You are on page 1of 11

BAB 13

STRATEGI AUDIT DAN PROGRAM AUDIT SECARA


KESELURUHAN
Dalam mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, auditor
menggunakan lima jenis pengujian (types of test) untuk menentukan
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Auditor
menggunakan prosedur penilaian resiko untuk menilai resiko salah saji
yang material, yang merupakan gabungan dari resiko inheren dan resiko
pengendalian. Keempat jenis pengujian lainnya merupakan prosedur audit
selanjutnya yang dilaksanakan sebagai respons terhadap resiko yang
diidentifikasi.
Pemahaman auditor atas pengendalian internal digunakan untuk menilai
resiko pengendalian bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi. Contohnya adalah penilaian tujuan keakuratan untuk transaksi
penjualan sebagai bernilai rendah dan tujuan keterjadian yang bernilai
sedang.
Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun terotomatis dapat
mencakup jenis jenis bukti berikut:
1 Meminta keterangan dari personil klien yang tepat
2 Memeriksa dokumen, catatan dan laporan
3 Mengamati aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian
4 Melaksanakan ulang prosedur klien
Auditor melaksanakan walkthrought sistem sebagai bagian dari
prosedur untuk mendapatkan pemahaman guna membantunya
menentukan apakah pengendalian telah berjalan dengan semestinya.
Biasanya wolkthrough diterapkan pada satu atau beberapa transaksi
dan mengikuti transaksi itu melewati seluruh prosesnya.
Prosedur yang ditempuh auditor untuk menentukan apakah
pengendalian yang terotomatis telah diimplementasikan juga berlaku
sebagai pengujian atas pengendalian tersebut, jika auditor
menentukan ada risiko yang minimal bahwa pengendalian yang
terotomatisasi telah diubah sejak pemahaman diperoleh. Jadi, tidak
ada pengujian pengendalian tambahan yang akan diperlukan. Jumlah
bukti tambahan yang diperlukan untuk pengujian pengendalian ada
pada 2 hal:
- Luas bukti yg diperoleh dalam memahami pengendalian internal
- Pengurangan resiko pengendalian yang di rencanakan
Pengujian substantif adalah prosedur yang di rancang untuk
menguji salah saji dolar ( sering disebut salah saji moneter) yang
secara langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan.
Auditor dapat mengandalkan pada tiga jenis pengujian substantif:
pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian
rincian saldo.

Pengujian substantif atas transaksi digunakan untuk menentukan


apakah keenam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah
dipenuhi bagus setiap kelas transaksi. Dua tujuan untuk transaksi
penjualan itu adalah ada transaksi penjualan (tujjan keterjadian)
dan transaksi penjualan yang ada telah dicatat (tujuan
kelengkapan).
Seperti telah dibahas di bab7 prosedur analitis melibatkan
perbandinhan jumlah yang tercatat dengan harapan yang
dikembanahkan oleh auditor. Standar auditing mengharuskan hal itu
dilakukan selama tahap perencanaaan dan penyelesaian audit.
Meskipun tidak diisyaratkan, prosedur analitis juga dapat
dilaksanakan pada audit saldo akun. Dua tujuan yang paling penting
dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah:
1 Menunjukkan salah saji yang mungkin dalam laporan keuangan
2 Memberikan bukti substantif
Prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap perencanaan
biasanya berbeda dengan yang dilaksanakan dalam tahap
pengujian. Sebagai contoh, meskipun menghitung marjin kotor
selama tahap perencanaan, auditor mungkin melakukannya
dengan menggunakan data interim. Nanti selama pengujian
saldo akhir auditor akan mengkalkulasi kembali rasio itu dengan
menggunakan data setahun penuh.
Pengujian rincian saldo berfokus pada saldo akhir buku besar
baik untuk akun neraca maupun laporan laba rugi. Penekanan
utama dalam sebagian besar pengujian rincian saldo adalah pada
neraca. Contohnya meliputi konfirmasi saldo pelanggan
menyangkut piutang usaha

Perancangan Program Audit


Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan
penekanan yang tepat pada masing- masing dari empatj enispengujianlainnya ,
program audit khususbagisetiapjenisharusdirancang. Auditor yang
bertanggungjawabitu juga
cenderungmendapatkanpersetujuandarimanajersebelummelaksanakanprosedur
audit ataumwndelegasikantugasnyakepadaasisten. Mari
kitaberfokuspadaperancangan program audit untukmemenuhitujuan audit yang
berkaitandengansaldodan yang berkaitandengantransaksi.
Dalamsikluspenjualandanpenagihan ,misalnya , auditor dapatmenggunakan :
-

Program audit
pengujianpengendaliandanpeengujiansubstansifatastransakasiuntukpenju
alandanpenerimaankas
Program audit proseduranalitissubtansifuntukkeseluruhansiklus
Program audit pengujianrinciansaldountukkas , piutangusaha ,
bebanpiutangtaktertagih, penyisihanuntuykpiutangtaktertagih ,
danpiutangusaharupa- rupa

Program audit
pengujianpengendaliandanpengujiansubstansifatastransaksibiasanyameliputibag
iandeskriptif yang mendokumentasikanpemahamanataspengendalian internal
yang diperolehselamapelaksanaanprosedurpenilaianrisiko.

Prosedur audit
Auditor
mengikutipendekatanempatlangkahuntukmengurangirisiskopengendsalian yang
di perkirakan.
1. Memberlakukantujuan audit yang
berkaitaandengantransaksipadakelastransakasi yang diuji,
sepertipenjualan.
2. Mengidentifikasikanpengendaliankunci yang
dapatmenguranhgirisikopengendalianuntuksetiaptujuan audit yang
berkaitandengantransaksi.
3. Mengembangkanpengujianpengendalian yang
tepatbagisemuapengendalian internal yang
digunakanuntukmengurangipenilaianpendahuluanatasrisikopengendalianb
awahmaksimum ( pengendaliankunci)
4. Untukjenissalahsajipotensial yang berkaitandengansetiaptujuan audit
yang berkaitandengantransaksi,
rancanglahpengujiansubtansifatastransaksi yang tepat
,denganmempertimbangkandefisiensipengendalian internal danhasil yang
diharpkandaripengukianpengendalianpadalangkah 3.
Kerena relative murahbanyak auditor
melaksanakanproseduranalisissubtansifpadasemua audit.Proseduranalitis yang
dihitungdenganmenggunakanjumlahbulananbiasanyaakanlebihselektifdalammen
deteksisalahsajiketimbang yang dihitungdenganmenggunakanjumlahtahunan,
danperbandinganper
;linibisnisbiasanyaakanlebihefektifketimbangperbandinganseluruhperusahaan.
Jikapenjualandanpiutangusahadidasarkanpadahubungan yang
dapatdiprediksidengan data non keuangan , auditor sering kali
menggunakaninformasiituuntukmelakukanproseduranalitis. Ketika auditor
berencanamenggunakanproseduranaalitisuntukmemberikankeyakinansubtansifta
ntangsaldoakun data yang
digunakandlamkalkulasiharusdipandangcukupdapatdiandalkan.
Perancanganprosedurinibiasanyaadalahbagian yang paling sulitdariseluruh
proses
prencanaankarenabersifatsubjektifdanperlubanyakpertimbanganprofesiaonal.

Mengidentifikasirisikobisnisklien yang memengaruhipiutangusaha


Sebgaibagiandarimemahamibisnis, danindustriklien, auditor
mengidentifikasidanmengevaluasirisikobisnisklien yang
signifikanuntukmenentukanapakahhalitumeningkatkanrisikosalahsaji yang
material dalamlaporankeuangan. Risikoinikemudianakanmempengaruhiluasbukti
yang tepat.

Menetapkanmaterialitaskinerjadanmenilairisikoinherenuntkpiutangusah
a
Auditor
harusmemutuskanpertimbanganpendahuluantentengmaterilitasoada audit
secarakeseluruhandanmkemudiamengalokasikantotalnyakesladoakun,
untukmenetapkanmaterialitaskinerjabagisetiapsaldo yang signifikan.
Beberapaauditoemengalokasikanmaterialitaskinerjakesetiapsudut audit yang
berkaitandengansaldo, tetapisebagianbesartidak.
Risikoinherendinilaidenganmangidentifikasisetiapaspekdarisejarah,
lingkunganatauoperasiklien yang
menunjukkankemungkinanbesarbahwaadasalahsajilaporankeungantahunberjalan
. Saldoakun, dimanarisikoinherentelahdinilaitinggi
,akanmenghasilkanlebihbanyakakumulasibuktiketimbangakundenganrisikoinhere
n yang rendah. Risikoinheren juga dapatdiperluaskesetiaptujuan audit yang
berkaitandengansaldo. Risikoinherendapattetaprendahuntuksemuatujuanlainnya.

Menilairisikooengendalianuntuksikluspenjualandanpenagihan
Pengendalianyangaefektifakanmengurangirisikopengendalian,sehingga
juga mengurangijumlahbukti yang
diperlukanuntukpengujiansubtansifatastransaksidanpengunciansaldo
.pengendalian yang kurangmemadaiakanmeningkatkanbuktisubtansif yang
diperlukan.
Merancangdanmelaksanakanpemgujianpengendaliansertapengujiansub
tansifatstransaksiuntuksikluspenjualandanpenagihan
Pengujianpengendaliandanpengujiansubtansifatastransaksidirancangdenganhara
panhasil- hasiltertentuakandiperoleh.
Iniakanmemeungkinkandilakkukannyapengujiansubtansif yang
kurangekstensifkesaldopiutangusaha.

Merancangdanmelaksanakanproseduranalitisuntuksaldopiutang
Auditor melaksanakanproseduranalitissubtansifakunakunsepertipiutangusaha demi duatujuan
;untukmengidentifikasikemungkinansalahsajidalamsaldodanuntukmengurangipe
ngujian audit terinci.

MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG AKAN DILAKSANAKAN


Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan
audit atas laporan keuangan, tetapi ada jenis tertentu yang lebih
ditekankan, tergantung pada situasinya. Ingatlah bahwa prosedur
penilaian risiko sangat diperlukan dalam semua audit untuk menilai risiko
salah saji yang material, sementara keempat jenis pengujian lainnya

dilaksanakan sebagai respons terhadap risiko yang diidentifikasi demi


memberikan dasar bagi pendapat auditor.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi pilihan auditor atas jenis pengujian
yang akan dipilih, termasuk ketersediaan delapan jenis bukti , biaya relatif
dari setiap jenis pengujin, efektivitas pengendalian internal , dan risiko
inheren.
Ketersediaan jenis bukti untuk prosedur audit selanjutnya
Mengikhtisarkan hubungan antara prodedur audit selanjutnya dan jenis
bukti . Kita dapat melakukan beberapa pengamatan atas tabel itu:
Lebih banyak jenis bukti , enam jumlahnya, yang digunakan untuk
pengujian rincian saldo ketimbang jenis pengujian lainnya
Hanya pengujian rincian saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik
dan konfirmasi
Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian
Inspeksi digunakan dalam setiap jenis pengujian kecuali prosedur
analitis
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian mana yang akan
dipilih untuk memperoleh bukti yang tepat yang mencukupi , biaya
bukti itu merupakan pertimbangan yang penting. Jenis pengujian
yang tercantum berikut ini disusun menurut peningkatannya
biayanya:
Prosedur analitis, dianggap paling murah karena relatif mudah
dihitung dan dibandingkan. Sering kali, informasi yang cukup
banyak tentang salah saji yang potensial dapat diperoleh
dengan hanya membandingkan dua atau tiga angka.
Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk memahami
pengendalin internal ,tidak semahal pengujian audit lainnya
karena auditor dengan mudah dapat melakukan tanya jawab
dan pengamatan serta melaksanakan prosedur analitis
perencanaan.
Pengujian pengendalian , juga melibatkan pengajuan
pertanyaan atau tanya jawab, pengamatan , dan inspeksi ,
biaya relatifnya juga lebih rendah dibandingkan pengujian
substantif.namun, pengujian pengendalian jauh lebih mahal
dibandingkan prosedur penilaian risiko audior karena luas
pengujian yang diperlukan jauh lebih besar untuk
mendapatkan bukti bahwa pegendalian telah beroparasi
secara efektif.
Pengujian substantif atas transaksi, lebih mahal dibandingkan
pengujian pengendalian yang tidak mencakup pelaksanaan
ulang , karena sering kali memerlukan rekalkulasi dan
penulusuran
Pengujian rincian saldo, hampir lebih mahal dibandingkan
jenis prosedur yang lain, karena biaya prosedur seperti untuk
mengirimkan konfirmasi dan menghitung persediaan. Karena
tingginya biaya pengujian rincian saldo ,biasanya auditor

mencoba merencakan audit untuk menimalkan


penggunaannya.
HUBUNGAN ANTARA PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF
Untuk memahami dengan lebih baik pengujian pengendalian
dan pengujian substantif , mari kita telaah perbedaanya.
Pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya
mengindikasikan kemungkinan salah saji yang mempenharuhi
nili dolar laporan keuangan , sedangkan pengecualian dalam
pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian
saldo merupakan salah saji laporan keuangan. Pengecualian
dalam pengujian pengendalian disebut deviasi pengujian
pengendalian.
HUBUNGAN ANTARA PROSEDUR ANALITIS DAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF
Seperti pengujian pengendalian, prosedur analitis juga hanya
mengindikasikan kemungkinan salah saji yang mempengaruhi
nilai mata uang dalam laporan keuangan. Fluktuasi yang tidak
biasa dalam hubungan antara satu akun dengan akun
lainnya , atau dengan informasi non keuangan , dapat
mengindikasikam kemungkinan yang meningkat bahwa ada
salah saji yang material tanpa harus menyediakan bukti
langsung tentang salah saji material itu . Apabila prosedur
analitis mengidentifikasi fluktuasi yang tidak biasa , auditor
harus melaksanakan pengujian substantif atas transaksi atau
pengujian rincian saldo untuk menentukan apakah salah saji
mata uang telah benar-benar terjadi. Jik auditor melaksanakan
prosedur analitis dan yakin bahwa kemungkinan salah saji
yang material bernilai kecil, pengujiann substantif lainnya
dapat dikurangi

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP


PENGUJIAN AUDIT
Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor entitas
yang mengirimkan , memproses, memelihara , atau
mengakses informasi penting secara elektronis. Contoh bukti
elektronik meliputi record tranfer dana elektronik dan pesanan
pembelian yang dikirimkan melalu electronic data incharge .
Bukti kinerja dari pengendalian yang terotomatosasi, seperti
perbandinhan pesanan penjualan yang diusulkan dengan
batas kredit pelanggan yang dilakukan komputer, juga hanya
bisa dalam bentuk elektronik.
Namun, karena konsistensi yang melekat dalam pemrosesan
TI auditor mungkin dapat mengurangi luas pengujian atas
pengendalian yang terotomatisasi. Sebagai contoh ,
pengendalian berbasis perangkat lunak hampir pasti dapat
berfungsi secara konsisten kecuali programnya diubah.

BAURAN BUKTI

Bauran bukti (evidence mix) , dibagi 4 audit yang berbeda .


Dalam setiap kasus , asumsikan bahwa bukti yang tepat yang
mencukupi sudah terkumpul. Dalam setiap audit , anda harus
menentukan uraian tentang klien dan bauran bukti.
ANALISIS AUDIT 1 klien ini adalah sebuah perusahaan besar
yang memiliki pengendalian internal yang canggih dan risiko
inheren yang rendah. Karena itu, auditor melaksanakan
pengujian pengendalian yang ekstensif dan sangat
mengandalkan pengendalian internal klien untuk mengurangi
pengujian substantif. Prosedur analitis substantif yang
ekstentif juga dilaksanakan untuk mengurangi pengujian
substantif lainnya.
ANALISIS AUDIT 2 Perusahaan ini berukuran sedang, yang
memiliki sejumlah pengendalian dan beberapa risiko inheren.
Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian dalam
jumlah sedang bagi semua jenis pengujian kecuali prosedur
analitif substantif, yang akan dilaksanakan secara ekstensif.
ANALISIS AUDIT 3 perusahaan ini berukuran sedang tetapi
mempunyai segelintir pengendalian yang efektif dan risiko
inheren yang signifikan. Manajemen mungkin telah
memutuskan bahwa memiliki pengendalian internal yang lebih
baik tidak efektif dari segi biaya. Karena tidak memiliki
pengendalin internal yang efektif , kita dapat mengasumsikan
bahwa perusahaan ini mungkin sebuah perusahaan non publik
ANALISIS AUDIT 4 rencana awal pada audit ini adalah
mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2 .
Namun, auditor mungkin menemukan penyimpangan
pengujian pengendalian yang ekstensif dan salah saji yang
signifikan meskipun melakukan pengujian substantif atas
transaksi dan prosedur analitis substantif.

Merancang Pengujian Rincian Saldo Piutang Usaha untuk


Memenuhi Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo
Pengujian rincian saldo yang telah direncanakan meliputi prosedur
audit, ukuran sampel, item yang dipilih, dan penetapan waktu. Prosedur
ini harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun serta setiap tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo pada setiap akun tersebut.
Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang pengujian rincian
saldo adalah perlunya memprediksi hasil dari pengujian pengendalian,
pengujian substantive atas transaksi, dan prosedur analitis sebelum hal
itu dilaksanakan. Prediksi ini diperlukan karena auditor harus merancang
pengujian rincian saldo selama tahap perencanaan, tetapi rancangan
yang tepat tergantung pada hasil dari pengujian lainnya.

Salah satu bagian yang paling menantang dalam audit adalah


menerapkan dengan tepat faktor-faktor yang mempengaruhi pengujian
rincian saldo. Setiap faktor itu bersifat subjektif. Lebih lanjut, dampak
setiap faktor terhadap pengujian rincian saldo juga sama subjektifnya.

Tingkat Disagregasi Aktivitas Perencanaan


Berbagai aktivitas perencanaan diterapkan pada tingkat disagregasi
yang berbeda, tergantung pada sifat aktivitas itu. Tingkat disagregasi
tersebut berkisar dari audit secara keseluruhan hingga tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo bagi setiap akun.

Program Audit Ilustratif


Standar auditing
program audit tertulis.

mengharuskan

auditor

untuk

menggunakan

Hubungan Tujuan Audit yang Berkaitan dengan


Transaksi dan Tujuan Audit yang Berkaitan dengan
Saldo serta Penyajian dan Pengungkapan
Pengujian rincian saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo bagi setiap akun, dan luas pengujian
tersebut dapat dikurangi apabila tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi telah dipenuhi oleh pengujian pengendalian atau pengujian
substantif atas transaksi. Auditor masih akan mengandalkan pengujian
substantif atas saldo untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo berikut:
- Nilai yang dapat direalisasi
- Hak dan kewajiban
Pengujian substantif tambahan atas saldo juga mungkin
dilaksanakan untuk tujuan audit yang berkaitan dengan saldo lainnya,
tergantung pada hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi.

6. IKHTISAR ISTILAH PENTING YANG BERKAITAN


DENGAN BUKTI
Fase Proses Audit
Keempat fase proses audit (phases of the audit process)
merupakan cara utama audit itu diorganisasi.

Tujuan Audit

Ini merupakan tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum


auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu kelas transaksi atau saldo
akun tertentu telah dinyatakan secara wajar. Ada enam tujuan audit
yang berkaitan dengan transaksi, delapan yang berkaitan dengan
saldo, serta empat yang berkaitan dengan penyajian dan
pengungkapan.

Jenis Pengujian

Lima jenis pengujian audit, digunakan auditor untuk


menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara
wajar.

Keputusan Bukti

Empat subkategori keputusan yang dibuat auditor dalam


mengumpulkan bukti audit, kecuali untuk prosedur analitis, keempat
keputusan bukti berlaku untuk setiap jenis pengujian.

Jenis Bukti

6. IKHTISAR PROSES AUDIT


Fase I: Merencanakan dan Merancang Pendekatan Audit
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dari prosedur
penilaian risiko yang berkaitan dengan penerimaan klien dan perencanaan
awal, pemahaman bisnis dan industri klien, penilaian risiko bisnis klien,
dan pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan terutama untuk menilai
risiko inheren dan risiko audit yang dapat diterima.
Pada akhir fase I, auditor harus memiliki rencana audit yang disusun
dengan baik dan program audit khusus untuk keseluruhan audit.

Fase II: Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan


Pengujian Substantif atas Transaksi
Auditor melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi selama fase ini. Tujuan dari fase II adalah untuk:
1. Memperoleh bukti untuk mendukung pengendalian khusus yang
berkontribusi pada penilaian risiko pengendalian auditor (yaitu, bila
dikurangi di bawah maksimum) bagi audit laporan keuangan dan
audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan perusahaan
publik.
2. Memperoleh bukti untuk mendukung ketepatan moneter transaksi.

Fase III: Melaksanakan Prosedur Analitis dan Pengujian


Rincian Saldo
Tujuan dari fase III adalah memperoleh bukti tambahan yang
mencukupi guna menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki atas
laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar. Sifat dan luas pekerjaan
akan sangat tergantung pada temuan dari dua fase sebelumnya.
Dua kategori umum dari prosedur fase III adalah:
1. Prosedur analitis substantif yang menilai kelayakan transaksi dan
saldo secara keseluruhan.
2. Pengujian rincian saldo, yang merupakan prosedur audit untuk
menguji salah saji moneter dalam saldo laporan keuangan.

Fase IV: Menyelesaikan


Laporan Audit

Audit

dan

Mengeluarkan

Melaksanakan Pengujian Tambahan untuk Penyajian dan


Pengungkapan

Auditor mengumpulkan bukti yang bersangkutan dengan


tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan.
Prosedur yang dilaksanakan auditor untuk mendukung empat tujuan
audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan serupa
dengan prosedur audit yang dilaksanakan untuk mendukung tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi dan yang berkaitan dengan
saldo.
Selama fase terakhir ini, auditor melaksanakan prosedur audit
yang berkaitan dengan kewajiban kontinjen dan peristiwa setelah
tanggal neraca. Kewajiban kontinjen adalah kewajiban potensial
yang harus diungkapkan dalam catatan kaki klien. Auditor harus
memastikan bahwa pengungkapannya lengkap dan akurat.

Mengumpulkan Bukti Akhir

Selain bukti yang diperoleh untuk masing-masing siklus


selama fase I dan II, dan untuk masing-masing akun selama fase III,
auditor harus mengumpulkan bukti berikut untuk laporan keuangan
secara keseluruhan selama fase penyelesaian:
Melaksanakan prosedur analitis terakhir
Mengevaluasi asumsi going-concern
Mendapatkan surat representasi klien
- Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk
memastikan bahwa hal itu konsisten dengan laporan
keuangan

Mengeluarkan Laporan Audit

Jenis laporan audit yang akan dikeluarkan tergantung pada


bukti yang dikumpulkan dan temuan audit.

Berkomunikasi dengan Komite Audit dan Manajemen


Auditor diwajibkan untuk mengomunikasikan defisiensi yang
signifikan dalam pengendalian internal kepada komite audit atau
manajemen senior. Standar auditing juga mengharuskan auditor
untuk mengomunikasikan berbagai hal tertentu lainnya kepada
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, seperti komite audit
atau badan serupa yang ditunjuk setelah penyelesaian audit.
Meskipun tidak diharuskan, auditor sering juga memberi saran
kepada manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis.

You might also like