Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 7
ALFRIDA PATABANG
ANITA
MUHAMMAD MUSLIM HASAN
NURUL DINDA AGUSTINA
NURUL HIJRTUNNISA
RIRIN ANDASARI
UMAIRAH
PENGERTIAN
ETIOLOGI
ANATOMI FISIOLOGI
Secara anatomi terdapat 4 grup otot yang penting di
cruris:
1.otot ekstensor
2.otot abductor
3.otot triceps surae
4.otot fleksor
Arteri:
1.arteri tibialis anterior
2.arteri tibialis posterior
3.arteri peroneus
Saraf:
1.n.tibialis anterior dan n.peroneus
mempersarafi otot ekstensor dan abductor
2.n.tibialis posterior dan n.poplitea untuk
mempersarafi otot fleksor dan otot
triceps surae.
DESKRIPSI KASUS
PROSES FISIOTERAPI
1. ASSESSMENT
a. Anamnesis Umum
Nama
: Muslim
Usia
: 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan
: Mahasiswa
Hobi
: Main Sepak Bola
b. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Fraktur Cruris dengan
Pemasangan Gips
Letak Keluhan : 1/3 distal dextra
RPP
: Pasien mengalami fraktur
akibat trauma langsung saat bermain sepak
bola. Sudah 3 hari diberikan penanganan oleh
dokter dan telah dipasangkann gips. Pasien
belum bisa berjalan
c. Vital Sign
Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
Denyut Nadi
: 65x/menit
Pernapasan
: 16x/menit
d. Inspeksi
Kaki kiri dan kanan sejajar. Kaki kanan masih
terpasang gips sirkuler long leg plaster (Gips
dipasang mulai dari pangkal jari kaki sampai
proksimal femur )
DIAGNOSIS, PROBLEMATIK,
RENCANA INTERVENSI
2. Diagnosis Fisioterapi
Fraktur Cruris dextra 1/3 distal. Belum bisa berjalan,
indikasi kaku sendi pada knee dan ankle karena
terpasang gips
3. Problematik FT
- Anatomical Impairment : fraktur cruris
- Functional limitation : terbatas melakukan gerakan
pada kaki kanan, belum bisa berjalan,
- Participation restriction : Belum bisa ikut perkuliahan
4. Rencana Intervensi
Memberikan latihan agar tidak terjadi kekakuan sendi
dan kontraktur otot
Memberikan latihan berjalan
INTERVENSI
Terapi latihan yang dilakukan adalah:
Breathing Exercise
latihan ini dilakukan sejak hari pertama post
operasi , Hal ini dilakukan untuk mencegah
timbulnya komplikasi paru pada post operasi
akibat bius general. Tehnik latihan pernafasan
ini menekankan pada inspirasi maksimal dan
panjang lalu dihembuskan dengan perlahan
sampai
akhir
expirasi
dengan
tujuan
mempertahankan alveolus tetap mengembang,
mobilisasi
thorak,
untuk
meningkatkan
oksigenasi dan mempertahankan volume paru.
Positioning
tungkai dielevasikan dengan cara di ganjal
bantal setinggi 30 - 450. Selama pasien
sadar, dosisnya adalah satu jam tungkai
dielevasikan
dan
satu
jam
tungkai
dikembalikan ke posisi semula.
Static contraction
Sejak awal, pasien diajar untuk melatih otot
kaki, pergelangan kaki dan lutut , Tujuan
static contraction adalah memperlancar
sirkulasi darah sehingga dapat membantu
mengurangi oedem dan nyeri serta menjaga
kekuatan otot agar tidak terjadi atrofi.
Passive exercise
Kekuatan luar tersebut dapat berasal dari gravitasi,
mesin, individu atau bagian tubuh lain dari individu itu
sendiri (Kisner, 1996). Gerakan ini terbagi menjadi 2
gerakan:
- Relaxed passive exercise
merupakan gerakan murni yang berasal dari terapis tanpa
disertai gerakan dari anggota tubuh pasien. Tujuan dari
gerakan ini untuk melatih otot secara pasif, sehingga
diharapkan otot menjadi rileks dan dapat mengurangi
nyeri akibat incisi serta mencegah terjadinya
keterbatasan gerak dan elastisitas otot (Kisner, 1996).
- Force passive exercise
berasal dari terapis atau luar dimana pada akhir gerakan
diberikan penekanan. Tujuan gerakan ini untuk mencegah
terjadinya kontraktur dan menambah luas gerak sendi
serta untuk mencegah timbulnya perlengketan jaringan
(Kisner, 1996).
Active exercise
Tujuan active exercise:
memelihara dan meningkatkan kekuatan
otot
mengurangi bengkak disekitar fraktur
mengembalikan koordinasi dan ketrampilan
motorik untuk aktivitas fungsional.
Hold rilex
Posisi pasien duduk long sitting atau tidur
terlentang tangan kiri terapis memfiksasi atas
ankle lalu tangan kanan terapis berada
dibawah tumit kaki pasien dengan lengan
bawah berada di telapak kaki pasien sebagai
tahanan. Setelah siap pasien melakukan
gerakan ke arah dorsi fleksi hingga batas nyeri,
setelah itu pasien diminta untuk melawan
tahanan ke arah plantar fleksi lalu terapis
memberi aba-aba pertahankan disini.
Setelah itu rileks dan terapis berusaha
menambah gerakan ke arah dorsi fleksi.
Latihan jalan
Latihan jalan merupakan aspek terpenting
pada penderita sehingga mereka dapat
kembali melakukan aktifitasnya seperti
semula. Latihan ini dilakuakan secara
bertahap. Dimulai dari aktivitas di tempat
tidur seperti bergeser (bridging), bangun,
duduk dengan kaki terjuntai ke bawah (high
sitting) kemudian latihan berdiri, ambulasi
berupa jalan dengan menggunakan walker
kemudian ditingkatkan dengan menggunakan
kruk (tergantung kondisi umum pasien).
Edukasi
Edukasi yang perlu diberikan pada pasien
yaitu home program yang dapat dilakukan di
bangsal maupun di rumah, seperti :
melakukan aktivitas sendiri atau dengan
bantuan orang lain untuk berlatih seperti
yang telah diajarkan,
untuk
mengurangi
bengkak
pasien
dianjurkan mengganjal tungkai yang sakit
dengan guling saat pasien tidur terlentang,
kurang lebih selama 2 minggu atau lebih
setelah post operasi pasien dianjurkan untuk
tidak menumpu dengan kaki yang sakit
sampai terjadi penyambungan callus.
Kesimpulan
Penyebab fraktur adalah trauma. Fraktur patologis; fraktur
yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma
berupa: Osteoporosis Imperfekta, Osteoporosis, Penyakit
metabolik. Penyebab fraktur trauma, dibagi menjadi dua,
yaitu : Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang.
Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana
daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda
keras (jalanan). Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan
benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di
kamar mandi pada orangtua.
Penatalaksanaan fraktur incomplet yaitu X.Ray, Bone scans,
Tomogram, atau MRI Scans, Arteriogram : dilakukan bila ada
kerusakan vaskuler, CCT kalau banyak kerusakan otot. Dapat
juga dilakukan pemasangan gips
Farmakologi yang tepat untuk pasien fraktur incomplete
adalah analgetik, antibiotik, vit K, antibiotik TT ( Toksoid
Tetanus ), antitrombolitik
Saran
Sebagai seorang perawat harus memiliki
kemampuan untuk melakuakan
penatalaksanaan proses penyembuhan pasien
fraktur. Seorang pasien menjalani sebuah
metode ini harus diberi motivasi dan
menjelaskan kekurangan dan kelebihan
menggunakan bidai, gips dan traksi, agar
tidak terjadi komplikasi perawat harus jeli
dalam memonitor