You are on page 1of 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN ANOREKSIA
DI BANGSAL DAHLIA RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO
PKK Keperawatan Medikal Bedah I

Disusun oleh :
1.

Irmayani
2. Khansa Meilian S

2520142497
2520142498

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Gangguan sistem pencernaan di
bangsal Dahlia RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro disusun untuk memenuhi tugas
Asuhan Keperawatan PKK KMB Semester IV , pada :
Hari

Tanggal

Tempat

Praktikan,

Mengetahui,

PEMBIMBING LAHAN

PEMBIMBING AKADEMIK

LAPORAN PENDAHULUAN

A.

Pengertian
Anoreksia merupakan penurunan napsu makan yang merupakan gejala
umum pada banyak penyakit dan dapat disebabakan oleh makanan, obat,
emosi, ketakutan, masalah psikologi dan infeksi.
Anorexsia Nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan
penolakan mempertahankan berat badan dalam batas-batas minimal yang
normal. Ciri khasnya adalah mengurangi berat badan dengan sengaja,
dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita.
Anoreksia jangka panjang dapat menyebabkan ketidak seimbangan
elektrolit yang dapat menyebabkan dysritmia jatung. Makan merupakan
salah satu cara dalam menaikan berat badan akan tetapi pemberian makanan
melalui selang atau infuse dapat menjadikan sebuah pilihan. Tanyakan
kepada pasien apa oenyebab merekan kehilangan napsu makan dan apa yang
dapat meningkatkan napsu makan tersebut.

B.

Etiologi
Berbagai faktor psikologi berhubungan dengan perkembangan
perilaku yang khas dari Anorexsia Nervosa. Rasa harga diri yang rendah
sering berperan penting dalam munculnya penyakit ini. Penurunan berat
badan dipandang sebagai suatu pencapaian dan harga diri bergantung pada
ukuran dan berat badannya. Ada pula hubungan antara gangguan makan
dengan gangguan alam perasaan. Dinamika keluarga juga dapat berperan
dalam perkembangan gejala anorexsia nervosa. Orangtua mungkin terlalu
memegang kendali dan terlalu melindungi anak. Faktor lain yang juga
berperan dalam munculnya gangguan ini adalah kelangsingan idealik
masyarakat yang berusaha disamai atau bahkan dilampau oleh para remaja.

Individu yang terkena gangguan ini mempunyai citra tubuh yang


menyimpang menganggap dirinya obesitas atau terobsesi tentang ukuran
dan bentuk bagian tubuh tertentu.

C.

Patofisiologi
Penyebab dari anoreksia hingga saat kini belum diketahui. Akan
tetapi, para ahli kesehatan berpendapat bahwa factor sosial memegang
peranan penting dari anoreksia. Pada beberapa penelitian terdapat faktorfaktor yang menjadi predisposisi peningkatan resiko anorexsia nervosa
meliputi faktor biologi, sosiokultural, dan psikologi.
1.

Faktor Biologi
a.

Kelaparan atau starvasi akan menyebabkan perubahan pada


aktivitas neuropeptida dan memberikan kontribusi terhadap
gangguan neuroendokrin pada pasien anorexsia nervosa. Sebagai
contoh

perubahan

CRH

berkontribusi

terhadap

hypercortisolemia dan perubahan NPY dapat berkontribusi pada


amenore. Perubahan dari peptida-Peptida ini seperti opiat,
vasopresin, dan aktivitas oksitosin dapat berkontribusi menjadi
karakteristik gangguan psikofisiologis lain, seperti mengurangi
b.

makanan pada kondisi akut anoreksia (Kaye 1999).


Pada penelitian fungsi dari hypothalamic-

pituitary-

adernal(HPA) Axis pada pasien anoreksia nervosa secara prinsip


ditemukan hyperkortisolisme dimana HPA berperan dalam
melepaskan hormon kortikotropin yang mempengaruhi pasien
c.

menjadi anoreksia (licino,1996).


Jalur pusat serotonim mengatur pola makan dan juga
berpartisipasi terhadap regulasi prilaku dan susunan hati.
Gangguan pengaturan regulasi serotonim memberikan implikasi
pada kondisi depresi umum dengan jelas akan menyebabkan
gangguan makan. Pada penelitian regulasi serotonim yang
terganggu memberikan peningkatan resiko anorexsia nervosa
(Jimerson, 1990).

d.

Determinasi

Ghrelin

glucose-dependent

insulinotropic

polypeptide (GIP) memberikan respon peningkatan anoreksia.


pada penelitian didapatkan ghrelin yang berperan dalam
patofisiologi anoreksia. penurunan GIP terjadi pada objek,
meskipun intake sedikit kalori mencegah respon cepat insulin
e.

terhadap pasien yang mengalami anorexsia (Stock, 2005).


Pada kondisi fungsi tiroid tertekan, kelainan ini hanya bisa
dikoreksi dengan kaliminasi. Kelaparan juga menyebabkan
aminore yang menunjukan kadar hormon (Luitenizing hormon,
FSH, Gonadotropin, realising hormone). Meskipun begitu,
beberapa pasien anoreksia nervosa menderita aminore sebelum
kehilangan berat badan yang signifikan.

2.

Faktor sosiokultural
Tidak ada gambaran keluarga yang spesifik untuk anorexsia
nervosa. Walaupun begitu, ditemukan bukti yang menunjukkan pasien
anorexsia nervosa mempunyai masalah hubungannya dengan keluarga
dengan penyakit mereka. Pasien anoxeksia mempunyai sejarah
keluarga depresi ketergantungan alkohol, atau gangguan makan.

3.

Faktor Psikologis
Anorexsia nervosa adalah suatu reaksi dari tuntunan remaja
untuk kebebasan yang lebih dan peningkatan fungsi sosial dan seksual
mereka. Takut gemuk atau merasa terlalu gemuk ini terutama terjadi
pada wanita sehingga membatasi makan dan terkadang tidak makan
atau puasa, akhirnya tidak mau makan hingga penderita kurus kering.
Dimana pada akhirnya kondisi ini menimbulkan efek berbahaya yaitu
kematian penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada 10%
penderitanya (neumaker, 1997).
Respon pertama dari anorexsia nervosa adalah gangguan
makanan yang memberikan manifestasi ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Kondisi merasa terlalu gemuk
memberikan manifestasi gangguan konsep diri (gambaran diri).
Kondisi anorexsia akut memberikan manifestasi fisik dehidrasi dan
resiko shock hypovolemik akibat kurangnya asupan cairan serta

terjadi ketidakseimbangan elektrolit terutama kalium sehingga


meningkatkan resiko hipokalemia.

D.

Manifestasi Klinis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

E.

Penurunan berat badan mendadak, tanpa penyebab yang jelas.


Tampilan kurus kering, hilangnya lemak subcutan
Perubahan kebiasaan makan, waktu makan yang tidak lazim
Latihan dan aktivitas fisik yang berlebihan
Amenorea
Kulit kering bersisik
Lanugo pada ekstremitas, punggung dan wajah.
Kulit berubah kekuningan
Gangguan tidur
Konstipasi
Erosi eosopagus
Alam perasaan depresi
Fokus yang berlebihan pada pencapaian hasil yang tinggi
Perhatian berlebihan terhadap makanan dan penampilan tubuh
Erosi email dan dentin tinggi

Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.

Jantung: bradikardi, tachikardi, aritmia, hipotensi, gagal jantung


Gastrointestinal: esofagitis, ulcus peptikum, hepatomegali
Ginjal; abnormalitas urea serum dan elektrolit
Skelet; osteoporosis, faktor patologik
Endokrine; penurunan fertilitas, peningkatan kadar kortisol dan

6.

hormon pertumbuhan, peningkatan glukoneogenesis


Metabolik; penurunan BMR, gangguan pengaturan suhu badan,
gangguan tidur

F.

Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan dengan rawat jalan, kecuali muncul masalah
medis yang berat. Pengobatan rawat jalan ini mencakup:
1.
2.
3.
4.

Pemantauan medis
Rencana diet untuk memulihkan status nutrisinya
Psikoterapi jangka panjang untuk mengatasi penyebab dasarnya
Pengobatan psikofarmaka untuk mengatasi gejala depresi, kegelisahan
dan perilaku kompulsif obsesif
Obat-obat yang dapat digunakan :
a.
Antidepresan, juga dipakai SSRI (Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors), terutama bila salah satu komponen penyakitnya

adalah latihan yang dipaksakan (Imipramin, Desipramin,


b.

Fluoksetin, Sertralin).
Penggantian estrogen untuk amenore

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A.

Pengkajian

1.

Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan jarang diungkapkan

klien. Klien biasa mengungkapkan bahwa dia tidak menderita anorexsia


nervosa dengan tanda binge dan purge.
2.

Riwayat penyakit dahulu


Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah
di riwayat sebelumnya, kapan waktu terjadinya, dan penanganan yang
dilakukan sendiri sebelum di rawat. Klien anorexsia nervosa sering berfokus
pada cara menyenangkan orang lain dan menghindari konflik. Klien sering
memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat dan pencurian,
ansietas, depresi, dan gangguan keperibadian.

3.

Riwayat penyakit sekarang


Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality
atau kualitas (Q) yaitu bagaimana binge dan purge dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu menjalar binge dan purge kemana, Safety (S) yaitu posisi
yang bagaimana yang dapat mengurangi binge dan purge atau klien merasa
nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan binge dan purge
tersebut.

4.

Riwayat penyakit keluarga


Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
anoreksia nervosa.

5.

Pemeriksaan fisik
a.

Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien. catat
kehilangan berat badan 15% dibawah normal atau lebih. Klien
anorexsia nervosa dapat kelebihan berat badan atau kekurangan berat
badan, tetapi biasanya mendekati berat badan yang diharapkan sesuai
dengan usia dan ukuran tubuhnya. Penampilan umum klien tidak luar

b.

biasa, dan klien tampak terbuka dan mau berbicara.


Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan
klien. Klien biasanya malu dengan perilaku makan berlebihan dan
pengurasan. Klien mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan
berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain. Klien

merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku tersebut


meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang
c.

patologis.
Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi

d.

(TPRS).
Sistem gastrointestinal
Mengkaji tentang keadaan gigi, mulut, dan abdomen . Biasanya
pada klien anoreksia nervosa dapat terlihat karies gigi, lidah kotor,
membran mukosa mulut kering dan perut agak cekung atau semua ini

e.

bisa tidak terlihat karena terjadi dengan dirahasiakan oleh klien.


Nutrisi
Dikaji tentang intake dan output nutrisi, porsi makan, nafsu
makan, pola makan dan aktifitas setelah makan kliem. Klien makan
berlebihan (binge) dan melakukan pengurasan (purge). Klien
mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk

f.

menyembunyikanya dari orang lain.


Cairan
Dikaji tentang intake cairan yang berkurang dan output cairan
berlebih, keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, kalsium,

g.

albumin), turgor kulit tidak elastis dan membran mukosa kering.


Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan mengatur pola
makan binge, mencegah terjadinya pengurasan (purge) dan kekuatan
otot. Hal membuat klien dapat cepat lelah karena kekurangan asupan
nutrisi dan cairan yang cukup.

h.

Psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana
hati klien. Klien yang mengalami gangguan makan mempunyai mood
yang labil, biasanya berhubungan dengan perilaku makan atau diet
klien. Menghindari makanan yang buruk atau makanan yang
menggemukkan memberi klien perasaan kuat dan kendali terhadap
tubuhnya, sedangkan makan berlebihan atau pengurasan menimbulkan
ansietas, depresi, dan perasaan lepas kendali. Klien sering tampak
sedih, cemas, dan khawatir.

Klien anoreksia nervosa pada awalnya senang dan gembira,


seolah-olah tidak ada yang salah. Wajah yang menyenangkan biasanya
hilang saat klien menunjukan perilaku makan berlebihan dan
pengurasan, dan klien mungkin menunjukan emosi yang intens
tentang perasaan bersalah, malu, dan memalukan. Klien merasa lepas
kendali dan tidak mampu merubah perilaku tersebut meskipun klien
mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang patologis.
Hal ini menebabkan klien anoreksia nervosa menjalini hidup
yang rahasia, dengan diam-diam melakukan makan yang berlebihan
dan pengurasan dibelakang teman dan keluarga klien. Jumlah waktu
yang diluangkan untuk membeli dan memakan makanan dan
kemudian melakukan pengurasan dapat mengganggu performa peran
baik di rumah maupun di lingkungan.
B.

Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Implementasi


1.

Ketidakimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan


dnegan

tidak

adekuat

pemasukan,

menginduksi

muntah,

penggunaan pencahan kronis.


Hasil yang diinginkan: diit sesuai dengan berat badan individu.

2.

a.

Monitoring berat badan pasien

b.

Monitoring tanda vital dan laboratorium

c.

Tingkatkan kepercayaan pasien

d.

Berikan makan sedikit tapi sering

Kelainan Body image, berhubungan dengan perubahan psikososial


dan kognitif
Hasil yang diinginkan: pasien secar verbal menyatakan kepuasan
terhadap tubuhnya.
a.

Kaji dan dokumentasikan repon verbal dan nonverbal

b.

Dengarkan pasien dan bawa terhadap realitas

c.

Monitoring pernyataan negative pasien sess and document


patients verbal and nonverbal

C.

d.

Kaji kebutuhan rujukan ke pelayanan konseling dan social

e.

Berikan penghargaan secra verbal

Evaluasi
1.

Pasien mendapatkan berat badan yang sesuai

2.

Pasien puas dengan tubuhnya

3.

Pasien dapat menilai secara positif terhadap tubuhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Bachrach, L.K., Guido D., Katzman D. 1990. Decreased Bone Density in
Adolescent Girls with Anorexsia Nervosa. Pediatrics. 86 (3):440-7/1990
September. New Jersey.
Dixon, J. 1984. Effect of Nursing Interventions on Nutritional and Performance
Status in Cancer Patients. Nurs Res. 33(6):330-5/1984 NovemberDesember. New York.

Duker, M., dan Slade, R. 2003. Anorexsia Nervosa: How to Help. UK: Open
University Press.

You might also like