Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan pada hasil laporan Studi Morbiditas (2001), menunjukkan
bahwa di Indonesia kesehatan gigi dan mulut adalah hal perlu mendapatkan
perhatian. Penyakit gigi dan mulut menempati prosentase tertinggi dalam hal
penyakit yang banyak diderita oleh masayarakat yaitu sebesar 60%. Beberaa
keluhannya antara lain Burning Mouth Syndrome (BMS) (Putri, 2012).
Burning Mouth Syndrome (BMS) merupakan kondisi kronis pada daerah
mulut. Faktor seperti sensitivitas kecemasan dapat mempengaruhi tingkat rasa
nyeri kronis yang dialami pasien. Penyakit ini menyerang pada mukosa mulut.
Perbandingan kondisi ini terjadi pada wanita usia menengah dengan wanita lanjut
usia yaitu 3:1. Sedangkan rasio antara perempuan dan laki-laki yang terkena BMS
adalah 16:1 (Avivah, 2001). Moniliasis merupakan infeki jamur yang disebabkan
oleh Candida Albicans yang merupakan bagian dari flora normal di mulut 20-50%
dari orang yang sehat (Cameron, 2008).
Burning Mouth Syndrome mempengaruhi kondisi medis mendekati 1,3
juta pada penduduk Amerika yang meliputi adanya rasa seperti terbakar, sensasi
nyeri di mulut (Gurvits, 2013). Pada studi yang dilakukan oleh International
Association for Study of Pain pada 52 pasien yang menderita nyeri BMS,
berdasarkan temuan elektrofisiologi BMS dikelompokka mnejadi 4 dimana hasil
dari studi pasien terdapat 19% pasien yang mengalami peripheral trigeminal
neuropathy, 21% pasien mengalami peningkatan eksitabilitas, 76% mengalami
ambang sensori yang abnormal yang mengindikasikan adanya disfungsi serabut,
hanya 5 pasien yang didapatkan hasil tes normal (Forsell, 2002). Burning Mouth
Syndrome terjadi pada pasien rata-rata berusia 55-60 tahun, sedangkan untuk usia
di bawah 30 tahun jarang terjadi. Estimasi prevalensi kejadia BMS diantara
rentang 0,7% - 4,6% pada populasi secara umum (Barker, 2005). Pada tahun 2010
prevalensi dari BMS sekitar 2,5% 5,1 % pada populasi secara umum (Bakhtiari,
2010).
Moniliasis dapat menyerang semua umur baik pria maupun wanita .
Prevalensi infeksi yang disebabkan oleh Candida Albicans yang meningkat
kemudian dihubungkan dengan kelompok penderita HIV/AIDS, penderita yang
menjalani transplantasi dan kemoterapi maligna. Penelitian yang dilakukan oleh
yang holistik pada pasien dengan Burning Mouth Syndrome dan atau Moniliasis
(Candidiasis Oral) untuk memperbaiki prognosis dan mencegah komplikasi
pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Burning Muth Syndrome
1. Apakah definisi dari Burning Mouth Syndrome?
2. Bagaimanakah anatomi fisiologi mulut?
3. Bagaimanakah etiologi Burning Mouth Syndrome?
4. Bagaimanakah patofisiologi Burning Mouth Syndrome?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis Burning Mouth Syndrome?
6. Bagaimanakah komplikasi Burning Mouth Syndrome?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan Burning Mouth Syndrome?
8. Bagaimanakah prognosis Burning Mouth Syndrome?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan Burning
Mouth Syndrome?
1.2.2 Moniliasis
1. Apakah definisi dari Moniliasis?
2. Bagaimanakah anatomi fisiologi lidah?
3. Bagaimanakah etiologi Moniliasis?
4. Bagaimanakah patofisiologi Moniliasis?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis Moniliasis?
6. Bagaimanakah komplikasi Moniliasis?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan Moniliasis?
8. Bagaimanakah prognosis Moniliasis?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan Moniliasis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menyusun konsep dasar dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Burning Mouth Syndrome dan atau Moniliasis sehingga dapat menerapkan asuhan
keperawatan yang telah disusun pada saat merawat pasien dengan Burning Mouth
Syndrome dan Moniliasis.
1.3.2 Tujuan khusus
A. Burning Mouth Syndrome
1) Untuk mengetahui dan memahami definisi Burning Mouth Syndrome
2) Untuk mengetahui dan memahami anatomi fisiologi mulut
3) Untuk mengetahui dan memahami etiologi Burning Mouth Syndrome
4) Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi Burning Mouth
Syndrome
5) Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis Burning Mouth
Syndrome
6) Untuk mengetahui dan memahami komplikasi Burning Mouth Syndrome
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Burning Mouth Syndrome
2.1.1 Definisi
Burning Mouth Syndrome adalah karakteristik dengan sensasi nyeri seperti
terbakar di daerah mukosa mulut dalam jangka waktu yang lama tanpa penyebab
lokal atau sistemik yang terdeteksi (Avivah, 2001).
Gambar
2.1
Burning
Mouth
Syndrom
Gambar
diambil
dari Dentist.org
dan mole.Dua pertiga bagian anterior lidah mengisi dasar mulut.Dinding mulut
dibentuk oleh otot-otot pipi.Membran mukosa yang membatasi mulut berlanjut
dengan kulit bibir dan dengan lapisan mukosa faring.Bibir menutup ototo oris
obikularis yang mempertahankan mulut tertutup.Palatum durum dibentuk oleh
bagian tulang palatin dan maksila serta permukaan atasnya membentuk dasar
rongga nasal.Palatum mole terbentuk dari batas posterior palatum durum dan
meluas ke bawah di antara bagian nasal dan oral faring.Batas bawahnya
menggantung seperti tirai diantara mulut dan faring dalam suatu prosesus konis
kecil yang disebut uvula menggantung ke bawah dari prosesus tersebut.Dua
lipatan melengkung pada membrane mukosa keluar ke samping dan ke bawah dari
prosesus tersebut.Dua lipatan melengkung pada membrane mukosa keluar ke
samping dan kebawah dari masing-masing sisi dasar uvula yang disebut arkus
palatoglosal dan palatofaring. Lipatan yang dimaksu adalah diantaranya masa
jaringan limfoid yang disebut tonsil.
Gambar
2.2
Anatomi Mulut
2.1.3
Etiologi
a. BMS primer penyebabnya belum diketahui dan BMS sekunder yang meliputi
faktor lokal, sistemik, atau psikogenik.
b. BMS sekunder :
1) Faktor lokal :
a) Kandidiasis pada mulut
Subklinikal infeksi kandida yang mungkin disebabkan respon imun dan
kolonisasi kandida menunjukkan kandidiasis di mulut merupakan salah satu
etiologi dari BMS. Penelitian yang dilakukan oleh Chen and Samaranaya
mengatakan bahwa pada pengumpulan saliva pasien BMS ditemukan Candida
glabrata yang tumbuh baik di saliva pasien BMS.Selain itu pada pemeriksaan
mikrobiologi memperlihatkan adanya peningkatan candida sebanyak 53% pada
pasien BMS.
Pseudomembranous dan erthematous candidiasis yang menyebabkan
BMS.Bakteri penyebab BMS staphylococci, sterptococci, anaerobes.
b) Oral parafunctional habits (clenching,bruxism, dan grinding)
Aktifitas parafungsional adalah aktifitas diluar fungsi normal (seperti
mengunyah, bicara, menelan) dan tidak mempunyai tujuan fungsional.
Contohnya, bruxism dan kebiasaan kebiasaan lain seperti menggigit kuku,
pensil, bibir, mengunyah satu sisi, tongue thrust, dan bertopang dagu. Aktifitas
yang paling berat dan sering memunculkan masalah adalah bruxism serta
clenching dan grinding.Clenching adalah mempertemukan gigi atas dan bawah
dengan keras yang dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari.sedangkan
bruxism adalah mengerat gigi atau grinding terutama pada malam hari.
c) Gigi palsu
Penggunaan gigi palsu menyebabkan iritasi dari bentuk/rancangan gigi
palsu atau perilaku parafunctional yang selanjutnya menyebabkan nyeri.
2) Faktor sistemik :
a) Nokturia
Nokturia adalah meningkatnya frekuensi sekresi urin pada malam hari.
Peningkatan kejadian BMS akan berdampak dengan peningkatan nokturia karena
bila terjadi peningkatan BMS akan berhubungan dengan mulut kering dan mulut
kering akan berhubungan dengan nokturia. Asplaund menyatakan bahwa kehausan
dan minum dua kali lebih pada malam hari ditemukan peningkatan yang
signifikan pada wanita yang BMS dibandingkan dengan pria dengan BMS.Hal ini
dikarenakan
adanya
keseimbangan
cairan
negatif
yang
berefek
pada
nokturia.Untuk mendiagnosa nokturia yaitu sering bangun malam lebih dari satu
kali untuk berkemih.
b) Diabetes mellitus
Telah dilaporkan bahwa diabetes melitus tipe II memiliki peran dalam
terjadinya BMS.Gibson dkk melaporkan bahwa gejala BMS pada pasien diabetes
membaik setelah kontrol dari glukosa. Namun beberapa peneliti melaporkan
bahwa keluhan rasa terbakar pada mulut disebabkan oleh kandidiasis oral pada
pasien diabetes, kurangnya insulin pada penderita DM mengganggu proses
katabolik pada mukosa mulut sehingga resistensi gesekan yang harusnya normal
linisopropil
dapat
menyebabkan
BMS.BMS
berkurang
saat
2.1.4
Patofisiologi
bakteri
penyebab
BMS
staphylococci,
sterptococci,
mereabsorbsi
glukosa
yang
berlebih
sehingga
menyebaabkan
dikompensasi
dengan
meningkatnya
intake
makanan.Poliuri
pada
DM
sehingga
meningkatkan
tekanan
osmosis
selanjutnya
menyebabkan edema sel syaraf perifer dan serabut syaraf maka terjadi
kerusakan dan iskemi syaraf.
b. Peningkatan glukosa, sorbitol, dan fruktosa yang merupakan kompetitif
inhibitor bagi moiinositol menyebabkan penurunan kadar moiinositol
maka sintesis membran phosphoinositides menurun yang menyebabkan
penurunan enzim sodium potasium ATP ase sehingga konduksi hantar
syaraf menurun.
Masalah diatas menyebabkan neuropati yang memilki manifestasi
neuropati perifer dimulut yaitu BMS.
Menopause adalah proses fisiologis alamiah. Saat menopause manifestasi
yang terjadi di rongga mulut antara lain radang mulut, xerostomia, dan kesulitan
menelan. Adanya atrofi pada seluruh permukaan membran mukosa sehingga
terjadi resistensi jaringan terhadap gesekan normal menurun dan xerostoma pada
menopause dapat menyebabkan BMS.
Obat-obatan Angiotension coverting enzyme inhibitor (ACE-i) seperti
captopril, enalapril, linisopropil disinyalir disebabkan mekanisme neuropati
ditunjukkan dengan disfungsi trigerminal nociceptive sel syaraf maupun sistem
syaraf.
Defisiensi defisiensi besi, anemia penisiosa dikarenakan defisiensi B12,
defisiensi zink, dan defesiensi B kompleks.Rasa panas dan terbakar pada mulut
kemungkinan disebabkan karena pasien yang mengalami defisiensi tersebut
mengalami perubahan permeabilitas pada mukosa, perubahan aliran darah adalah
neuropati.
Jumlah zat besi yang kurang (<4 g pada dewasa) dan terbanyak dalam
hemoglobin yang berperan penting pada eritrosit yang mentrasfer O2 keseluruh
jaringan tubuh.Karena penurunan intake zat besi menyebabkan menurunnya
integritas epitel dan menyebabkan atrofi membran mukosa mulut dan
10
disebabkan
oleh
medikasi
misalnya
trisiklik
psikologi
juga
berperan
Depresi,
kecemasan,
obsessive
11
e. dysgeusia
f. gejala yang hampir menetap sepanjang hari
Sedangkan diagnosis dan 3 gejala mayor pada BMS adalah :
a. Nyeri (rasa terbakar, panas, perasaan geli atau mati rasa)
Biasanya terjadi bilateral.Predileksi biasanya pada bagian anterior dari
lidah atau ujungnya, mukosa palatum dan bawah bibir.Sedangkan mukosa bukal
dan dasar mulut jarang terjadi.
b. Dysgeusia
Terjadi sampai 70% kasus dan dapat berbentuk rasa yang menetap di
mulut atau perubahan persepsi rasa. Rasanya bisa pahitmetalik, atau campuran.
c. Xerostamia
Terdapat pada 64% pasien BMS dengan keluhan mulut kering pada
indera perasa.
sixerostomia
saliva, rasa haus
Iskemia syaraf
intake cairan
tekanan osmotik
poliuri
Tidak dapat melalui membran
Proses seluler terganggu
sintesis membran phosphoinositides
glukosuria
Sakit
iritasi
Insulin
Salah rancangan
Bruxism, griding
Clenching
Oral parafungsion
DM
Faktor sistemik
Faktor lokal
Respon imun
WOC
12
Nafsu makan
MK : nyeri
BMS
Paralisis otot
anasthesi, hipertensi, parestesia, kejang
Kelemahan otot
glositis
Motorik
sensoris
penurunan resistensi jaringan terhadap gesekan normal
Pemutusan axon
Degenerasi myelin
Anemia pernisiosa
Di Hb
pyridoxin
ribofavin
B12
thiamin
zat besi
Faktor psikogenik
Nutrisi
13
14
2.1.5
Manifestasi Klinis
1. Sensasi nyeri seperti terbakar di jaringan lunak dan keras dalam rongga
yang memperlihatkan adanya ketidaknormalan fisik. Tempat umum dari
BMS adalah pada kedua ataau ketiga bagian anterior lidah. Timbulnya
nyeri dapat secara spontan atau berkembang selama beberapa tahun
2. Rasa nyeri seperti terbakar meyerang orofaring, terjadi pada pagi hari,
gejala memuncak pada sore dan bekurang pada saat makan. Terjadi pada
mukosa bibir bawah, lidah anterior, dapat jugaa terjadi mulut kering dan
gangguan pengecapaan rasa tetapi tanpa lesi yang jelas.
3. Selain nyeri, pasien juga dapat mengeluhkan adanya disgeusia (sering ada
rasa pahit atau seperti logam atau keduanya), xerostomia, peningkatan
gejala setelah perkembangan beberapa hari, tidak adanya gejala pada
malam hari dan gejala akan berkurang pada saat makan.
4. Adanya reaksi alergi pada mulut.
5. Gejala lain meliputi sakit kepala, insomnia, penurunan libido dan
ketidakstabilan emosi serta depresi.
2.1.6
a.
b.
c.
d.
2.1.7
Komplikasi
Kesulitan untuk makan dan berbicara
Kesulitan untuk tetap tidur
Dapat menjadi depresi
Iritabilitas dan agitasi
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan BMS tergantung dari etiologinya, sehingga diperlukan
15
Anamnesis
Penatalaksanaan pada primary
burning mouth syndrome:
Riwayat penyakit
a Clonazepam (low-dose)
Riwayat obat
b Alpha lipoic acid
Riwayat keluhan
c Intermittent oral capsaicin
d Psikoterapi (modifikasi perilaku kognitif, relaksasi)
e Topical capsaicin
f Terapi penggantianPemeriksaan
hormon
intra oral
g SSRIs
h Tricyclic antidepresan
i Lidocaine oral
j Terapi laser
Tanpa perubahan klinis
Dengan
perubahan klinis
k Topiramate
l Olanzapine
Penyakit
mukosa primer
Penyakit
sistemik pada secondary burning mouth syndrome
Penatalaksanaan
Reaksi alergi
dicoba mengganti dengan obat lain yang memiliki class yang sama
c Penyesuaian dosis levothyroxine
Pemeriksaan neurologis
Tes diagnostik
d Nistatin
oral
e Hindari merokok
f Menghindari alergen
g Mengganti bahan gigi palsu
Terapi
berdasarkan
penyebab
Negatif
h Mengunyah
permen
karet yang Positif
mengandung sorbitol
untuk merangsang air
i
j
k
l
m
n
liur
Pyridostigmine, pilokarpin, atau sialogogues yang lain
Suplemen vitamin B
Suplemen Zinc
Suplemen zat besi
Suplemen folat
Analgesik neuropatik
Terapi
Informasi penderita
Tanpa terapi
Obat kumur
Menurut Scala et al (2003) Obat-obatan
untuk mengontrol nyeri pada
pasien BMS
Obat psikofarmakologik
Rujukan bila perlu
a. Topical
1) Capsaicin cream 3-4 kali/hari
2) Clonazepam tablet 0,5 mg/hari
b. Systemik
1) Chlordizepoxide 15-30 mg/hari
2) Clonazepam 0.25-3 mg/hari
3) Diazepam 2-30 mg/hari
16
4) Amisulpride 50 mg/hari
5) Paroxetine 20 mg/hari
6) Sertraline 50-100mg/hari
Follow up
Pasien BMS, terutama yang resisten terhadap pengobatan, harus
ditawarkan follow up rutin 2-4 kali/bulan selama periode gejala. Setiap evaluasi
harus mencakup analisis tingkat nyeri, kepribadian, psikologis, dan kualitas hidup.
2.1.8
Prognosis
BMS merupakan gangguan dengan prognosis yang sangat buruk dalam hal
kualitas hidup, dan gaya hidup pasien dapat memperburuk ketika terjadi disfungsi
psikologis. Dua pertiga penderita BMS memiliki pemulihan parsial spontan 6-7
tahun setelah onset awal, tetapi di lain kondisi hal ini permanen.
2.1.9 Asuhan Keperawatan Pada Burning Mouth Syndrome
A. Pengkajian
1) Biodata
Biodata yang dikaji yaitu meliputi nama, jenis kelami, usia, pekerjaan.
2) Keluhan
Nyeri yang menetap dalam jangka waktu lama, nyeri seperti sensasi
terbakar pada mukosa mulut. Skala nyeri dari sedang hingga berat yang dirasakan
sepanjang hari dan menggangu tidur. Skala nyeri 5-8 dalam rentang skala nyeri
10. Nyeri biasanya timbul secara spontan tanpa ada rangsangan atau faktor
pencetus dan juga bisa karena adanya fator pencetu seperti prosedur yang
berhubungan dengan gigi dan mulut. Daerah nyeri biasanya bilateral dan tidak
selalu mengikuti anatomi distribusi saraf sensori perifer.
Rasa terbakar biasanya dirakan pada daerah ujung dan anterior dorsum
dari lidah, bersamaan dengan anterior palatum, bagian bawah vestibula dan bibir.
3) Pengkajian Psikologis
Ansietas, marah, depresi dapat menyebabkan memberatnya BMS.
4) Status Menopause
Pre menopaues, peri menopause, post menopause
5) Pemeriksaan Fisik
Pada pengkajian sistem lain bisa didapatkan adanya penyakit organik lain,
kondisi lokal seperti infeksi, reaksi alergi. Hal lain yang dapat ditemukan yaitu
adanya penyakit Diabetes Mellitus, defisiensi nutrisi.
B2 (Blood)
Dapat ditemukan adanya defisiensi nutrisi pada pasien BMS yang ditandai
dengan sedikitnya serum vitamin B1, B2 dan B6 serta menurunnya vitamin B12.
17
Serum asam folat dalam darah dan zat besi dalam julah sedikit. Pada pemeriksaa
gula darah dapat ditemukan gula darah meningkat karena adanya Diabetes
Mellitus.
B3 (Brain)
Nyeri kronik berhubungan dengan adanya gangguan atau kerusakan saraf
dan abnormal dari somato sensori. Perubahan pada sistem saraf pusat dan perifer.
Neuropati trigeminus, peningkatan eksitabilitas dari saraf rigeminus, dan disfungsi
serabut.
Gangguan persepsi rasa sering terdapat pada BMS dengan disgeusia yang
sering ditunjukkan dengan pahit atau metalik atau keduanya. Perubahan dari
saliva dapat berkontribusi terhadap persepsi rasa.
Temuan lain yang dapat didapatkan yaitu sakit kepala, nyeri pada leher,
bahu, otot suprahioid, dan sendi temporomandibula. Mati rasa dapat dirasakan
oleh pasien.
B5 (Bowel)
Gangguan rasa dan xerostomia (mulut kering). Mulut terasa kering pada
umumnya tergambar pada masing-masing individu atau subjektif, terdapat
hipofungsi dari kelenjar saliva. Aliran dari saliva secara spontan, tidak terdapat
penurunan saliva pada saat disimulasi atau tidak distimulasi.
Komponen dari saliva perlu dilakukan pemeriksaan. Hal ini dikarenakan
pada pasien BMS ditemukan melaporkan xerostomia dengan volume saliva
normal tetapi komposisi mengalami perubahan dengan peningkatan IgM total, dan
IgG total. Hal ini dapat menunjukka bahwa perubahan dari komposisi ion saliva
memiliki peran pada neuropati lokal yang ditunjukkan pada pasien BMS.
Ditemukan adanya mukosa bukal iregular, scalloping pada daerah lateral
lidah, abrasi pada filiform papilae pada dorsum anterior pada lidah, daerah keruh
pada keratosis, stomatitis.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul:
1) Nyeri kronis berhubungan dengan agen biologi (hipersensitivitas saraf)
2) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan neurologis
(disfungsi saraf perifer dan saraf pusat)
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan rasa
18
C. Intervensi Keperawatan
D.
N
I.
1
E. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
J.
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan
gangguan nyeri intraoral
F. TUJUAN
K. Klien akan menelan
kebutuhan gizi sehari-hari
sesuai dengan tingkat
aktivitas dan kebutuhan
metabolik
Berkaitan pentingnya gizi
yang baik
Mengidentifikasi deficience
dalam asupan harian
Berkaitan metode untuk
meningkatkan nafsu makan
G. INTERVENSI
1.
2.
3.
4.
5.
H. RASIONAL
19
Q.
20
R. 2.2 Moniliasis
S. 2.2.1
Definisi
T.
Moniliasis adalah infeksi jamur pada berbagai system organ yang biasanya
terjadi di daerah oral atau popok yang disebabkan oleh organisme Candida
Albicans. Organisme ini dapat menyebabkan lesi yang berisi jamur serupa
yeast yang dapat ditularkan dari infeksi vagina ibu selama persalinan,
penularan dari orang ke orang (mencuci tangan yang buruk), botol, putting,
atau alat lain yang terkontaminasi. Infeksi candida mukokutan, kutan dan
U.
Albicans
AD.
AE. 2.2.2
Anatomi
AF.
Lidah adalah organ muskular yang melekat pada tulang hyoid dan
21
lidah antara lain nervus lingualis, glosofaring dan vagus. Saraf pengecap lidah
mempersarafi oleh nervus fasialis dan nervus glosofaringeus.Sedangkan saraf
motorik mempersarafi otot stiloglosus, hioglosus dan genioglosus.
AI.
Vaskularisasi lidah terdiri dari bermacam-macam pembuluh
darah antara lain :
a Arteri Lingualis
AJ.
Arteri lingualis
merupakan
cabang
dari
arteri
karotis
22
Etiologi
BA.
lain :
a
Faktor umum :
1) Mengunakan gigi tiruan
2) Pengguanaan obat kortikosteroid
3) Penurunan jumlah saliva
4) Diet tinggi gula
b
1)
2)
3)
4)
5)
Faktor sistemik :
Usia ekstrim
Gangguan endokrin (misalnya diabetes).
Penurunan Imun
Penngguanaan antibiotik pada spektrum luas
Kekurangan gizi
23
BE.
BF.
BG.2.2.4
BH.
24
BK.
BL.
Penyakit immunodefsiensi
(AIDS)
BM.
Sisa susu pada mulut bayi
Diabetes dan Leukimia
BN.
Gangguan saluran gastrointestinal yang meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan malnutrisi
Penggunaan kortikosteroidBO.
BP.tak terkontrol
Penggunaan antibiotik yang
BQ.
Defsit Perawatan Diri : Personal Hygiene
Tidak dibersihkan
BR.
BS.
BT.
BU. Sistem imun turun
Mulut bayi kotor
BV.
Sist. Imun yang belum sem
BW.
BX.
Gangguan keseimbangan
fora normal di mulut
Pertumbuhan
(candidajamur
albicans)
Candida yang tak terkontrol
BY.
BZ.
CA.
CB.
CC.
Proses infeksi Jamur Candida
Timbul bercak putih (sel. Epitel)
CD.
di
Mulut
CE.
CF.
CG.
CH.pada mulut
Panas
Lesi pada mukosa bucal
CI.
CJ.
CK.
Nafsu makan turun
menjalar GI track
Dysplasia Berat
CL.
CM.
CN.
Peristaltik Usus
Tidak dapat mengecap rasa
CO.
MK : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penyerapan Cairan dan elektrolit tergangguMK : Resiko cedera
Proses peradangan
25
CP. 2.2.5
Manifestasi Klinis
a. Infeksi superfisial
CQ.
Sebagian kecil dari Candida sering ditemukan di permukaan
mukosa pada pasien yang kelihatannya normal. Infeksi lokal yang menengah
hingga berat biasanya terjadi dari organisme dalam jumlah banyak. Invasi dan
penyebarannya dapat terjadi pada pasien dengan immunokompresi atau pada
orang normal dengan mekanisme pertahanan tubuh yang buruk (seperti injeksi
intravena). Infeksi orofaring terjadi pada paasien HIV/IDS, yang merupakan
imunosupressed atau karena beberapa penyebab seperti diabetes dan penggunaan
antibiotik dalam waktu lama.
CR.
Sariawan biasanya muncul pada minggu pertama pada pasien
neutropenik atau pada pasien dengan AIDS. Ini merupakan karakteristik yang
dapat menjelaskan secara jelas, adanya plak berwarna putih krim pada membran
yang jika dipindahkan akan basah, maserasi dasar dan daerah dengan perdarahan
kecil. Daerah yang terlibat adalah mukosa lidah, gusi, palate atau faring.
CS.
Moniliasis atropik akut dapat menyebabkan nyeri. Di lidah akan
muncul halus dan erosi yang erlokalisasi. Seilitis juga terjadi.
CT.
Leukoplakia moniliasis memiliki kemiripan bentuk dengan leukoplakia
lainnya. Lesi yang menetap, tidak beraturan, adanya bagian putih pada mukosa,
lidah dan are lain dari mulut. Lingkaran kecil dari eritema biasanya mengelilingi
bagian leukoplakia.
CU.
Moniliasis atropik kronis biasanya ditemukan pada pasien dengan
menggunakan gisi palsu. Biasanya berada di gusi atas dan palate dan dicirikan
dengan adanya merah cerah atau eritema kehitaman di pinggiran daerah gigi
palsu, edema, mengkilap dan muncul atropik pada epitel serta seilitis angular.
CV.
Candida juga merupakan penyebab umum dari stomatitis kaku
dengan retakan di sisi mulut. Infeksi esofagus menyebabkan nyeri retrosternal
parah dan disfagia.
b. Ciri-ciri pada kulit
CW.
Infeksi kulit candida biasanya primer atau bisa terjadi candidiasis
mukokutan kronik. Infeksi kulit primer biasanya muncul disekitar kuku dan area
intertriginosa. Candidal intertrigo biasanya muncul pada pasien obesitas dan
merupakan tanda penting pada pasien diabetes. Bagian yang sering terjadi pda
bagian aksila, inguinal dan inframammary. Kandidiasis kongenital muncul pada
saat kelahiran atau berkembang selama beberapa jam setelah lahir. Lesi dimulai
26
berupa warna kemerahan yang menyebar di makulopapular yang secara cepa akan
menjadi vsikular dan kemudian menjadi bolus atau pustular. Kdang-kadang itu
terjadi pada permukaan kulit secara keseluruhan termasuk pada telapak tangan
dan telapak kaki. Penyembuhan terjadi dengan desquamasi.
CX.
Candidiasis pada daerah popok biasanya dimanifestasikan dengan
eritema pustula suborneal, lesi dan pinggiran yang berumbai. Lesi di tangan
mungkin muncul dari candidiasis oral karena mengisap ibu jari.
CY.
Lesi kulit dihubungan dengan candidiasis sistemik yang biasanya
dimulai dari eritema makula, yang mana menjadi papula. (Oskler, dkk. 2004)
c. Infeksi sistemik.
CZ. Menggigil, demam tinggi, penurunan tekanan darah dan beberapa ruam.
(Ayim, 2011)
d. Adanya lesi pada kornea dan konjungtiva karena obstruksi dari saluran
nasolakrimal mungkin disebabkan oleh jamur.
DA.
DB. 2.2.6
Diagnosis Banding
Apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan
menyebabkan kesukaran minum (menghisap puting susu atau dot) sehingga akan
berakibat bayi kekurangan makanan. Oral thrush tersebut dapat mengakibatkan
diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi usus yang bila
dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare. Diare juga dapat
terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama.
27
DK.
usus halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati
dan otak. Jarang ditemukan komplikasi, namun oral thrush merupakan
masalah bagi anak-anak yang sehat dan orang dewasa, dengan demikian,
mungkin Infeksi terjadi berulang. Di sisi lain, pasien dengan kondisi
sistemkekebalan tubuh yang buruk mungkin menderita komplikasi yang
serius dari Candidiasi Albicans. Misalnya, pasien yang terinfeksi HIV
mungkin terserang Candidiasi Albicans pada lidah dan kerongkongannya
sehingga menyebabkan kesulitan mengunyah dan menelan. Di beberapa
kasus, infeksi menyebar ke usus menyebabkan gangguan nutrisi. Selain itu,
infeksi Candida Albicans lebih mungkin untuk menyebar keorgan tubuh
lainnya seperti saluran pencernaan, paru-paru dan hati pada kanker atau
pasien yang terinfeksi HIV.
DL.
DM. 2.2.8 Penatalaksanaan
DN.
Prioritas dalam pengobatan oral candidiasis adalah mengatasi
faktor predisposisi yang dapat diidentifikasi. Oleh karena itu mengkaji
riwayat medis menyeluruh sangat penting dalam proses penatalaksanaan.
Oral hygiene seperti menggosok gigi dan menggunakan obat kumur anti
mikroba dapat mengurangi candida yang ada di rongga mulut. Beberapa obat
kumur menunjukkan aktivitas anti-candida termasuk triclosan, chlorhexidine
gluconate dan formula minyak essential(mengandung ekstrak tanaman alami
seperti timol, eukaliptol dan bioflavanoids).
DO. Antifungal yang digunakan pada penatalaksanaan candidiosis
D P.
i
A n t
f u n g a l
D T .
P o l
y e n e s
a .
N y s
D Q .
a
cin
K e r j a
DR.
D Y .
EA.
emberi
an
DV.
t a t i n
b. Amphoteri
C a r
penatalaksanaan
DW.
o p i c a
l
E B .
C
T
o p i c a
28
o l e s
a. Fluconaz
EE.Menghambat biosintesis
EF.
ergosterol
EH.
E I .
ole
EJ. PMC,
i s t e m
b. Miconaz
EK.
ole
c. Ketoconaz
ole
d. Clotrimaz
e. Itraconaz
i k
E L .
o p i k a
l
EO. Topikal/s
EQ.
istemik
E R .
ET.
ole
C
EP. PMC,
E
o p i k a
C
E V. P M C ,
i s t e m
f . V or i c o n a z
EW.
ole
i k
E X .
CHC
EY.
i s t e m
g. Posaconaz
EZ.
ole
i k
F A .
FB.
i s t e m
FC.5-
FD. Penghambatan
flucytosin
e
FH. Echinoca
ndins
a. Caspofungin
b. Micafungin
c. Anidulafungi
DNA / protein
FE.sintesis
FI. Menghambat 1, 3
D-glucan
FJ. synthesis
i k
FF. Sistemik, sering dikombinasikan
FG.
dengan amphotericin
FK.
AEC,
CHC
T
l
E U .
AEC,
CHC
EN.
ole
n
FM.
FN.
FO.
FP.
FQ.
FR.
FS.
EG.
ntrave
na
Keterangan:
CEC: chronic erythematous candidosis
PMC: pseudomembranous candidosis
AEC: acute erythematous candidosis
CHC: chronic erythematous candidosis
Nistatin digunakan sebagai salep atau suspensi oral.
Amfoterisin B digunakan sebagai tablet hisap.
FL.
AEC,
29
FT.
FU.
FV.
30
C. Intervensi Keperawatan
GJ.
N
GK. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan
gangguan nyeri intraoral
GL. TUJUAN
GQ. Klien akan menelan
kebutuhan gizi sehari-hari
sesuai dengan tingkat
aktivitas dan kebutuhan
metabolik
Berkaitan pentingnya gizi
yang baik
Mengidentifikasi deficience
dalam asupan harian
Berkaitan metode untuk
meningkatkan nafsu makan
GM. INTERVENSI
8.
GN. RASIONAL
31
GX.
GY.
GW.
32
GZ. BAB 3
HA. PENUTUP
HB. 3.1 Kesimpulan
HC.
Burning Mouth Syndrome adalah karakteristik dengan sensasi nyeri
seperti terbakar di daerah mukosa mulut dalam jangka waktu yang lama
tanpa penyebab lokal atau sistemik yang terdeteksi (Avivah, 2001).
HD.
Moniliasis adalah infeksi jamur pada berbagai system organ yang
biasanya terjadi di daerah oral atau popok yang disebabkan oleh organisme
Candida Albicans. Organisme ini dapat menyebabkan lesi yang berisi jamur
serupa yeast yang dapat ditularkan dari infeksi vagina ibu selama persalinan,
penularan dari orang ke orang (mencuci tangan yang buruk), botol, putting,
atau alat lain yang terkontaminasi. Infeksi candida mukokutan, kutan dan
diseminata dapat terjadi pada kelompok neonates (Wong, 2009).
HE.
33
promotion. USA.
HN.Avivah. 2001. Sindroma mulut terbakar sebagai akibat penyakit hormonal
dan penyakit defisiensi nutrisi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
HO.Bakhtiari, S, et al. 2010. Correlation between burning mouth syndrome and
anxiety in the elderly inmates of sanitaria in teheran. Journal of Dental
Research, Dental Clinics, Dental Prospects 2010; 4 (2): 37-41.
HP. Barker, KE. 2005. Burning mouth syndrome: an update on recent findings.
Australian Dental Journal 2005; 50: (4): 220-223.
HQ.Cameron, Angus C. 2008. Handbook of pediatric dentistry. Australia : Mosby
Elsevier.
HR. CDC. 2012. Oral candidiasis statistics. USA: Centers for Disease Control
and Prevention.
HS. Doengoes, Marilyn E. dkk. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
HT. Eusterman, Vincent D. 2012. Burning Mouth Syndrome. Tersedia pada URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1508869-overview#a30.
Diakses
of
Oral
Microbiology
3:
5771
1-11.
34
IA. Mitchell, Richard N. 2006. Pocket companion to robbins and cotran pathol.
Singapore : Elseiver.
IB.
Nallaswamy. 2008. Textbook of prosthodontics. Jaypee. India.
IC. Oskler, dkk. 2004. Disesae of EYE and skin. Colour Atlas. Lippincolt
ID.
USA
IE. Putri, Aldila P. 2012. Pengaruh status menopause terhadap burning mouth
syndrome. Jurnal Media Medika Muda, Skripsi 2012 FK Universitas
Semarang.
IF. Scala A, Checchi L, Montevecchi M, Marini I, Giamberardino MA. 2003.
Update on burning mouth syndrome: overview and patient management. Crit
Rev
Oral
Biol
Med
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12907696
14:
diakses
27591.
tanggal
23