Professional Documents
Culture Documents
Konsep Dasar Hipospadia
Konsep Dasar Hipospadia
I.
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah dan
spadon yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu kelainan
bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis
dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). Hipospadia
merupakan kelainan abnormal dari perkembangan uretra anterior dimana muara dari
uretra terletak ektopik pada bagian ventral dari penis proksimal hingga glands penis.
Muara dari uretra dapat pula terletak pada skrotum atau perineum. Semakin ke
proksimal defek uretra maka penis akan semakin mengalami pemendekan dan
membentuk kurvatur yang disebut chordee. Bentuk hipospadia yang lebih berat
terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis,
dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini
seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang,
yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
Hipospadia adalah kelainan kongetinal berupa kelainan letak lubang uretra
pada pria dari ujung penis ke sisi ventral (Corwin, 2009). Hipospadia adalah
kegagalan meatus urinarius meluas ke ujung penis, lubang uretra terletak dibagian
bawah batang penis, skrotum atau perineum (Barbara J. Gruendemann & Billie
Fernsebner, 2005).
Dan menurut (Muscari, 2005) Hipospadia adalah suatu kondisi letak lubang
uretra berada di bawah glans penis atau di bagian mana saja sepanjang permukaan
ventral batang penis. Kulit prepusium ventral sedikit, dan bagian distal tampak
terselubung.
2. Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum
diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh
para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone, hormone yang dimaksud di sini
adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau
biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang
kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah
terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan
memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam
sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika, Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi
karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga
ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. Mekanisme genetik yang tepat mungkin
rumit dan variabel. Penelitian lain adalah turunan autosomal resesif dengan
manifestasi tidak lengkap. Kelainan kromosom ditemukan secara sporadis pada
pasien dengan hipospadia.
3. Prematuritas, Peningkatan insiden hipospadia ditemukan di antara bayi yang
lahir dari ibu dengan terapi estrogen selama kehamilan. Prematuritas juga lebih
sering dikaitkan dengan hipospadia.
4. Lingkungan, Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan
dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
3. Patofisiologi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga
meatusuretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak
meatus ini,dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang
penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan
menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang
dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan)
ventral dari penis. Hipospadia terjadi dari pengembangan tidak lengkap uretra dalam
rahim. Penyebab pasti cacat diperkirakan terkait dengan pengaruh lingkungan dan
hormonal genetik. Perpindahan dari meatus uretra biasanya tidak mengganggu
kontinensia kemih. Namun, stenosis pembukaan dapat terjadi, yang akan
menimbulkan obstruksi parsial outflowing urine. Hal ini dapat mengakibatkan ISK
atau hidronefrosis. Selanjutnya, penempatan ventral pembukaan urethral bisa
mengganggu kesuburan pada pria dewasa, jika dibiarkan tidak terkoreksi
POHON MASALAH
Proses
4.
perkembangan
5.
janin
6.
7.
HIPOSPADIA
8.
Tidak dilakukan
9.
operasi
-
10.
Pembentukan
uretra terganggu
Pembentukan
saluran kencing
tidak sempurna
Gangguan
eliminasi urine
Stenosis
meatus
11.
(aliran
urine sulit
12.
diatur)
13.
- Testis turusn ke
dalam
14. skrotum
Defisiensi
15.
pengetahuan
(ansietas)
16.
Pemasangan
kateter
Risiko infeksi
17.
4. Klasifikasi
Penyatuan glandula
uretra di garis tengah
lipatan uretra tidak
lengkap
Pembedahan
(operasi)
Eksisi chorde
uretroplasty
Pra pembedahan
Nyeri
Gangguan rasa
nyaman
Terdapat berbagai tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium atau posisi meatus uretra,
yaitu:
1. Hipospadia tipe Perenial, lubang kencing berada di antara anus dan buah zakar.
2. Hipospadia tipe Scrotal, lubang kencing berada tepat di bagian depan buah
zakar.
3. Hipospadia tipe Peno Scrotal, lubang kencing terletak di antara buah zakar
(skrotum) dan batang penis.
4. Hipospadia tipe Peneana Proximal, lubang kencing berada di bawah pangkal
penis.
5. Hipospadia tipe Mediana, lubang kencing berada di bawah bagian tengah
batang penis.
6. Hipospadia tipe Distal Peneana, lubang kencing berada di bawah ujung batang
penis.
7. Hipospadia tipe Sub Coronal, lubang kencing berada pada sulcus coronarius
penis (cekungan kepala penis).
8. Hipospadia tipe Granular, lubang kencing sudah berada pada kepala penis hanya
letaknya masih berada di bawah kepala penisnya.
Berbagai tipe hipospadia di atas dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Tipe sederhana atau tipe anterior. Terletak di anterior yang terdiri dari tipe
glandular (hipospadia glanduler) dan coronal (hipospadia koronal). Pada tipe ini,
meatus terletak pada pangkal glans penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat
asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit
dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2. Tipe penil atau tipe middle. Tipe middle terdiri dari distal penile, mediana, dan
proksimal penile. Pada tipe ini, meatus terletak antara glans penis dan skrotum
(hipospadia penoskrotal). Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu
tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung
kebawah atau glans penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan
intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit dibagian ventral
preposium tidak ada maka sebaiknya sirkumisi karena sisa kulit yang ada dapat
berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
3. Tipe posterior. Tipe posterior terdiri dari pene-escrontal, tipe scrotal, dan
perineal. Pada tipe ini umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang
disertai dengan skrotum befida, meatus uretra terbuka lebar, dan umumnya testis
tidak turun. Hipospadia perineal dapat menunjukkan kemungkinan letak lubang
kencing pada pasien hipospadia
5. Gejala Klinik
Gejala dan tanda yang biasanya di timbulkan antara lain :
1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian
bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
6. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem kardiovaskuler (Tidak ditemukan kelainan)
2. Sistem neurologi (Tidak ditemukan kelainan)
3. Sistem pernapasan (Tidak ditemukan kelainan)
4. Sistem integumen (Tidak ditemukan kelainan)
5. Sistem muskuloskletal (Tidak ditemukan kelainan)
6. Sistem Perkemihan
a. Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran
pada ginjal.
b. Kaji fungsi perkemihan
c. Dysuria setelah operasi
7. Sistem Reproduksi
a. Adanya lekukan pada ujung penis
b. Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
c. Terbukanya uretra pada ventral
bahaya.
Hal
ini
merupakan
isyarat
kewaspadaan
yang
c.
a)
b)
c)
d)
e)
apatis)
d) Pengungkapan masalah
Faktor yang Berhubungan
Keterbatasan kognitif atau informasi
Salah interpretasi informasi
Kurang pajanan
Kurang minat dalam belajar
Kurang dapat mengingat
Gangguan tidur
c. Faktor yang Berhubungan
Agens cedera (mis.,biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
9. Terapi / Tindakan Penanganan
Tindakan operatif merupakan penatalaksanaan definitif dari hipospadia.
Operasi biasanya dilakukan dalam rentang waktu tahun pertama usia bayi, dengan
syarat ukuran jaringan penis cukup besar dan jelas untuk bisa dimanipulasi. Tidak
jarang ukuran penis penderita hipospadia lebih kecil dari ukuran penis anak
sebayanya (micropenis), dalam hal ini penderita akan dialihkan dahulu ke dokter
anak untuk mendapatkan terapi hormonal sampai ukuran penis sesuai. Operasi
sebaiknya telah tuntas dilakukan sebelum penderita memasuki usia sekolah. Tujuan
operasi adalah mengembalikan penis ke dalam bentuk dan fungsi sebaik-baiknya.
Untuk mencapai hal tersebut, maka lubang kencing harus dikembalikan ke posisi
seanatomis mungkin di ujung kepala penis, dan bentuk penis harus tegak lurus saat
ereksi.Komplikasi pascaoperasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan, infeksi
luka, kebocoran saluran kencing baru (fistula) dan penyempitan lubang kencing baru
(striktura) seperti yang sudah dijelaskan di atas. Untuk menekan risiko striktura, saat
ini ahli bedah plastik rekonstruksi mengembangkan teknik operasi 2 tahap :
1) Chordectomy dan Meatotomi
Operasi tahap pertama mencakup pembuangan jaringan ikat (chordee
release), pembuatan lubang kencing di ujung kepala penis sesuai bentuk
anatomi yang baik, dan membuat saluran kencing baru (tunneling) di dalam
kepala penis yang dindingnya dibentuk dari kulit tudung (preputium) kepala
penis. Operasi tahap pertama ini menentukan hasil akhir operasi hipospadia
secara keseluruhan; operasi tahap pertama yang baik akan menghasilkan
bentuk estetik penis yang anatomis penis lurus dan lubang kencing tepat di
ujung kepala penis dan bebas dari risiko striktura.
2) Urethroplasty
Operasi tahap kedua dilakukan setelah proses penyembuhan operasi
pertama tuntas, paling dini 6 bulan setelah operasi pertama. Operasi tahap
kedua membentuk saluran kencing baru (urethroplasty) di batang penis yang
menghubungkan lubang kencing abnormal, saluran kencing di dalam kepala
penis, dan lubang kencing baru di ujung penis. Dengan teknik operasi yang
baik, risiko komplikasi kebocoran saluran kencing dapat diperkecil.
10. Komplikasi
Komplikasi dari hipospadia antara lain :
1. Dapat terjadi disfungsi ejakulasi pada pria dewasa. Apabila chordee nya parah,
maka penetrasi selama berhubungan intim tidak dapat dilakukan
2. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam
satu jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri seksual tertentu) (Ramali,
Ahmad & K. St. Pamoentjak, 2005)
3. Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK
4. Kesukaran saat berhubungan saat, bila tidak segera dioperasi saat dewasa (Anakhipospadia)
Komplikasi pascaoperasi yang terjadi :
1. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat
bervariasi, juga terbentuknya hematom/ kumpulan darah di bawah kulit, yang
biasanya dicegah dengan balutan ditekan selama 2 sampai 3 hari pascaoperasi
2. Striktur, pada proksimal anastomis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi
dari anastomis
3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing
berulang atau pembentukan batu saat pubertas
4. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai
parameter untuk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini
angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10%
5. Residual chordee /rekuren chrodee, akibat dari chordee yang tidak sempurna,
dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan scar
yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang
6. Divertikulum (kantung abnormal yang menonjol ke luar dari saluran atau alat
berongga) (Ramali, Ahmad & K. St. Pamoentjak, 2005), terjadi pada
pembentukan neouretra yang terlalu lebar atau adanya stenosis meatal yang
mengakibatkan dilatasi yang dilanjut.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian (data subyektif/obyektif)
A. Identitas
1. Usia
Ditemukan saat lahir
2. Jenis kelamin
Hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling sering terjadi pada
laki-laki dengan angka kemunculan 1:250 dari kelahiran hidup.
B. Keluhan Utama
Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau
didasar penis, penis melengkung kebawah, penis tampak seperti
berkerudung karena adanya kelainan pada kulit dengan penis, jika
berkemih anak harus duduk.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang
kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui
dengan pasti penyebabnya.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang
melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya
sejak lahir.
3. Riwayat Kongenital
a. Penyebab yang jelas belum diketahui.
b. Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
c. Lingkungan polutan teratogenik.
D. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada
kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-14.
E. Activity Daily Life
1. Nutrisi
Tidak ada gangguan
2. Eliminasi
Anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran dalam
mengarahkan aliran urinenya, bergantung pada keparahan anomali,
penderita mungkin perlu mengeluarkan urine dalam posisi duduk.
Konstriksi lubang abnormal menyebabkan obstruksi urine parsial dan
disertai oleh peningkatan insiden ISK
3. Hygiene Personal
Dibantu oleh perawat dan keluarga
4. Istirahat dan Tidur
bahaya.
Hal
ini
merupakan
isyarat
kewaspadaan
yang
a) Nyeri abdomen
b) Gangguan tidur
c) Kesemutan pada ekstremitas
6) Kognitif
a) Kesulitan berkonsentrasi
b) Penurunan kemampuan untuk belajar
c) Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
c. Faktor yang Berhubungan
Menurut NANDA 2012-2014 faktor yang berhubungan dari ansietas adalah
sebagai berikut :
1) Perubahan dalam :
a) Status ekonomi
b) Status kesehatan
2) Infeksi/kontaminan interpersonal
3) Penularan penyakit interpersonal
4) Krisis situasional
5) Stress
6) Penyalahgunaan zat
7) Kebutuhan yang tidak dipenuhi
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan
(NOC)
Setelah diberikan
Eliminasi Urine
keperawatan.x
Intervensi (NIC)
asuhan NIC
jam Urinary Retention Care
a. Lakukan
kemih
Kriteria Hasil
komprehensif
a. Kandung
kemih
ada
residu
cairan
penilaian
yang
berfokus
pada
inkontinensia
(misalnya
output
fungsi
obat
dengan
sifat
antikolinergik
atau
efek
dari
obat-obatan
yang
diresepkan,
seperti
calcium
channel
blockers
dan
antikolinergik
d. Sediakan waktu yang
cukup
untuk
pengosongan kandung
kemih (10 menit)
e. Masukkan
kateter
kemih
f. Anjurkan
pasien/keluarga untuk
tingkat
distensi
kandung
dengan
ke
spesialis
kontinensia kemih
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situsional (tindakan operasi yang akan
dilakukan)
No Diagnosa
Intervensi
Hasil
2
Ansietas
NOC
NIC
a. Anxiety self-control
Anxiety
b. Anxiety level
(penurunan
c. Coping
kecemasan)
Kriteria Hasil :
a. Klien
Reduction
d. Gunakan
mampu
menunjukkan gejala
cemas
pendekatan
menenangkan
e. Jelaskan
b. Mengidentifikasi,
yang
semua
mengungkapkan dan
yang
menunjukkan teknik
selama prosedur
untuk
mengontrol
cemas
c. Vital
dirasakan
f. Pahami prespektif
pasien
sign
dalam
batas normal
d. Postur
ekspresi
terhadap
situasi stress
g. Temani
pasien
tubuh,
untuk memberikan
wajah,
keamanan
dan
bahasa
tubuh
tingkat
dan
aktivitas
mengurangi takut
h. Dorong
menunjukkan
untuk
berkurangnya
anak
kecemasan
keluarga
menemani
i. Identifikasi tingkat
kecemasan
j. Bantu
mengenal
pasien
situasi
yang
menimbulkan
kecemasan
k. Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
l. Instruksikan
keluarga
untuk
menggunakan
teknik relaksasi
m. Berikan
obat
untuk mengurangi
kecemasan
Intervensi
NOC
Difisiensi pengetahuan
Knowledge
: NIC
Teaching
:
disease
disease proces
Knowledge : health proces
behavior
Berikan penilaian
Kriteria hasil
keluarga
tentang
tingkat
menyatakan
pengetahuan
tentang penyakit,
keluarga tentang
kondisi, prognosis
proses
dan
yang spesifik
Jelaskan
program
pengobatan
keluarga mampu
penyakit
patofisiologi dari
melaksanakan
penyakit
prosedur
yang
berhungan
dijelaskan secara
benar
Keluarga mampu
menjelaskan
dengan
anatomi
dan
fisiologi
dan
tepat.
Gambarkan tanda
perawat/tim
kesehatan lainnya.
biasa
pada
penyakit, dengan
pada
pasien
tentang
kondisi,
dengan
yang kosong
Sediakan
bagi
keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
Diskusikan
perubahan
gaya
hidup
yang
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi yang
akan datang dan
atau
proses
pengontrolan
penyakit.
Diskusikan
pilihan terapi atau
penanganan.
Dukung keluarga
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second informasi
atau
opinion
atau
diindikasikan.
Instruksikan
keluarga
mengenai
tanda
Diagnosa
Keperawatan
Hasil
Intervensi
4.
Resiko Infeksi
selama
pemasangan alat
8. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing
sesuai
petunjuk
9. Gunakan
dg
kateter
intermiten
untuk
menurunkan
infeksi
kandung kemih
10. Tingkatkan
intake
nutrisi
11. Berikan
terapi
antibiotik
bila
perlu
infection
protection
(proteksi
terhadap
infeksi)
12. Monitor
tanda
dan
kerentanan
terhadap infeksi
14. Pertahankan
teknik
aseptik
15. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
16. Inspeksi
kulit
dan
membran
terhadap
mukosa
kemerahan,
Diagnosa
Tujuan
Hasil
dan
Kriteria Intervensi
Nyeri Akut
NOC :
a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selamax. jam. Pasien
tidak mengalami nyeri,
dengan :
Kriteria Hasil
a. Mampu mengontrol
nyeri
b. Memperlihatkan
bahwa
nyeri
berkurang
dnegan
menggunakan
NIC :
a. Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif termasuk
lokasi,
karakteristik,
furasi,
frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi
b. Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
c. Bantu
pasien
dan
keluarga untuk mencari
dan
menemukan
dukungan
d. Kontrol
lingkungan
yang
dapat
manajemen nyeri
c. Mampu
mengenali
nyeri
(skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
d. Menyatakan
rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
e. Tanda vital dalam
rentang normal
f. Tidak
mengalami
gangguan tidur
e.
f.
g.
h.
i.
mempengaruhi
nyeri
seperti suhu rungan,
pencahayaan
dan
kebisingan
Kurangi
faktor
presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber
nyeri
untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik
non farmakologi : napas
dala,
relaksasi,
distraksi,
kompres
hangat/dingin
Berikan
informasi
tentang nyeri kepada
keluarga pasien seperti
penyebab nyeri, berapa
lama
nyeri
akan
berkurang
dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
DAFTAR PUSTAKA
II.
Tn.
M
Ny. S
An. Km
Ket.
= Laki-laki
= Garis Pernikahan
= Garis Keturunan
= Perempuan
= Penderita hipospadia
III.
ALASAN DIRAWAT
a) Keluhan Utama
:
Keluarga pasien mengatakan pasien susah melakukan BAK
b) Riwayat Penyakit
:
Ny. S datang dengan anaknya An. Km 3 tahun ke RSUD Wangaya pada
tanggal 9 Januari 2016 pukul 10.00 Wita. Ny. S mengeluhkan bahwa
anaknya sering sakitsakitan ,dan memiliki kelainan pada bagian alat
kelaminnya dan susah untuk BAK , setelah dilakukan pemeriksaan oleh
dokter bahwa terjadi juga kelainan pada daerah ginjal An. Km dan
IV.
V.
Anak-anak
Keadaan sebelum sakit nafsu makan pasien 3x sehari, jenis makanan
pokok nasi, jenis lauk ayam, tempe, tahu dan telur, jenis sayuran bayam,
kangkung, wortel dan sayur hijau, alergi udang, jenis makanan selingan
biskuit.
Keaadan saat sakit nafsu makan pasien berkurang cuma 2x sehari dan
sedikit-sedikit, jenis makanan pokok nasi, jenis lauk ayam, tempe, tahu
dan telur, jenis sayuran bayam, kangkung, wortel dan sayur hijau, alergi
udang, jenis makanan selingan biskuit.
C. Eliminasi (BAB/BAK)
Biasa memberitahu dan melakukan BAB/BAK
BAB/BAK di toilet.
BAK: 1x setiap 3 jam,
sendiri, tempat
jalan-jalan
ke
taman
bersama
dengan
keluarganya.
F. Istirahat dan tidur
Kebiasaan istirahat.
Kebiasaan tidur: Pasien mencuci kaki sebelum tidur, kencing sebelum
tidur, tidak mengompol, tidak mengorok, tidak mengigau, jarang terjaga
ketika tidur, tidak ada kebiasaan tidur lainnya, tidur malam selama 810/jam mulai jam 20.00 WITA, bangun pagi jam 07.00 WITA, tidur
ditemani oleh orang tua. Dan terbiasa tidur siang selama 2-3/jam.
G. Kebersihan diri
Mandi :
Pasien mandi di bantu oleh orang tuanya di kamar mandi dengan
memakai sabun dikeringkan dengan handuk.
Menggosok gigi sendiri dengan menggunakan pasta gigi waktu
menggosok gigi selama 2-3 menit.
H. Pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh pasien 36, 5 C.
I. Rasa nyaman
Keluarga pasien mengatakan An. Km sering merasa kesakitan pada
bagian alat kelaminnya dan susah melakukan BAK.
J. Rasa aman
Pasien merasa aman berada di dekat keluarganya. Tetapi pasien merasa
cemas dengan penyakitnya.
K. Belajar (anak dan orang tua)
PENGAWASAN KESEHATAN
Bila sehat pasien tidak diawasi. Saat sakit keluarga pasien minta pertolongan
kepada dokter.
Kunjungan ke Posyandu dilakukan setiap pasien mendapatkan jadwal imunisasi
Pengawasan anak dirumah sangat ketat dilakukan oleh orang tuanya.
Imunisasi (1-5 tahun)
Imunisasi
Umur
Tgl diberikan
Reaksi
Tempat
Imunisasi
HB0
0 hari
1
lebih
21 April 2013
Rumah Sakit
Puskesmas
21 Juni 2013
Demam
Puskesmas
21 Juli 2013
Puskesmas
hari
Pentabio 1, POLIO 2
2 bulan 1
Pentabio 2, POLIO 3
hari
Pentabio 3, POLIO 4
CAMPAK
3 bulan 2
hari
4
lebih
hari
25 Agustus 2013
Puskesmas
bulan
5
25 Maret 2015
Puskesmas
-
24 bulan
VII.
VIII.
Akut/Kronis
/Menular/tidak
Umur
Lamanya
Pertolongan
saat sakit
KESEHATAN LINGKUNGAN
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien dirawat oleh kedua orang tua dan
nenek, dengan keadaan rumah bersih, dekat dengan keramaian (jalan raya),
dilingkungan perumahan.
IX.
pada kaki.
: Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau
memekik, tersenyum ketika melihat mainan/gambar
Motorik halus
Personal sosial
5 hari adalah
PEMERIKSAAN FISIK
H. Mata
Bentuk bola mata juling, pergerakannya normal, keadaan pupil isokor,
konjungtiva merah muda, keadaan kornea mata bening, sklera mata putih,
bulu mata tersebar merata serta ketajaman penglihatan baik.
I. Hidung
Tidak ada secret, tidak ada pergerakkan cuping hidung, tidak ada suara saat
bernafas, jembatan/pungggung hidung mendatar.
J. Telinga
Kebersihan cukup, tidak ada terpasang alat pendengaran, tidak ada
kelainan.
K. Mulut
Kebersihan daerah sekitar mulut cukup, keadaan selaput lendir lembab,
keadaan tenggorokan baik, tidak terdapat kelainan. Keadaan gigi tidak
berlubang, terdapat karang gigi, kebersihan gigi cukup, gusi normal dan
tidak terdapat kerusakan lainnya. Keadaan lidah normal.
L. Leher:
Tidak ada pembesaran kelenjar/pembuluh darah, tidak ada kaku kuduk,
tidak mempunyai gerak leher sempurna.
M. Thoraks:
Bentuk dada simetris, irama pernafasan, tidak ada tarikan otot bantu
pernafasan, adanya suara nafas vesicular.
N. Jantung :
Bunyi jantung normal, tidak terjadi pembesaran pada jantung
O. Persarafan :
Reflek fisiologis normal, reflek patologis normal
P. Abdomen :
Bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran organ, tidak teraba skibala,
tidak terdapat nyeri pada perabaan, tidak terdapat disentensi, tidak ada
hernia.
Q. Ekstremitas :
Jari tangan dan jari kaki pendek dan tegap, ibujari gemuk dan lebar, tidak
terdapat udem, reflek lutut normal.
R. Alat kelamin :
XI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Hasil
Nilai
Satuan
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hb
13.6
12.8 16.8
g/dl
Lekosit
6.0
4.5 13
10^9/L
Eritrosit
4.8
4.4 5.9
10^12/L
Hematokrit
38.2 L
41 53
Trombosit
436 H
150 400
10^9/L
Eosinofil
15
Basofil
01
Netrofil Batang
36
Netrofil Segmen
55
25 60
Limfosit
32
25 50
Monosit
8H
16
Gol. Darah
Differential Count
Koagulasi
PPT
PPT test
16.1
12 19
Detik
PPT kontrol
16.7
12.3 18.9
Detik
PTTK test
40.5
27 42
Detik
PTTK kontrol
36.0
27.0 43.0
Detik
Ureum
27.0
< 31
mg/dl
Creatinin
0.8
<1
mg/dl
PPTK
Kimia Klinik
HASIL OBSERVASI
1. Interaksi anak dengan orang tua
Anak tampak dekat dengan ibunya, terlihat dari saat digendong anak
nyaman dengan ibunya dan anak tidak mau berpisah dari ibunya saat akan
dilakukan penimbangan berat badan dan imunisasi.
2. Bentuk / arah komunikasi
DATA FOKUS
INTERPRETASI/
MASALAH
PENYEBAB
9 Januari 2016 DO: Letal uretra tidak
pk. 10.00 Wita
normal
Gangguan
eliminasi urine
Kurangnya
pengetahuan
tampak gelisah
mengenai prosedur
Ansietas
pembedahan/operasi
Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Tanggal
muncul
1
9
2016
teratasi
Januari Gangguan
eliminasi
urine
berhubungan 10 Januari
TTD
januari Ansietas
2016
berhubungan
dengan
krisis 10 Januari
d. Rencana Keperawatan
RENCANA TINDAKAN
No
Tgl
.
1
Diagnosa
keperawatan
hasil
Rasional
/ttd
9 Januari Gangguan
Setelah diberikan
2016
eliminasi
tindakan
mengetahui
urine
keperawatan
keadaan
berhubungan
selama 1 x 6 jam
dengan
diharapkan
pasien
- Untuk
obstruksi
retensi
urine
anatomik
berkurang dengan
(aliran
a. M
sulit diatur)
- Untuk
mengawasi/
memantau
keadaan
pasien
- Dengan
melakukan
hal yang
ada
demikian
akan dapat
a.Kandung kemih
kosong
secara
penuh
b.Tidak
100-200 cc
mempercepat
c.Intake
cairan
eliminasi urin
dalam
rentang
untuk
berkurang.
normal
d. Bebas dari ISK
e.Tidak
Nama
ada
spasme bladder
f. Balance cairan b. Observasi
keadaan pasien
seimbang
c. Lakukan
penilaian kemih
yang
komprehensif
berfokus
pada
inkontinensia
(output/input
urine,
pola
berkemih, fungsi
kognitif,
dan
masalah
kencing)
9 Januari Ansietas
2016
asuhan
berhubungan
yang
situsional
selama 1 x 6 jam
selama prosedur
(tindakan
diharapkan
cemas
akan
pasien berkurang
dilakukan)
dengan
Kriteria
menguragi
ansietas
dengan
menberikan
informasi
yang jelas
Hasil :
dapat
a. Klien
menambah
mampu
menunjukkan
gejala cemas
b. Mengidentifi
pengetahuan
keluarga
pasien
mengenai
kasi,
mengungkap
kan
dirasakan dapat
dan
proses
penyembuhan
menunjukkan
penyakit.
-Untuk
mengetahui
mengontrol
tingkat
cemas
kecemasan
c. Vital
tingkat
kecemasan
sign
dalam
pasien
-Teknik
batas
normal
c. Intruksikan
d. Postur tubuh,
relaksasi
keluarga pasien
ekspresi
untuk
wajah, bahasa
menggunakan
tubuh
teknik relaksasi
dan
adalah teknik
yang sering
tingkat
digunakan
untuk
mengurangi
aktivitas
perasaan
menunjukkan
cemas
-Untuk
berkurangnya
kecemasan
d. Berikan
obat mengurangi
untuk
kecemasan
mengurangi
kecemasan
e. Implementasi Keperawatan
N
Hari/Tanggal/ No
o
1.
Waktu
Sabtu,
Dx
9 1
Januari 2016
Implementasi
Mengobservasi
Evaluasi
Formatif Paraf
(Respon pasien)
keadaan KU : Lemah,
umum pasien
pasien Perawat
Pukul 10.00
melakukan BAK
Wita
Pukul
11.00 1
Wita
TD : 80/70 mmHg
Perawat
jaga
: 36,5 C
N : 100x/menit
Rr : 30x/menit
Pukul 12.00 1
Memberikan
makan
Wita
operasi)
jaga
Pukul 12.30 1
Perawat
Wita
obat
jaga
Mengobservasi
Wita
pasien
Pukul 14.00 2
Memberikan
Wita
keluarga
HE
pasien
prosedur
tentang mendengarkan
tindakan mengerti
pembedahan/operasi
yang
dan jaga
dengan
dijelaskan
apa
oleh
perawat
Pukul 14.30 2
Mengajarkan
teknik Keluaga
Wita
pasien Perawat
dan
teknik jaga
relaksasi dilakukan
Pukul 15.00 2
Mengidentifikasi
Wita
prosedur
tindakan
pembedahan/operasi dan
keluarga pasien bersedia
mengikuti semua yang
dianjurkan dokter untuk
kesembuhan anaknnya
Pukul 16.00 1
Mengobservasi tanda-tanda
Wita
vital pasien
Perawat
TD : 80/70 mmHg
S
: 36 C
jaga
N : 105x/menit
Rr : 30x/menit
f. Evaluasi
No.
Hari/tanggal/waktu
1.
No.
Dx.
1
Evaluasi Sumatif
Paraf
masih
susah
melakukan BAK
O: Pasien tampak pucat, lemah,
CM : 1500 cc/hari , CK :
750 cc/hari
TD : 80/70 mmHg
S
: 36 C
N : 105x/menit
Rr : 30x/menit
A: Tujuan belum tercapai dan
masalah belum teratasi
2.
dilakukan
yang
kepada
anaknnya
O: Pasien tampak rileks bersama
dengan ibunya
A: Tujuan tercapai dan Masalah
teratasi
P: Pertahankan kondisi pasien