Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Andrixinata B
Anita Widyawati
Rosi Rosidah Jajili
Fitrah Sumacipta
Adnan Najira
A34070016
A34080018
A34080029
A34080051
A34080100
Dosen:
Dr. Ir. Gede Suastika, MSi
Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSi
Dr. Ir. Yayi Munara Kusumah, MSi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman cabai (Capsicum annum Var.) merupakan salah
satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi
penting di Indonesia. Cabai merupakan tanaman perdu dari
famili terongterongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum
sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru
dan menyebar ke negaranegara benua Amerika, Eropa dan Asia
termasuk Negara Indonesia.
Tanaman
cabai
mempunyai banyak
ragam
tipe
pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20
spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya.
Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis
saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan
paprika. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi
dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat,
Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain digunakan untuk
keperluan rumah tangga, cabai juga dapat digunakan untuk
keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan,
industry makanan dan industri obatobatan atau jamu. Buah
cabai ini selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga
mempunyai
kapasitas menaikkan
pendapatan
petani.
Disamping itu tanaman ini juga berfungsi sebagai bahan
baku industri, yang memiliki peluang eksport, membuka
kesempatan kerja.
Tanaman cabai (Capsicum annum Var.) merupakan tanaman sayuran yang
tergolong taaman setahun, berbentuk perdu, dari suku (famili) terong terongan
(Solanaceae) (Aripin & Lubis 2003). Berdasarkan data statistik, pada tahun 2008
total areal pertanaman sayuran Indonesia sebesar 990,915 ha dan 20.46% di
antaranya ditanami komoditas cabai. Meskipun demikian, rata-rata produktivitas
cabai di Indonesia tahun 2008 baru mencapai 5.36 ton per hektar, sedangkan
potensi hasil yang dapat dicapai adalah 1721 ton per hektar (Daryanto 2010).
Upaya peningkatan produktifitas tanaman cabai telah
banyak dilakukan mulai dari modifikasi dalam teknik budidaya,
pengelolaan hama dan penyakit, hingga teknologi genetika.
Hama dan penyakit tanaman masih menjadi faktor pembatas
yang sangat berpengaruh dalam proses budidaya tanaman
cabai. Penyakit yang menyerang tanaman dapat disebabkan oleh beberapa
patogen diantaranya yaitu virus, bakteri, cendawan, dan nematoda. Salah satu
tanaman yang terserang adalah tanaman cabai.
Penyakit yang disebabkan oleh virus, diantaranya cucumber mosaic virus
(CMV), tobacco etch virus (TEV), tobacco mosaic virus (TMV), potato virus Y
(PVY), dan chilli veinal mosaic virus (CVMV). Penyakit yang disebabkan oleh
virus cukup sulit dikendalikan. Upaya pengendalian penyakit oleh virus
TINJAUAN PUSTAKA
Transformasi genetik
Transformasi merupakan teknik manipulasi genetik yang telah banyak
dilakukan pada tanaman termasuk tanaman pertanian melalui media
Selama
Agrobacterium.
ini
transfer
gen
dengan
Agrobacterium
maupun
untuk
meningkatkan
produksi
tanaman.
telah
berhasil
dilakukan
dengan
tiga
metode
yaitu
Virus mosaik ketimun adalah virus tanaman yang berbentuk polyhedral dengan
diameter 28 nm, menginteksi lebih dari 775 spesies tumbuhan dalam 67 famili
dan dapat ditularkanoleh75 spesies afid secara non-persistent(MurantdanMayo,
1982).
Virus mosaic ketimun mempunyai kisaran inang yang sangat luas, terdapat
pada tanaman sayuran, tanaman hias dan tanaman buah-buahan. Selain menyerang
tanaman ketimun, virus mosaic ketimun juga dapat menyerang melon, labu, cabai,
bayam, tomat, seledri, bit, tanaman polong-polongan, pisang, tanaman famili
Crucitereae, delphinium, gladiol, lili, petunia, zinia dan beberapa jenis gulma
(Agrios,1988).
Di beberapa negara, virus mosaik ketimun telah menyebabkan penyakit
yang berat pada tanaman tertentu. Virus mosaikketimun terdapat hampirdi semua
negara dan strain yang berbeda sifat biologinya telah dilaporkan dari berbagai
tempat. Virus mosaik ketimun mempunyai banyak strain, oleh karena itu
mempunyaijumlah inang yang banyak serta gejala yang ditimbulkan beragam.
Virus mosaik ketimun mempunyai tiga genom RNA untai tunggal yang
disebut RNA-1, RNA-2 dan RNA-3, serta RNA-4 yang merupakan sub genom
dari RNA-3. bobot molekulnya (X 106) masing-masing adalah 2.7,1.13,0.82 dan
0.36 (Takanami, Kubo dan Imaizumi, 1977). RNA-1 dan RNA-2 adalah bagian
yang terpisah, tetapi RNA-3 dan RNA-4 terbungkus bersama (Lot dan Kaper,
1976). Selain komponen RNA tersebut, juga dilaporkan komponen lain
denganbobotmolekul (X106) adalah 0.26 (RNA-4a) , 0.11 (RNA-5),0.01-0.05
(RNA-6) dan 0.5 (RNA-X) (Peden dan Symons, 1973). Hanya RNA-5 yang telah
banyak dipelajari lebih lanjut(Murant dan Mayo, 1982).
RNA-5 adalah salah satu satelit RNA dari virus mosaic ketimun, karena
multiplikasinya bergantung pada virus mosaikketlmunserta tidakesensial untuk
replikasi virus mosaik ketimun (Murant dan Mayo, 1982). Untuk membedakan
dengan RNA lain,makasatelitRNA-5 yangterdapatpada virus mosaic ketimun
disebut CARNA (=RNA-5 yang berasosiasi dengan CMV) (Kaper dan
Tousignant, 1977).
Jumlah satelit RNA-5 yang terdapat pada virus mosaik ketimun sangat
beragam, bergantung pada strain virus mosaik ketimun sebagaivirus penolong dan
spesies tanaman inang. Pada kebanyakan isolat virus mosaik ketimun jumlah
satelitnya sedikit dan sering tidak terdeteksi bila diperbanyak pada Cucurbita
papo, tetapi meningkat jumlahnya setelah ditularkan ulang pada Nicotiana
tabacum (Kaper dan Tousignant, 1977). Dengan meningkatnya jumlah satelit,
jumlah
virus
penolong
dan
infektifitasnya
menurun.Hal
ini
disebabkanadanyapersainganRNA satelitdengan RNA virus mosaik ketimun
dalam replikasinya (Murant dan Mayo, 1982).
Pada tahun 1977 isolat CMV (S) yang mengandung RNA satelitditemukan
merangsang penyakit nekrotik fetal pada tomat (Lycopersicon esculentum)
menggantikan gejala klorosis dan daun pakis (fern-leaf) yang secara normal
merupakan gejala yang disebabkan olehCMV (S) sendiri (Murant dan Mayo,
1982).
Pada dua strain virus mosaic ketimun lain, penambahan RNA satelit ke
inokulum virus mosaic ketimun menyebabkan gejala nekrotik berat yang sama
pada tomat, tetapi menyebabkan pelemahan gejala pada cabai (Capsicum
frutescens), jagung manis (Zea mays), tembakau dan beberapa inang lain.
StrainCMV (JY) yang mengandung satelit RNA menyebabkan nekrotik letal I
pada tomat, tetapi juga menyebabkan mosaic kuning yang jelas pada tembakau
dan beberapa spesies Nicotiana yang lain. Sedangkan gejalanya tanpa
satelit adalah mosaik kuning (Takanami,1981) (Siregar, 2003).
PEMBAHASAN
Cucumber mosaic virus (CMV) adalah penyebab penyakit yang kompleks
pada tanaman cabai. Berbagai usaha telah dilakukan untuk dapat mengendalikan
penyakit akibat CMV ini, akan tetapi usaha tersebut kurang memberikan hasil
yang efektif. Untuk itu, diperlukan tanaman yang resisten terhadap infeksi virus.
Pembuatan tanaman transgenik dengan rekayasa genetika memerlukan beberapa
komponen rekayasa genetika diantaranya: 1) tersedianya gen spesifik yaitu gen
antivirus (gen coat protein CMV), 2) tersedianya teknik indroduksi gen CP ke
dalam genom tanaman cabai dan regenerasi cabai transgenik yang diperoleh, dan
3) ekspresi gen CP pada tanaman transforman.
Pembuatan tanaman cabai resisten CMV yaitu dengan membuat tanaman
transgenik cabai dengan metode transformasi gen melalui bantuan vektor bakteri
Agrobacterium tumefaciens. Proses pembuatan tanaman transgenik dilakukan
dalam beberapa tahapan diantaranya isolasi, kloning, dan kontruksi gen ketahanan
terhadap CMV. Setelah konstruksi gen ketahanan terhadap CMV diperoleh maka
dilakukan beberapa tahapan yaitu menginduksikan gen ketahanan terhadap CMV
(gen CP CMV) ke dalam tanaman cabai, analisis molekuler tanaman transgenik,
dan uji ketahanan tanaman transgenik, juga pewarisan sifat gen CP CMV pada
regenerasi tanaman cabai.
Konstruksi Gen CP CMV pada Agrobacterium
Teknik rekayasa genetika merupakan salah satu teknik yang menjanjikan
untuk mendapatkan tanaman yang resisten terhadap penyakit virus. Tanaman
cabai transgenik yang tahan terhadap CMV merupakan tanaman cabai yang
mengandung gen ketahanan virus (coat protein PVY/CP PVY) (Siregar,
Khardinata 2005). Untuk memperoleh gen ketahanan terhadap CMV (gen CP
CMV) yang siap diintroduksikan ke dalam genom tanaman cabai, diperlukan
pekerjaan yang meliputi isolasi, kloning, dan konstruksi gen ketahanan.
Alat dan bahan yang digunakan dalam mengonstruksi gen ketahanan ini
antara lain primer spesifik berdasarkan urutan nukleotida spesifik CP CMV, vector
plasmid, vector transformasi, enzim restriksi, enzim ligase, E. coli DH5, primer
M13, pCAMBIA 1301, pCAMBIA 1304, Agrobacterium EHA101,
Agrobacterium EHA105, antibiotik tetracycline, rifampicin, kanamycin, dan alatalat untuk pekerjaan molekuler.
Metode-metode yang dilakukan dalam merakit gen ketahanan CP CMV
meliputi disain primer oligonukleotida gen CP CMV, ekstraksi RNA total dari
PENUTUP
Kesimpulan
Perakitan tanaman cabai transgenik tahan terhadap penyakit Cucumber
Mosaic Virus (CMV) dilakukan melalui konstruksi gen ketahanan CP CMV,
kemudian transformasi gen ke dalam gen Agrobacterium tumefaciens, lalu
introduksi gen ke dalam genom tanaman cabai. Tanaman cabai yang telah
diitroduksi genom, kemudian diuji ketahanannya terhadap CMV dan pewarisan
sifat gen CP CMV-nya.
DAFTAR PUSTAKA
Akin HM. 2005. Kepatogenan satelit RNA yang berasosiasi dengan Cucumber
Mosaic Virus (CMV-satRNA) pada tanaman cabai. HPT Tropika 5(1): 3741.
Aripin K, Lubis L. 2003. Teknik pengelolaan hama terpadu (PHT) pada tanaman
cabai (Capsicum annum) di dataran rendah. Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara.
Daryanto A , Sujiprihati S, Syukur M. 2010. Heterosis dan daya gabung karakter
agronomi cabai (Capsicum annuum L.) hasil persilangan half diallel. J.
Agron 38 (2): 113-121.
Siregar EBM. 2004. Uji virus mosaik ketimun-satelit RNA-5 dalam
memproteksi tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) terhadap virus
mosaik ketimun patogenik (Siregar 2004).
Siregar EBM. 2005. Kontruksi gen CP CMV pada Agrobacterium. Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Siregar EBM, Khardinata EH. 2005. Rekayasa Genetika Tanaman Cabai
(Capsicum annum L.) Tahan Virus Mosaik Ketimun (CMV). Jurnal
Komunikasi Penelitian 17 (2): 30-36.
Sunarlim N, Sutrisno. 2003. Perkembangan penelitian bioteknologi pertanian di
Indonesia. Tinjauan Ilmiah Riset Biologi dan Bioteknologi Pertanian 6 (1).