You are on page 1of 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata berfungsi sebagai suatu alat optik, retina merupakan jaringan mata yang
paling kompleks. Retina memiliki struktur yang sangat terorganisasi. Struktur
yang berlapis-lapis tersebut memungkinkan lokalisasi fungsi atau gangguan
fungsional pada suatu lapisan atau sekelompok sel. Sel-sel batang dan kerucut di
lapisan fotoreseptor mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf
yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke korteks penglihatan oksipital.
Fotoreseptor terletak di lapisan terluar retina sensorik yang avaskuler dan
merupakan tempat berlansungnya reaksi kimia yang mengawali proses
penglihatan. Fotoreseptor dipelihara oleh epitel pigmen retina, yang berperan
penting dalam proses penglihatan.1
Stargardt disease adalah kelainan distrofi makula. Merupakan suatu kelainan
autosomal resesif dengan mutasi gen ABCA4 (transporter pengikat ATP yang
spesifik pada retina) yang juga merupakan penyebab tersering distrofi batangkerucut yang diketahui.. Penyakit ini berkaitan dengan fundus flavimakulatus
yang di tandai oleh lesi berbentuk bercak kuning-putih multipel dengan variasi
ukuran dan bentuk, berbatas pada epitel pigmen retina.1 Manifestasi klinis yang
ditimbulkan oleh penyakit stargardt dapat berupa defek penglihatan warna
progresif dan penurunan tajam penglihatan secara perlahan.1

1.2. Batasan Masalah


Makalah ini membahas tentang definisi, etiologi, patofisiologi, gambaran
klinis, diagnosis, penatalaksanaan, serta prognosis dari penyakit stargardt.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang definisi, etiologi, patofisiologi,
gambaran klinis, pemeriksaan, diagnosis, penatalaksanaan, serta prognosis dari
Penyakit Stargardt.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi salah satu tugas di Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Mata di RSUD Dr. Drajat Prawiranegara Serang dan sebagai salah satu
persyaratan dalam mengikuti ujian di Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata di
RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara Serang.
1.4. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Penyakit
Stargardt.
1.5 Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode tinjauan kepustakaan
yang merujuk kepada berbagai literatur, termasuk buku teks, jurnal ilmiah dan
makalah ilmiah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Retina
2.1.1 Anatomi Retina
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan
semitransparan yang melapisi bagaian dalam dua pertiga posterior dinding bola
mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh korpus siliaris dan berakhir
pada ora serrata dengan tepi yang tidak rata. Permukaan luar retina sensoris
bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga berhubungan
dengan membran Bruch, koroid dan sklera. Pada retina terdapat makula yang
disebut sebagai area sentralis dengan fovea sebagai pusat makula.1,2
Retina dibagi menjadi 2 buah lapisan besar, sebagai berikut:1,4
1.

Lapisan berpigmen

Lapisan berpigmen adalah lapisan sel tunggal yang menyerap cahaya setelah
melewati retina. Lapisan berpigmen memberikan dukungan metabolik penting
untuk fotoreseptor retina.
2.

Lapisan neural

Lapisan neural terdiri dari tiga lapisan sel yang meliputi fotoreseptor, sel-sel yang
memulai pemrosesan informasi visual dan pembuluh darah yang memasok
lapisan saraf. Lapisan saraf meluas ke batas anterior disebut ora serrata.
Secara histologi, retina dibagi menjadi sepuluh lapisan dari dalam ke luar,
sebagai berikut:1,2
3

- Membran limitans interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan
vitreus.
- Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan
menuju nervus optikus dan didalam lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh
darah retina.
- Lapisan sel ganglion, merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua.
- Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapisan aseluler tempat sinaps sel ganglion
dengan sel amakrin dan sel bipolar
- Lapisan inti atau inti dalam, merupakan badan-badan sel bipolar, amakrin dan
horizontal ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
- Lapisan pleksiform luar, merupakan lapisan aseluler dan merupakan sinaps sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
- Lapisan inti atau nukleus luar, merupakan lapis nukleus sel kerucut dan sel batang
dan merupakan lapisan avaskuler dan mendapat metabolism dari kapiler koroid.
- Membran limitans eksterna, merupakan membran ilusi.
- Lapisan fotoreseptor, merupakan lapisan terluar retina terdiri atas sel batang dan
sel kerucut, serta
- Epitel pigmen retina. Lapisan dalam membrane Bruch sebenarnya merupakan
membran basalis epitel pigmen retina.

Gambar 2.1. Lapisan retina


Dikutip dari Oftalmologi umum.1

2.1.2 Jenis dan fungsi sel retina


Jenis dan fungsi sel-sel saraf pada retina, sebagai berikut:4,5
1. Fotoreseptor, terdiri dari dua sel yakni:
-

Sel Batang

Sel batang lebih sensitif terhadap cahaya, tetapi hanya ada satu jenis sel batang
dan diskriminasi warna tidak mungkin dengan sel batang.
-

Sel Kerucut

Sel kerucut kurang sensitif terhadap cahaya, tetapi ada tiga jenis kerucut dengan
sensitivitas di berbagai daerah untuk spektrum cahaya. Sel kerucut memberikan
diskriminasi warna dan detail yang lebih besar.
2. Sel horizontal
Sel yang berfungsi menjalarkan sinyal secara horizontal pada lapisan pleksiform
luar dari sel batang dan sel kerucut ke sel bipolar.

3. Sel bipolar
Sel yang berfungsi menjalarkan sinyal secara vertikal dari sel batang, sel kerucut,
dan sel horizontal ke lapisan pleksiform dalam, tempat sel-sel itu bersinaps
dengan sel ganglion dan sel amakrin.
4. Sel amakrin
Sel yang berfungsi menjalarkan sinyal dalam dua arah, baik secara lanhsung dari
sel bipolar ke sel ganglion atau secara horizontal dalam lapisan pleksiform dalam
dari akson sel bipolar ke dendrit sel ganglion atau sel amakrin lainnya.
5. Sel ganglion
Sel yang berfungsi menjalarkan sinyal keluar dari retina melalui saraf optik ke
dalam otak.

Gambar 2.2. Susunan saraf pada retina


Dikutip dari Fisiologi kedokteran .5

2.1.3

Perdarahan retina

Retina menerima perdarahan dari dua sumber yakni koriokapilaris yang


berada tepat di luar membran Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina,
termasuk lapisan pleksiform luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan
epitel pigmen retina, serta cabang-cabang dari arteri sentralis retina, yang
mendarahi dua pertiga dalam retina. Pembuluh darah retina mempunyai lapisan
endotel yang tidak berlubang, yang membentuk sawar darah retina.1

Pembuluh korpus
siliaris

Pembuluh
retina
Pembuluh
koroid

A.V retina sentralis

Gambar 2.3. Perdarahan retina


Dikutip dari http://medicalency.com/obolochki-glaznogo-yabloka.htm.9

2.2 Proses penglihatan


Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar retina sensorik
yang avaskuler dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang
mengawali proses penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung
rhodopsin, suatu pigmen penglihatan yang fotosensitif dan terbenam di dalam
diskus bermembran ganda pada fotoreseptor segmen luar. Pigmen ini tersusun atas

dua komponen, sebuah protein opsin dan sebuah kromofor. Opsin dalam
rhodopsin adalah scotopsin, yang terbentuk dari tujuh helix transmembran. Opsin
tersebut mengelilingi kromofornya, retinal, yang merupakan turunan dari vitamin
A.1

Gambar 2.4. Proses fotokimiawi penglihatan


Dikutip dari Fisiologi kedokteran.5

Saat rhodopsin menyerap foton cahaya, 11-cis-retinal akan mengalami


isomerase menjadi all-trans-retinal dan akhirnya menjadi all-trans-retinol.
Perubahan bentuk itu akan mencetuskan terjadinya kaskade penghantar kedua
(secondary messanger cascade). Puncak absorbsi cahaya oleh rhodopsin terjadi
pada panjang gelombang 500nm, yang merupakan daerah biru-hijau pada
gelombang cahaya. Penelitian-penelitian sensitivitas spektrum fotopigmen kerucut
memperlihatkan puncak absorbsi panjang gelombang, berturut-turut untuk sel
kerucut sensitif biru, hijau, dan merah pada 430nm, 540nm, dan 570nm.

Fotopigmen sel kerucut terdiri atas 11-cis-retinal yang terikat pada protein opsin
selain skotopsin.1
Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor batang.
Dengan bentuk penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat beragam corak abu-abu,
tetapi berbagai warna tidak dapat dibedakan. Sewaktu retina telah beradaptasi
penuh terhadap cahaya, sensitifitas spektrum retina bergeser dari puncak dominasi
rhodopsin 500nm ke sekitar 560nm, dan muncul sensasi warna. Suatu objek akan
berwarna apabila objek tersebut secara selektif memantulkan atau menyalurkan
sinar dengan panjang gelombang tertentu dalam kisaran spektrum cahaya tampak
(400-700nm). Penglihatan siang hari (fotopik) terutama diperatarai oleh
fotoreseptor kerucut, senjakala (mesopik) oleh kombinasi sel kerucut dan batang,
dan malam (skotopik) oleh fotoreseptor batang. 1
2.3 Penyakit Stargardt
2.3.1 Definisi
Penyakit Stargardt atau juvenille macular degeneration atau fundus
flavimakulatus merupakan suatu kelainan autosomal resesif dengan mutasi gen
ABCA4 (transporter yang spesifik terhadap retina), yang juga merupakan
penyebab tersering distrofi sel batang-kerucut yang diketahui pada usia dibawah
50 tahun. Sejauh ini merupakan penyakit distrofi makula yang paling sering
terjadi. Beragamnya fenotipe sebagian dijelaskan oleh adanya perbedaan mutasi
pada gen yang sama. Mutasi patogenik berat cenderung menyebabkan distrofi sel
batang-kerucut, mutasi patogenik sedang menyebabkan fundus flavimakulatus,
dan mutasi patogenik ringan menyebabkan penyakit Stargardt. Rasio pembawa

10

sifat atau karier kelainan mutasi gen ABCA4 adalah sekitar 1:100. 1 Disebutkan
bahwa tidak ada perbedaan angka kejadian pada pria dan wanita.1,6,8
2.3.2 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit Stargardt sejauh ini diyakini oleh karena
mutasi pada gen ABCA4 yang merupakan transporter pengikat ATP spesifik pada
retina.1 Ketika kedua orang tua membawa mutasi gen ABCA4, ada 25 persen
kemungkinan anak-anak mereka akan memiliki penyakit Stargardt. Gen ABCA4
pada dasarnya adalah bagian dari kode genetik yang memberitahu tubuh untuk
menghasilkan protein yang menghambat transportasi normal makanan dan hasil
metabolisme untuk sel fotoreseptor di retina.6 Kondisi ini mempengaruhi salah
satu lapisan retina, yakni retinal pigment ephitelium (RPE).6
Pada orang dengan penyakit Stargardt, RPE mengumpulkan zat yang
disebut lipofuscin, yang dapat menyebabkan masalah penglihatan. Kehilangan
penglihatan paling sering pada makula, yang berda tepat pada pusat di retina.
Penyakit ini merupakan bagian dari sekelompok penyakit yang mempengaruhi
wilayah makula pada retina, yang disebut sebagai degenerasi makula. Penyakit
Stargardt kadang disebut sebagai degenerasi makula pada usia muda atau
juvenille macular degeneration atau fundus flavimakulatus, karena sering muncul
pada usia dini antara usia enam sampai dua puluh tahun, ketika anak-anak merasa
kesulitan dalam membaca atau beradaptasi dengan cahaya terang.3,6,7
2.3.3 Patofisiologi
Pasien dengan penyakit Stargardt biasanya terjadi dalam dekade pertama
atau kedua kehidupan, dengan mengeluh penurunan ketajaman visual. Penelitian

11

terbaru memungkinkan untuk penjelasan tiga langkah dari patofisiologi penyakit


Stargardt: 7,8
1) Kecacatan pada Rim Protein, protein yang dikodekan oleh gen ABCA4,
menyebabkan akumulasi N-retinylidene-PE pada sel batang segmen luar;
2) A2-E, merupakan produk sampingan dari N-retinylidene-PE, yang
kemudian terakumulasi di dalam sel RPE dan merupakan racun bagi RPE
tersebut;
3) Pada akhirnya terjadi kematian fotoreseptor akibat hilangnya fungsi
RPE.
Dijelaskan juga bahwa komponen dari lipofuscin tersebut sangat
berpotensial sebagai toksik untuk sel RPE dalam beberapa jalur diantaranya; dapat
menghambat degenerasi protein oleh lisosom, dapat sebagai fotoreaktif, dapat
menghasilkan beragam zat radikal bebas dari berbagai reaksi oksidatif, dan dapat
menginduksi apoptosis atau kematian sel RPE.8
2.3.4 Gambaran Klinis
Penyakit Stargardt terutama mempengaruhi makula, yang berfungsi untuk
mengontrol penglihatan sentral dan rinci. Seseorang dengan kondisi ini mungkin
telah mengalami tajam penglihatan,yang menyebabkan pandangannya kabur.
Sebuah tanda pertama dari penyakit stargardt mungkin kesulitan membaca. Blind
spot dapat terjadi. Pada awalnya, ukuran dari blind spot kecil, tapi mungkin secara
bertahap meningkat. Gambar di bawah ini menunjukkan seseorang pada tahap
akhir penyakit Stargardt. Penglihatan sentral pada mereka dengan penyakit

12

Stargardt biasanya menurun sampai sekitar 20/50 hingga 20/200, tetapi biasanya
penglihatan tepi (sisi samping atau lapang pandang) tetap stabil. 1,3,8
Pada tahap akhir penyakit ini, penglihatan warna mungkin akan
terpengaruh. Perubahan cenderung sama pada kedua mata. Penyakit Stargardt
sering didiagnosis pada usia remaja, meskipun beberapa kasus dapat didiagnosis
lebih awal atau lebih lambat. Terdapat variasi yang luas dari orang ke orang pada
gejala dan seberapa cepat penyakit tersebut berkembang. Perbedaan ini bahkan
terjadi di antara anggota dari keluarga yang sama. Sulit bagi siapa pun untuk
memperediksi termasuk dokter. Perkembangan mungkin bertahap selama
beberapa tahun, atau dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama.3

Penglihatan normal

Penglihatan Stargardt late-stage

Gambar 2.5. (atas) penglihatan normal dan (bawah) penglihatan Stargardt late-stage.

13

Dikutip dari http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/downloads/UnderstandStargardt.pdf.3

2.3.5 Diagnosis
Diagnosis penyakit Stargardt dengan melakukan anamnesis tentang
riwayat penyakit, termasuk juga riwayat keluhan, berapa lama keluhan sudah
timbul dan apakah unilateral ataukah bilateral dan menanyakan riwayat keluarga.
Timbulnya keluhan serta timbulnya onset penyakit ini sangat beragam, kadangkadang hal tersebut pun dapat terjadi antar individu dalam satu keluarga. 8
Pemeriksaan terdiri dari:
-

Pemeriksaan tajam penglihatan

Tajam penglihatan dilakukan dengan membaca papan Snallen, gambar


atau E-chart dengan jarak 20 kaki. Pada penyakit Stargardt, tajam penglihatan
dapat menurun hingga 20/40 dan akan terus turun sampai 20/200 dalam 5
tahun.1,3,8
-

Pemeriksaan test warna

Biasanya pada pasien penyakit Stargardt dapat menjalani tes penglihatan


warna dengan mengenali serangkaian gambar terdiri dari banyak lingkaran kecil
disajikan kepada pasien. Dengan warna penglihatan normal bisa mengenali nomor
dalam gambar. Pada penyakit Stargardt late-stage, pasien mungkin memiliki
penurunan penglihatan warna.3

14

Gambar 2.6. Ishtihara untuk test buta warna


Dikutip dari http://www.colour-blindness.com/colour-blindness-tests/ishihara-colour-plates/. 10

Pemeriksaa lapang pandang penglihatan

Sebuah cahaya dibawa dari sisi atas layar, dan perlahan-lahan bergerak ke
pusat penglihatan. Pasien menekan tombol segera setelah mereka melihat cahaya.
Untuk pasien penyakit Stargardt jarang ada penglihatan lapang pandang hilang.
Beberapa pasien mungkin mendapati adanya blind spot di pusat penglihatan.3
-

Electroretinogram (ERG)

Tes ini berfungsi untuk mengetahui fungsi sel batang dan kerucut. Hal ini
penting untuk penegakan dan mengesampingkan diagnosis lain, seperti degenerasi
sel kerucut, yang mungkin tampak mirip untuk beberapa kasus penyakit Stargardt.
Tes ini juga memastikan fungsi retina baik atau tidak. ERG dilakukan hanya
sejumlah kecil dari pusat kesehatan nasional. Untuk pengujian ERG, diberikan
anastesi lokal pada mata dan kontak lensa khusus untuk merekam ditempatkan
pada mata. Diberikan kilatan cahaya yang digunakan untuk merangsang retina.
Elektroda berfungsi untuk mengukur respon listrik pada sel batang dan kerucut.
Tes ini dilakukan pertama didalam ruangan gelap, lalu lampu

15

Dinyalakan kembali dan mata kembali diuji. Tes ini tidak menyakitkan, tetapi
beberapa merasa menjadi tidak nyaman. Respon ERG pada seseorang dengan
penyakit Stargardt biasanya normal atau sedikit abnormal. Pada kasus yang lebih
parah dapat memiliki perubahan yang lebih besar.3

Gambar 2.7. (atas) Burian spekulum elektroda, (bawah) cotton wick elektroda
Dikutip dari http://webvision.med.utah.edu/book/electrophysiology.11

Retinal Angiography dengan Flourescein Angiography


Pemeriksaan dengan fluorescein angiography merupakan suatu prosedur

untuk menegakkan diagnosis klinis untuk mengkonfirmasik terhadap penyakit


Stargardt, yakni dengan ditemukannya dark choroid. Dengan cara sebelumnya
pupil mata dilebarkan dan pewarna disuntikkan ke pembuluh darah di lengan
tangan. Sebuah kamera khusus mengikuti pewarna saat melewati bagian belakang
mata, dimana sirkulasi retina dilihat dengan choroid hypofluresent yang nampak
pada sekitar 80% pasien penyakit Stargardt. Tanda dark choroid ini merupakan

16

gambaran yang terlihat ketika koroid yang di berikan test fluorescein tertutupi
oleh akumulasi lipofuscin-like pigment yang melewati RPE.3,8

Gambar 2.8. Angiogram fluorescein yang memperlihatkan dark choroid


Dikutip dari http:American Association of Ophtahlmology.8

Fundus photographs

Menggunakan kamera khusus, dengan memotret fundus retina di belakang


mata. Pengujian ini cukup cepat, tapi sebelumnya pupil mata dilebarkan terlebih
dahulu.

Beberapa jenis perubahan dapat terlihat pada retina dari seseorang

dengan penyakit Stargardt. Seringkali, dokter spesialis mata dapat melihat


perubahan dalam makula dengan bintik-bintik kuning-putih.3

17

Gambar 2.9. Paramacular yellow flecks and beaten-bronze pada penyakit


Stargardt
Dikutip dari http:American Association of Ophtahlmology.8

Gambar 2.10. Retina menampilkan akumulasi abnormal lipofuscin.pada penyakit


Stargardt late-stage
Dikutip dari http://webvision.med.utah.edu/book/electrophysiology.11

Gambar 2.11. Scanning elektron mikograf lapisan RPE pada penyakit Stargardt
dengan gambaran lipofuscin-like material
Dikutip dari http:American Association of Ophtahlmology.8

2.3.6 Penatalaksanaan
Pada dasarnya tidak ada perawatan pengobatan yang tersedia untuk
kondisi ini, pengelihatan dengan perlindungan terhadap paparan sinar matahari
adalah yang terbaik.8

18

Pada penelitian yang pernah dilakukan terhadap hewan penelitian dengan


penyakit Stargardt, dibawah lapisan RPE yang berada dibawah sel batang dan
kerucut, membentuk protein abnormal. Protein abnormal tersebut sangat sensitive
terhadap cahaya. Sangat mungkin bahwa protein ini menjadi lebih toksik ketika
pasien terkena sinar matahari secara langsung.3
Hal ini menunjukkan bahwa sinar matahari dan energi cahaya tinggi dapat
memperburuk penyakit. Pasien dengan penyakit Stargardt harus menggunakan
kacamata hitam UV-screening saat keluar rumah dan saat terkena cahaya matahari
langsung. Penggunaan topi bertepi juga disarankan. Beberapa bukti menunjukkan
bahwa pemberian ekstra vitamin A, seperti dalam kapsul, dapat membuat hal-hal
yang tidak diinginkan. Vitamin antioksidan lainnya dapat memperlambat
perkembangan penyakit. Jika pasien memiliki penurunan penglihatan, dapat
dimaksimalkan dengan alat bantu.3
2.3.7 Prognosis
Prognosis dari Penyakit Stargardt berdasarkan perubahan full-field
Electroretinogram (ERG) yang penting untuk menentukan prognosis dan
penglihatan sentral cenderung dapat bertahan sampai usia penderita di atas usia 40
tahun.

19

BAB III
SIMPULAN

Penyakit Stargardt atau juvenille macular degeneration atau fundus


flavimakulatus merupakan suatu kelainan autosomal resesif dengan mutasi gen
ABCA4 (transporter yang spesifik terhadap retina), yang juga merupakan
penyebab tersering distrofi sel batang-kerucut yang diketahui pada usia dibawah
50 tahun.
Diagnosis

Penyakit Stargardt ditegakkan berdasarkan gejala dan

hasil pemeriksaan fisik maupun penunjang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan


pemeriksaan Elektroretinogram, Retinal Angiography dan Fundus Photograph.
Sampai saat ini belum terdapat terapi spesifik terhadap pengobatan penyakit
Stargardt, peggunaan kacamata hitam UV-screening saat keluar rumah dan saat
terkena cahaya matahari langsung, penggunaan topi bertepi juga disarankan, serta
konsumsi vitamin antioksidan dapat bermanfaat. Prognosis bergantung terhadap
etiologi dan tajamnya penglihatan yang cenderung bertahan sampai usia di atas 40
tahun.

20

1
9

21

DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan,GD., Asbury,T., Riordan-Eva,P. 2013. Oftalmologi Umum
Edisi 17. Jakarta: EGC :12-14, 205.
2. Ilyas, S dan Yulianti S R. Ilmu Penyakit Mata Edisi 4. FKUI. Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2013 : 10.
3. http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/downloads/Understand-

Stargardt. pdf. Understanding Stargardt Disease. Diakses pada 9 Mei 2016,


pukul 19.30 WIB.
4. https://droualb.faculty.mjc.edu/Lecture/Notes/Unit/specialsens/Spring/200
7/with/figures.htm. Diakses pada 15 Mei 2016, pukul 13.30 WIB.
5. Guyton., Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed. 12. Jakarta: EGC
: 657-663.
6. https://www.macular.org/stargardt-disease. Stargardt disease. Diakses pada
16 Mei 2016, pukul 16.25 WIB.
7. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12064087. Glazer LC, Drija TP.
Understanding the etiology of Stargardt's disease. Ophthalmol Clin North
Am. 2002 Mar;15(1):93-100, viii. Diakses pada 17 Mei 2016, pukul 20.05
WIB.
8. Cibis GW, Abdel Latief AA, Bron AJ, Chalam KV, Tripathy BJ et al.
BCSC : Retinal And Vitreous. Chapter 9, Hereditary Retinal and Choroidal
Dystrophies. San Francisco, USA : AAO, 2011-2012 ; 238-241.
9. http://medicalency.com/obolochki-glaznogo-yabloka.htm. Diakses pada 15
Mei 2016, pukul 13.40 WIB.
10. http://www.colour-blindness.com/colour-blindness-tests/ishihara-colourtest-plates/. Diakses pada 15 Mei 2016, pukul 13.25 WIB.
11. http://webvision.med.utah.edu/book/electrophysiology/the/electroretinogra
m-clinical-applications/. Elektroretinogram dan Funduskopi dengan
Stargardt disease. Diakses pada 18 Mei 2016, pukul 19.30 WIB.

You might also like