You are on page 1of 30

FRAKTUR CRURIS

Kelompok 7
ALFRIDA PATABANG
ANITA
MUHAMMAD MUSLIM HASAN
NURUL DINDA AGUSTINA
NURUL HIJRTUNNISA
RIRIN ANDASARI
UMAIRAH

PENGERTIAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya


kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat,
2004).
Sedangkan cruris adalah tungkai bawah yang
terdiri dari dua tulang panjang yaitu tulang
tibia dan

ETIOLOGI

Pada fraktur cruris disebabkan karena adanya


trauma pada tungkai bawah kanan akibat
benturan dengan benda yang keras, baik
secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Reksoprodjo, 2010 :


1. Trauma
Trauma langsung : benturan pada tulang secara langsung dan
mengakibatkan terjadi fraktur di tempat itu.
Trauma tidak langsung : titik tumpu benturan dengan
terjadinya fraktur berjauhan.
2. Fraktur patalogis disebabkan karena proses penyakit
seperti osteoporosis, kanker tulang dll.
3. Degenerasi,terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu
sendiri/usia lanjut.
4. Spontan, terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah
raga.
5. Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan
langsung, jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi atau gerakan
memuntir yang keras.
6. Fraktur tibia dan fibula secara umum akibat dari pemutaran
pergelangan kaki yang kuat dan sering dikait dengan
gangguan kesejajaran.(Apley, G.A. 1995 : 840)

ANATOMI FISIOLOGI
Secara anatomi terdapat 4 grup otot yang penting di
cruris:
1.otot ekstensor
2.otot abductor
3.otot triceps surae
4.otot fleksor

Keempat grup otot tersebut membentuk 3


kompartemen
Grup I :memebentuk kompartemen anterior
Grup II :membentuk kompartemen lateral
Grup III+IV :membentuk kompartemen posterior yang
terdiri
dari kompartemen
superficial dan
kompartemen dalam.

Arteri:
1.arteri tibialis anterior
2.arteri tibialis posterior
3.arteri peroneus
Saraf:
1.n.tibialis anterior dan n.peroneus
mempersarafi otot ekstensor dan abductor
2.n.tibialis posterior dan n.poplitea untuk
mempersarafi otot fleksor dan otot
triceps surae.

DESKRIPSI KASUS

Seorang pasien (LK/20 thn) sedang


dirawat di rumah sakit dengan kondisi
fraktur cruris tertutup pada kaki bagian
kanan. Pasien dalam keadaan berbaring
dan kakinya terpasang gips. Pasien
sudah 3 hari berada di ruangan rumah
sakit. Pasien belum bisa berjalan. Vital
Sign : Normal. Penyebab frakturnya
yaitu karena trauma langsung saat
bermain sepak bola.

PROSES FISIOTERAPI

1. ASSESSMENT
a. Anamnesis Umum
Nama
: Muslim
Usia
: 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan
: Mahasiswa
Hobi
: Main Sepak Bola

b. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Fraktur Cruris dengan
Pemasangan Gips
Letak Keluhan : 1/3 distal dextra
RPP
: Pasien mengalami fraktur
akibat trauma langsung saat bermain sepak
bola. Sudah 3 hari diberikan penanganan oleh
dokter dan telah dipasangkann gips. Pasien
belum bisa berjalan

c. Vital Sign
Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
Denyut Nadi
: 65x/menit
Pernapasan
: 16x/menit

d. Inspeksi
Kaki kiri dan kanan sejajar. Kaki kanan masih
terpasang gips sirkuler long leg plaster (Gips
dipasang mulai dari pangkal jari kaki sampai
proksimal femur )

Pemeriksaan fungsi dasar

Gerakan Pada Knee dan ankle bagian kanan belum bisa


dilakukan karena masih terpasang gips

DIAGNOSIS, PROBLEMATIK,
RENCANA INTERVENSI
2. Diagnosis Fisioterapi
Fraktur Cruris dextra 1/3 distal. Belum bisa berjalan,
indikasi kaku sendi pada knee dan ankle karena
terpasang gips
3. Problematik FT
- Anatomical Impairment : fraktur cruris
- Functional limitation : terbatas melakukan gerakan
pada kaki kanan, belum bisa berjalan,
- Participation restriction : Belum bisa ikut perkuliahan
4. Rencana Intervensi
Memberikan latihan agar tidak terjadi kekakuan sendi
dan kontraktur otot
Memberikan latihan berjalan

INTERVENSI
Terapi latihan yang dilakukan adalah:
Breathing Exercise
latihan ini dilakukan sejak hari pertama post
operasi , Hal ini dilakukan untuk mencegah
timbulnya komplikasi paru pada post operasi
akibat bius general. Tehnik latihan pernafasan
ini menekankan pada inspirasi maksimal dan
panjang lalu dihembuskan dengan perlahan
sampai
akhir
expirasi
dengan
tujuan
mempertahankan alveolus tetap mengembang,
mobilisasi
thorak,
untuk
meningkatkan
oksigenasi dan mempertahankan volume paru.

Positioning
tungkai dielevasikan dengan cara di ganjal
bantal setinggi 30 - 450. Selama pasien
sadar, dosisnya adalah satu jam tungkai
dielevasikan
dan
satu
jam
tungkai
dikembalikan ke posisi semula.

Static contraction
Sejak awal, pasien diajar untuk melatih otot
kaki, pergelangan kaki dan lutut , Tujuan
static contraction adalah memperlancar
sirkulasi darah sehingga dapat membantu
mengurangi oedem dan nyeri serta menjaga
kekuatan otot agar tidak terjadi atrofi.

Passive exercise
Kekuatan luar tersebut dapat berasal dari gravitasi,
mesin, individu atau bagian tubuh lain dari individu itu
sendiri (Kisner, 1996). Gerakan ini terbagi menjadi 2
gerakan:
- Relaxed passive exercise
merupakan gerakan murni yang berasal dari terapis tanpa
disertai gerakan dari anggota tubuh pasien. Tujuan dari
gerakan ini untuk melatih otot secara pasif, sehingga
diharapkan otot menjadi rileks dan dapat mengurangi
nyeri akibat incisi serta mencegah terjadinya
keterbatasan gerak dan elastisitas otot (Kisner, 1996).
- Force passive exercise
berasal dari terapis atau luar dimana pada akhir gerakan
diberikan penekanan. Tujuan gerakan ini untuk mencegah
terjadinya kontraktur dan menambah luas gerak sendi
serta untuk mencegah timbulnya perlengketan jaringan
(Kisner, 1996).

Active exercise
Tujuan active exercise:
memelihara dan meningkatkan kekuatan
otot
mengurangi bengkak disekitar fraktur
mengembalikan koordinasi dan ketrampilan
motorik untuk aktivitas fungsional.

Hold rilex
Posisi pasien duduk long sitting atau tidur
terlentang tangan kiri terapis memfiksasi atas
ankle lalu tangan kanan terapis berada
dibawah tumit kaki pasien dengan lengan
bawah berada di telapak kaki pasien sebagai
tahanan. Setelah siap pasien melakukan
gerakan ke arah dorsi fleksi hingga batas nyeri,
setelah itu pasien diminta untuk melawan
tahanan ke arah plantar fleksi lalu terapis
memberi aba-aba pertahankan disini.
Setelah itu rileks dan terapis berusaha
menambah gerakan ke arah dorsi fleksi.

Ressisted Active Exercise


Posisi pasien duduk ditepi bed atau duduk
ongkang-ongkang, terapis duduk di stool
disebelah kaki yang sakit pasien, kemudian
pasien diminta meluruskan lurus (ekstensi
knee) dan menekuk lutut (fleksi knee). Pada
saat pasien melakukan gerakan terapis,
memberi tahanan, tangan terapis memfiksasi
bagian atas lutut, tangan kiri terapis memegang
ankle alau pergelangan kaki yang sakil pasien.
Dilakukan 8 kali atau toleransi pasien.

Latihan duduk Long Sitting


Posisi awal pasien tidur terlentang satu
tangan terapis diletakkan di punggung
pasien. Untuk menahan agar tidak jatuh,
pasien diminta bangun dengan kedua siku
sebagai tumpuan, kemudian kedua telapak
tangan pasien menumpu setelah badan
condong ke belakang/posisi long sitting,
kedua tangan menumpu ke belakang badan.

Latihan jalan
Latihan jalan merupakan aspek terpenting
pada penderita sehingga mereka dapat
kembali melakukan aktifitasnya seperti
semula. Latihan ini dilakuakan secara
bertahap. Dimulai dari aktivitas di tempat
tidur seperti bergeser (bridging), bangun,
duduk dengan kaki terjuntai ke bawah (high
sitting) kemudian latihan berdiri, ambulasi
berupa jalan dengan menggunakan walker
kemudian ditingkatkan dengan menggunakan
kruk (tergantung kondisi umum pasien).

Latihan berjalan secara Non Weight Bearing


(NWB) dengan menggunakan metode three point
gait pada hari ke 3 atau sesuai kemampuan
pasien,
kemudian ditingkatkan dengan cara Partial
Weight Bearing (PWB) jika pada pasien tersebut
sudah terjadi pembentukan callus atau kurang
lebih 3 minggu (Gartland, 1974).
Dosis awal latihan 30% menumpu berat badan
dan kemudian ditingkatkan menjadi 80%
menumpu berat badan,
lalu ditingkatkan lagi dengan latihan Full Weight
Bearing. Tujuan dari latihan ini agar pasien dapat
melakukan ambulasi secara mandiri walaupun
masih dengan bantuan alat.

Edukasi
Edukasi yang perlu diberikan pada pasien
yaitu home program yang dapat dilakukan di
bangsal maupun di rumah, seperti :
melakukan aktivitas sendiri atau dengan
bantuan orang lain untuk berlatih seperti
yang telah diajarkan,
untuk
mengurangi
bengkak
pasien
dianjurkan mengganjal tungkai yang sakit
dengan guling saat pasien tidur terlentang,
kurang lebih selama 2 minggu atau lebih
setelah post operasi pasien dianjurkan untuk
tidak menumpu dengan kaki yang sakit
sampai terjadi penyambungan callus.

Setelah 2 minggu posisi dicek dengan sinar-X.


Gips dipertahankan (atau diperbarui kalau
sudah longgar) hingga fraktur menyatu
dimana pada anak-anak memakan waktu 8
minggu tetapi pada orang dewasa jarang
dibawah 16 minggu.

Bila gips dilepas, pembalut krep dipasang


dan pasien diberitahu bahwa dia dapat
meninggikan dan melatih tungkai atau
berjalan dengan benar, tetapi dia tidak boleh
membiarkannya menggantung. setelah 3-4
minggu gips panjang dapat diganti dengan
gips (atau penyangga) fungsional di bawah
lutut yang dibentuk dengan cermat untuk
menahan tibia bagian atas dan tendon
patela. Cara ini akan membebaskan lutut dan
memungkinkan penahanan beban penuh.

Kesimpulan
Penyebab fraktur adalah trauma. Fraktur patologis; fraktur
yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma
berupa: Osteoporosis Imperfekta, Osteoporosis, Penyakit
metabolik. Penyebab fraktur trauma, dibagi menjadi dua,
yaitu : Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang.
Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana
daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda
keras (jalanan). Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan
benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di
kamar mandi pada orangtua.
Penatalaksanaan fraktur incomplet yaitu X.Ray, Bone scans,
Tomogram, atau MRI Scans, Arteriogram : dilakukan bila ada
kerusakan vaskuler, CCT kalau banyak kerusakan otot. Dapat
juga dilakukan pemasangan gips
Farmakologi yang tepat untuk pasien fraktur incomplete
adalah analgetik, antibiotik, vit K, antibiotik TT ( Toksoid
Tetanus ), antitrombolitik

Saran
Sebagai seorang perawat harus memiliki
kemampuan untuk melakuakan
penatalaksanaan proses penyembuhan pasien
fraktur. Seorang pasien menjalani sebuah
metode ini harus diberi motivasi dan
menjelaskan kekurangan dan kelebihan
menggunakan bidai, gips dan traksi, agar
tidak terjadi komplikasi perawat harus jeli
dalam memonitor

SEKIAN DAN TERIMAH KASIH

You might also like