Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus
Trikiasis
Pembimbing : dr. Rodiah Rahmawaty Lubis,
Sp.M
Oleh
: Thomas Sentanu
sirkular
kelenjar
tarsal
(kelenjar
meibom)
terletak
di
belakangnya3.
Septum orbita
Merupakan lapisan tipis, terdiri dari jaringan fibrosa, muncul
dari periosteum di atas orbital rim bagian superior dan inferior
pada arcus marginalis. Pada palpebra superior, septum orbita
bergabung dengan levator aponeurosis 2-5 mm di atas tarsal
superior. Pada palpebra inferior, septum orbita bergabung dengan
(palpebra
inferior).
Pada
palpebra
superior,
Otot-otot retraktor
Otot retraktor palpebra superior adalah otot levator dengan
aponeurosis dan otot tarsal superior (M. Muller). Pada palpebra
oleh fascia tipis dan padat pada tepi atas dan bawah orbita.1,4
Konjunctiva
Konjunctiva tersusun oleh epitel squamous non keratin,
membentuk lapisan di posterior dari palpebra dan terdiri dari selsel goblet, kelenjar lakrimal Wolfring dan Krause. Kelenjar lakrimal
terletak di jaringan subkonjunctiva palpebra superior dan inferior.
Kelenjar Wolfring terletak di sepanjang tarsal, sedangkan kelenjar
Krause terletak pada forniks.1,4
Pada fase embryo, bulu mata tumbuh dari jaringan ektoderm pada
umur kehamilan 22 sampai 26 minggu. Bulu mata membutuhkan waktu
7 sampai 8 minggu untuk tumbuh kembali setelah dicabut tetapi
penyabutan bulu mata secara terus-menerus dan konstan dapat
menyebabkan kerusakan permanen. Warna bulu mata dapat berbeda
dari rambut pada umumnya, walaupun mereka dapat berwarna lebih
gelap pada seseorang dengan rambut warna gelap dan berwarna lebih
terang pada orang dengan rambut warna terang3,5.
Beberapa penyakit dan kelainan pada bulu mata yaitu3,5 :
-
II.3. Definisi
menyebabkan
iritasi.
Trichiasis
harus
dibedakan
daripada
Kemungkinan
dimana
terjadinya
entropion
dan
trikiasis
II. 4. Epidemiologi
Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering
ditemukan
pada
orang
dewasa.
Belum
ditemukan
bukti
adanya
Idiopatik
Blefaritis kronik : Margo palpebra meradang, menebal,
berkrusta,
erythem
dengan
secret
ringan
dan
10
folikular
kronik
yang
Selain dari penyakit-penyakit diatas, pentingnya membedakan tipetipe kelainan dari bulu mata yang dapat menyebabkan trikiasis, dimana
penatalaksanaannya dapat berbeda tergantung dari penyebabnya.
Pembagian trikiasis berdasarkan kelainan bulu mata yaitu sebagai
berikut10,11 :
-
belakang.
Congenital metaplastic eyelashes. Kelainan kongenital dimana
kelenjar meibom menjadi multipoten berkembang menjadi folikelfolikel rambut. Barisan kedua dari bulu mata tumbuh dari
permukaan kelenjar meibom. Bulu mata yang tumbuh tersebut
mengarah secara vertikel, dan pada anak-anak dapat ditoleransi
11
II. 8. Penatalaksanaan1,4,13
12
Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, trikiasis dapat diterapi
dengan mechanical epilation, yaitu membuang bulu mata yang tumbuh
ke dalam dengan forcep pada slit lamp. Karena pertumbuhan kembali
dapat terjadi, epilasi berulang diperlukan setelah 3-8 minggu.
Electrolysis dapat digunakan untuk menatalaksana trikiasis. Akan
tetapi tingkat rekurensinya tinggi, selain itu bulu mata normal yang
berdekatan dapat menjadi rusak dan jaringan parut pada jaringan
margin palpebra dapat menyebabkan trikiasis lebih lanjut.
Radiosurgery dapat memperbaiki bulu mata yang abnormal
dengan menggunakan ujung jarum yang dimasukkan dari ujung silia ke
basis silia. Sinyal radiosurgery dikirimkan kurang lebih selama 1 detik
dengan tenaga yang lemah untuk menghancurkan folikel rambut. Ketika
ujung jarum dipindahkan, maka bulu mata dapat diangkat dengan
mudah.
Trikiasis
segmental
dapat
diperbaiki
dengan
cryotherapy.
detik
(double
freeze-thaw
technique).
Beberapa
sumber
Kekurangan dari
dapat
hancur
terlebih
dahulu
sebelum
folikel
rambut
fungsi sel goblet. Metode ini dapat dikombinasi dengan berbagai tehnik
pembedahan dan dapat diulangi jika persisten atau berulang.
Penggunaan Argon Laser pada trikiasis tidak se-efektif seperti
menggunakan cryotherapy, tetapi dapat sangat berguna ketika hanya
sedikit dari bulu mata yang tersebar membutuhkan ablasi atau ketika
stimulasi dari area peradangan yang lebih besar tidak dibutuhkan.
Beberapa pigmen dibutuhkan pada dasar bulu mata untuk menyerap
energi laser dan mengablasi bulu mata, menyebabkan tehnik ini sensitif
terhadap warna rambut. Ablasi menggunakan argon laser membutuhkan
sinar dengan lebar 200_m untuk kelopak mata bawah, dan 250 _m untuk
kelopak mata atas, untuk kedalaman yang sama dengan electrolysis15.
Dari semua tehnik yang telah disebutkan, tingkat keberhasilan
dapat bervariasi, dan penatalaksanaan tambahan biasanya diperlukan.
Full thickness pentagonal resection dengan penutupan primer dapat
dipertimbangkan ketika trikiasis terbatas pada segmen palpebra.
Tingkat keberhasilan ablasi bulu mata dapat ditingkatkan dengan
transconjunctival eyelash bulb extirpation di bawah mikroskop16. Hal ini
dapat digunakan sebagai prosedur primer atau ketika upaya elektrolisis
atau modalitas ablasi lainnya telah gagal dan pengobatan lebih lanjut
berisiko terbentuknya jaringan parut.
II.9. Komplikasi
Apabila
tidak
ditangani
dengan
segera
trikiasis
dapat
BAB III
KESIMPULAN
Trikiasis merupakan kondisi dimana silia bulu mata melengkung ke
arah bola mata. Trikiasis biasanya terjadi akibat inflamasi atau jaringan
parut pada palpebra setelah operasi palpebra, trauma, kalasion, atau
blefaritis kronik yang berat. Trikiasis sering dikaitkan dengan penyakit
sikatriks kronik seperti pemphigoid ocular, trakoma, dan Steven Johnson
Syndrome.
Pasien
mengeluhkan
sensasi
benda
asing
dan
iritasi
trikiasis
dapat
berupa
epilasi,
eksisi
langsung,
15
bercampur nanah.
Irigasi melalui punctum dan kanalikuli lakrimal, bila cairan
mencapai rongga hidung, maka system eksresi berfungsi baik (tes
anel).
Probing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur anatomic
oleh
dilatasi
pungtum
dengan
dilatators.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan dan Asbury., Riordan, Paul-Eva., Whitcher, JP. 2009.
Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC.
2. Standring, Susan dan Neil R. Borley. 2008. Gray's Anatomy: the
Anatomical Basis of Clinical Practice (40th ed.). Edinburgh:
Churchill Livingstone/Elsevier. p. 703.
3. AAO. 2007. Orbit, Eyelid, and Lacrimal System.American Academy
of Ophtalmology.
4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Fetal growth and
development. In: Cunnigham FG, Leveno KL, Bloom SL, et al, eds.
Williams Obstetrics. 23rd ed. New York, NY: McGraw-Hill; 2010:chap
4
5. Frank J. Weinstock. Eyelid Inflammation. [diakses dari : http://
http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/
tanggal 12 Mei 2015]
16
[diakses
dari
of
Optometrists.
[diakses
dari
http://www.college-
Department
of
17
18