor-faktor yang berhubungan dalam
perubahan
Definisi
Analisa SWOT adalah instrument perencanaan strategis yang
2.2.2
kualitatif
matriks
SWOT
sebagaimana
WEAKNESS
OPPORTUNITY
Comparative
Advantage
Divestement/Investement
TREATHS
Mobilization
Damage Control
IFE
digunakan
berkaitan
dengan
untuk
mengetahui
kekuatan
faktor-faktor
(strengths)
dan
internal
kelemahan
eksternal
4 = sangat bagus
Rating ditentukan berdasarkan efektifitas strategis perusahaan, dengan
demikian nilainya didasarkan pada kondisi perusahaan.
d. Alikan nilai bobot dengan ratingnya untuk mendaoatkan skor semua
critical success factors
e. Jumlahkan semua skors untuk mendapatkan skors total bagi perusahaan
yang dinilai. Skor total 4.0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon
dengan cara ynag luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan
menghindari ancaman-ancaman dipasar industrinya. semntara itu, skor
total sebesar 1.0 mengindikasikan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan
peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman
eksternal.
yaitu
:
KKuatSedangLemah
O4,03,0-4,0
1,0
1,99
= IFE 3,0
lemah
RTinggi
2,0
2,99
3,0-4,0
= IFE rata-rata
T3,0
3,0
4,0
= IFE kuat
2,0-2,99
2,0
1,0-1,99
1,0
O
Matriks IE dengan sumbu vertikal Y adalah nilai EFE yang dibagi
TSedang
menjadi
3 daerah, yaitu :
A2,0-2,99
L2,0
1,0
1,99
= EFE rendah
II
III
2,0
2,99 (1,0-1,99)
= EFE rata-rata
ERendah
F1,0
3,0
4,0
= EFE kuat
IV
T O T
ES K O R
VII
A L
I F E
VIII
VI
IX
11
untuk
memprioritaskan
masalah
dengan
metode
masalah terjadi.
b. Severy (Sv)
masalah ini.
c. Manageability (Mn) : Berfokus pada keperawatan sehingga dapat
diatur untuk perubahan.
d. Nursing Consent (Nc) : Melibatkan pertimbangan dan perhatian
perawat.
e. Affability (Af)
:5
2. Penting
:4
3. Cukup penting
:3
4. Kurang penting
:2
12
:1
Fishbone dapat
13
14
2.6
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ruang Dahlia, ruang perawatan anak dengan 30 tempat tidur BOR 50%, jumlah
perawat 17 orang, dengan kualifikasi SPK: 10 orang, D3: 4 orang, S1 3 orang,
kepala ruangan S1 keperawatan, pengalaman kerja 1 tahun, belum punya sertifikat
pelatihan manajemen kepala ruangan. Ruangan tampak kotor, pekerjanya malas.
Ns. Sari (perawat senior/mantan kepala ruangan) merasa kedudukannya digeser
Ns. Juwita (kru saat ini) sehingga sering tidak mendukung kebijakan kepala
ruangan. Alat-alat keperawatan kurang lengkap, kecuali alat tenun yang cukup
banyak.
3.1 Kajian Analisis dan Situasi Kasus
a. Ruang Dahlia, ruang perawatan anak dengan 30 tempat tidur BOR 50%,
jumlah perawat 17 orang, dengan kualifikasi SPK: 10 orang, D3: 4 orang,
b.
c.
d.
e.
16
Weekness
1. Perawat
lulusan
berjumlah
orang
Opportunity
Threats
1. Kebijakan RS 1. Persaingan
lulusan
untuk
antar
pendidikan
melanjutkan
semakin ketat
SPK
pendidikan
dalam
dan
tingkatan
berjumlah
pendidikan D3
berjumlah
orang
2. Sarana
4
dan
prasarana
mencakup
30
10
orang
2. Ruangan
kebijakan
tampak kotor
3. Kebijaksanaan
banyak
cukup
depkes RI
3. Kebijakan RS
kepala
terhadap
ruangan yang
mobilisasi
kurang
tempat tidur,
4. Tata tertib RS
BOR 50% dan
yang kurang
alat
tenun 5. Unit
sudah
bagi SPK
2. Dukungan
fungsional
belum
dapat
menampilkan
kinerja
struktur modal
seperti
renumerasi
4. Kebijakan RS
terhadap
struktur
ruangan
yang
bangunan
optimal dalam 5. Adanya
pelayanan,
demonstrasi
karena belum
pembangunan
punya
kesehatan
sertifikat
yang
pelatihan
diwujudkan
manajemen
dalam
kepala
kemitraan
ruangan
RS
pelayanan
kesehatan
2. Infeksi
nosokomial
akibat
kurangnya
kebersihan
disetiap
unit
ruangan
3. Kunjungan
menurun
akibat
pelayanan
medis
yang
kurang
memadai
4. Prosedur
dan
pengelolaan
keuangan yang
menjadi
kendala dalam
pengadaan
peralatan serta
penyediaan
untuk
17
mendukung
pelayanan
kesehatan
5. Dibukanya
investor
bidang
pelayanan
kesehatan
3.3 Matriks SWOT
Strength (S)
1. Mutu
SDM
internal
tingkat
pendidikan S1 berjumlah
3
orang
dan
tingkat
pendidikan D3 berjumlah
4 orang
2. Sarana dan
mencakup
prasarana
30
tempat
sudah
cukup
banyak
Eksternal
Weakness (W)
1. Mutu SDM
dengan
menampilkan
yang
optimal
untuk
melanjutkan pendidikan
bagi SPK
2. Dukungan
kepala ruangan
WO Strategy
SO Strategy
RS
1. Kebijakan
R.S
melanjutkan
pendidikan
kebijakan
depkes RI
3. Kebijakan RS terhadap
sehingga
manajemen
untuk
tingkat
SPK
mutu
SDM
pelatihan
manajemen
Ruangan
medis meningkat
18
Kepala
mobilisasi
struktur
ruangan
bangunan
5. Adanya
demonstrasi
2. Kebijakan
2. Kebijakan R.S terhadap
struktur
bangunan
sehingga
sarana
dan
prasarana memadai
R.S
untuk
setiap
unit
pelayanan
3. Kebijaksanaan
R.S
pembangunan kesehatan
terhadap
mobilisasi
kemitraan
yang
dapat
mempengaruhi kebijakan
Kepala Ruangan
Threats (T)
ST Strategy
1. Persaingan
semakin
antar
ketat
Rs
dalam
pelayanan kesehatan
2. Infeksi
nosokomial
akibat
kurangnya
menurun
pengadaan
serta
penyediaan
untuk
mendukung
pelayanan
kesehatan
5. Dibukanya
bidang
kesehatan
WT Strategy
1. Meningkatkan
SDM
mutu
tenaga
medis
sehingga
mampu
bersaing
dalam
pemberian
pelayanan
kesehatan
2. Prosedur
pengelolaan
meningkatkan
terjadinya INOS
2. Belum
mempunyai
sertifikat
manajemen
dan
keuangan
Kepala
Ruangan
dapat
mempengaruhi
persaingan
mendukung penyediaan
dalam
kesehatan
R.S
pelatihan
antar
unit
pelayanan
pelayanan
tingkat
seiring
dibukanya
investor
R.S
investor
bidang
pelayanan
yang
bahasa,
terjadi
2. Severy (Sv)
:Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah
3. Manageability (Mn) :Berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur
untuk perubahan
4. Nursing consent (Nc) :Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
5. Affability (Af)
:Ketersediaan sumber daya alam
Rentang nilai yang digunakan adalah 1-5
1.
2.
3.
4.
5.
No
1.
Sangat penting
:5
Penting
:4
Cukup penting
:3
Kurang penting
:2
Sangat kurang penting : 1
Masalah
Belum
Mg
5
Sv
5
Mn
5
Nc
5
Af
2
Skor
22
Ket
I
21
II
21
IV
optimalnya
Manjemen
2.
kepemimpinan
Resiko
tinggi
infeksi
3.
nosokomial
Pelayanan
4.
kurang optimal
Alat-alat
20
keperawatan
20
IV
kurang optimal
3.5 Prioritas Masalah
1.
2.
3.
4.
PROBLEM
Belum
ENVIRONMENT
optimalnya
METHODE
MACHINE
Resiko
tinggi
infeksi
nosokomial
karena
lingkungan
kotor
managemen
Pelayanan yang kurang optimal
kepemimpinan
Masalah
21
terlebih
dahulu
untuk
menyelesaikan
masalah
dengan
A
3
R
3
L
2
Skor
72
Ket
IV
192
108
II
96
III
kepemimpinan.
2.
Mengarahkan
untuk
petugas
bergiat
dalam
kebersihan 4
kebersihan
lingkungan.
3.
Mengarahkan tentang pelayanan yang
kebersamaan dalam mengoptimalkan
dalam pelayanan.
4.
Pengajuan
proposal
pengadaan
kelengkapan peralatan.
22
Hasil scoring diatas merupakan penyelesaian masalah dari yang tertinggi sampai
yang terendah didapatkan, yaitu :
I
II
lingkungan.
Mengarahkan
III
IV
tentang
pelayanan
yang
kebersamaan
dalam
23
Sub kegiatan
Mengadakan
tujuan
Sasaran
Umum : dengan Direktur
metode
Proposal
optimalnya
pelatihan
adanya
Manjemen
manajemen
minggu
kepemimpinan
kepemimpinan
meningkatkan
pertama
pelatihan
Waktu
dana
Bulan januari Kas ruangan
p.j
Kepala
2014
ruangan
pada
kinerja manajemen
di
rumah
lebih
baik
sakit
dan
optimal
Khusus : pekerjaan
diruangan
lebih
teratur
dan
terstruktur
Umum
:
agar Perawat
Resiko
tinggi Membuat
infeksi
kebijakan
nosokomial
standar
lebih
oprasional
meningkatkan
kerja
kebersihan
dapat
Pembinaan
Kepala
setiap ruangan
bulan
ruangan
januari
2014
24
Khusus : perawat
dan pasien tidak
terpapar
infeksi
nosokomial dalam
Merekrut
ruangan.
Umum :
Agar Direktur
petugas
ruangan
lebih
cleaning
terjaga
service
kebersihannya
tambahan
Khusus
Proposal
Minggu
bulan
Kepala
ruangan
2014
:
mengurangi infeksi
nosokomial
3
Pelayanan
Mengadakan
kurang optimal
pelatihan
di
ruangan.
Umum
: Direktur
dan meningkatkan
pendidikan
mutu
pelayanan
lanjut
seoptimal mungkin
proposal
Minggu
bulan
I Kas ruangan
febuari
Kepala
ruangan
2014
Khusus : perawat
lebih
merasa
bertanggung jawab
25
akan pekerjaannya
sehingga pelayanan
yang
lebih
4
diberikan
baik
dan
Alat-alat
Melengkapi
optimal
Umum
keperawatan
peralatan
dengan
kurang
lengkap
standar
ruangan
operasional
pelayanan baik
yang berlaku
Khusus : dengan
Agar Direktur
proposal
Kepala
februari 2014
ruangan
mutu
lengkapnya
alat
tindakan pelayanan
akan maksimal
26
27
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang
bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan
kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan
menurut kontribusinya masing-masing dan identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Penentuan prioritas masalah berawal dari pendekatan kualitatif guna
untuk mengumpulkan informasi tentang invetarisasi determinan prioritas,
menentukan sumber-sumber yang ada, berkolaborasi dengan kalangan
profesionalisme, penguna pelayanan, dan pengambil kebijakan, adanya
assessment, inventarisasi determinan dan sumber-sumber daya, alternative
berbagai tawaran pemecahan masalah.
4.2 Saran
Para pembaca diharapkan dapat membaca dan melengkapi makalah ini
karena makalah ini jauh dari sempurna, dan juga dengan adanya makalah ini
diharapkan pembaca dapat mengetahui apa itu Manajemen dalam Keperwatan
29