You are on page 1of 22

5

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Sejarah dan Profil Perusahaan PT Bangka Belitung Timah Sejahtera


(PT BBTS)
PT Bangka Belitung Timah Sejahtera atau disingkat PT BBTS didirikan

dengan akte notaris Eva Sabarina Siregar, S.H Nomor 06 tanggal 14 Maret 2004,
memulai bisnisnya pada tahun 2007 yang bergerak pada usaha pertambangan
umum, dari penyelidikan umum, eksplorasi dan eksploitasi. Perusahaan ini
didirikan dengan tujuan menggali potensi sumberdaya alam khususnya dengan
prinsip pertambangan yang dilakukan dapat dimanfaaatkan untuk kepentingan
bersama dengan jangka waktu yang tak terbatas untuk kemaslahatan dan
kemakmuran masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta untuk
mengangkat harkat martabat perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang
usaha tambang, khususnya usaha pertambangan timah, sehingga dapat bersaing
dengan pangsa pasar nasional dan internasional (Sumber: Company Profile
PT Bangka Belitung Timah Sejahtera). Adapun visi dan misi PT Bangka Belitung
Timah Sejahtera (PT BBTS) yaitu :

Visi
Membangun bisnis pertambangan yang sejahtera dan berkesinambungan.
Misi
1. Mengembangkan pola sistem pertambangan yang berkelanjutan
2. Menyediakan ketersediaan timah bagi perusahaan smelter swasta maupu
badan usaha milik pemerintah atau daerah
3. Mendukung terciptanya iklim investasi pertambangan yang kondusif
4. Melakukan jasa usaha pertamabangan yang berkemitraan dan berkeadilan
5. Meningkatkan kompetensi bisnis pertimahan pada pangsa pasar nasional
dan internasional
Kegiatan utama (core business) yang dilakukan oleh perusahaan

PT Bangka Belitung Timah Sejahtera (PT BBTS) yaitu sebagai penyedia jasa
pertambangan khususnya dibidang pertimahan, menyediakan kebutuhan pasir
timah khususnya smelter-smelter swasta yang ada di Bangka Belitung, penyedia
jasa design dan pelaksana reklamasi tambang dan mengembangkan bidang usaha

lain, seperti rumah sakit, pendidikan, jasa cargo, waralaba, dan lain-lain. Pada
tahun 2015 perusahaan bekerjasama dengan enam (6) smelter antara lain PT
Donna Kembara Jaya, PT DS Jaya Abadi, CV United Smelting, PT Stanindo Inti
Perkasa, PT Kijang Jaya Mandiri, dan CV Tiga Sekawan (Sumber: Company
Profile PT Bangka Belitung Timah Sejahtera). Adapun kontribusi perusahaan
dalam program pengembangan masyarakat meliputi bidang-bidang:
1) Bidang Lingkungan
a. Melaksanakan reklamasi pasca tambang
b. Melaksanakan pelatihan kesehatan, keselamatan kerja (K3) bagi pekerja
tambang dan smelter
c. Pembinaan dan pelatihan bagi penambangan skala kecil
d. Penerapan prinsip penambangan yang berwawasan dan berkelanjutan
2) Bidang Ekonomi
a. Pengembangan pola mitra sejahtera melalui pendirian koperasi-koperasi

3)
4)

5)
6)

2.2

kecil untuk menyalurkan kredit lunak bagi petani tidak mampu


b. Pembinaan/pengembangan usaha kecil
Bidang Hukum
Advokasi hukum bagi masyarakat.
Bidang Sosial
a. Pemberian bantuan/santunan bagi masyarakat tidak mampu
b. Pemberian bantuan sarana dan prasarana fasilitas sosial dan budaya
c. Pemberian bantuan sarana dan prasarana rumah ibadah
Bidang Pendidikan
a. Pemberian beasiswa bagi siswa berpretasi dan kurang mampu
b. Pemberian bantuan sarana dan prasarana pendidikan
Bidang Kesehatan
a. Pendirian medical center
b. Pemberian bantuan layanan kesehatan bagi masyarakat yang tidak mampu
Kondisi Umum, Geologi dan Keadaan Endapan Desa Riau,
Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka

2.4.1 Kondisi Umum


1. Lokasi dan Luas Wilayah Izin KP Eksplorasi
Lokasi permohonan izin KP Eksplorasi terletak di Desa Riau, Kecamatan Riau
Silip, Kabupaten Bangka dengan luas areal yang dimohonkan sebesar 70 Ha
berdasarkan

izin

KP

Eksplorasi

Kabupaten

Bangka

Nomor:188.45/604/Tamben/2007 dengan koordinat permohonan eksplorasi di


bawah ini:

Tabel 2.1 Koordinat lokasi permohonan Izin KP Eksplorasi

No

Garis Bujur

Garis Lintang

Bujur Timur (BT)

Lintang Selatan (LS)

BT

LS

105

51

30.16

BT

42

51.72

LS

105

52

9.25

BT

42

51.70

LS

105

52

9.26

BT

43

15.38

LS

105

51

48.42

BT

43

15.39

LS

105

51

48.42

BT

43

4.93

LS

105

51

30.16

BT

43

4.94

LS

(Sumber: Dokumen Studi Kelayakan PT BBTS)

2. Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat


Lokasi blok penambangan secara administrasi terletak di Desa Riau,
Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka dengan luas areal 70 Ha. Akses menuju
lokasi dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda empat (mobil) maupun
kendaraan roda dua (motor) dari Kecamatan Merawang dan Kecamatan Sungailiat
ke utara melalui Kelurahan Sinar Jaya, Sinar Baru dan Desa Cit dengan kondisi
jalan aspal dan menuju ke lokasi tambang merupakan jalan tanah sejauh kurang
lebih 65 Km dengan memekan waktu kurang lebih 1 jam dari Pangkalpinang.
3. Keadaan Lingkungan Daerah
Penduduk di daerah Desa Riau, Kecamatan Riau Silip terdiri dari Suku
Melayu Bangka, Palembang, Bugis, Cina dan Jawa dengan agama mayoritas
adalah Islam dan sebagian kecil Kristen, Budha dan Konfucuisme. Rona awal
lingkungan hidup merupakan gambaran tentang keadaan lingkungan sekitar lokasi
rencana kegiatan. Dalam lingkungan tidak semua komponen lingkungan akan
ditelaah secara rinci, kecuali terhadap komponen lingkungan yang diperkirakan

mengalami perubahan besar dan akan menyebabkan dampak terhadap komponen


lainnya.
Iklim di daerah penelitian atau Pulau Bangka pada umumnya adalah termasuk
iklim tropis basah. Curah hujan hampir sepanjang tahun dengan jumlah tahunan
sekitar 142,06 mm per tahun. Suhu udara tidak menunjukkan perbedaan yang
berarti antara musim panas dan musim penghujan, yaitu rata-rata 26,5 C dengan
tingkat kelembaban udara antara 85-91.
Berdasarkan pengamatan di lapangan tipe vegetasi yang terdapat di sekitar
lokasi kegiatan umumnya adalah kawasan hutan sekunder, vegetasi semak belukar
merupakan kawasan resapan air dan sekitarnya.Jenis fauna yang dijumpai di
lokasi kegiatan masih banyak ditemukan jenis-jenis burung atara lain : burung
pipit, punai, perbak, tekukur, kutilang dan lainnya. Tingginya keanerakaragaman
jenis burung di sekitar lokasi ini disebabkan karena adanya tipe vegetasi hutan
sekunder, semak belukar, serta perkebunan masyarakat yang menjadi habitat
berbagai burung.Hewan reptil yang masih dijumpai disekitar lokasi rencana
kegiatan berdasarkan pengamatan survei lapangan dan informasi masyarakat
adalah ular, kadal, dan biawak. Sedangkan jenis mamalia yang terdapat di sekitar
lokasi antara lain musang, kelelawar dan babi.
4. Topografi dan Morfologi
Bentang alam Pulau Bangka secara umum merupakan dataran rendah yang
relatif rata, kecuali di daerah-daerah tertentu bergelombang (berbukit) dengan
puncak sejumlah gunung yang masing-masing letaknya sangat terpisah.Secara
morfologi daerah blok penambangan. Desa Riau, Kecamatan Riau Silip
merupakan dataran rendah hingga dataran pantai dengan ketinggian 25 m diatas
permukaaan laut.
2.2.1 Geologi dan Keadaan Endapan
2.2.2.1 Geologi
a. Litologi
Litologi yang terdapat di dalam blok penambangan Desa Riau, Kecamatan
Riau Silip dari sekis, filit, kuarsit, dan endapan alluvial. Pulau Bangka tersusun
dari formasi batuan beku dan sedimen.batuan sedimennya terdiri atas lapisan
tanah liat, lempung, lempung pasiran dan lainnya.Endapan alluvial yang dijumpai

berupa perselingan pasir, lempung, kerikil, pasir lempungan (claysand) dan


lempungan pasiran (sandclay).
b. Struktur
Struktur geologi endapan alluvial yang terdapat pada lapisan pasir atau kerikil
kasar yang terletak di atas batuan dasar Pra-Tersier, maupun batuan granit yang
lapuk, tetapi kadang-kadang ditemukan bersama-sama dengan bongkahanbongkahan batu atau batu guling yang terdiri atas batupasir yang berukuran dari
beberapa cm hingga puluhan cm, serta kadang-kadang tersementasi kuat dengan
oksida dengan komponen-komponen lainnya.
2.2.2.2 Keadaan Endapan
a. Bentuk dan Penyebaran Endapan
Berdasarkan data eksplorasi, lapisan timah yang berada pada kedalaman
medium, memiliki kemenerusan pada kedalaman yang relatif sama serta terbentuk
di atas lapisan kong (bedrock).Endapan alluvial merupakan endapan bijih timah
yang mengalami pelapukan dan erosi, lalu mengalami proses transportasi aliran
sungai.Dari pengamatan bentuk kristal subrounded-rounded, ukuran butir mineral
timah bervariasi antara medium-fine, bentuk topografi dan jarak transportasi dari
batuan granit (source rock) dapat diinterpretasikan bahwa endapan timah daerah
blok penambangan Desa Riau, Kecamatan Riau Silip adalah tipe endapan alluvial
(moderate placer).
b. Sifat dan Kualitas Endapan
Kualitas endapan timah sangat dipengaruhi mineral pengotornya (kuarsa,
zirkon, ilmenit, monazit) akan berpengaruh pada proses pencucian. Pada lokasi
yang akan ditambang, umumnya mineral pengotornya didominasi kuarsa,
sedangkan mineral lainnya yang sangat kecil persentasenya sehingga bisa
dianggap ekonomis dan layak untuk ditambang.
c. Cadangan
1. Cara Perhitungan Cadangan
Dari nilai grade yang dikalikan dengan influence area (luas daerah pengaruh)
secara interpretasi thick of wash (tebal lapisan bertimah) maka akan didapat
cadangan timah daerah yang di eksplorasi. Selain itu juga dapat diketahui berapa
tebal lapisan penutup atau overburden daerah tersebut sehingga akan didapat nilai

10

SR (Stripping Ratio). Dari nilai SR dan perbandingan jumlah cadangan timah


(mineable reserve) maka akan diketahui apakah daerah yang di eksplorasi tersebut
ekonomis dan layak untuk ditambang.
2. Klasifikasi dan Jumlah Cadangan
Dengan mengacu pada cut off grade saat ini sebesar 0,25 kgSn/m3 diperoleh
area yang memiliki potensi seluas 32 Ha dengan whole of hole 0,25 KgSn/m3
dengan wash grade 0,68 kgSn/m3. Ketebalan overburden rata-rata adalah 6 m,
sedangkan ketebalan lapiasan yang mengandung timah rata-rata 3 m. Dari
perbandingan overburden dan ketebalan timah (wash) dapat diambil kesimpulan
stripping ratio daerah penambangan blok Desa Riau adalah 1: 2.
Berdasarkan data tersebut dapat di estimasi jumlah cadangan timah (mineable
reserve) pada blok Desa Riau sebesar 652,80 tonSn pada areal seluas 32 Ha.
2.3

Sistem dan Tata Cara Penambangan, Pengolahan / Pemurnian

2.3.1

Sistem Penambangan
Sistem penambangan yang sesuai untuk melakukan penambangan timah

alluvial adalah dengan metoda tambang terbuka (open pit mining). Beberapa
peralatan yang digunakan adalah peralatan yang umum digunakan dalam
penambangan seperti alat-alat berat untuk pengupasan overburden, sesuai dengan
sifat fisik endapan dan materialnya digunakan dengan cara penyemprotan untuk
memberai dari endapan tersebut yang selanjutnya material akan terbawa
bersamaan dengan air yang mengalir menuju lubang penampungan (camuy)
kemudian diproses untuk mendapatkan konsentrat bijih timah (Ichwan Azwardi,
2012:7).
Monitor berfungsi sebagai alat gali dengan cara menyemprotkan air
berkecepatan dan bertekanan tinggi (jet) untuk memberai materal tanah (Ichwan
Azwardi, 2012:109). Monitor yang digunakan dengan ukuran 1,5 sebanyak
2 buah sehingga membentuk slurry (lumpur) dengan perbandingan tanah dan air
(persen solid) 15 20%. Setelah terbentuk lumpur, material dialirkan ke sumuran
(lubang camuy) dan dipompakan menuju instalasi pencucian. Material
ditransportasikan menggunakan pipa jenis HDPE (High Density Polyethylene)

11

dengan ukuran diameter 8 menuju palong/sakan (Dokumen RKAB Kabupaten


Bangka Selatan PT BBTS, 2015).
Selanjutnya dilakukan pencucian tahap awal menggunakan palong/sakan.
Palong (sakan) yang disebut juga sluice box umum digunakan oleh tambang
rakyat atau tambang-tambang skala kecil maupun beberapa tambang besar sebagai
alat pencucian bijih timah (Ichwan Azwardi, 2012:129). Palong/sakan dilengkapi
riffle berupa balok dengan fungsi penahan material dengan berat jenis tinggi dan
pembentuk aliran turbulen. Material dari bak penampung dialirkan dan disemprot
dengan air melalui pipa-pipa air menuju tiap race palong. Material dengan berat
jenis tinggi akan mengendap pada balok sekat (riffle) dan material dengan berat
jenis rendah akan mengalir ke tailing sump sebagai over flow. Pada tahap
pencucian awal ini akan dihasilkan konsentrat basah dengan kadar timah 40%
60% (Dokumen RKAB Kabupaten Bangka Selatan PT BBTS, 2015).
2.3.2

Tahap Pengolahan
Pengolahan bahan galian (mineral dressing) merupakan kegiatan lanjutan

dari penambangan dimana produk tambang/bahan galian yang masih banyak


mengandung mineral pengotor (gangue minerals) akan diolah/dicuci untuk
memisahkan mineral berharga yang disebut dengan konsentrat dengan mineral
pengotornya (gangue minerals). Metode pengolahan mineral/bahan galain
berdasarkan sifat fisik umunya digunakan untuk memisahkan pengotor dari
mineral berharganya tanpa terjadi perubahan kimia (struktur kristal). Sifat-sifat
fisik yang dimiliki mineral meliputi: ukuran butir, berat jenis, permukaan,
kemagnitan, konduktifitas listrik dan sifat optik (A Taufik Arief, 2014:15).
Konsentrat timah basah akan kembali diolah pada tahapan pencucian yang
kedua menggunakan alat willoughby yang memisahkan mineral dengan prinsip
perbedaan berat jenis dengan bantuan media air. Pada tahap ini akan dihasilkan
konsentrat timah basah dengan kadar timah 70% 74%. Selanjutnya konsentrat
timah basah tersebut akan dikeringkan untuk mengurangi kadar air menggunakan
peralatan penggorengan sederhana sehingga dihasilkan konsentrat timah kering
dengan kadar timah 70% - 74% sebagai bahan baku proses peleburan (Dokumen
RKAB Kabupaten Bangka Selatan PT BBTS, 2015).

12

Gambar 2.1 Diagram Alir Penambangan dan Pengolahan Konsentrat Timah


(Sumber:Dokumen RKAB Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2015 PT BBTS)

2.3.3

Tahap Peleburan dan Pemurnian


Setelah didapatkan konsentrat timah kering maka tahapan selanjutnya akan

dilakukan proses peleburan dan pemurnian konsentrat timah sehingga dihasilkan


balok timah batangan. Tahapan proses peleburan dimulai dari preparasi yaitu
penyiapan bahan baku yang terdiri dari konsentrat timah, antracite, limestone
(batu kapur) dan bahan sirkulasi yang terdiri dari fine dross. Selanjutnya
dilakukan peleburan menggunakan tanur pada suhu 1.100oC 1.400oC sehingga
dihasilkan timah mentah. Selanjutnya akan masuk pada tahapan pemurnian yang
menggunakan metode pyro-refining dan euthectic refining (Dokumen RKAB
Kabupaten Bangka Selatan PT BBTS, 2015).
Pada tahap pyro-refining proses pemurnian dilakukan menggunakan ketel
yang dipanaskan di atas burner dengan suhu 300oC sehingga dihasilkan logam
timah. Selanjutnya untuk proses euthectic refining dilakukan menggunakan alat
Crystaliser yang berfungsi untuk menurunkan kadar timbal (Pb). Tahapan
selanjutnya adalah pencetakan (casting) balok timah yang sudah siap ekspor
dengan produk balok timah berupa standar tin (Pb = 300 ppm) dan low lead tin
(Pb < 100 ppm) (Dokumen RKAB Kabupaten Bangka Selatan PT BBTS, 2015).

13

Gambar 2.2 Diagram Alir Peleburan / Pemurnian Konsentrat Timah


(Sumber:Dokumen RKAB Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2015 PT BBTS)

2.4

Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dan Dasar Hukum


Menurut Yulianto dkk (2010) RKAB merupakan suatu acuan bagi pe-

rusahaan

yang

bersifat

terukur

untuk melakukan

kegiatan

operasional

penambangan terkait dengan beberapa aspek yang mengacu pada beban biaya
yang dibelanjakan dan hasil keuntungan yang diperoleh selain sebagai komitmen
perusahaan dengan adanya kontribusi bagi penerimaan negara. Bagi pemerintah
RKAB dijadikan sebagai acuan untuk melakukan kontrol dan monitoring serta
evaluasi terhadap kinerja perusahaan sebagai wujud komitmen perusahaan yang
berkontribusi bagi negara. RKAB sebagai bentuk rencana perusahaan tambang
yang disusun sebagai pedoman bagi perusahaan tambang untuk periode satu tahun
ke depan. Pembahasan RKAB meliputi beberapa aspek yang merupakan manifestasi kegiatan yang dipertanggungjawabkan ke negara
Perusahaan tambang diwajibkan untuk melakukan penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Belanja Negara (RKAB). Setelah mendapat persetujuan

14

RKAB, perusahaan berhak dan wajib melakukan kegiatan operasional sesuai


dengan rencana yang telah ditetapkan dalam persetujuan RKAB tersebut (Yulianto
dkk, 2010). Hal ini berdasarkan PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal 101 yang berbunyi: 1)
Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari
hasil eksplorasi dan operasi produksi kepada menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, 2) Pemegang IUP yang
diterbitkan oleh bupati/walikota wajib menyampaikan laporan tertulis secara
berkala atas rencana kerja dan anggaran biaya pelaksanaan kegiatan usaha
pertambagan mineral atau batubara kepada bupati/walikota dengan tembusan
menteri dan gubernur.
Dalam dokumen RKAB terdapat persetujuan mengenai kegiatan
operasional penambangan yang terbagi menjadi beberapa aspek yang akan
dilakukan pengawasan oleh pemerintah. Adanya achievement dan deviasi dalam
realisasi rencana kegiatan dalam persetujuan RKAB akan dipertanggungjawabkan
ke dalam penilaian kinerja per triwulan dan per semester. Seiring berjalannya
kegiatan operasional yang dilakukan masih terdapat beberapa kendala yang
menjadikan rencana dalam persetujuan RKAB direkomendasikan untuk direvisi.
(Yulianto dkk, 2010). Menurut Yulianto dkk (2010), adapun aspek yang dibahas di
pembahasan RKAB meliputi:
1) Aspek Eksplorasi
2) Aspek Cadangan
3) Aspek Studi AMDAL
4) Aspek Konstruksi dan Investasi
5) Aspek Operasi Penambangan
6) Aspek Pemasaran
7) Aspek Tenaga Kerja dan Pelatihan
8) Aspek Pengembangan Masyarakat
9) Aspek Lingkungan
10) Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja
11) Aspek Keuangan
Aspek-aspek yang telah disebutkan di atas merupakan pokok-pokok yang
dijadikan patokan dalam Persetujuan RKAB tahun berikutnya. Evaluasi juga
dilakukan terhadap realisasi RKAB tahun sebelumnya, yakni mengevaluasi
tingkat pencapaian keberhasilan dengan rencana yang telah disetujui oleh

15

pemerintah. RKAB merupakan alat kontrol pemerintah melakukan monitoring


dalam pengawasan aspek-aspek yang telah menjadi komitmen tersebut dalam
wadah Persetujuan RKAB. Setiap perusahaan tambang wajib melaporkan secara
kontinu baik periode bulanan, triwulan, serta tahunan dengan format laporan yang
telah ditetapkan. Laporan juga harus mencantumkan data yang sesuai dengan
aspek-aspek yang tercantum dalam Persetujuan RKAB periode tahun berjalan
(Yulianto dkk, 2010).
Kontrol pengawasan terhadap aspek yang terdapat di persetujuan RKAB
tersebut melalui laporan yang telah dikirim oleh perusahaan tambang yang
bersangkutan. Data-data laporan perlu dicek dengan kondisi aktual di lapangan,
sehingga diperlukan site visit yang melibatkan aparat pemerintah maupun dinas
pertambangan dan energi di daerah setempat (Yulianto dkk, 2010).
2.4.1

Prosedur Penyampaian Laporan RKAB


Penyampaian laporan bulanan, triwulanan, maupun tahunan harus

mengacu kepada ketentuan yang berlaku. Laporan bulanan produksi dan


penjualan disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan
triwulan paling lambat 30 hari sejak berakhirnya periode triwulan yang
bersangkutan untuk laporan RKAB disampaikan paling lambat tanggal
15 November tahun berjalan. Proses Penyusunan Peraturan Direktur Jenderal
Mineral dan Adanya ketidakpatuhan yang dilakukan oleh perusahaan yang
bersangkutan akan berakibat munculnya sanksi dari pemerintah yang berupa
teguran bahkan bisa sampai dinyatakan default (Yulianto dkk, 2010).
2.4.2

Revisi RKAB
Seiring berjalannya kegiatan operasional yang dilakukan seperti telah

disinggung di atas, sering terdapat beberapa kendala yang menjadi rencana


direkomendasikan untuk dilakukan revisi. Revisi persetujuan RKAB paling
lambat diajukan kepada pemerintah pada akhir Triwulan III Revisi yang diajukan
paling lambat pada pertengahan bulan pada bulan terakhir di Triwulan III tahun
berjalan. Dengan demikian, ada waktu luang untuk mengkoordinasikan waktu
yang tepat untuk presentasi pembahasan revisi yang diajukan oleh perusahaan
yang bersangkutan. Revisi yang diajukan harus relevan dengan aspek yang telah

16

ada di Persetujuan RKAB dan harus proporsional dengan kondisi yang ada di
perusahaan yang bersangkutan (Yulianto dkk, 2010).
Menurut Basuki, jika revisi Persetujuan RKAB telah disetujui, maka
perusahaan yang bersangkutan wajib untuk melaksanakan kegiatan yang mengacu
kepada hasil revisi Persetujuan RKAB yang baru (Staf Eksploitasi dan Konservasi
Dinas Pertambangan Provinsi Bangka Belitung, 19 Agustus 2015). Ada beberapa
aspek pertimbangan RKAB wajib dilakukan revisi antara lain:
1. Perubahan metode penambangan misalnya dari metode tambang terbuka
menjadi metode tambang bawah tanah.
2. Kapasitas produksi. Kapasitas produksi harus sesuai dengan ketentuan
pemerintah yang telah ditetapkan berdasarkan cadangan daerah dan
kemampuan perusahaan. Jika perusahaan melebihi kuota dari kapasitas
produksi, sehingga kuota produksi tahun selanjutnya akan menjadi berkurang.
Sedangkan jika kuota produksi jauh dibawah target ketentuan yang
dikeluarkan pemerintah maka perusahaan wajib memberikan penjelasan
mengenai aspek teknis atau aspek lainnya yang menyebabkan tidak
tercapainya target produksi.
3. Perubahan teknik pengelolaan lingkungan.
4. Biaya yang akan disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang dilakukan
perusahaan.
2.4.3

Sanksi
Dalam

proses

kontrol

pemerintah

dalam

kegiatan

operasional

penambangan ada kalanya terdapat deviasi dalam realisasinya dengan rencana


yang telah disetujui. Deviasi tersebut biasa terjadi karena kendala dalam realisasi
kegiatan operasional di lapangan. Faktor cuaca berupa tingginya angka curah
hujan sering menjadi kendala selama ini, disamping adanya faktor lain seperti
terkendala dengan Kehutanan (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan, Izin
Pemanfaatan Kayu) serta rendahnya kemampuan unit operasional (physical
availibility unit), kurangnya man power, hingga demonstrasi dan pemogokan
tenaga kerja disamping force majeur seperti banjir bandang yang menggenangi
jalan hauling dan lain-lain (Yulianto dkk, 2010).

17

Faktor penyebab yang kompleks tersebut harus disikapi secara bijak. Jika
faktor penyebab deviasi tersebut bisa dipertanggungjawabkan maka masih ada
toleransi dalam mensikapinya. Tetapi lain halnya jika faktor penyebab terjadinya
deviasi tersebut terjadi karena masalah teknis yang sebelumnya sudah bisa
diperhitungkan maka akan dikenai surat teguran hingga ke arah default (lalai)
sampai pada akhirnya terminasi atau ditutup. Untuk melakukan penilaian kinerja
atas keberhasilan pelaksanan RKAB sedang disusun suatu pedoman penilaian
kinerja perusahaan tambang dengan metode scoring keberhasilan RKAB
(Yulianto dkk, 2010).
2.5

Pedoman Penulisan RKAB


Berikut pedoman penyusunan dokumen RKAB disusun berdasarkan

dokumen acuan, kemudian diikhtisarkan dengan matrik RKAB (Dokumen RKAB


PT KOBA TIN, 2010)
1. Pendahuluan
Membahas mengenai riwayat perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan
penambangan dari awal sampai dengan rencana akhir berikut realisasinya
sampai tahun berjalan dan juga sedikit mengenai rangkuman sub bahasan
yang akan dibahas.
2. Bahasan mengenai ringkasan kemajuan kerja pada tahun sebelumnya yang
meliputi :
a. Rencana dan realisasi eksplorasi
b. Rencana dan realisasi pemetaan
c. Rekapitulasi jumlah cadangan tertambang (recovery reserve)
d. Rencana dan realisasi konstruksi/infrastruktur tambang
e. Penggunaan kontraktor dan subkontraktor beserta peralatan yang
digunakan
f. Kegiatan penambangan yang telah dilakukan yang selanjutnya
g.
h.
i.
j.

berkaitan dengan peta kemajuan tambang


Kegiatan pemasaran yang telah dilaksanakan
Klasifikasi tenaga kerja
Penggunaan dan reklamasi lahan perkiraan yang telah dilaksanakan
Kegiatan K3 dan pengembangan masyarakat (Community

Development)
k. Laporan neraca keuangan rugi-laba

18

l. Laporan keuangan yang menampilkan sumber dan pemakaian dana


m. Realisasi secara keseluruhan dari kegiatan berupa table RKAB tahun
sebelumnya.
3. Rencana kerja lima tahunan untuk kegiatan penambangan.
Yang meliputi :
a. Penyelidikan umum dan eksplorasi
b. Pemindahan overburden
c. Produksi dan pemasaran
d. Tenaga kerja dan lingkungan
4. Sistem dan tata cara penambangan, pengolahan/pemurnian/pencucian
(dilengkapi bagan alir).
a. Penambangan:
- Sistem dan tata cara penambangan
- Lokasi dan luas bukaan daerah yang ditambang
- Hasil Penambangan
Jumlah bahan galian dan waste yang tergali
Kualitas bahan galian yang ditambang
b. Pengolahan/pemurnian/pencucian;
- Sistem dan tata cara pengolahan, pemurnian atau pencucian
- Jumlah dan kadar umpan pengolahan
- Hasil pengolahan
Jumlah dan kualitas produk utama dan sampingan
Jumlah, kadar dan penggunaan tailing
5. Lokasi dan penambang daerah yang akan ditambang;
Pada bagian ini dilampirkan peta lokasi tambang berupa :
a. Peta situasi wilayah;
b. Peta topografi detail daerah tambang dan kualitasnya;
c. Peta situasi tambang (Mining Lay Out) yang memuat :
- Kontur topografi
- Penyebaran bahan galian
- Bangunan-bangunan penting
- Batas wilayah ekploitasi
- Jalan perkampungan, stock pile, lokasi pencucian dan pengolahan
- Lokasi timbunan waste, tailing dan bahan galian yang belum dapat
dipasarkan
- Indeks peta rencana pertambangan, dsb.
d. Peta rencana penambangan dan reklamasi yang menggambarkan :
- Tahapan dan blok-blok yang akan ditambang
- Tahapan dan blok wilayah yang akan direklamasi
- Jalan tambang
- Lokasi timbunan waste, tailing dan mineral ikutan serta bahan
galian yang belum dapat dipasarkan

19

e. Desain tambang dan pengolahan (dalam bentuk peta, penampang,


gambar 3D, sketsa, bagan alir dsb).
6. Rencana dan target produksi serta pemasaran;
a. Kuantitas, kualitas, cut off grade, stripping ratio.
b. Sistem pemasaran dan penjualan
c. Jenis, kadar jumlah, harga produk yang akan dijual
d. Tujuan/Lokasi
e. Stock Akhir
7. Jenis dan jumlah peralatan yang akan digunakan;
Meliputi jenis, jumlah dan kapasitas. (tabel terlampir).
8. Rencana jumlah tenaga kerja (Indonesia dan asing jika diperlukan);
meliputi jumlah, training, peralatan yang dipakai, dll. (tabel terlampir).
9. Rencana anggaran untuk satu tahun kalender;
a. Laporan rugi-laba (tabel terlampir)
b. Laporan sumber dan pemakaian dana (tabel terlampir)
c. Laporan pajak dan royalti.
10. Rencana kegiatan dan lokasi reklamasi;
Meliputi kegiatan dan lokasi reklamasi yang dtampilkan melalui peta
kemajuan tambang lingkungan dan reklamasi.
11. Rencana kegiatan K3LL (Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lindungan
Lingkungan);
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
- Pengadaan Alat Pelindung Diri (APD)
- Safety Equipment
- Rambu-rambu dan papan informasi
- Kampanye keselamatan kerja
- Pelatihan K3 (Safety Training)
- Administrasi K3
- dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan K3
Selanjutnya rencana ini disajikan dalam jadawal kegiatan dan anggaran
K3.
b. Lindungan Lingkungan
12. Rencana kegiatan eksplorasi tambahan;
13. Rencana kegiatan dalam rangka konservasi bahan galian;
a. Penetapan sumberdaya dan cadangan
b. Penetapan dan penerapan striping ratio dan atau cut off grade.
c. Penetapan dan peningkatan recovery penambangan, pengangkutan dan
d.
e.
f.
g.
h.

pemurnian.
Peningkatan nilai tambah bahan galian.
Penanganan bahan galian kadar/nilai marjinal dan kadar/nilai rendah.
Penanganan mineral ikutan dan bahan galian lain.
Penanganan sisa cadangan dan sumberdaya pasca tambang,
Pengecekan tailing dan penanganan tailing

20

i. Penggunaan produksi bahan galian.


14. Rencana biaya yang akan dikeluarkan (tabel terlampir).
Berikut merupakan anggaran biaya yang wajib dikeluarkan perusahaan.
1) Eksplorasi Tambahan
Eksplorasi adalah suatu usaha (kegiatan) yang karena faktor resiko,
dilakukan secara bertahap dan sistematik untuk mendapat suatu areal
yang representative untuk dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai
areal

penambangan

(eksploitasi)

(Sudarto,dkk.2010).

Terdapat

beberapa kegiatan dalam ekplorasi di antaranya adalah pemetaan


topografi, infill drilling, maupun coring. Berdasar hasil eksplorasi
tersebut akan menghasilkan sumber daya maupun cadangan dari suatu
lokasi konsesi perusahaan yang bersangkutan (Yulianto dkk, 2010).
2) Investasi
Investasi (Investment Cost) yaitu biaya yang ditanamkan dalam
rangka menyiapkan kebutuhan usaha untuk siap beroperasi dengan
baik. Biaya ini biasanya dikeluarkan pada awal-awal kegiatan usaha
dalam jumlah yang relatif besar dan berdampak jangka panjang untuk
kesinambungan usaha tersebut (Arson Aliludin, 2005:18).
Sebelum dan saat melakukan operasional penambangan,
perusahaan harus mempersiapkan konstruksi sebagai infrastruktur
penunjang. Oleh karena itu, harus diperhitungkan secara akurat
investasi yang dikelola untuk kegiatan infrastruktur tersebut, time line
break event point, dan keuntungan setelah usaha penambangan telah
dijalankan dengan tetap memperhatikan aspek community development
maupun lingkungan (Yulianto dkk, 2010).
3) Operasi Produksi
Aspek operasi penambangan akan menghasilkan produksi batuan
penutup dan material komoditi baik batubara maupun mineral. Dalam
RKAB akan dicantumkan seberapa ton/onz komoditi yang akan
diperoleh jika melakukan pengupasan sekian BCM batuan penutup,
yang akan diperoleh Nisbah Pengupasan/Stripping Ratio (SR) untuk
batubara yang mencerminkan nilai ekonomis dari aspek penambangan
(Yulianto dkk, 2010).

21

Biaya operasi tambang (mine operating cost) dihitung berdasarkan


tingkat produktivitas peralatan dan jumlah gilir kerja (shift) yang
diperlukan untuk memindahkan sejumlah volume material yang
terjadwal dalam suatu periode penambangan. Untuk memperoleh biaya
total per-periode (total cost per mining period) penambangan maka
biaya operasi per-shift (terutama buruh perawatan, perbaikan bagian
alat, dan consumable) dihitung untuk tiap jenis peralatan kemudian
dikalikan dengan jumlah shift yang dibutuhkan (Irwandy Arif,
2000:VII-8). Menurut Irwandy Arif (2000:VII-8) tahapan untuk
memperkirakan biaya operasi dengan teknik kombinasi di atas adalah:
Tentukan tingkat keakuratan hasil yang diinginkan
Tentukan periode waktu yang diterapkan untuk memperkirakan
biaya operasi. Hal ini sangat terkait dengan jam operasi, jam kerja,

ketersediaan mekanik dan elektrik, utilisasi, serta efesiensi


Tentukan unit biaya untuk tiap utiliti dan bahan habis

(consumables)
Bagi setiap jenis peralatan menjadi grup komponen-kompenennya
(misalnya engine, chasis, bucket, tracks, conveyor idler, conveyor

belt)
Dalam setiap grup komponen, hiung biaya operasi per-satuan

waktu, umumnya dinyatakan dalam dollar per operating hour;


Aplikasikan elemen kondisi kerja (job factor) untuk penyesuaian

dengan situasi lokasi tambang;


Jumlahkan seluruh biaya komponen untuk mendapatkan total biaya

perbaikan/consumables per satuan waktu;


Tentukan jumlah tenaga kerja untuk operasi dan perawatan
Hitung biaya tenaga kerja per satuan waktu
Kombinasikan biaya tenaga kerja yang didapat dengan sumber data

lain
4) Penjualan/ Pengangkutan
Dalam aspek pengangkutan, yang harus diperhatikan antara lain
sinkronisasi antara kapasitas alat angkut dengan jumlah material yang
akan diangkut berdasarkan kondisi prasarana dan jaraknya, untuk
perencanaan teknis prasarana transportasi harus memperhatikan data

22

studi geoteknik. Penjualan harus dikontrol secara ketat karena


berhubungan dengan kepentingan yang menyangkut pihak konsumen
baik kualitan maupun kuantitasnya (Suyartono dkk, 2003:70).
Aspek pemasaran terbagi menjadi pemasaran domestik langsung
ke enduser atau dikenal dengan istilah DMO serta pemasaran ke luar
negeri atau ekspor. Untuk pemasaran DMO 2010 maka harus mengacu
kepada Kuota DMO 2010 yang dituangkan dalam Kepmen ESDM
Nomor 1604K/30/MEM/2010 untuk kebutuhan dalam negeri 2010
(Yulianto dkk, 2010).
5) Tenaga Kerja dan Pelatihan
Tenaga kerja (manpower) bisa berasal dari tenaga kerja dalam
negeri yang terbagi sebagai staf dan nonstaf yang merupakan pekerja
lokal serta ada yang menggunakan tenaga kerja asing. Tetapi pada
dasarnya perusahaan dihimbau untuk tetap memprioritaskan serta
mengoptimalkan

tenaga

kerja

dalam

negeri,

termasuk

untuk

subkontraktornya (Yulianto dkk, 2010).


6) Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan ini disesuaikan dengan kegiatan pengelolaan lingkungan
pada lokasi izin usaha kegiatan penambangan baik itu reklamasi,
revegetasi, pengendalian erosi, dan kegiatan lainnya disesuaikan
dengan UU No. 32 Tahun 2009 dan Permen No. 18 Tahun 2008.
Aspek lingkungan merupakan aspek penting yang tidak luput dari
perhatian. Setiap pengaruh dari operasional penambangan akan sangat
berpengaruh terhadap kondisi lingkungan. Sehingga kontrol aspek
lingkungan juga semakin diperketat agar kondisi kerusakan lingkungan
diminimalisir serta tetap terkontrol. Sebelum ke forum RKAB biasa
dilakukan presentasi RKTTL di Direktorat Teknik dan Lingkungan
(Yulianto dkk, 2010).
7) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Pada aspek ini hanya ada satu kata safety first, artinya semua
kegiatan dalam sistem operasional penambangan harus tunduk pada

23

aturan safety yang telah ada. Sanksi terhadap aturan safety sangat
tegas, berupa peringatan hingga PHK. Selain penegakan kedisiplinan
safety juga diperhatikan mengenai APD (Alat Perlindungan Diri) yang
memenuhi standar ketentuan yang berlaku (Yulianto dkk, 2010).
8) Reklamasi
Berdasarkan UU No. 4 tahun 2009 Pasal 100 setiap Pemegang IUP
dan IUPK wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan jaminan
pascatambang. Menurut PP No. 7 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan
Reklamasi dan Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara bahwa reklamasi adalah kegiatan yang
dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata,
memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar
dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya sementara jaminan
reklamasi adalah dana yang disediakan oleh pemegang izin usaha
pertambangan atau izin usaha pertambangan khusus sebagai jaminan
untuk melakukan kegiatan reklamasi.
9) Konservasi
Konsep eksplorasi perhitungan

cadangan

dan

pelaporan

sumberdaya mineral perlu diperhatikan agar pengusaha (pelaksana),


pemerintah daerah dan pemerintah pusat sebagai pembuat kebijakan
dan pengawas harus memiliki kesamaan visi untuk memaksimalkan
atau mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya mineral atau batubara.
Karakteristik sumberdaya alam (mineral atau batubara) jumlahnya dan
ketersediaan/stok terbatas dan bersifat tidak dapat diperbaharui (non
renewable). Jadi kedepan perlu dibatasi ekploitasi sumberdaya mineral
dan

batubara harus optimum sesuai kebutuhan. Konservasi

sumberdaya mineral dan batubara dalam industri pertambangan


dikaitkan dengan umur tambang (A Taufik Arief, 2014:11).
10) Pengembangan Masyarakat (Community Development)
Pengembangan masyarakat (community development) merupakan
wujud

kontribusi

langsung

perusahaan

terhadap

lingkungan

masyarakat di sekitar area penambangan yang berupa pengembangan


kualitas sumber daya masyarakat, kewirausahaan masyarakat sektor

24

tambang maupun peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur


dalam

masyarakat

setempat.

Kegiatan

comdev

ini

harus

dikoordinasikan dengan pemda setempat sebelum diajukan ke forum


RKAB di pemerintah pusat (Yulianto dkk, 2010).
11) Landrent
Menurut Adrian Sutedi (2012:336) berdasarkan UU No. 33 tahun
2004 tentang Pertimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, bagian
daerah dari penerimaan sumber daya dalam sektor pertambangan
umum (pertambangan mineral dan batubara) meliputi :
a. Iuran tetap/landrent/deadrent adalah iuran yang dibayarkan kepada
negara sebagai imbalan atas kesempatan penyelidikan umum, studi
kelayakan, konstruksi, eksplorasi dan eksploitasi pada suatu
wilayah kuasa pertambangan / kontrak karya / perjanjian karya
perusahaan pertambangan/ kontrak karya / perjanjian karya
perusahaan pertambangan batu bara yang diukur berdasarkan
jumlah hektar tergantung dalam kontrak atau pertambangna
masing-masing.
b. Iuran ekplorasi adalah iuran produksi yang dibayarkan kepada
negara dalam hal ini pemegang kuasa pertambangan/kontrak
karya/perjanjian karya perusahaan pertambangan batu bara
mendapat hasil berupa bahan galian yang tergali atas kesempatan
eksplorasi/studi kelayakan yang diberikan kepadanya;
c. Iuran eksplotasi (royalti) adalah iuran produksi yang dibayarkan
kepada negara atas hasil yang diperoleh dari usaha pertambangan
eksploitasi sesuatu atau lebih bahan galian.
12) Pajak Badan (25 %)
Menurut Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan, UU No. 36
Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, Penghasilan Kena Pajak
(PKP) adalah 'gross income' dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan penghasilan kotor badan usaha. Penghasilan kotor
merupakan seluruh hasil dari penjualan dari produk dan jasa Anda
termasuk bunga uang yang diperoleh dari bank atau apa saja yang

25

sifatnya penghasilan, ada tiga klasifikasi tarif yang berlaku bagi badan
usaha yang penghasilan brutonya berbeda-beda yaitu:
Bila gross income usaha di bawah Rp 4.8 Miliar, maka tarif

pajaknya adalah 1 persen (1 %) dari peredaran bruto.


Bila gross income di atas Rp 4.8 Miliar dan kurang dari Rp 50
Miliar, tarif pajaknya adalah {0.25 - (0.6 Miliar/Gross Income)}

2.6

dikali Penghasilan Kena Pajak (PKP).


Bila gross income di atas Rp 50 Miliar, maka tarif pajaknya adalah

25% dari Penghasilan Kena Pajak (PKP).


Istilah-Istilah
Istilah - istilah yang terkait antara lain:
Pengertian dan penggolongan laba
Menurut M, Nafarin (2007:788) Laba (income) adalah perbedaan
antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran
untuk periode tertentu. Menurut Kasmir (2011:303) menyatakan
bahwa:
1. Laba Kotor (Gross Profit) merupakan laba yang diperoleh sebelum
dikurangi biaya biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya
laba keseluruhan yang pertama sekali perusahaan peroleh.
2. Laba Bersih (Net Profit)merupakan laba yang telah dikurangi
biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu

periode tertentu termasuk pajak.


Pengertian net profit margin (NPM)
Menurut Vaan Horne Wachowiks (2001:224) net profit margin
adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah
memperkirakan semua biaya dan pajak penghasilan.Menurut Bastian
dan Suhardjono (2006: 299) net profit margin adalah perbandingan
antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka
kinerja

perusahaan

akan

semakin

produktif,

sehingga

akan

meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya


pada perusahaan tersebut. Semakin besar Net Profit Margin (NPM)
berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan
biayabiaya sehubungan dengan kegiatan operasinya (Weston dan
Copeland,1998).Menurut Sulistyanto (tanpa tahun: 7) angka NPM

26

dapat dikatakan baik apabila > 5 %.Adapun rumus Net Profit Margin
(NPM) adalah :

You might also like